PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF SCRIPT DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR

DALAM PENINGKATAN KREATIFITAS BELAJAR IPS

TENTANG PENGARUH PERUBAHAN DAN INTERAKSI KERUANGAN TERHADAP KEHIDUPAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN

PADA SISWA KELAS IX D SEMESTER I SMP NEGERI 2 AMPELGADING TAHUN 2017/2018

 

Endang Sriningsih

SMP Negeri 2 Ampelgadig

 

ABSTRAK

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah dengan penerapan model pembelajaran cooperative script dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kreatifitas belajar IPS tentang pengaruh perubahan dan interaksi keruangan terhadap kehidupan di negara-negara ASEAN pada siswa kelas VIII A semester I SMP Negeri 2 Ampelgading, PTK ini dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus ada 4 tahapan: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar hal ini terbukti rata-rata hasil tes pra siklus 66,51 ketuntasan 18%, siklus I rata-rata hasil siklus I 72,75 ketuntasan 45% meningkat menjadi 82,13 dengan ketuntasan 95% pada siklus II.

Kata kunci: hasil belajar dengan media gambar.

 

PENDAHULUAN

Masih rendahnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) disebabkan oleh masih dominannya skill menghafal daripada skill memproses sendiri pemahaman suatu materi. Selama ini, hasil dan aktivitas belajar peserta didik terhadap mata pelajaran IPS masih tergolong sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran tidak fokus dan ramai sendiri. Bahkan ada sebagian peserta didik yang menganggap mata pelajaran IPS tidak begitu penting dikarenakan tidak masuk pada mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional (UN). Faktor hasil belajar juga dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi. Metode yang konvensional seperti menjelaskan materi secara abstrak, hafalan materi dan ceramah dengan komunikasi satu arah, yang aktif masih didominasi oleh pengajar, sedangkan peserta didik biasanya hanya memfokuskan penglihatan dan pendengaran. Kondisi pembelajaran seperti inilah yang mengakibatkan peserta didik kurang aktif dan pembelajaran yang dilakukan kurang efektif. Disini guru dituntut untuk pandai menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik sehingga peserta didik kembali berminat mengikuti kegiatan belajar.

Pembelajaran koperatif dapat membuat peserta didik terlihat secara aktif dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik diberi kesempatan bekerja dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan dan memecahkan suatu masalah secara bersama, juga melatih peserta didik untuk mendengarkan pendapat-pendapat orang lain dan menerangkan pendapat atau temuan dalam bentuk tulisan. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas manusia bersama dalam suatu kelompok tertentu untuk mencapai tujuan bersama.

Salah satu alternatif model pembelajaran Cooperatif script yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif script dengan bntuan media gambar. Model pembelajaran kooperatif script dengan media gambar ini merupakan sebuah model pembelajaran yang cetuskan oleh Slavin (1999:175), bertujuan untuk meningkan daya inggat siswa pada materi yang di peroleh sebeumnya. Dapat pula mempermudah meningkatkankan kreativitas siswa, karena kreatifitas siswa merupakan kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan data da informasi yang sudah ada. coperative script adalah model pembelajaran di mana siswa bekerja berpasangan dan mengikhtisarkan bagian – bagian dari materi yang di pelajari

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah dengan penerapan model pembelajaran cooperative script dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kreatifitas belajar IPS tentang pengaruh perubahan dan interaksi keruangan terhadap kehidupan di negara-negara ASEAN pada siswa kelas VIII A semester I SMP Negeri 2 Ampelgading

Sejalan dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kreativtas belajar IPS, sekaligus hasil belajar siswa pada materi pengaruh perubahan dan interaksi keruangan terhadap kehidupan di negara-negara ASEAN dengan penerapan model pebelajaran cooperative script menggunakan media gambar untuk siswa kelas VIII A semester I SMP Negeri 2 Ampelgading Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2017/2018.

Tujuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi peneliti sendiri dan dunia pendidikan pada umumnya: adapun manfaat yang diperoleh adalah: manfaat teoritis (1) mendapat teori baru tentang pningkatan kreatifits belajar IPS tentang pengaruh perubahan dan interaksi keruangan terhadap kehidupan di negara-negara asean dengan penerapan coopertative script denga mengunaka media gambar (2) hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis dan manfaat langsung (1) bagi siswa dengan dengan penerapan cooperative script dapat meingkatkan kreatfitas belajar IPS tentang pengaruh perubahan dan interaksi keruangan terhadap kehidupan di negara-negara ASEAN, (2) bagi guru dapat digunakan sebagai acuan atau masukan bahwa dalam pembelajaran tentang pengaruh perubahan dan interaksi keruangan terhadap kehidupan di negara-negara ASEAN dengan penerapan model cooperative script (3) bagi sekolah sebagai bahan masukan kepada sekolah dalam menentukan kebijakan sekolah agar dapat mengoptimalkan para pendidik dalam menggunakan model pembelajaran yang sesuai guna meningkatkan kreatifitas belajar siswa.

LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Pembelajaran cooperatif

Menurut Slavin (2008), pembelajaran kooperatif, merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-­tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, 2000) sebagaimana dikutip oleh Holil. Jadi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok, karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka.

pengertian cooperative script

Cooperative script merupakan merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu siswa dengan strategi belajar ini akan bekerja berpasangan dan secara lisan menerangkan bagian bagian dari materi yang di pelajari, adapun langkah langkah dalam pembelajaran strategi cooperative script adalah guru membagi siswa untuk berpasangan, guru membagikan wacana atau materi bahan pelajaran dan lembar diskusi berupa lembar diskusi kelompok, guru dan siswa menentapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar, pembicara menjelaskan materi yang telah di terima kepada pendengar, sementara pendengar menyimak mengoreksi dan menanyakan bagian – bagian tertentu yang belum di pahami bertukar peran semula sebagai pembicara di tukar menjadi pendengar dan sebaliknya, kemudian melakukan kegiatan yang sama seperti di atas dan guru memberikan kesimpulan (kiranawati 2007: 10). kerangka pelaksanaan pembelajaran cooperative script adalah sebagai berikut

1.     Tahap pendahuluan merupakan tahap awal seorang guru sebelum proses pembelajaran di lakukan yaitu proses pembelajaran dengan metode kooperatif tipe cooperative script meliputi review, apersepsi, motivasi, penjelasan guru terhadap siswa tentang tujuan pembelajaran, pembentukan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa dengan kemampuan heterogen dan pembagian materi dan lembar diskusi siswa (LDS) pada masing kelompok lama.

2.     Tahap penguasan merupakan tahap pembekalan materi yang di terimanya adapun tahapan meliputi siswa dengan topik materi atau soal pada lembar diskusi yang sama bergabung dalam kelompok lama dan berusaha menguasai serta memahami topik materi yang diterimanya, dan guru memberikan bantuan seperlunya.

3.     Tahap penularan merupakan tahap dimana setiap siswa harus memiliki kemampuan lebih dalam mengajarkan materi kepada temannya seperti layaknya seorang guru. Adapun tahapanya adalah masing-masing kelompok lama yang sudah menguasai materi membentuk kelompok baru dengan siswa pada kelompok lama lain yang berbeda topik materi, kelompok baru menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari siswa yang berbeda topik materi pada kelompok lama, tiap siswa dala kelompok yang baru saling bekerjasama memberikan penjelasan dan menerima materi untuk mendapatkan pemahaman.

4.     Tahap penutup merupakan tahap akhir dari pelaksanaan pembelajaran strategi cooperative script meliputi, memberikan soal evaluasi beberapa tes formatif, dan kesimpulan dari proses pembelajaran (Kiranawati, 2007:60)

Pengertian media gambar

Menurut Tegeh (2008:40) yang dimaksud media gambar dilihat dari pandangan media grafis adalah gambar – gambar hasil lukisan tangan, hasil cetakan, dan hasil karya seni fotografi. Penyajian obyek dalam bentuk gambar dapat disajikan melalui bentuk nyata maupun kreasi khayalan belaka sesuai dengan bentuk yang pernah dilihat oleh orang yang menggambarnya. Kemampuan gambar dapat berbicara banyak dari seribu kata hal ini mempunyai makna bahwa gambar merupakan suatu ilustrasi yang memberikan pengertian dan penjelasan yang amat banyak dan lengkap dibandingkan kita hanya membaca dan memberikan suatu kejelasan pada sebuah masalah karena sifatnya yang lebih kongkret (nyata). Tujuan penggunaan gambar dalam pembelajaran adalah menerjemahkan simbol verbal, mengkonkritkan dan memperbaiki kesan-kesan yang salah dari ilustrasi lisan, memberikan ilustrasi suatu buku dan membangkitkan motivasi belajar dan menghidupkan suasana kelas (Yamin, 2005;56).

Hipotesis Tindakan

 Melalui penerapan model pembelajaran cooperatif script berbantuan media gambar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

Metode penelitian

 Aktiivtas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar. Data siswa yang diambil berupa tes hasil belajar. Keaktifan siswa dan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Data yang akan diambil selama diperoleh dengan cara melakukan observasi dilakukan dengan menggunakan istrumen pengukuran kinerja kognitif, afektif, maupun psikomotorik, lembar penilaian dalam lembar observasi, dokumentasi dilaksanakan untuk mendokumentasikan hasil pembelajaran sebagai pendukung observasi, dan tes dilaksanakan dengan menggunakan tes tertulis untuk mengukur kemampuan siswa. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode komparasi yaitu dengan membandingkan hasil temuan pada siklus I dan II sehingga dapat dilihat peningkatannya. Validasi data dilakukan melalui teknik triangulasi yaitu dengan pengecekan kembali data yang diperoleh dari berbagi sumber.

 Indikator kinerja digunakan sebagai indikator keberhasilan tindakan. Artinya jika dalam pelaksanaan tindakan telah memperoleh skor yang sama dengan atau elbih besar dari indikator yang ditentukan, maka tindakan tersebut dikatakan telah berhasil. Oleh karena itu untuk menentukan keberhasilan tindakan penulis menggunakan indikator nilai rata-rata hasil belajar secara klasikal minimal 70, prosentasi ketuntasan belajar minimal 80%, nilai rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran minimal mencapai 7,00. Sebagaimana lazimnya penelitian tindakan kelas, secara prosedural penelitian dilakukan melalui 4 tahap, yakni: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan masing-masing siklus sebanyak 3 kali pertemuan.

Kajian Teori

Kompetensi dipandang sebagai hasil sebuah proses belajar, Gagne dan Briggs, 1979. Arti pentingnya media pembelajaran sebagai alat untuk merangsang proses belajar. Selain itu kontribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton, 1985 ada: (1) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih standar, (2) Pembelajaran dapat lebih menarik, (3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar, (4) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek, (5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan, (6) Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran, (7) Proses pembelajaran dapat ditingkatkan, (8) Peran guru berubah arah yang positif.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas disimpulkan bahwa kompetensi merupakan hasil belajar yang meliputi pengetahuan, ketrampilan yang dikuasai seseorang sehingga dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor.

Belajar

Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Moh. Surya, 1997). Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan (Witherington, 1952). Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan pengetahuan dan sikap baru (Crow dan Crow, 1958). Belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap situasi (Hilgard, 1962). Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman (Divesta dan Thompson, 1970). Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman (Gagne dan Barliner).

Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah (1) kognitif, (2) afektif dan (3) psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran (Dimyati dan Mujiono) Hasil belajar adalah apabila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Oeman Hamalik). Hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah (1) kognitif, (2) afektif dan (3) psikomotor (Taksonomi Bloom).

Media

Dalam kegiatan belajar mengajar kita mengenal berbagai media pengajaran. Media pengajaran ini merupakan alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan dapat mempermudah siswa memahami materi pelajaran.

Sedangkan arti dari media pembelajaran adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan isi pelajaran agar dapat dilihat, dibaca atau didengar oleh siswa. Media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Schram, 1997). Media adalah alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar (Briggs, 1970). Media adalah secara komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969). Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa untuk belajar (Miarso, 1989). Media merupakan alat saluran komunikasi (Heinich, 1993).

 Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa media adalah alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga belajar terjadi.

Pengertian Media Gambar

Setiap pembelajaran selalu membutuhkan media atau alat peraga, sebagaimana yang diuraikan oleh Nasution (1990: 100). Kata media berasal dari bahasa latin medium, secara harfiah “tengah”, “perantara”, “pengantar” (Arsyad, Azhar, 2006: 3). Media berbasis visual memegang peran penting dalam proses belajar. Media visual dapat pula menambahkan pelajaran dengan dunia nyata, agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks bermakna dan siswa dapat berinteraksi dengan visual (image) itu meyakinkan terjadinya proses informasi.

Kerangka Berpikir

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan disiplin ilmu yang lain yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat yang dinamis sehingga membekali siswa untuk dapat menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritik dan kerangka berpikir di atas dapat diajukan rumusan hipotesis sebagai berikut: (1) ada peningkatan hasil belajar siswa khusus kompetensi dasar tentang Pranata dan Penyimpangan Sosial dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas VIII B semester II SMP Negeri 2 Ampelgading Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2017/2018, (2) ada peningkatan kompetensi siswa dalam mengikuti pembelajaran khusus kompetensi dasar tentang Pranata dan Penyimpangan Sosial dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas VIII B semester II SMP Negeri 2 Ampelgading Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2017/2018.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas VIII B SMP Negeri 2 Ampelgading Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2017/2018. Subyek penelitian adalah siswa kelas IX D dengan jumlah siswa 40, laki-laki 18 siswa, perempuan 22 siswa.

Desain Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus diakhiri dengan tes, untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu (a) tahap perencanaan, (b) tahap tindakan, (c) tahap pengamatan dan (d) tahap refleksi.

Teknik Pengambilan dan Analisis Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, observasi dan tes. Sedangkan alat pengumpulan yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar observasi, soal-soal tes. Sumber data diperoleh dari siswa dan guru dengan mengamati aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar berlangsung, nilai ulangan dari tes dan informasi dari sesama guru.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari tindakan pra siklus (pre tes), siklus I dan siklus II. Hasil tes tindakan siklus I dan siklus II tentang Pranata dan Penyimpangan Sosial sedangkan hasil non tes berupa perubahan perilaku yang diperoleh melalui catatan harian guru, catatan harian siswa, wawancara dan dokumentasi foto.

Hasil Penelitian Kondisi Awal atau Pra Siklus

Kondisi awal hasil belajar dan aktifitas belajar siswa kelas VIII B pada materi tentang Pranata dan Penyimpangan Sosial untuk mata pelajaran IPS, dari jumlah 40 siswa yang memperoleh nilai tuntas hanya 8 siswa atau 20%.

Hasil Penelitian Siklus I

Ketika diadakan tindakan pada siklus I kompetensi siswa tentang Pranata dan Penyimpangan Sosial ada peningkatan demikian pula keaktifan siswa mulai tampak meskipun belum signifikan. Adapun hasil dari siklus I adalah sebagai berikut

Tabel 1. Kompetensi Siswa Siklus I

No.

Nilai

Jumlah Siswa

Prosentase

1

≥ 75

16

50

2

< 75

14

43,75

 

Jumlah

32

100

 

Dari data tersebut di atas dapat kita lihat hasil pada tindakan siklus I yang berkaitan dengan kompetensi jumlah siswa yang mendapat nilai 75 ke atas ada 18 siswa (45%), sedangkan yang mendapat nilai kurang dari 75 sejumlah 14 siswa (55%). Sedangkan data keaktifan siswa yang diperoleh dari siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Keaktifan Siswa Siklus I

No.

Jumlah

Aspek yang dinilai

Perhatian siswa

Keaktifan

Kemampuan bberpendapat

Menyimpulkan

1

Jumlah siswa

12

10

6

4

2

Presentase

37,5

31

19

12

 

Dari data yang diperoleh pada siklus I tentang keaktifan siswa dapat kita lihat pada proses pembelajaran bahwa siswa yang memperhatikan 12 siswa (37,5%), siswa yang aktif 10 orang (31%), mampu mengemukakan pendapat 6 orang (19%), dan yang dapat memberikan simpulan 4 orang (12%). Hasil dari siklus I dijadikan acuan dalam pelaksanaan siklus II.

Hasil Penelitian Siklus II

Setelah diadakan perbaikan-perbaikan kemudian dilakukan tindakan pada siklus II. Adapun hasil dari siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Kompetensi Siswa Siklus II

No.

Nilai

Jumlah Siswa

Prosentase

1

≥ 75

30

95

2

< 75

2

6,26

 

Jumlah

32

100

 

Dari data tabel 3 tentang kompetensi siswa dapat kita lihat perolehan nilai 75 ke atas terdapat 38 siswa atau 95%, sedangkan nilai di bawah 75 ada 2 siswa atau 5%. Untuk peran serta siswa dalam proses pembelajaran pada siklus II diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4. Keaktifan Siswa Siklus II

No.

Jumlah

Aspek yang dinilai

Perhatian siswa

Keaktifan

Kemampuan berpendapat

Menyimpulkan

1

Jumlah siswa

12

8

7

5

2

Presentase

37,5

22

21

15

 

Dari data hasil peran serta siswa dalam proses pembelajaran pada siklus II dapat dilihat untuk perhatian siswa 12 orang atau 37,5% penuh perhatian terhadap proses pembelajaran, keaktifan 8 orang atau 22%, kemampuan menyatakan pendapat 7 orang atau 21%, serta menyimpulkan 5 orang atau 15%.

Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi dan tindakan pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa pembelajaran dengan media gambar berbasis pendekatan saintifik yang berlangsung pada siklus II berdampak positif terutama pada peningkatan hasil belajar, keaktifan siswa menjadi lebih baik, cara kerja mulai terstruktur, komunikasi interaktif antara siswa dan guru terealisir, siswa merasa senang dengan pemberian tugas dari guru. Meskipun secara keseluruhan tindakan belum sempurna betul namun paling tidak siklus II dapat menjawab hipotesa di atas, hal ini dapat dilihat dari perbandingan hasil ketuntasan belajar antara siklus I dengan siklus II.

Pada siklus I pembelajaran tentang Pranata dan Penyimpangan Sosial dengan menggunakan media gambar yang diterapkan guru sudah cukup baik, dimana hasil dari pembelajaran mencapai 45% siswa telah mencapai batas tuntas secara individual namun secara klasikal batas ketuntasan belum dapat tercapai, sedangkan pada siklus II hasil dari pembelajaran mencapai 95% siswa mencapai batas tuntas secara individual; terdapat kenaikan dalam peningkatan hasil sebesar 50%.

Kemudian untuk keaktifan dan peran serta siswa dalam proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II bila dibandingkan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5.           Perbandingan Aktifitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II

No.

Aspek Pengamatan

Siklus

I

Siklus II

1

Perhatian siswa

12

12

2

Keaktifan siswa

10

8

3

Kemampuan berpendapat

6

7

4

Menarik kesimpulan

4

5

 

Jumlah

59

80

 

Persentase

73

99

 

Pada tabel 5 perbandingan aktifitas siswa tampak terdapat adanya peningkatan peran serta siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sekitar 26.

Dari hasil pembahasan yang berdasarkan data-data tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya peningkatan kompetensi siswa dan perubahan sikap perilaku siswa dalam pembelajaran tentang Pranata dan Penyimpangan Sosial dengan menggunakan media gambar, baik dari hasil maupun keaktifan siswa mengalami peningkatan.

PENUTUP

Simpulan

Setelah peneliti melakukan proses perbaikan pembelajaran melalui siklus I dan siklus II, pada materi pengaruh perubahan dan interaksi keruangan terhadap kehidupan di negara-negara ASEAN pada siswa kelas IX D semester i maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran cooperatif script dengan

menggunakan media gambar dalam peningkatan kreatifitas belajar IPS pad. Terbukti ketuntasan belajar pada kondisi awal sebesar 18% meningkat menjadi 70,27% pada siklus I dan 83,78% pada siklus II serta peningkatan rata-rata nilai pada kondisi awal sebesar 65,51 menjadi 76,00 pada siklus I dan 85 pada siklus II. Selain dapat meningkatkan hasil belajar, ternyata Kreatifitas belajar IPS dan kegiatan guru juga mengalami peningkatan.

DAFTAR PUSTAKA

Sardiman AM dkk. 2014. Materi Pelatihan Terintegrasi Pengetahuan Sosial. Jakarta: Depdiknas.

Slamento. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Press

Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabetha

Suprapto, Eko. 2016. Model-model Pelatihan PTK. Semarang: PT

Suryosubroto, Sumadi. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grasindo Persada.

Susanto. 2014. Problematika Pembelajaran Sejarah Bahan Seminar pada Seminar Sejarah Nasional Indonesia, di PPG IPS dan PMP Malang. Tanggal 25 Nopember 2013. Malang: Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Susilo. 2017. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Syah, Muhibibin. 2016. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Tim Fasilitator PLPG. 2004. Model Pembelajaran. Semarang

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

“Warung Diskusi Sosial”, Jawa Pos, Selasa 5 Pebruari 2017.

Wiraatmaja, Rochiati. 2016. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya