PENERAPAN INQUIRY BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN POKOK CERITA

DI KELAS VII-B SMP N.1 LUMBANJULU

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Binur Sirait

SMP N.1 Lumbanjulu

 

ABSTRAK

Penerapan Inquiry Based Learning merupakan metode pembelajaran yang menarik perhatian siswa dimana guru secara langsung menjadikan materi pembelajaran menjadi focus dengan membentuk kelompok tim ahli pada setiap pokok masalah yang diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi anggota kelompoknya yang juga sebagai ahli dalam bidang masalah lainnya. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VII-B SMP Negeri 1 Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir T.P.2019/2020. Pelaksanaan pada semester ganjil dengan tenggang waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan yakni dari bulan September hingga November 2019 (mulai kegiatan persiapan sampai pelaksanaan penelitian). Dalam melakukan proses belajar siswa perlu mengikuti aturan tertentu untuk mencapai tujuan yang menantang. Melalui medel ini siswa dapat mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.) guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, keahlian yang diberikan kepadanya, pengumpulan data dan pemecahan masalah. Pembelajaran merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dalam bentuk praktek dimana cara menyampaikan pelajaran siswa langsung dengan keterlibatan siswa sebagai fokus pembelajaran.Setelah dilakukan penerapan metode Penerapan pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 9,62% dari nilai awal menjadi 57% pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 13 orang dan yang belum tuntas 12 orang. Pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat lagi, siswa yang tuntas 23 orang (92,00) sedangkan yang belum tuntas 2 orang (8,00%) dengan nilai rata-rata 81,2 . Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 24,20%. Hal ini berarti pembelajaran dengan menerapkan model Inquiry Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan kemampuan menentukan pokok-pokok cerita pada siswa kelas 7-b SMP Negeri 1 Lumbanjulu tahun Pembelajaran 2019/2020.

Kata kunci: Hasil Belajar, Inquiry Based Learning

 

PENDAHULUAN

Kenyataan menunjukkan pada masa sekarang ini, masih banyak di antara guru dalam mengajar di sekolah kurang menggunakan keterampilan mengembangkan materi dalam pembelajaran, sehingga banyak siswa yang selalu jenuh, sehingga mengakibatkan tujuan belajar tidak tercapai. Pada proses pembelajaran di kelas, guru kurang melibatkan interaksi antara siswa dengan siswa, dalam pembelajaran bahasa Indonesia penyajian materi secara verbalistik harus dikurangi namun lebih menitik beratkan pada kreatifitas anak, sehingga dengan metode belajarnya yang variatif dapat menyebabkan berkembangnya respons positif dan motivasi belajar dari diri anak. Penggunaan Media dan sumber belajar sangat penting namun harus kita ciptakan atau pilih media yang memiliki relevansi yang kuat dengan materi pembelajaran kita. Pendekatan pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada keaktifan siswa yang berbentuk kelompok sehingga saling ketergantungan positif serta menuntut tiap anggota kelompok saling membantu demi keberhasilan kelompok dan menuntut adanya akuntabilitas individual.

Keterampilan pembelajaran kooperatif yang harus dikuasai guru dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan untuk memecahkan permasalahan baik secara lisan dengan memberikan fakta dan ide yang ada maupun secara tertulis dengan menuliskan beberapa jawaban yang benar. Hasil belajar siswa untuk materi Menentukan pokok-pokok cerita masih rendah secara umum belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) semester ganjil Tahun Ajaran 2019/2020. Siswa yang nilainya tuntas hanya mencapai 72% dari jumlah siswa dan 28% lagi harus dilakukan remedial untuk dapat tuntas, salah satu hal yang memprihatinkan masih terapat siswa yang hanya mencapai nilai 60 pada saat ulangan harian berdasarkan fenomena ini sangat diharapkan guru melakukan perbaikan untuk dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa, hasil belajar yang dinyatakan dalam nilai angka. Berdasarkan hasil pengalaman penulis sebagai guru materi pengetahuan alam mengidentifikasikan beberapa hal yang menjadi faktor tidak tuntasnya kompetensi pelajaran siswa kurang mampu menjawab materi yang baru dijelaskan dikarenakan siswa bosan dan jenuh dengan cara guru menyampaikan materi.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa itu sendiri dan kualitas pengajaranya. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan tranformasi guru di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Menurut Hamalik (2001:159) bahwa “hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa”. Menurut Nasution (2006:36) “hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru”. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) “hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru”.

Seiring dengan tingkat perkembangan psikologisnya siswa VII-b sekolah menengah sangat relevan jika dalam proses pembelajaran secara aktif melibatkan mereka secara langsung yakni dengan menerapkan pembelajaran model Inquiry Based Learning salah satu metode yang menarik bagi siswa. Dengan menggunakan pembelajaran model Inquiry Based Learning siswa lebih mudah memahami pelajaran materi Menentukan pokok-pokok cerita. Sehingga akan dapat memacu peningkatan hasil belajar siswa.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pembelajaran model Inquiry Based Learning pada pembelajaran materi Menentukan pokok-pokok cerita a yang sedang diajarkan. Dimana penelitian ini berupa memaparkan upaya peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Menentukan pokok-pokok cerita. Penelitian dalam hal ini sebagai instrumen kunci, pengambilan sumber data dilakukan melalui penelitian tindakan kelas.

Subjek penelitian tindakan kelas ini siswa Kelas VII-b SMP Negeri 1 Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir, dengan sampel berjumlah 25 orang terdiri dari 17 perempuan dan 8 laki-laki penelitian kelas ini diambil berdasarkan hasil observasi terhadap kelas yang akan diteliti dengan dasar penarikan sampel dengan petimbangan total sampling (keseluruhan populasi menjadi sampel penelitian). Prosedur dalam penelitian ini direncanakan dua siklus. Adapun tahapannya adalah:

Siklus I

Tahap Perencanaan, Kegiatan yang dilakukan adalah:

  1. Merencanakan tindakan yaitu penyusunan skenario pembelajaran.
  2. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran
  3. Mempersiapkan materi ajar dengan menggunakan model Inquiry Based Learning
  4. Merancang pembagian kelompok dibagi menjadi 5 kelompok dari 32 siswa
  5. Menyusun alat evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam setiap siklus dengan diterapkannya model Inquiry Based Learning .
  6. Tahap Pelaksanaan Tindakan
  7. Setelah perencanaan disusun, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dilaksanakan. Adapun langkah-langkah pembelajarannya yaitu:
  • Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
  • Guru memberikan LK (lembar kerja) kepada masing-masing siswa
  • Guru meminta siswa melakukan pengamatan menganalisis mengkaji untuk menjawab soal yang ada di lembar kerja siswa (LK).
  • Guru menjelaskan secara singkat tentang materi pembelajaran
  • Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran
  • Guru memberikan kesimpulan bersama dengan siswa

Tahap Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan untuk melihat perkembangan pelaksanaan membuat kesimpulan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang diinginkan dalam pembelajaran yang pada akhirnya ditemukan kelemahan maupun kekurangan dalam pembelajaran siswa, untuk kemudian diperbaiki pada siklus II.

Setelah siklus I dilakukan belum mendapat hasil yang maksimal, maka dalam hal ini dilakukan Siklus II dengan tahapan yang sama sebagai berikut:

Siklus II

Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan siklus II merupakan tahap refleksi dari siklus I. Pada tahap ini guru dapat mengetahui seberapa banyak siswa yang kurang berhasil dalam belajar dan mempokuskan kesulitan yang dialami siswa pada siklus I.

Dari hasil evaluasi dan analisis yang dilakukan pada tindakan pertama dengan menemukan alternative permasalahan yang muncul pada siklus I yang selanjutnya diperbaiki pada siklus II dengan kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan yaitu:

  1. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran baru sesuai dengan permasalahan yang muncul pada siklus I dengan terhadap materi pelajaran, setelah dilakukan diagnose tentang kemampuan siswa.
  2. Sebelum masuk materi baru terlebih dahulu membahas soal mengenai tes pada siklus I sehingga siswa dapat menyelesaikan soal yang telah disediakan untuk dikerjakan secara pribadi
  3. Guru memberi pengarahan kepada siswa untuk lebih teliti dan semangat lagi untuk mengatasi kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal.

Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap tindakan ini berusaha mungkin memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada siswa. Tahap ini mempokuskan kepada pengembangan daya nalar siswa untuk menemukan sendiri hal penting dari pokok bahasan Kemampuan menentukan pokok-pokok cerita Kelas VII-b SMP Negeri 1 Lumbanjulu. Hasil yang diharapkan yaitu agar seluruh materi yang diajarkan kepada siswa dapat memahami dan benar-benar dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Berikut Pelaksanaan siklus II:

  1. Membahas materi yang dianggap sulit oleh siswa sehingga siswa kurang memahami konsep materi pokok bahasan Kemampuan menentukan pokok-pokok cerita Kelas VII-b semakin mengerti.
  2. Menjelaskan tahap-tahap penggunaan penerapan model Inquiry Based Learning pada materi pelajaran sehingga siswa yang kurang memahami memberikan kesempatan bertanya kepada tentang hal yang masih belum diketahui siswa
  3. Memberikan contoh penerapan model Inquiry Based Learning sesuai dengan tahap-tahap prosedur penggunaannya
  4. Peneliti mengarahkan siswa yang tidak termotivasi untuk mempraktekkan hasil pembelajarannya serta memberikan kesempatan untuk bertanya
  5. Memotivasi siswa agar selalu aktif dalam memperhatikan materi pembelajaran
  6. Memberikan pengarahan kepada siswa yang masih kurang memahami pembelajaran
  7. Memantau aktivitas siswa selama melakukan diskusi

Tahap Refleksi

Hasil dari tes yang diberikan, digunakan sebagai dasar pengembangan kesimpulan. Apakah kegiatan yang dilakukan telah berhasil. Jika pada siklus II ini masih banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar dan kesalahan menyelesaikan soal, maka akan direncanakan siklus selanjutnya. Namun jika memenuhi indikator keberhasilan belajar, maka tidak perlu dilanjutkan kesiklus berikutnya.

 

Desain Penelitian

Menurut Arikunto (2008:16) mengemukakan secara garis besar terhadap empat tahap yang dilalui dalam melaksanakan penelitian tindak kelas, yaitu:

  1. Perencanaan
  2. Pelaksanaan
  3. Pengamatan
  4. Refleksi

HASIL PENELITIAN

Pembelajaran dengan menerapkan metode Penerapan model Inquiry Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada pokok bahasan menentukan pokok-pokok cerita Kelas VII-b. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata hasil belajar siswa 48,60, dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 6 orang dan belum tuntas sebanyak 19 orang. Siklus I di atas menunjukkan peningkatan nilai secara klasikal, dengan nilai rata-rata 57,00. Siswa yang tuntas sebanyak 13 orang, artinya Persentase Ketuntasan Klasikal (PKK) = serta siswa yang Belum Tuntas sebanyak 12 orang dengan PKK = . Ini menunjukkan adanya selisih persentase ketuntasan klasikal antara tes awal dengan tes siklus I sebesar 8,40%. Namun demikian tingkat Ketuntasan belajar secara klasikal belum mencapai indikator yang diharapkan, untuk itu perlu dilakukan pembelajaran kembali dengan memperbaiki langkah-langkah yang dianggap belum efektif.

Setelah dilakukan penerapan metode Penerapan pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 9,62% dari nilai awal menjadi 57% pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 13 orang dan yang belum tuntas 12 orang . Pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat lagi, siswa yang tuntas 23 orang (92,00) sedangkan yang belum tuntas 2 orang (8,00%) dengan nilai rata-rata 81,2 . Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 24,20%. Hal ini berarti pembelajaran dengan menerapkan model Inquiry Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan kemampuan menentukan pokok-pokok cerita pada siswa kelas VII-b SMP Negeri 1 Lumbanjulu tahun Pembelajaran 2019/2020.

Perbandingan observasi guru dalam mengajar pada siklus I mendapatkan 70,83% dengan kategori penilaian cukup dan siklus II mendapatkan 89,58% dengan kategori penilaian baik. Maka dapat kita lihat selisih penilaian hasil observasi guru dalam mengajar pada siklus I dan siklus II sebesar 19,75%. Dapat disimpulkan bahwa peneliti telah menerapkan model Inquiry Based Learning dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari persentase siklus I, aktivitas siswa 79,16% dengan kategori penilaian baik, meningkat 12,50% pada siklus II menjadi 91,66% dengan kategori penilaian baik sekali. Peningkatan nilai rata-rata serta jumlah siswa yang tuntas mulai dari tes awal, siklus I dan siklus II. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata hasil belajar siswa 48,60, dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 6 orang dan belum tuntas sebanyak 19 orang

Setelah dilakukan penerapan model Inquiry Based Learning pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 9,62% dari nilai awal menjadi 57% pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 13 orang dan yang belum tuntas 12 orang . Pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat lagi, siswa yang tuntas 23 orang (92,00) sedangkan yang belum tuntas 2 orang (8,00%) dengan nilai rata-rata 81,2 . Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 24,20%.

Hal ini berarti pembelajaran dengan menerapkan model Inquiry Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VII-B SMP Negeri 1 Lumbanjulu Tahun Pembelajaran 2019/2020.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan

  1. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata hasil belajar siswa 48,60, dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 6 orang (24%) dan belum tuntas sebanyak 19 orang (76%).
  2. Setelah dilakukan penerapan model Inquiry Based Learning pada materi kemampuan menentukan pokok-pokok cerita dikelas VII-b SMP Negeri 1 Lumbanjulu T. P. 2019/2020. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 9,62% dari nilai awal menjadi 57% pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 13 orang dan yang belum tuntas 12 orang.
  3. Pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat lagi, siswa yang tuntas 23 orang (92,00) sedangkan yang belum tuntas 2 orang (8,00%) dengan nilai rata-rata 81,2. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 24,20%

Saran

Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

  1. Kepala sekolah hendaknya menghimbau dan memberikan kesempatan kepada guru untuk terus mengikuti perkembangan media dan metode pembelajaran sehingga proses belajar mengajar yang baik dapat dilaksanakan
  2. Hendaknya guru dapat menggunakan media dan model pembelajaran yang bervariasi sehingga tercapai pembelajaran menyenangkan siswa.
  3. Siswa diharapkan dapat membangun pola interaksi dan kerjasama, baik dengan sesama siswa, dengan guru, dan lingkungan demi terlaksananya proses belajar mengajar yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Abu, Ahmad. 1986. Metode Khusus Pendidikan Bahasa. Bandung: CV Amrico

Gunawan, Ary H., 1986, Kebijakan-kebijakan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bina Aksara.

Hort. 2005. Model Belajar dan Kesulitan – Kesulitan Belajar Bahasa. Bandung: Tarsito

Khadijah, Nyayu, (2009).Psikologi Pendidikan, Palembang, Grafika Telindo Press, Sumatera Selatan.

Miarso, Yusufhadi, 1994, Posisi dan Fungsi Profesi Teknologi Pendidikan. Makalah Seminar IKIP Jakarta.

Mulyasa E,(2005). Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Nana, Sudjana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Purba. 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Medan: Iniversitas Nergri Medan

Roestiyah, NK. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara

Semiawan, Conny. Dkk. 1984. Memupuk Bakat Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia

Slameto. 1995. Belajar Dan Fakror-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana, 12992. Model Statistika. Bandung: Tarsito

Suharto dan Iriyanto, Tata. (1998). Kamus Bahasa Indonesia Terbaru. Surabaya: Indah.

Sumaadmadja , Nursid. 1980. Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia: Alumni Bandung

Sunaryo Kartadinata dkk (1997), Landasan-landasan Pendidikan Sekolah Dasar, Depdikbud, Jakarta.

Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

WIS Purwadarminta (1993), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Zainal Aqib Elham Rohmanto,2006, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah, Bandung, Yrama Widya, Bandung.