KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TIPE 5E UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR TEMA 8 SUBTEMA 2 SISWA KELAS V SDN 3 TUKO

 

Hindri Purnamasari

Ary Susatyo Nugroho

Ari Widyaningrum

PGSD, FIP Universitas PGRI Semarang

 

ABSTRACT

This study aims to determine the effectiveness of the Learning Cycle Type 5E learning model in improving the quality of students’ cognitive learning outcomes. This research was conducted at SDN 3 Tuko. The population of this research is all students in grade V SDN 3 Tuko. This type of research is quantitative experimental research. In this study, researchers used One Group Pretest Posttest Design. The results of this study indicate that the Learning Cycle Type 5E learning model is effective for improving student learning outcomes because it can increase learning motivation, students can receive new experiences, students are able to develop creative potential and make learning more meaningful. The final results obtained from the pretest and posttest are t-test obtained tcount 8,500 with ttable 2,086. Because tcount> ttable which is 8,500> 2,086 means learning model of Learning Cycle Type 5E can improve student learning outcomes. The results of students’ classical completeness have reached 85% of the posttest results which previously only 30% of the pretest results.

Keywords: effectiveness, Learning Cycle Type 5E, Learning Outcomes.

 

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan prioritas utama menghasilkan generasi penerus yang tidak hanya memiliki pengetahuan dan ketrampilan, akan tetapi memiliki kemampuan untuk berpikir nasional. Pendidikan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 diartikan sebagai: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Pendidikan di Indonesia terus berkembang demi terwujudnya tujuan pendidikan sebagaimana seperti yang telah tertera pada pengertian pendidikan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta, keterampilan. Belajar merupakan suatu proses yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak lahir sampai liang lahat. Seseorang dikatakan telah belajar apabila seseorang telah adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan kognitif, psikomotorik, dan afektif (Siregar dan Hartini, 2014: 3).

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah masalah lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan para guru di sekolah. Kondisi ini ditemukan pada pembelajaran IPA yaitu pada kondisi yang memperlihatkan bahwa selama ini proses pembelajaran sains di sekolah dasar masih banyak yang dilaksanakan secara konvensional. Para guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara aktif dan kreatif dalam melibatkan siswa serta belum menggunakan berbagai pendekatan/ strategi pembelajaran yang bervariasi berdasarkan karakter materi pelajaran. Dalam proses belajar mengajar, sebagian besar guru hanya terpaku pada buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar mengajar.

Berdasarkan permasalahan yang ada SDN 3 Tuko, Kabupaten Grobogan diperoleh informasi bahwa materi IPA adalah salah satu mata pelajaran yang sulit untuk dipahami siswa. Hasil belajar siswa kelas V pada materi IPA masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada hasil Ujian Tengah Semester tahun 2018/2019 masih banyak yang dibawah KKM. Penulis bersama guru mengidentifikasi masalah yang menjadi penyebab hasil belajar kognitif siswa rendah yaitu guru hanya melihat hasil belajar siswa tanpa memperhatikan proses belajar siswa, siswa cenderung bersikap pasif dalam mengikuti materi IPA sehingga siswa kurang dalam pemahaman konsep dan belum diterapkannya strategi atau model pembelajaran dalam materi IPA.

Menyadari permasalahan yang dialami siswa, perlu adanya strategi atau model pembelajaran yang tepat dalam materi IPA. Dengan mengkaitkan berbagai hal dalam kehidupan nyata serta memberi pengalaman secara langsung kepada siswa sangat tepat dengan penanaman konsep. Model pembelajaran yang dipilih harus berpusat pada siswa sehingga pembelajaran akan lebih menarik dan meningkatkan semangat belajar siswa. Sejalan dengan penelitian yang sudah dilakukan bahwa suatu model pembelajaran dikatakan baik jika penggunaannya tepat, memberikan hasil belajar yang optimal, serta dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa (Astutik, 2012: 146). Contoh model pembelajaran kemungkinan yang cocok adalah model pembelajaran Learning Cycle, yang nantinya akan diteliti kebenarannya.

Model pembelajaran Learning Cycle (pembelajaran bersiklus) yaitu suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) (Shoimin, 2017: 58). Ciri khas model pembelajaran Learning Cycle adalah setiap siswa secara individu belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan guru. Kemudian, hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan oleh anggota kelompok dan semua anggota kelompok bertanggung jawab secara bersama-sama atas keseluruhan jawaban. Menurut Piaget dalam Shoimin (2017: 59-60) Model pembelajaran Learning Cycle memiliki lima fase (5 E), yaitu sebagai berikut:

Engagement (Undangan)

Bertujuan mempersiapkan pembelajar agar terkondisikan dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Dalam fase ini, minat dan keinginantahuan (curiosity) pembelajar tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula pembelajar diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi.

 

 

 

Exploration (Eksplorasi)

Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan, dan mencatat pengamatan serta ide-ide, melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.

Explanation (Penjelasan)

Guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini pembelajar menemukan istilah-istilah dari konsep-konsep yang dipelajari.

Elaboration (Pengembangan)

Pada tahap ini siswa mengembangkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving siswa dapat belajar secara bermakna.

Evaluation (Evaluasi)

Pengajar menilai apakah pembelajaran sudah berlangsung baik dengan jalan memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa setelah menerima materi pelajaran. Melalui evaluasi diri, siswa akan dapat mengetahui kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah ditentukan.

KAJIAN PUSTAKA

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada saat observasi menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas V pada materi IPA masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada hasil Ujian Tengah Semester tahun 2018/2019 masih banyak yang dibawah KKM. Guru hanya melihat hasil belajar siswa tanpa memperhatikan proses belajar siswa, siswa cenderung bersikap pasif dalam mengikuti materi IPA sehingga siswa kurang dalam pemahaman konsep dan belum diterapkannya strategi atau model pembelajaran dalam materi IPA. Menyadari permasalahan yang dialami siswa, perlu adanya strategi atau model pembelajaran yang tepat dalam materi IPA. Dengan mengkaitkan berbagai hal dalam kehidupan nyata serta memberi pengalaman secara langsung kepada siswa sangat tepat dengan penanaman konsep. Model pembelajaran yang dipilih harus berpusat pada siswa sehingga pembelajaran akan lebih menarik dan meningkatkan semangat belajar siswa. Sejalan dengan penelitian yang sudah dilakukan bahwa suatu model pembelajaran dikatakan baik jika penggunaannya tepat, memberikan hasil belajar yang optimal, serta dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa (Astutik, 2012: 146). Contoh model pembelajaran kemungkinan yang cocok adalah model pembelajaran Learning Cycle, yang nantinya akan diteliti kebenarannya.

Penelitian yang dilakukan oleh oleh Sri Endro Purnomo dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas V SDN Bangetayu Kulon Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan perubahan yang signifikan yaitu yang awalnya guru hanya menggunakan metode ceramah dan kemudian menerapkan model pembelajaran. Nilai rata-rata pretest untuk kelas kontrol sebesar 48,86 dan 50,45 untuk kelas eksperimen. Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata posttest sebesar 79,54 sedangkan pada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional diperoleh rata-rata posttest sebesar 50,45. Hasil perhitungan analisis uji hipotesis dengan uji-t dapat diperoleh thitung = 5,397 dan perhitungan ttabel diperoleh dari tabel distribusi t dengan taraf signifikan 5% dan dk= 22-1 = 21 didapatkan ttabel= 2,080. Untuk menguji hipotesis menggunakan uji satu pihak maka kriteria yang digunakan adalah thitung> ttabel yaitu (5,397) > (2,080). Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan model pembelajaran Learning Cycle terhadap hasil belajar matematika pada materi kesebangunan dan simetri lipat bangun datar kelas V SDN Bangetayu Kulon Semarang.

Melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E siswa diberi kesempatan mengkonstruksikan pengetahuan mereka sendiri, bekerja sama dengan siswa lain untuk memahami konsep, menjelaskan konsep dengan kata-kata mereka sendiri serta siswa lebih ditekankan untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan secara aktif dalam proses pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, guru sebagai fasilitator proses pembelajaran.

Pada proses pembelajaran di kelas, menurut Nurhadi, dkk dalam Baharuddin dan Wahyuni (2007: 116), siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme ini adalah ide. Siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain. Dengan dasar itu, maka belajar dan pembelajaran harus dikemas menjadi proses ‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Oleh karenanya melalui model pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban yang empirik dengan data (Sugiyono, 2016: 96).

Dalam penelitian ini penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

  1. H0: Model pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E tidak efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Tuko.
  2. Ha: Model pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Tuko.

Model pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E dikatakan efektif jika:

  1. Nilai posttest lebih baik dari nilai pretest.
  2. Hasil belajar IPA siswa kelas V mampu mencapai KKM yang sudah ditentukan, yaitu 70.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 3 Tuko, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan. Penelitian ini dilasanakan pada bulan Mei 2019 Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019 pada materi IPA Tema 8 Subtema 2 kelas V. Kerlinger dalam Sugiono (2016: 161) menyatakan bahwa variabel adalah konstrak (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dari penelitian ini adalah model pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E, sedangkan variabel terikat dari penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPA Tema 8 Subtema 2. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2016: 14).

Pada desain yang digunakan dalam penelitian ini terdapat satu kelas kemudian diberi test-awal (pretest) O1, untuk mengukur skor rata-rata sebelum subyek mendapat pelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E kemudian berikan perlakuan X, selanjutnya diberi test-akhir (posttest) O2, untuk mengukur rata-rata setelah subyek mendapat perlakuan X kemudian membandingkan O1 dengan O2 menentukan ada atau tidak ada perbedaan sebagai akhibat perlakuan X, yaitu pengajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E. Perbedaan tersebut, bila diuji dengan teknik statistik untuk menentukan apakah perbedaan tersebut signifikan (berarti, bermakna) (Arikunto, 2013:124).

Populasi yang digunakan daam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Tuko, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Tuko yang berjumlah 20 siswa. Peneliti menggunakan teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota digunakan sebagai sampel, yaitu semua siswa kelas V SDN 3 Tuko. Teknik pengumpulan data menggunakan tiga metode yaitu observasi, dokumentasi, dan tes. Teknik analisis data dilakukan untuk mengetahui kondisi awal dan setelah melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran, menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yaitu menghitung uji normalitas awal dan akhir, uji t, uji ketuntasan belajar klasikal dan individual.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini diawali dengan melaksanakan studi pendahuluan di sekolah untuk menemukan permasalahan yang ada, menentukan populasi, sampel dan teknik sampling. Berdasarkan permasalahan yang ada dikelas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E berhasil diiterapkan terhadap hasil belajar kognitif Tema 8 “Lingkungan Sahabat Kita” Subtema 2 “Perubahan Lingkungan” Siswa Kelas V SDN 3 Tuko.

Untuk menentukan soal pretest dan posttest maka perlu dilakukan uji coba soal instrumen. Uji coba soal instrumen dalam penelitian ini berjumlah 50 butir soal yang berbentuk soal pilihan ganda. Setelah dilakukan uji coba instrumen kemudian hasil uji coba instrumen tersebut di uji melalui 4 tahap yaitu uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Ada 20 butir soal yang dipakai. Dari soal yang dipakai tersebut kemudian dibuat soal pretest dan posttest.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group Pretest-Posttest. Data penelitian ini terdiri dari data pretest dan data posttest pada Tema 8 “Lingkungan Sahabat Kita” Subtema 2 “Perubahan Lingkungan”. Nilai dari hasil pretest sebagai pengukur kemampuan awal siswa dan nilai hasil posttest diambil dari hasil akhir setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning cycle Tipe 5E. Dengan pemberian pretest dan posttest akan diketahui bahwa penerapan model pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E efektif terhadap hasil belajar tema 8 “Lingkungan Sahabat Kita” subtema 2 “Perubahan Lingkungan” siswa kelas V SDN 3 Tuko.

Nilai Rata-Rata Pretest dan Posttest

Jenis Tes Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-Rata
Pretest 90 45 63,25
Posttest 100 60 80,25

 

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa selisih nilai pretest tertinggi dan terendah berbeda. Nilai tertinggi pada pretest yaitu 90 dan nilai terendahnya yaitu 45. Sedangkan pada posttest nilai tertinggi yaitu 100 dan nilai terendahnya yaitu 60. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai pada pretest masih rendah dan belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yaitu 70. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E. Berikut ini diagram nilai Pretest dan Posttest:

Penelitian ini menggunakan variabel terikat, yaitu hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest yang selanjutnya dilakukan uji-t untuk mengetahui bahwa thitung > ttabel. Dalam penelitian ini diperoleh yaitu 8,500 > 2,086 sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga kesimpulannya bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui pretest dan posttest.

Daftar Uji Normalitas Pretest

Kelas Ltabel L0 Keterangan
V 0,190 0,136 Normal

 

Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan hasil uji normalitas dari perhitungan pretest diperoleh L0 = 0,136 dengan n = 20 dan taraf nyata a = 0,05 dari daftar nilai kritis L didapat Ltabel = 0,190. Karena L0 < Ltabel yaitu 0,136 < 0,190 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

Analisis data akhir didapat dari hasil posttest, sebagai tolak ukur penilaian hasil belajar siswa untuk analisis kedua ini menggunakan uji normalitas akhir, dengan menggunakan nilai posttest yang sudah diberi model pembelajaran Learning Cycle Tipe 5.

Daftar Uji Normalitas Posttest

Kelas Ltabel L0 Keterangan
V 0,190 0,142 Normal

Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukan hasil uji normalitas dari perhitungan pretest diperoleh L0 = 0,142 dengan n = 20 dan taraf nyata a = 0,05 dari daftar nilai kritis L didapat Ltabel = 0,190. Karena L0 < Ltabel yaitu 0,142 < 0,190 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

Perhitungan Uji T

Responden thitung ttabel Keterangan
20 8,500 2,086 H0 ditolak

 

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya perbedaan antara nilai pretest dan nilai posttest. Artinya bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E pada tema 8 subtema 2 pada pembelajaran 1,2, dan 5 kelas V di SDN 3 Tuko.

Rekapitulasi Ketuntasan Individu

Pretest Postest Keterangan
6 17 Tuntas
14 3 Tidak tuntas

 

Siswa dinyatakan tuntas apabila siswa mampu menyelesaikan, atau mencapai nilai KKM minimal mendapatkan nilai 70. Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil pretest terdapat 6 siswa yang tuntas dan 14 siswa yang tidak tuntas. Sedangkan untuk hasil posttest terdapat 17 siswa yang tuntas dan 3 siswa yang tidak tuntas.

Uji Ketuntasan Klasikal

  Pretest Posttest
Tuntas 6 17
Tidak Tuntas 14 3
Ketuntasan Belajar 30% 85%
Keterangan Tidak Tuntas Tuntas

 

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa ketuntasan klasikal dari data pretest dan data posttest terdapat perbedaan. Pretest dengan jumlah siswa 20 hanya terdapat 6 siswa yang tuntas dan 14 siswa yang tidak tuntas sehingga uji ketuntasan klasikal hanya mencapai 30% yang berarti tidak tuntas, sedangkan untuk posttest terdapat 17 siswa tuntas dan 3 siswa yang tidak tuntas, sehingga uji ketuntasan klasikal mencapai 85% yang berarti tuntas. Suatu kelas dinyatakan tuntas apabila sudah mencapai 80%. Sehingga dalam penelitian ini untuk data posttest sudah dapat dinyatakan tuntas karena sudah mencapai 85% siswa yang mencapai nilai minimal dari nilai yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan model pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa karena dapat meningkatkan motivasi belajar, siswa dapat menerima pengalaman baru, siswa mampu mengembangkan potensi individu yang kreatif, bertanggung jawab serta mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan yang terjadi, dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Model pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SDN 3 Tuko yang dibuktikan dengan adanya ketuntasan belajar siswa yang sudah mencapai 85% dan dapat mencapai kriteria sangat baik serta adanya perbedaan nilai pretest dan juga posttest.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan model pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa karena dapat meningkatkan motivasi belajar, siswa dapat menerima pengalaman baru, siswa mampu mengembangkan potensi individu yang kreatif, bertanggung jawab serta mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan yang terjadi, dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna.

Sehingga terdapat perbedaan antara rata-rata nilai pretest dan posttest yang dibuktikan dengan adanya ketuntasan belajar siswa yang sudah mencapai 85%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Saran

Agar proses pembelajaran dapat memberikan hasil yang maksimal maka peneliti menyampaikan saran sebagai berikut:

  1. Bagi Siswa

Melatih siswa untuk mengemukakan pendapatnya mengenai suatu konsep, memacu motivasi siswa untuk mengetahui kemampuan dalam menyampaikan ide atau pengetahuan konsep.

  1. Bagi Guru

Guru perlu meningkatkan pembelajaran siswa dengan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Model Learning Cycle Tipe 5E dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran IPA di SD, karena model ini telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

  1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah.

  1. Bagi Peneliti Lain

Peneliti lain yang tertarik untuk mengadakan penelitian tentang model pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E dapat mengadakan penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Astutik, Sri. 2012. “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle 5E) Berbasis Eksperimen Pada Pembelajaran Sains di SDN Patrang 1 Jember”. Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar, 1 (2): 143-153.

Baharuddin & Esa, N.W. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Shoimin, Aris. 2017. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Siregar, Eveline & Nara, Hartini. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabate.