KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE

PADA TEMA 7 KEBERSAMAAN TERHADAP HASIL BELAJAR

KELAS II SD N KALICARI 01 SEMARANG

 

Anis Maulida

Ferina Agustini

  1. Yusuf Setia Wardana

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Semarang

 

ABSTRAK

Latar belakang yang mendorong penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa. Hal tersebut disebabkan pembelajaran yang hanya menggunakan ceramah dan diskusi sehingga pembelajaran menjadi kurang inovatif. Berdasarkan hal tersebut model pembelajaran scramble dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah keefektifan model pembelajaran sramble terhadap hasil belajar siswa kelas II SD N Kalicari 01 Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis keefektifan model pembelajaran scramble terhadap hasil belajar siswa kelas II SD N Kalicari 01 Semarang. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dalam bentuk True Experimental Design berupa Pretest-Posttest Control Group Design. Populasi penelitian adalah peserta didik kelas II SD N Kalicari 01 Semarang tahun pelajaran 2018/2019 dengan jumlah 64 peserta didik. Sampel yang diambil adalah 72 peserta didik yang terdiri dari kelas II A berjumlah 32 dan kelas II B berjumlah 32 dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Hasil analisis dengan menggunakan uji-t diperoleh hasil  dan koefisien tersebut signifikan pada taraf 5% dan dk = 62 maka diperoleh jadi nilai  > . Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran scramble efektif terhadap hasil belajar siswa kelas II SD N Kalicari 01 Semarang. Peningkatan rata-rata hasil belajar dari hasil posttest kelas kontrol sebesar 60,78 dengan hasil posttest kelas eksperimen sebesar 82,031. Ketuntasan belajar klasikal kelas eksperimen menunjukkan 93,75% peserta didik yang tuntas dengan jumlah 30 dari 32 peserta didik. Sehingga dapat dikatakan model pembelajaran scramble efektif terhadap hasil belajar siswa kelas II SD N Kalicari 01 Semarang.

Kata kunci: Model Pembelajaran Scramble, Terhadap Hasil Belajar

ABSTRACT

The background that drives this research is the low student learning outcomes. This is due to learning that only uses lectures and discussions so learning becomes less innovative. Based on this, the scramble learning model can be used as an alternative to innovative and fun learning. The formulation of the problem in this study is how the effectiveness of the sramble learning model on the learning outcomes of class II SD N Kalicari 01 Semarang. This study aims to determine and analyze the effectiveness of the scramble learning model on the learning outcomes of class II SD N Kalicari 01 Semarang. This type of research is quantitative in the form of True Experimental Design in the form of Pretest-Posttest Control Group Design. The study population was class II SD N Kalicari 01 Semarang students in the academic year 2018/2019 with a total of 64 students. The samples taken were 72 students consisting of class II A totaling 32 and class II B totaling 32 using saturated sampling techniques. The results of the analysis using t-test results obtained t_count = 6.2627 and the coefficients are significant at the level of 5% and dk = 62 then obtained t_table = 1.99897 so the value t_count> t_tabel. Therefore it can be concluded that the scramble learning model is effective against the learning outcomes of class II SD N Kalicari 01 Semarang. The increase in the average learning outcomes from the results of the control class posttest was 60.78 with the results of the experimental class posttest of 82.031. The completeness of learning the classical experimental class shows 93.75% of students who complete with 30 out of 32 students. So that it can be said that the effective scramble learning model on the learning outcomes of class II SD N Kalicari 01 Semarang.

Keywords: Scramble Learning Model, Against Learning Outcomes

 

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia karena dengan adanya pendidikan dapat menciptakan manusia yang berkualitas, berintelektual dan jauh dari kebodohan. Pendidikan di Indonesia dapat diperoleh melalui pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal terdiri dari beberapa jenjang, salah satunya adalah Sekolah Dasar (SD). Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan formal yang diselenggarakan untuk menambah wawasan dan ketrampilan siswa melalui berbagai mata pelajaran yang diberikan.

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 1 ayat 20, menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik engan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Oleh karena itu ada lima jenis interaksi yang dapat berlangsung dalam proses belajar dan pembelajaran, yaitu: 1) interaksi antara pendidik dengan peserta didik; 2) interaksi antara sesama peserta didik atau antar sejawat; 3) interaksi peserta didik dengan narasumber; 4) intrraksi peserta didik bersama pendidik dengan sumber belajar yang sengaja dikembangkan; dan 5) interaksi peserta didik bersama pendidik dengan lingkungan sosial dan alam Miarso (dalam Rusman 2015:21). Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode dan evaluasi. Ke empat komponen pembelajaran tersebut harus di perhatikan oleh guru dalam memilihdan menetukan media, metode, strategi dan pendekatan apa yang akan di gunakan dlam kegiatan pembelajaran. Pembalajaran pada hakekatnya merupakan proses interaksi anatara guru dengan siswa, baik interaksi secara lamgsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggnakan berbagai media pembelajran. Didasari oleh adanya perbedaan interaksi terebut, maka kegiatan pembelajaran dapat di lakukan dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran. Rusman (2015:21)

Guna meningkatkan sistem pendidikan nasional pemerintah berupaya untuk selalu memperbaiki dan mengembangkan mutu pendidikan nasional agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan optimal dan tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Peranan guru dalam proses pembelajaran sangat diperlukan untuk mengembangkan potensi dan keberhasilan siswa dalam belajar agar tujuan yang diinginkan tercapai. (Wardhana 2016: 113)

Berdasarkan pengertian pembelajaran di atas, siswa diposisikan sebagai pusat dan memiliki peran utama dalam pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar siswa dituntut untuk lebih aktif secara penuh, baik secara individual ataupun kelompok dalam mempelajari bahan pelajaran. Kenyataannya dilapangan pembelajaran yang dilakukan masih kurang efektif, hal ini dikarenakan kurangnya kreatifitas guru dalam menyampaikan materi pembelajaran sehingga menyebabkan siswa malas dan cenderung bermain sendiri saat mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Guru Kelas IIA Ibu Nur Rofiatun S.Pd dan Ibu Ratna Nina Sari S.Pd di SD Kalicari 01 Semarang, bahwa pembelajaran sudah menggunakan pembelajaran Kurikulum 2013 tetapi hasil belajar peserta didik masih banyak di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada kurikulum 2013 menekankan pada satu tema dengan mengaitkan beberapa mata pelajaran. Hal ini membingungkan guru karena dalam satu pembelajaran membahasa tiga mata pelajaran, jadi siswa masih belum paham dengan materi yang disampaikan.

Ibu Nur Rofiatun S.Pd menyatakan bahwa masih banyak peserta didik yang nilainya masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM), jauh dibawah nilai KKM yang dapat diketahui bahwa KKM dari tema 7 Kebersamaan adalah 70 dengan jumlah siswa 32 siswa (Laki – laki yang berjumlah 17 siswa dan Perempuan yang berjumlah 15 siswa). Melihat pada Hasil Ulangan Tengah Semester (UTS) pada mata pembelajaran tematik tema 7 Kebersamaan masih terdapat 59,37% siswa yang belum mampu memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Selama ini pembelajaran tema 7 Kebersamaan masih cenderung pasif pada saat mengikuti proses belajar dikelas hanya beberapa siswa saja yang aktif. Hal tersebut dibuktikkan pada saat guru memberikan pertanyaan hanya sedikit siswa yang menjawab pertanyaan dari guru.Siswa merasa pembelajaran yang disampaikan oleh guru banyak yang harus dipahami dan membosankan. Sehingga siswa kurang berminat untuk menyimak pelajaran. Pada proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru. Metode yang sering digunakan oleh guru adalah ceramah. Guru menyampaikan materi dan siswa hanya duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru. Pada data tersebut masih terdapat 59,37% siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal sedangkan KKM yang telah ditentukan adalah 70. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena siswa belum memahami dan menguasai materi ajar.

Kondisi di atas perlu mendapat perhatian mengingat pentingnya pembelajaran tematik disekolah, guru perlu menerapkan adanya variasi pembelajaran salah satunya dengan menggunakan model yang inovatif, agar peserta didik mampu memahami dan menguasai materi. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model scramble.

Permasalahan diatas perlu adanya perubahan pembelajaran, dimana pembelajaran yang semula berpusat pada guru menuju pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kurangnya penggunaan model–model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa,Salah satu perubahan yang dapat dilakukan menggunakan model pembelajaran Scrambel ini dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan pemahaman siswa dengan karakteristik siswa yang masih senang bermain.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti menerapkan alternatif pembelajaran yang lebih menarik dengan dilakukan penelitian yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Scramble pada tema 7 Kebersamaan terhadap Hasil Belajar Kelas II SDN Kalicari 01 Semarang”.Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka peneliti melakukan pembatasan masalah. Hal ini agar dalam penelitian ini tidak meluas. Permasalahan yang dikaji adalah hasil belajar kelas II SD N Kalicari 01 Semarang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran scramble pada tema 7 kebersamaan terhadap hasil belajar kelas II SD N Kalicari 01 Semarang.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kuantitatif. Sugiyono (2017:8) mengatakan metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Desain Penelitian yang digunakan yaitu True Eksperimental Design. Penelitian menggunakan bentuk True Eksperimental Design berupa Pretest-Posttest Control Group Design. Menurut Sugiyono (2017: 76) mengatakan bahwa pada design ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan analisis data dapat diketahui hasil rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol, untuk kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan model pembelajran scramble dengan rata-rata nilai posttest menunjukkan hasil 82,031. Sedangkan kelas kontrol yang tidakdiberikan perlakuan model pembelajran scramble dengan permainan teka-teki silang menunjukkan hasil 61,781. Berdasarkan hasil rata-rata nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan nilai. Pada kelas eksperimen sudah mencapai ketuntasan minimal namun pada kelas kontrol belum mencapai ketuntasan minimal yaitu 70. Adapun presentase hasil ketuntasan peserta didik sebagai berikut:

Tabel 3.1 Uji Ketuntasan Nilai Posttest

  Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas
Jumlah Siswa 30 2 15 17
Presentase Ketuntasan Nilai 93,75% 6,25% 46,88% 53,13%

 

Berdasarkan tabel 3.1 peserta didik yang mencapai ketuntasan pada kelas eksperimen sebanyak 30 dengan persentase 93,75%, sedangkan peserta didik yang mencapai ketuntasan pada kelas kontrol sebanyak 15 dengan persentase 46,88%. Dari nilai posttest tersebut dapat diketahui bahwa kedua kelas mengalami peningkatan nilai posttest yaitu banyak peserta didik yang mencapai KKM dan ada yang belum mencapai KKM.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran scramble di kelas menjadi aktif dan peserta didik terlihat sangat antusias mengikuti pembelajaran. Kelas ini dibuat menjadi kelompok-kelompok kecil di dalam kelas agar peserta didik dapat berdiskusi dengan kelompoknya untuk memecahkan soal dengan menggunakan media kartu pertanyaan dan kartu jawaban. Hasil penelitian pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan menggunakan model scramble memiliki tingkat pemahaman yang lebih tinggi daripada kelas yang menggunakan metode ceramah. Hal ini berarti bahwa setiap indikator pada soal yang diberikan kepada peserta didik pada kelas eksperimen lebih banyak yang tercapai dibandingkan dengan kelas kontrol.

Berbeda dengan kelas kontrol, secara keseluruhan metode mengajar dengan ceramah pada tema 7 Kebersamaan di kelas kontrol berjalan dengan baik. Namun, peserta didik kurang antusias dalam proses pembelajaran, peserta didik masih bermain dengan temannya dan tidak memperhatikan guru.

Pada penelitian ini dilakukan uji persyaratan yang dilakukan setelah diberi tes hasil belajar pada kedua kelompok sampel maka diperoleh data awal dan data akhir yang selanjutnya dilakukan analisis data. Nilai pretest digunakan untuk menganalisis data awal dan nilai posttest digunakan untuk menganalisis data akhir. Data hasil belajar pretest harus dilakukan uji persyaratan analisis data, yaitu dengan uji normalitas awal dan uji homogenitas awal.

Uji normalitas awal dilakukan untuk mengetahui data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas awal digunakan dengan menggunakan uji liliefors, dengan jumlah  dengan taraf nyata  maka diperoleh  dan  pada kelas eksperimen sedangkan pada kelas kontrol dengan jumlah  dengan taraf nyata  maka diperoleh  dan  nilai pretest dikatakan berdistribusi normal apabila  Berdasarkan nilai pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol  dengan demikian hipotesis atau  diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai pretest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Nilai pretest yang berdistribusi normal selanjutnya dilakukan uji homogenitas yang bertujuan untuk mengetahui data pretest berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama atau tidak. Uji homogenitas dengan jumlah  dengan taraf signifikan  maka diperoleh nilai  dan . Data memiliki varian yang sama apabila  Setelah dilakukan perhitungan  yaitu  maka dapat disimpulkan bahwa data pretest berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama atau homogen.

Uji pesyaratan akhir dengan menggunakan uji normalitas akhir dan uji homogenitas akhir menggunakan nilai posttest. Uji normalitas akhir dengan jumlah  dengan taraf nyata  maka diperoleh  dan  pada kelas eksperimen sedangkan pada kelas kontrol dengan jumlah  dengan taraf nyata  maka diperoleh dan . Nilai posttest dikatakan berdistribusi normal apabila  Dari perhitungan diperoleh  dengan demikian hipotesis atau  diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Selanjutnya dilakukan uji homogenitas akhir untuk mengetahui data nilai posttest berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama atau tidak. Uji homogenitas dengan jumlah  dengan taraf signifikan  maka diperoleh nilai  dan . Data memiliki varian yang sam apabila  Setelah dilakukan perhitungan  yaitu  maka dapat disimpulkan bahwa data posttest berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama atau homogen.

Setelah melakukan uji persyaratan selanjutnya melakukan uji hipotesi yaitu dengan menggunakan uji-t untuk menguji keefektifan model scrambleterhadap hasil belajar siswa kelas II SD N Kalicari 01 Semarang. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil dan dengan  dan taraf signifikan 5%. Karena  yaitu  maka ditolak artinya model pembelajaran scramble efektif terhadap hasil belajar siswa kelas II SD N Kalicari 01 Semarang.

Ketuntasan belajar klasikal pada kelas eksperimen mencapai 93,75%, peserta didik yang tuntas belajar sejumlah 30 peserta didik dari 32 peserta didik. Sedangkan pada kelas kontrol ketuntasan belajar klasikal mencapai 46,88%, peserta didik yang tuntas belajar sejumlah 15 dari 32 peserta didik. Berdasarkan hasil analisis tersebut, kelas eksperimen dapat dikatakan tuntas secara klasikal karena >70% peserta didik tuntas belajar. Dengan demikian pembelajaran scramble efektif terhadap hasil belajar siswa kelas II SD N Kalicari 01 Semarang.

Penelitian ini didukung oleh Zamhariyah (2018) dengan judul “ Keefektifan model pembelajaran Scramble terhadap hasil belajar IPS Materi Mata Uang siswa kelas III SDIT Permata Bawen” dengan menggunakan uji-t diperoleh hasil thitung sebesar 4,1436dan koefisien tersebut signifikan pada taraf 5% dan dk = 54 maka diperoleh ttabel sebesar 2,00488 jadi nilai thitung > ttabel. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran scramble efektif terhadap hasil belajar IPS materi uang siswa kelas III SDIT Permata Bunda Bawen. Peningkatan rata-rata hasil belajar dari hasil posttest kelas kontrol sebesar 70 dengan hasil posttes tkelas eksperimen sebesar 82,143. Ketuntasan belajar klasikal kelas eksperimen menunjukkan 89% siswa tuntas dengan jumlah 25 siswa dari 28 siswa. Sehingga dapat dikatakan model pembelajaran scramble efektif terhadap hasil belajar IPS materi uang siswa kelas III SDIT Permata Bunda Bawen.

Murti (2016) dengan judul “ Pengaruh model pembelajaran Scramble berbantu media gambar terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N GUGUS 1 Kecamatan Nusa Penida bahwa rata-rata hasil belajar IPA siswa menggunakan metode eksperimen lebih baik dari pada siswa yang dibelajarkan menggunakan metode ceramah. Rata-rata skor hasil belajar IPA yang dibelajarkan menggunakan modl pembelajaran Scramble adalah 15,4 dan rata-rata skor hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran ceramah adalah 12,83, analisis data menggunakan uji-t diketahui t hitung=2,713 dan t tabel = (db = 20 + 21 – 2 = 39 dan taraf signifikan 5%) = 2,021. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel (t hitung > t tabel), sehingga hasil penelitian ini adalah signifikan. Hal ini berarti terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Scramble terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD di gugus 1 Kecamatan Nusa Penida pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016.

Hasil belajar yang tinggi pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan berupa model pembelajaran scramble dibanding kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan atau pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional atau ceramah disebabkan oleh keterlibatan aktif peserta didik dalam pembelajaran. Menggunakan model scramble membuat peserta didik aktif dan senang saat pembelajaran berlangsung, peserta didik antusias mengikuti pembelajaran karena sebelumnya belum pernah menerima pembelajaran dengan permainan.

Pada pembelajaran konvensional, siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru dikelas dan melaksanakan tugas jika guru memberikan latihan soal-soal kepada peserta didik. Kelemahan pembelajaran konvensional yaitu kegiatan pembelajaran hanya berusat pada guru, tugas guru adalah memberi pengetahuan dan tugas kepada peserta didik dan peserta didik hanya sebagai penerima pengetahuan yang pasif.Pada awal pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen mengalami sedikt hambatan yaitu sebagai berikut:

  1. Peserta didik memerlukan waktu untuk menyesuaikan model pembelajaran yang baru.
  2. Peserta didik merasa bingung karena sebelumnya belum pernah menerima pembelajaran dengan menggunakan model dan permainan.
  3. Peserta didik saat awal masih kesulitan mencocokkan kartu soal dan kartu jawaban.

Hambatan-hambatan yang terjadi sedikit demi sedikit dapat teratasi karena peserta didik merasa tertarik dengan pembelajaran menggunakan model scramble dan mampu memahami proses pembelajaran dengan model pembelajaran scramble.

Setelah dilakukan uji normalitas awal, uji normalitas akhir, uji homogenitas awal, uji homogenitas akhir dan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran scramble efektif terhadap hasil belajar siswa, dengan demikian tujuan penelitian telah tercapai.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis data, hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti membuat kesimpulan bahwa model pembelajaran scramble efektif terhadap hasil belajar siswa kelas II SD N Kalicari 01 Semarang. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya:

  1. Hasil perhitungan uji t, yaitu artinya  ditolak dan diterima yaitu hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol, sehingga model pembelajaran scramble lebih efektif dari pada hasil belajar yang tidak menggunakan model pembelajaran scramble. Nilai rata-rata kelas eksperimen 82,031 dan kelas kontrol dengan nila rata-rata 60,781. Dengan demikian, ada perbedaan rata-rata hasil belajar peserta didik kelas eksperimen dan peserta didik kelas kontrol.
  2. Pencapaian indikator keberhasilan dalam penelitian ini telah tercapai yaitu rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih baik dari rata-rata nilai posttest kelas kontrol sebesar 82,031 pada kelas eksperimen, sedangkan rata-rata nilai posttest kelas kontrol sebesar 60,781. Kemudian ketercapaian ketuntasan belajar klasikal dan ketercapaian ketuntasan belajar individu kelas eksperimen lebih baik dari ketercapaian ketuntasan belajar klasikal dan ketercapaian ketuntasan belajar individu kelas kontrol. Ketercapaian ketuntasan belajar klasikal kelas eksperimen >70% yaitu sebesar 93,75% dengan jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 30. Sedangkan pada kelas kontrol ketuntasan belajar klasikal <70% yaitu sebesar 46,88% dengan jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 15. Dengan demikian, ada perbedaan ketuntasan belajar peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti memberi saran antara lain sebagai berikut:

  1. Bagi guru, model pembelajaran scramble dapat dicoba dan diterapkan untuk pembelajaran lain. Bagi peserta didik dalam mengikuti proses diskusi sebaiknya antar peserta didik bekerjasama dan saling menghargai pendapat antara satu dengan yang lain. Hal ini diharapkan agar peserta didik lebih memahami materi yang sedang mereka pelajari dan bisa berdiskusi dengan baik.
  2. Bagi peneliti, dalam penerapan model pembelajaran scramble dapat menggunakan media yang menarik dan inovatif, disesuaikan dengan materi yang diajarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Renika Cipta.

Arikunto. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Budiyono. 2013. Statistka untuk Penelitian. Surakarta. UNS Press

Dimyati, Mudjono. 2015. Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Renika Cipta.

Huda, Miftahul. 2018. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Majid. 2014.Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Murti, Ari I Gege. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Scramble Berbantu Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPA siswa kelas IV SD. E-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol:4 No.1. di akses pada tanggal 24 Januari 2019.

Rusman.2015.Pembelajaran Tematik Terpadu. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sa’dun, Iffah, Febrianti, Rakyan, Dina. 2017. Implementasi Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sani, Ridwan Abdullah. 2016. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Shoimin, Aris 2017.68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Slameto. 2013. Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhiya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slameto.2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Renika Cipta.

Soegeng Ysh, A.Y. 2016. Dasar – Dasar Penelitian. Semarang: IKIP PGRI Press.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana.2013. Metode Statistika. Bandung. Tarsito

Sugiyono.2017. Metode Penelitian Pendidikan dan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabet.

Suprijono, Agus.2014.Cooperative Learning Teori&Aplikasi PAIKEM.

Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inofatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Group.

Wardhana, M Yusuf Setia dan Silvia Trisnawati. 2016. Model Debat Aktif dan Media Dadu Kuis Untuk Mengembangkan Motivasi Belajar dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SD. Malih Peddas. Vol 6 (2). 2016. 113.

Yogyakarta: PustakaPelajar.

Zamhariyah, isni.2018. “KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE TERHADAP HASIL BELAJAR IPS MATERI UANG SISWA KELAS III SDIT PERMATA BUNDA BAWEN. Skripsi Semarang: Universitas PGRI Semarang.