HUBUNGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

DAN PERCAYA DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS X

SMA N 1 BAWANG KABUPATEN BATANG

Nur Cholifah

R. Retnaningdyastuti

Agus Setiawan

Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Semarang

 

ABSTRAK

Penelitian hubungan kemampuan komunikasi interpersonal dan percaya diri dengan penyesuaian diri siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang ini dilatar belakangi oleh banyaknya siswa yang mengalami masalah rendahnya komunikasi interpersonal, percaya diri dan penyesuaian diri siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode ex post facto.Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang dengan jumlah 229 siswa. Kelas X MIPA 1 adalah kelas yang dipergunakan untuk tryout. Sampel dalam penelitian ini yaitu 80 siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang yang diambil dengan teknik proportional random sampling. Alat pengumpul data yang dipergunakan adalah skala komunikasi interpersonal, percaya diri, dan penyesuaian diri.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, analisis regresi sederhana, dan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara komunikasi interpersonal dengan penyesuaian diri siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang. Hal ini dibuktikan dengan nilai  lebih dari  (15,145 > 1,667) dengan nilai signifikan 5% (0,000 < 0,05%).(2) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara percaya diri dengan penyesuaian diri siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang. Hal ini dibuktikan dengan dengan nilai  lebih dari (2,082 > 1,667) dengan nilai signifkan 5%.(3) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara komunikasi interpersonal dan percaya diri dengan penyesuaian diri siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi 5% (0,000 < 0,05) dan nilai  lebih dari  (114,892 > 1,667). Besarnya koefisien determinasi (R2) yaitu sebesar 74%, yang berarti sebesar 74% komunikasi interpersonal dan percaya diri secara bersama-sama memiliki hubungan dengan penyesuaian diri siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang dan sisanya sebesar 26% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Saran bagi guru pembimbing hendaknya dapat meningkatkan dan memanfaatkan kegiatan dengan berbagai layanan dan metode yang ada dalam bimbingan dan konseling untuk membantu siswa dalam kemampuan komunikasi interpersonal, percaya diri dan penyesuaian diri.

Kata kunci: Komunikasi Interpersonal, Percaya Diri, Penyesuaian Diri

 

PENDAHULUAN

Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial. Di dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan bantuan dari orang lain. Kegiatan yang dilakukan manusia selalu berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya. Dalam berinteraksi manusia tentunya dapat memberikan umpan balik. Membentuk hubungan yang baik dengan lingkungannya tentunya menjadi sebuah harapan dalam berinteraksi.Hal tersebut tertera pada tugas-tugas perkembangan peserta didik tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) Depdiknas (dalam Danim 2014:116) bahwa siswa mampu mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam perannya sebagai pria dan wanita. Tetapi tidak semua orang mampu mencapai kematangannya seperti halnya menyesuaikan diri di dalam lingkungannya.Apalagi pada lingkungan yang baru. Mereka harus siap dan menerima kondisi yang ada. Hal tersebut juga terjadi pada lingkungan sekolah. Dimana siswa harus menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.

Kemampuan menyesuaikan diri merupakan salah satu pertolongan untuk diri manusia. Namun setiap manusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri yang berbeda-beda. Ada manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan baik. Ada pula manusia yang kurang baik dalam menyesuaikan diri. Kegagalan dalam menyesuaikan diri biasanya berupa stres, depresi dan penuh tekanan. Cenderung pasif ketika kegiatan belajar di dalam kelas dan tidak dapat bergaul dengan teman sebaya adalah contoh dari kegagalan dalam menyesuaikan diri di dalam lingkungan sekolah. Hal itu tentunya mempengaruhi hambatan dan hubungan dengan individu yang lain. Penyesuaian diri juga dipahami sebagai mengatur kembali ritme hidup atau jadwal harian. Orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik adalah orang yang dengan cepat mampu mengelola dirinya menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi (Siswanto 2007: 34).

Di dalam lingkungan baru siswa dihadapkan pada situasi yang baru. Dimana lingkungan ini berbeda dengan lingkungan sebelumnya. Jika sebelumnya siswa berada pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) sekarang siswa berada pada jenjang sekolah menengah atas (SMA). Tentunya taraf kesulitan juga semakin tinggi.Dari mulai mata pelajaran, guru mapel, tata tertib sekolah, lingkungan sekolah baru dan teman-teman yang baru. Selain itu tentunya ada tuntutan tanggung jawab yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pada jenjang SMA siswa tentunya akan dituntut menjadi lebih mandiri daripada pada jenjang SMP.

Desmita (2009:191) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan reaksi individu terhadap tuntutan yang ada. Berasal dari dalam diri sendiri maupun dari lingkungan luar. Penyesuaian diri menyangkut seluruh aspek kepribadian individu dalam interaksi di dalam lingkungannya.

Namun fakta yang terjadi di lapangan di SMA N 1 Bawang Batang masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal itu diperoleh dari hasil Angket Kebutuhan Peserta Didik (AKPD) yang sudah disebarkan pada tanggal 4 Januari 2019, diantaranya yaitu:belum banyak mengenal lingkungan sekolah baru (23,25%), dan belum mengenal perilaku sosial yang bertanggung jawab (19,68%). Berdasarkan dari hasil data diatas, menunjukkan bahwa masih banyak siswa SMA yang mengalami masalah penyesuaian diri.

Selain itu, dari hasil wawancara dengan guru BK pada tanggal 7 Januari 2019 masih banyak siswa yang belum mengenal lingkungan barunya. Selain siswa belum akrab dengan teman sendiri maupun akrab dengan guru bahkan lingkungan sekolahnya. Ternyata masalah yang lainnya yaitu masih banyak siswa yang cenderung diam dan tidak berani mengungkapkan pendapat saat berada di dalam kelas, malu-malu dan tidak percaya diri saat ditanya guru pada saat proses pembelajaran di dalam kelas.

Dalam penyesuaian diri tentunya diperlukan kemampuan komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal berperan sangat penting yaitu merupakan sebuah perantara untuk memulai hubungan dengan orang lainmulai saling sapa, mengajak kenalan bahkan dalam bentuk lebih akrab berupa persahabatan. Dalam lingkungan sekolah hal itu bisa dilakukan dengan teman sebaya, guru, dan lingkungan. Apalagi jika suasana lingkungan sekolah merupakan lingkungan baru. Siswa akan mudah mencapai harapan yang diinginkan. Misalnya mudah bergaul dengan teman sebaya ketika di dalam kelas maupun di luar kelas, mempunyai banyak teman, berani mengungkapkan pendapat ketika di dalam kelas, merasa betah berada di dalam lingkungan sekolah.

Tetapi fakta yang terjadi di lapangan berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK pada tanggal 7 Januari 2019, menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang memilih diam ketika belum paham tentang materi yang telah disampaikan oleh guru dan akibatnya mereka tidak mengerti dan tidak menguasai materi tersebut. Selain itu, saat ada tugas kelompok masih ada beberapa siswa yang pasif. Ketika guru menyuruh perwakilan anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil kelompok hanya siswa-siswa tertentu saja yang berani maju dan mengungkapkan pendapatnya. Selanjutnya didukung dengan hasil AKPD yang telah disebarkan pada tanggal 4 Januari 2019, diketahui hasil diantaranya: kurang suka berkomunikasi dengan lawan jenis (21,52%), belum mempunyai banyak teman dan sahabat (23, 01%).

Berdasarkan hasil dari AKPD dan wawancara dengan guru BK di atas, menunjukkan bahwa masih banyak siswa mengalami masalah pada kemampuan komunikasi interpersonal. Sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan komunikasi interpersonal yang rendah akan cenderung menjadi seorang yang pendiam, merasa malu dan tidak dapat mengungkapkan pendapatnya.

Menurut Devito (dalam Suranto 2011:4) komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik. Komunikasi sangat penting dalam berinteraksi dengan orang lain. Timbal balik yang terjadi didalam komunikasi dapat mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Dalam penyesuaian diri juga diperlukan rasa percaya diri. Memiliki rasa percaya diri sangatlah penting bagi setiap manusia. Memiliki rasa percaya diri adalah kunci utama dalam berinteraksi dengan orang lain. Terutama pada siswa remaja, pada usia ini siswa menjalin hubungan dengan orang lain sangatlah tinggi. Siswa yang memiliki rasa percaya diri dalam berinteraksi cenderung mudah untuk melakukan sesuatu. Percaya diri dalam bertindak dan melakukan apapun sesuai yang inginkan. Akan lebih mudah bergaul dan diterima banyak orang.Selain itu mereka dapat dengan mudah menerima informasi yang sebelumnya belum didapatkan. Tentunya hal itu dapat menambah wawasan dan juga pengetahuannya.

Percaya diri menurut Pradipta (2014:41) merupakan sebuah keberanian dalam menghadapi tantangan, karena memberi suatu kesadaran bahwa belajar dari pengalaman jauh lebih penting daripada keberhasilan atau kegagalan. Rasa percaya diri penting untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik, seperti halnya ketika bergabung dengan suatu masyarakat yang di dalamnya terlibat di dalam suatu aktivitas kegiatan, rasa percaya diri meningkatkan keefektifan dalam aktifitas atau kegiatan.

Namun berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK pada tanggal 7 Januari 2019, ada beberapa siswa yang tidak percaya diri dengan kemampuan dirinya, yang mengakibatkan siswa cenderung bergantung pada teman. Ketika ada perwakilan dari kelas untuk mengikuti lomba masih banyak siswa yang tidak mau mewakili kelasnya dengan alasan malu dan tidak percaya diri. Selanjutnya didukung dengan hasil AKPD yang telah disebarkan pada tanggal 4 Januari 2019, diketahui hasil diantaranya: kurang memiliki rasa percaya diri (20, 57%), belum bisa menjadi pribadi yang mandiri (23, 96%).

Berdasarkan hasil dari AKPD dan wawancara dengan guru BK di atas, menunjukkan bahwa masih banyak siswa merasa kurang memiliki rasa percaya diri. Padahal rasa percaya diri yang rendah tentunya dapat menimbulkan berbagai masalah.

Berdasarkan permasalahan yang telah peneliti uraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Kemampuan Komunikasi Interpersonal dan Percaya Diri dengan Penyesuaian Diri Siswa Kelas X Di SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang”.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah metode korelasi dengan menggunakan analisis regresi yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara komunikasi interpersonal, percaya diri dan penyesuaian diri siswa kelas X SMA berdasarkan angka koefisien korelasinya. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian ex-post-facto merupakan penelitian di mana variabel bebas telah terjadi ketika peneliti mulai dengan variabel terikat dalam suatu penelitian (Sukardi 2008: 165).Menurut Sugiyono (2015: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Sampel yang akan dijadikan pada penelitian ini sebanyak 80 siswa kelas X SMAN 1 Bawang Kabupaten Batang. Pengambilan sampel dengan cara memberi skala psikologis penyesuaian diri, komunikasi interpersonal, dan percaya diri. Teknik pengambilan sampel ini menggunakan Teknik proportional random sampling yaitu pengambilan sampel yang memperhatikan pertimbangan unsur-unsur atau kategori dalam populasi penelitian dan diambil secara acak.

Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang.Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19 juni 2019. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu variabel X1 (Komunikasi Interpersonal), variabel X2 (Percaya Diri), variabel Y (Penyesuaian Diri). Menurut Arikunto (2010: 203) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah berupa skala psikologis yang diuji dengan uji validitas instrumen dan uji reliabilitas instrumen.

Analisis dalam penelitian ini menggunakan korelasi, regresi dan uji analisis determinasi (Uji R2). Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Uji Prasyarat Analisis. Sebelum data dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu dilakukan beberapa uji prasyarat statistik yaitu: a. Uji Normalitas, pengujian normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data penelitian. b. Uji Liniertitas, uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi yang digunakan sudah benar atau tidak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data penelitian diperoleh berdasarkan skor pada skala penelitian yang telah dilakukan meliputi:

Uji Normalitas

Hasil uji pengujian normlitas untuk data penyesuaian diri, komunikasi interpersonal dan percaya diri siswa disajikan berikut ini.

Hasil UJi Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
  Unstandardized Residual
N 80
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 3.35429743
Most Extreme Differences Absolute .116
Positive .116
Negative -.052
Kolmogorov-Smirnov Z 1.038
Asymp. Sig. (2-tailed) .231
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

 

Dari uji normalitas tabel 4.4 besarnya nilai Asymp.Sig. yaitu 0,231 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data dalam penelitian ini berdistribusi normal karena nilai Asymp.Sig. > 0,05.

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas dengan variabel terikat terjadi hubungan yang linier atau tidak. Uji lineritas dapat diketahui dengan menggunakan uji F. Uji Statistik F adalah untuk menguji variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak signifikan dengan variabel terikatnya. Apabila α> 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Adapun hasil pengujian hipotesis tersaji pada tabel 3.1 sebagai berikut:

Model Regresi Pengajian Hipotesis

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2652.534 2 1326.267 114.892 .000a
Residual 888.854 77 11.544    
Total 3541.388 79      
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y

Dari hasil tabel uji linieritas di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linier antara variabel bebas dengan variabel terikat. Berdasarkan tabel di atas nilai F hitung hasil regresi memberikan nilai F hitung sebesar 114,892 dengan probabilitas signifikan 0,000 kurang dari 0,05, yang berarti bahwa secara simultan variabel komunikasi interpersonal dan percaya diri mempunyai hubungan positif yang signifikan terhadap penyesuaian diri.

Teknik Analisis Data

Analisis Deskriptif

Digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono 2016: 207)

 

Uji Hipotesis

Pengujian Hipotesis Pertama

Hasil Perhitungan Regresi Sederhana Variabel X1

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 23.649 3.122   7.574 .000
Komunikasi_interpersonal .729 .048 .864 15.145 .000
a. Dependent Variable: Penyesuaian_Diri

Persamaan Garis Regresi

Besarnya harga prediktor (X1) sebesar 0,729 dan bilangan konstantanya sebesar 23,649. Berdasarkan angka-angka tersebut dapat disusun persamaan garis regresi sebagai beikut:

Y = 23,649 + 0,729X1

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa hasil nilai koefisien X1 sebesar 0,729 yang berarti, apabila komunikasi interpersonal (X1) menurun 1 poin maka penyesuaian diri (Y) akan menurun sebesar 0,729.

Koefisien Determinasi (R2)

Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
  1 .864a .746 .743 3.394
a. Predictors: (Constant), Komunikasi_interpersonal

 

Koefisien determinasi menunjukkan tingkat ketepatan garis regresi. Garis regresi dignakan untuk menjelaskan proporsi dari penyesuaian diri (Y) yang diterangkan oleh variabel independennya. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan SPSS menunjukkan R2 sebesar 0,729. Nilai tersebut berarti 75% perubahan variabel penyesuaian diri (Y) dapat diterangkan oleh komunikasi interpersonal (X1), sedangkan 25% dijelaskan oleh variabel yang lain.

Pengujian Signifikan Regresi dengan Uji T

Pada tabel 4.6 diperoleh hasil t hitung sebesar 15,145 dan ttabel sebesar 1,667. Hal ini menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar dari ttabel (15,145 > 1667) dengan nilai signifikan 5% (0,05%), maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yaitu “Terdapat hubungan yang positif antara komunikasi interpersonal dengan penyesuaian diri siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang”.

 

 

 

Pengujian Hipotesis Kedua

Hasil Perhitungan Regresi Sederhana Variabel X2

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 59.089 5.571   10.607 .000
Percaya_diri .134 .064 .229 2.082 .041
a. Dependent Variable: Penyesuaian_Diri

Persamaan Garis Regresi

Besarnya harga prediktor (X2) sebesar 0,134 dan bilangan konstantanya sebesar 59,089 Berdasarkan angka-angka tersebut dapat disusun persamaan garis regresi sebagai beikut:

Y = 59,089 + 0,134X2

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa hasil nilai koefisien X2 sebesar 0,134 yang berarti, apabila percaya diri (X2) meningkat 1 poin maka penyesuaian diri (Y) akan meningkat sebesar 0,134.

Koefisien Determinasi (R2)

Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
    .229a .053 .041 6.558
a. Predictors: (Constant), Percaya_diri

 

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan SPSS menunjukkan R2 sebesar 0,053. Nilai tersebut berarti 5% perubahan variabel Penyesuaian diri (Y) dapat diterangkan oleh percaya diri (X2), sedangkan 95% dijelaskan oleh variabel yang lain.

  • Pengujian Signifikan Regresi dengan Uji T

Pada tabel 4.8 diperoleh hasil t hitung sebesar 2,082 dan ttabel sebesar 1,667 Hal ini menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar dari ttabel (2,082 > 1,667) dengan nilai signifikan 0,041 kurang dari 5% (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yaitu “Terdapat hubungan yang positif antara percaya diri dengan penyesuaian diri siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang”

 

 

 

 

 

 

Pengujian Hipotesis Ketiga

Hasil Perhitungan Regresi Ganda

Coefficientsa
Model

 

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 21.551 3.863   5.579 .000
X1 .720 .049 .853 14.616 .000
X2 .031 .034 .054 .924 .358
a. Dependent Variable: Y
 
  • Persamaan Garis Regresi

Berdasarkan garis regresi tabel 3.6, maka persamaan regresi dapat dinyatakan dalam persamaan regresi adalah sebagai berikut:

Y = 21,557 + 0,853X1 + 0,54X2 +…………………………….(2)

Interpretasi:

Dari persamaan tersebut menunjukkan model persamaan regresi menggambarkan bahwa jika tidak ada pengaruh X1 (komunikasi interpersonal), X2 (percaya diri), maka skor penyesuaian diri adalah 21,1551. Koefisien regresi untuk variabel komunikasi interpersonal (X1) sebesar 0,853 bernilai positif, hal ini berarti semakin tinggi pula penyesuaian diri (Y). Seiring dengan itu, koefisien regresi untuk variabel percaya diri (X2) sebesar 0,54 bernilai positif, hal ini berarti semakin tinggi percaya diri yang dimiliki siswa maka akan semakin tinggi pula penyesuaian diri siswa.

  • Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
dimension0 1 .865a .749 .742 3.398
a. Predictors: (Constant), X2, X1

 

Berdasarkan hasil analisis dan diperoleh nilai R2 sebesar 0,742 yang berarti secara bersma-sama variabel komunkasi interpersonal (X1) dan percaya diri (X2) mampu memberikan pengaruh besar 74% terhadap penyesuaian diri (Y), sisanya 26% penyesuaian diri dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini.

 

 

 

  • Pengujian Signifikansi Regresi dengan Uji F

Adapun hasil pengujian hipotesis tersaji pada tabel 4.12 sebagai berikut:

Model Regresi Pengujian Hipotesis

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2652.534 2 1326.267 114.892 .000a
Residual 888.854 77 11.544    
Total 3541.388 79      
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y

 

Dari tabel 4.12 diperoleh hasil perhitungan menggukan SPSS. Berdasarkan tabel tersebut nilai F hitung hasil regresi memberikan nilai F hitung sebesar 114,892 dengan probabilitas signifikan 0,000 kurang dari 0,05 yang berarti bahwa secara simultan variabel komunikasi interpersonal dan percaya diri ada hubungan yang signifikan terhadap penyesuaian diri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara komunikasi interpersonal dan percaya diri dengan penyesuaian diri siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang.

PEMBAHASAN

  1. Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan Penyesuaian Diri

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis variabel komunikasi interpersonal dengan penyesuaian diri siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang didapatkan hasil terdapat hubungan positif yang signifikan antara komunikasi interpersonal dengan penyesuaian diri kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang. Artinya semakin tinggi komunikasi interpersonal maka akan semakin tinggi pula penyesuaian diri siswa.

Fakta membuktikan bahwa komunikasi interpersonal terhadap penyesuaian diri yang dimiliki siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang masih kurang baik seperti yang peneliti lihat di lapangan.Dilihat dari hasil skala penelitian komunikasi interpersonal dengan 80 siswa didapatkan hasil (dapat dilihat pada tabel 4.2). Hal tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian 76,3% pada siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang sebagian besar memiliki komunikasi interpersonal yang sedang. Komunikasi interpersonal pada siswa menunjukkan bahwa ada sebagian 10% siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang rendah hal itu ditunjukkan bahwa masih banyak siswa yang memilih diam ketika belum paham tentang materi yang telah disampaikan oleh guru dan akibatnya mereka tidak mengerti dan tidak menguasai materi tersebut.

  1. Hubungan Percaya Diri dengan Penyesuaian Diri

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis variabel percaya diri dengan penyesuaian diri siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan anatar percaya diri dengan penyesuaian diri siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang.Artinya, semakin tinggi percaya diri maka semakin tinggi pula penyesuaian diri siswa.

Fakta membuktikan bahwa percaya diri terhadap penyesuaian diri yang dimiliki siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang masih kurang baik seperti yang peneliti lihat di lapangan.Dilihat dari hasil skala penelitian percaya diri dengan 80 siswa didapatkan hasil (dapat dilihat pada tabel 4.3). Hal tersebut dapat dikatakan bahwa 77,5% pada siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang sebagian besar memiliki percaya diri yang sedang. Percaya diri pada siswa menunjukkan bahwa ada sebagian 11,3% siswa belum sepenuhnya memiliki rasa percaya diri, hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara sebelumnya dengan guru BK bahwa sebagian siswa memiliki rasa percaya diri yang rendah, hal itu ditunjukkan dengan adanya beberapa siswa yang merasa tidak percaya diri dengan kemampuan dirinya, yang mengakibatkan siswa cenderung bergantung pada teman. Ketika ada perwakilan dari kelas untuk mengikuti lomba masih banyak siswa yang tidak mau mewakili kelasnya dengan alasan malu dan tidak percaya diri

  1. Hubungan Komunikasi Interpersonal dan Percaya Diri dengan Penyesuaian Diri

Berdasarkan hasil penelitian membuktikan ada bahwa ada hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dan percaya diri dengan penyesuaian diri siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang.Variabel komunikasi interpersonal dan percaya diri memiliki prediksi positif terhadap penyesuaian diri siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang. Artinya semakin tinggi komunikasi interpersonal dan percaya diri siswa maka akan semakin tinggi penyesuaian diri siswa. Hal tersebut sejalan dengan hipotesis yang diajukan bahwa terdapat hubungan antara komunikasi interpersonal, percaya diri dan penyesuaian diri siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang.

Kemudian fakta yang membuktikan bahwa penyesuaian diri yang dimiliki siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang juga masih kurang baik seperti yang peneliti lihat di lapangan.Dilihat dari skala penelitian penyesuaian diri dengan 80 siswa didapatkan hasil (dapat dilihat pada tabel 4.1).Hal tersebut dapat dikatakan bahwa pada siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang sebagian besar memiliki penyesuaian diri yang sedang.Penyesuaian diri pada siswa menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum dapat menyesuaikan dirinya hal tersebut ditunjukkan dengan terdapat sebagain kecil siswa yang memiliki penyesuaian diri yang rendah.Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara sebelumnya dengan guru BK bahwa siswa belum mengenal lingkungan barunya.Selain itu siswa belum akrab dengan teman sendiri maupun akrab dengan guru bahkan lingkungan sekolahnya.Masalah lainnya masih ada siswa yang terlambat datang ke sekolah.

Selanjutnya dari hasil persamaan regresi menunjukkan nilai koefisien regresi untuk variabel komunikasi interpersonal (X1) yang bernilai positif, hal ini berarti semakin tinggi komunikasi interpersonal maka akan semakin tinggi pula penyesuaian diri siswa. Seiring dengan itu, koefisien regresi untuk variabel percaya diri (X2) yang juga bernilai positif, hal ini berarti semakin tinggi rasa percaya diri maka akan semakin tinggi pula penyesuaian diri siswa. Kemudian besarnya nilai koefisien determinasi dalam analisis regresi dinyatakan berdasarkan besarnya nilai R square. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai R2 74% perubahan pada variabel penyesuaian diri (Y) dapat diterangkan oleh variabel komunikasi interpersonal (X1) dan percaya diri (X2) sedangkan 26% dipengaruhi variabel lain yang di luar penelitian ini.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Komunikasi Interpersonal dengan Penyesuaian Diri Siswa Kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang. Hasil ini dibuktikan dengan nilai lebih dari  (15,145 > 1,667) dengan nilai signifikan 5% (0,000 < 0,05%).
  2. Terdapat hubungan yang positif antara percaya diri dengan penyesuaian diri siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai lebih dari (2,082 > 1,667) dengan nilai signifkan 5%.
  3. Terdapat hubungan yang positif antara komunikasi interpersonal dan percaya diri dengan penyesuaian diri siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang. Berdasarkan penelitian dengan menggunakan skala psikologis yang peneliti gunakan, menunjukkan bahwa terdapatnya hubungan antara komunikasi interpersonal dan percaya diri secara bersama-sama signifikan terhadap penyesuaian diri siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi 5% (0,000 < 0,05) dan nilai lebih dari  (114,892 > 1,667). Besarnya koefisien determinasi (R2) yaitu sebesar 74%, yang berarti sebesar 74% komunikasi interpersonal dan percaya diri secara bersama-sama memiliki hubungan dengan penyesuaian diri siswa kelas X SMA N 1 Bawang Kabupaten Batang dan sisanya sebesar 26% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti memberi saran sebagai berikut:

Bagi siswa

Bagi siswa kedepannya harus dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal dan juga memiliki rasa percaya diri yang baik agar dapat menyesuaikan diri dengan baik.

Bagi Guru Pembimbing

Guru pembimbing diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih selain dari mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.

Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah hendaknya lebih memberikan perhatian dan kebijakan untuk layanan bimbingan dan konseling serta menyediakan jam pelajaran yang lebih, sehingga memungkinkan guru pembimbing dapat memberikan layanan bimbingan dan konseling secara optimal.

Bagi Peneliti

Menindaklanjuti penelitian didasarkan pada hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendriati. 2009. Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: Refika Aditama

Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Aw,Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal.Yogyakarta: Graha Ilmu

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.Bandung: Remaja Rosdakarya

Hasmayni,Babby. 2014. Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Penyesuaian Diri Remaja. Vol:6 No.2

Sarastika,Pradipta.2014.Stop Minder & Grogi Saatmya tampil beda dan percaya diri.Yogyakarta: Araska

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta