MENERAPKAN STRATEGI POWER WORD INDUCTIVE MODEL

GUNA MEMBANTU SISWA DALAM MENEMUKAN

SEBANYAK MUNGKIN KOSA KATA

DI KELAS VIII-B SMP NEGERI 1 LUMBANJULU

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019/2020

 

Hitler Sirait

SMP Negeri 1 Lumbanjulu

 

ABSTRAK

Untuk mengatasi permasalahan siswa tersebut, peneliti mencoba menerapkan strategi Power Word Inductive Model guna membantu siswa dalam menemukan sebanyak mungkin kosa kata untuk kemudian disusun menjadi frase, kalimat, paragraf dan teks pendek sangat sederhana yang berbentuk dekriptif untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat. Penelitian ini menarik dilakukan karena peneliti berasumsi bahwa siswa akan dapat menuliskan banyak kosa kata secara bersama-sama dengan menggunakan strategi tersebut.Permasalahannya dalam penelitian ini adala seberapa besar manfaat penggunaan strategi Picture Word Inductive Model dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Negeri 1 Lumbanjulu pada semester 1 tahun ajaran 2019/2020 dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-b SMP Negeri 1 Lumbanjulu pada semester 1 tahun 2019, dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris secara sederhana tentang berbagai hal yang berhubungan dengan lingkungan terdekat mereka terutama dalam mendeskripsikan benda, orang atau tempat tertentu dengan menggunakan strategi Picture Word Inductive Model.

Kata kunci: Picture Word Inductive Model,hasil belajar

 

PENDAHULUAN

Aktivitas guru dalam mengajar serta aktivitas siswa dalam belajar sangat bergantung pula pada pemahaman guru terhadap mengajar. Mengajar bukan sekadar proses penyampaian ilmu pengetahuan saja, melainkan mengadung makna yang lebih luas dan kompleks, yaitu terjadinya komunikasi dan interaksi manusiawi dengan berbagai aspeknya. Siswa perlu mengikuti aturan bahasa tertentu untuk bisa memproduksi tulisan yang bisa dipahami dan diterima oleh pembaca. Menurut rangkaian kelangsungan belajar bahasa yang diusulkan oleh Hammond, dan kawan-kawan (2003), menulis lebih baik diberikan kepada siswa SMP kelas VIII (delapan). Banyak siswa (29 dari 38 atau ± 76,32%) kelas VIII-B SMP Negeri 1 Lumbanjulu Tahun Ajaran 2019/2020 pada semester 1 tidak bisa mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional dan esei pendek sangat sederhana berbentuk deskriptif dan prosedur untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat dengan baik.

Tingkat literasi berbahasa Inggris bagi siswa SMP adalah tingkat fungsional. Siswa diharapkan bisa berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah atau memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti menulis pesan singkat, kartu ucapan/undangan, pengumuman, dan lain-lain.

Untuk mengatasi permasalahan siswa tersebut, peneliti mencoba menerapkan strategi Power Word Inductive Model guna membantu siswa dalam menemukan sebanyak mungkin kosa kata untuk kemudian disusun menjadi frase, kalimat, paragraf dan teks pendek sangat sederhana yang berbentuk dekriptif untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat. Penelitian ini menarik dilakukan karena peneliti berasumsi bahwa siswa akan dapat menuliskan banyak kosa kata secara bersama-sama dengan menggunakan strategi tersebut.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah Seberapa besar manfaat penggunaan strategi Picture Word Inductive Model dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Negeri 1 Lumbanjulu dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris pada semester 1 tahun ajaran 2019/2020 ?”

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-b SMP Negeri 1 Lumbanjulu pada semester 1 tahun ajaran H dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris secara sederhana tentang berbagai hal yang berhubungan dengan lingkungan terdekat mereka terutama dalam mendeskripsikan benda, orang atau tempat tertentu dengan menggunakan strategi Picture Word Inductive Model. Dengan meningkatnya hasil belajar siswa, diharapkan hasil tulisan siswa menjadi lebih baik.

TINJAUAN PUSTAKA

Permasalahan yang dihadapi siswa adalah kurangnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris. Untuk itu, kajian teori akan difokuskan pada segala sesuatu yang berhubungan dengan pembelajaran menulis berbahasa Inggris, seperti pengertian/kaidah bahasa Inggris, menulis berbahasa Inggris, pembelajaran menulis berbahasa Inggris, teks deskriptif, dan Picture Word Inductive Model.

Suprijono (2012: 13) mengungkapkan bahwa pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensiil istilah ini dengan pengajaran pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, siswa belajar, sementara pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah menyediakan fasilitas belajar bagi siswanya untuk mempelajarinya. Jadi, subjek pembelajaran adalah siswa. Pembelajaran berpusat pada siswa. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran.

Winataputra (2008:18) menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari proses dan hasil belajar.

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu tujuan dalam pembelajaran dimana di dalamnya terdapat beberapa aspek yang terkandung atau dinilai di dalamnya. Aspek-aspek tersebut yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimana ketiga aspek ini sifatnya komprehensif dan tidak secara fragmentis atau terpisah.

Suprijono (2011:5) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Gagne (dalam Suprijono, 2011: 5-6) menjabarkan bahwa hasil belajar berupa:

  1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
  2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
  3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya.
  4. Keterampilan motorik yaitu melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani
  5. Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Sesuai dengan kontinum pembelajaran bahasa seperti yang diajukan oleh Hammond, dan kawan-kawan (1992:5), pembelajaran dimulai dari bahasa yang “paling” lisan hingga yang “paling” tulis. Maka pembelajaran bahasa Inggris di kelas VIII sebetulnya masih ditekankan pada bahasa lisan, yaitu mendengarkan dan berbicara. Selain itu, bahasa pada dasarnya adalah lisan (Helena, dkk. 2004) Mereka menambahkan bahwa bahasa lisan adalah bahasa interaksi face-to-face, yang terutama untuk membicarakan ‘aku dan kamu’. Namun demikian, tentu saja siswa tidak secara tiba-tiba diberikan pembelajaran menulis apabila siswa telah duduk di sekolah lanjutan atas. Siswa harus diajarkan bagaimana cara menulis dalam bahasa Inggris dengan benar sejak mereka msih belajar di kelas VIII SMP dengan sangat sederhana.

Belajar bahasa dimulai dari mempelajari bahasa lisan menuju bahasa tulis. Menulis dalam bahasa Inggris tidak sekedar merangkai kata-kata/frasa atau kalimat bahasa Inggris. Diperlukan beberapa seni dan strategi agar siswa bisa mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional dan esei pendek sederhana yang berbentuk deskriptif dan prosedur.

Menurut Calhoun (1998) mengembangkan Picture Word Inductive Model (PWIM), menggunakan foto berisi objek yang dikenal siswa untuk memproduksi kata-kata dari anak-anak. Model ini membantu siswa menemukan beberapa kosa kata melalui apa yang mereka baca dan lihat, serta kosakata yang mereka tulis, dan juga menemukan prinsip fonetik dan struktural yang hadir dalam kata-kata.

Tujuan menggunakan PWIM adalah untuk mengembangkan kosakata, konse tentang kata-kata, kalimat dan struktur paragraf. Kekuatan menggunakan strategi ini adalah bahwa hal itu akan membantu membangun kosakata dan kemampuan menulis. Berikut adalah daftar keuntungan dari penggunaan PWIM diambil dari Calhoun (1999).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan pada semester 1 tahun ajaran 2019/2020, dimulai pada bulan September sampai dengan bulan November 2019 dilaksanakan di VIII-b SMP Negeri 1 Lumbanjulu semester satu tahun ajaran 2019/2020. SMP Negeri 1 Lumbanjulu merupakan salah satu sekolah berprestasi di Kecamatan Lumbanjulu. Secara geografis, sekolah ini sangat mendukung pembelajaran. Letaknya yang di tengah pemukiman, membuat sekolah ini nyaman dan aman untuk belajar serta jauh dari kebisingan lalu lintas.

Subyek penelitian adalah 36 siswa kelas VIII-b dengan siswa laki- laki sebanyak 22 siswa dan perempuan sebanyak 14 siswa. Rata-rata usia mereka adalah antara 11 sampai dengan 13 tahun. Sebagian besar siswa di kelas ini berasal dari keluarga menengah ke bawah, di mana kondisi keluarga kurang mendukung pembelajaran bahasa Inggris. Tidak banyak orang tua siswa yang memfasilitasi anak mereka dalam mempelajari bahasa Inggris, seperti mengajak menonton film berbahasa Inggris, mengirim anak-anak mereka ke tempat-tempat kursus, apalagi mengajak mereka berlatih menulis berbahasa Inggris.

Penelitian ini difokuskan pada hasil belajar menulis berbahasa Inggris terutama mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu di kelas VIII-b semester satu tahun ajaran 2019/2020. Data penelitian dihimpun melalui berbagai tehnik, seperti:

  • Observasi

Observasi atau pengamatan secara langsung dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar. Data yang diungkap melalui pengamatan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris. Selain itu, pengamatan juga dilakukan terhadap sikap dan perilaku siswa, baik yang tidak dikehendaki (Off Task), seperti mengobrol, mengganggu teman, bergerak ke arah yang tidak semestinya, berdiri dan duduk terlalu sering pada saat pembelajaran, keluar/masuk kelas, mengantuk, melamun, bermain HP/benda lain, dan lain-lain.

Wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan untuk mendapatkan informasi secara langsung (Wikipedia). Disamping mendapatkan gambaran secara menyeluruh, dengan wawancara diharapkan juga didapatkan informasi yang mendalam dan penting. Wawancara hanya ditujukan pada beberapa siswa yang mewakili kelompok siswa kurang berminat dan berminat dalam pelajaran bahasa Inggris. Dalam pelaksanaan wawancara digunakan pedoman guna memperoleh informasi yang lebih akurat dari siswa. Wawancara dilakukan secara langsung sehingga diperoleh penyebab permasalahan yang pokok.

Wawancara dilaksanakan secara santai dan terbuka agar subyek tidak merasa tegang sehingga jawaban yang diharapkan akan terlontar. Sebelum diadakan wawancara disampaikan tujuan wawancara kepada subyek penelitian dan bahwa wawancara tersebut tidak akan mempengaruhi apapun.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau lebih sering dikenal dengan classroom action research untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-b SMP Negeri 1 Lumbanjulu semester 1 (Satu) tahun ajaran 2019/2020 dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris guna mengungkapkan berbagai hal yang berhubungan dengan lingkungan terdekat mereka, lebih khususnya adalah mendeskripsikan benda/orang/tempat tertentu.

 

 

Siklus I

Penerapan tindakan (Action)

Seperti telah disampaikan di atas, pada tahap ini dilaksanakan pembelajaran empat tahap, yaitu BKoF, MoT, JCoT,dan ICoT. Berikut penjelasannya. Building Knowledge of the Field (BkoF)

  • Guru menunjukkan gambar benda tertentu di papan tulis.
  • Guru mengajukan beberapa pertanyaan tentang gambar tersebut.

Contoh:

What picture is it? What do you see in it? How is it? dst.

  • Guru mereview struktur generik teks deskriptif beserta unsur kebahasaannya yang pernah dibahas selama pembelajaran mendengarkan, berbicara maupun membaca.

Modeling of the Text (MoT)

  • Siswa diminta menuliskan kata benda apa saja yang ada di dalam gambar.
  • Siswa diminta menuliskan kata apa saja yang menerangkan benda tersebut.
  • Guru bersama siswa menyusun kata-kata yang telah disebutkan oleh siswa menjadi frase benda.
  • Dari beberapa frase benda yang sudah tersusun, guru mengajak siswa untuk menyusunnya menjadi sebuah kalimat sederhana.
  • Kemudian merangkainya menjadi sebuah teks deskriptif tentang benda tertentu.
  • Teks ditulis berdasarkan struktur generik yang digunakan.

Joint Construction of the Text (JcoT),

  • Siswa dibagi dalam kelompok berempat.
  • Masing-masing kelompok diberi gambar benda tertentu yang berbeda.
  • Siswa diminta mendeskripsikan gambar tersebut secara berkelompok dengan cara yang sama seperti di dalam contoh/tahap Modeling of the text.
  • Guru mengamati pekerjaan siswa sambil mencatat hal-hal yang penting dan memberikan penjelasan.

Independent Construction of the Text (IcoT).

  • Siswa mendeskripsikan gambar secara individu sesuai dengan struktur generik sebuah teks deskriptif dengan tahapan seperti dalam contoh.

Siklus II

Penerapan tindakan (Action)

Sama seperti pada tindakan siklus I, pada tahap ini dilaksanakan pembelajaran empat tahap, yaitu BKoF, MoT, JCoT, dan ICoT. Berikut penjelasannya.

Building Knowledge of the Field (BkoF)

  • Guru mereview cara mendeskripsikan benda tertentu pada pertemuan sebelumnya.
  • Guru menunjukkan gambar orang tertentu.
  • Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang bisa memancing siswa untuk menyebutkan beberapa kata (kata benda/sifat) tentang gambar tersebut. Contoh:

What picture is it?

What can you see in it? Mention it. How is he/she?, dst.

Modeling of the Text (MoT)

  • Guru mereview struktur generik teks deskriptif beserta unsur kebahasaannya yang pernah dibahas selama pembelajaran sebelumnya.
  • Siswa diminta menuliskan kata benda yang dilihat dari dalam gambar, baik kondisi fisik orang di dalam gambar, maupun pakaiannya.
  • Guru bersama siswa menyusun kata-kata yang telah disebutkan oleh siswa menjadi frase benda yang menerangkan gambar.
  • Dari beberapa frase benda yang sudah tersusun, guru mengajak siswa untuk menyusunnya menjadi sebuah kalimat sederhana.
  • Kemudian merangkainya menjadi sebuah teks deskriptif tentang orang tertentu.
  • Teks ditulis berdasarkan struktur generik yang digunakan.

Joint Construction of the Text (JcoT),

  • Siswa dibagi dalam kelompok empat.
  • Masing-masing kelompok diberi gambar orang tertentu yang berbeda.
  • Siswa diminta mendeskripsikan gambar tersebut secara berkelompok dengan cara yang sama seperti di dalam contoh/tahap Modeling of the text.
  • Guru mengamati pekerjaan siswa sambil mencatat hal-hal yang penting dan memberikan penjelasan.

Independent Construction of the Text (IcoT).

  • Guru mendisplay gambar orang tertentu.
  • Siswa diminta mendeskripsikan gambar sesuai dengan sturktur generik

Siklus III

Penerapan tindakan (Action)

Pada tahapan ini, dilaksanakan seperti pada siklus pertama maupun ke dua. Hanya saja tidak lagi direview unsur-unsur kebahasaan maupun pendukung lainnya, seperti penggunaan strategi PWIM. Berikut penjelasannya.

Building Knowledge of the Field (BkoF)

  • Guru mereview cara mendeskripsikan benda dan orang tertentu seperti pada pertemuan sebelumnya.
  • Guru menunjukkan gambar tempat tertentu, kemudian mendiskripsikannya.

Modeling of the Text (MoT)

  • Dengan pengetahuan cara mendeskripsikan benda/orang tertentu pada pertemuan sebelumnya, siswa diajak untuk mendeskripsikan gambar tempat tertentu tanpa melalui prosedur seperti dalam PWIM.

Joint Construction of the Text (JcoT),

  • Siswa dibagi berkelompok empat.
  • Masing-masing kelompok diberi gambar tempat tertentu yang berbeda.
  • Siswa diminta mendeskripsikan gambar tersebut secara berkelompok empat secara langsung tanpa melalui perosedur seperti dalam PWIM.
  • Guru mengamati pekerjaan siswa sambil mencatat hal-hal yang penting dan memberikan penjelasan.

Independent Construction of the Text (IcoT).

  • Guru mendisplay gambar tempat tertentu.
  • Siswa diminta mendeskripsikan gambar secara individu.

HASIL PENELITIAN

Sebelum diadakan tindakan, tidak banyak (9 dari 36/± 23,68%) siswa kelas VIII-b SMP Negeri 1 Lumbanjulu semester 1 tahun ajaran 2019/2020 bisa mendeskripsikan benda/orang/tempat tertentu dan itu hanya berupa frase. Meskipun demikian ini merupkan awal yang baik apabila siswa sudah bisa menyusun frase benda dengan benar. Ketika siswa siswa bisa memberikan respon terhadap pertanyaan guru namun hanya berupa sebuah kata. Ketika guru meminta untuk membuat frase, hanya 9 siswa yang meresponnya. Untuk itu perlu diadakan penelitian guna memecahkan permasalahan yang dihadapi para siswa kelas VIII-b SMP Negeri 1 Lumbanjulu semester 1 tahun ajaran 2019/2020.

Berbagai faktor mempengaruhi mengapa hal ini bisa terjadi. Namun faktor terpenting adalah kurangnya kosa kata yang mereka miliki. Meskipun kesalahan bahasa tulis tidak langsung diketahui oleh orang lain, namun bahasa tulis lebih kompleks, lengkap dan formal.

Tindakan dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap. Tindakan dilakukan dengan metode yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan strategi Picture Word Inductive Model bisa meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-b SMP Negeri 1 Lumbanjulu pada semester 1 tahun ajaran 2019/2020 dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris. Seperti telah disampaikan sebelumnya, tindakan siklus pertama, siswa mendiskripsikan benda tertentu berkelompok 4 kemudian individu dengan menggunakan strategi PWIM. Tindakan ke dua sama seperti sebelumnya, hanya objek yang didiskripsikan adalah orang tertentu. Sementara pada tindakan ke tiga, siswa mendiskripsikan gambar tempat tertentu berkelompok 4 tanpa prosedur seperti dalam strategi PWIM.

 

Siklus I

Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tindakan dilaksanakan dalam 4 tahap, seperti pada pembelajaran sehari- hari, yaitu Building Knowledge of the Text (BkoF), Modeling of the Text (MoT), Joint Construction of the Text (JCoT), dan Independent Consrtuction of the Text (IcoT). Namun pengamatan hanya difokuskan pada saat siswa mengikuti tahap Joint Construction of the Text (JCoT), dan Independent Consrtuction of the Text (IcoT).

Pada tahap JcoT, siswa bekerja sama untuk menyusun sebuah teks deskriptif tentang benda tertentu dengan tahapan seperti di dalam model.

Siklus II.

Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Seperti pada tindakan siklus satu, tindakan pada siklus ini juga dilaksanakan dalam 4 tahap, seperti pada pembelajaran sehari-hari, yaitu Building Knowledge of the Text (BkoF), Modeling of the Text (MoT), Joint Construction of the Text (JCoT), dan Independent Consrtuction of the Text (IcoT). Berikut penjelasannya. Pada tindakan siklus ke dua, siswa masih bekerja berkelompok empat kemudian mandiri untuk mendeskripsikan orang tertentu. Pelajaran dimulai dengan mereview cara mendiskripsikan gambar benda tertentu menggunakan prosedur seperti dalam strategi PWIM. Kemudian siswa diminta berlatih melakukannya di depan kelas.

Siklus II

Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Seperti pada tindakan kedua siklus sebelumnya, tindakan pada siklus ini juga dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu Building Knowledge of the Text (BkoF), Modeling of the Text (MoT), Joint Construction of the Text (JCoT), dan Independent Consrtuction of the Text (IcoT). Berikut penjelasannya.

Building Knowledge of the Field (BkoF)

  • Guru mereview cara mendeskripsikan benda dan orang tertentu seperti pada pertemuan sebelumnya.
  • Guru menunjukkan gambar tempat tertentu
  • Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang bisa memancing siswa untuk menyebutkan beberapa kata (kata benda/sifat) tentang gambar tersebut. Contoh:

What picture is it?

What can you see in it?

Mention it.

How is it?, dst.

Modeling of the Text (MoT)

  • Dengan pengetahuan cara mendeskripsikan benda/orang tertentu pada pertemuan sebelumnya, siswa diajak untuk mendeskripsikan gambar tempat tertentu tanpa melalui prosedur seperti dalam PWIM.

Joint Construction of the Text (JcoT),

Independent Construction of the Text (IcoT).

  • Guru mendisplay gambar tempat tertentu.
  • Siswa diminta mendeskripsikan gambar secara individu.

Berdasarkan hasil refleksi, didapatkan data bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris guna mendeskripsikan tempat tertentu mengalami penurunan karena tidak digunakan strategi Picture Word Inductive Model meskipun siswa masih tetap memiliki gambar.

Ini membuktikan bahwa penggunaan Picture Word Inductive Model dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-b SMP Negeri 1 Lumbanjulu dalam mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu.

Terbukti berhasil membantu siswa kelas VIII-b SMP Negeri 1 Lumbanjulu pada semester 1 tahun ajaran 2019/2020, meningkatkan hasil belajarnya dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris, terutama dalam mendeskripsikan benda, orang atau tempat secara sederhana. Kondisi awal sebelum diadakan tindakan, hanya 9 siswa (23,68%) bisa mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu berbahasa Inggris. Setelah diadakan tindakan siklus I, ada peningkatan jumlah siswa yang berhasil belajar. 15 siswa (39,47%) berhasil belajar dalam kegiatan dimaksud. Pada siklus ke dua, jumlah mengalami peningkatan menjadi 25 siswa (65,79%), dan pada siklus ke III ada 20 siswa (52,63%) berhasil belajar. Dengan demikian hipotesis dapat diterima.

KESIMPULAN

  1. Sebelum diadakan tindakan, tidak banyak (9 dari 36/± 23,68%) siswa kelas VIII-b SMP Negeri 1 Lumbanjulu semester 1 tahun ajaran 2019/2020 bisa mendeskripsikan benda/orang/tempat tertentu dan itu hanya berupa frase. Meskipun demikian ini merupkan awal yang baik apabila siswa sudah bisa menyusun frase benda dengan benar
  2. Pada siklus I, didapatkan data bahwa belum banyak siswa yang bisa mendiskripsikan benda tertentu dengan benar. Meskipun demikian, pada siklus ini telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris, namun belum memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, yaitu 65% dari seluruh siswa mencapai KKM 70 Hanya 15 siswa (± 39,47%) berhasil mencapai KKM.
  3. Setelah diadakan tindakan siklus I, ada peningkatan jumlah siswa yang berhasil belajar. 15 siswa (39,47%) berhasil belajar dalam kegiatan dimaksud. Pada siklus ke I, jumlah mengalami peningkatan menjadi 25 siswa (65,79%), dan pada siklus ke II ada 20 siswa (52,63%) berhasil belajar. Dengan demikian hipotesis dapat diterima.

SARAN

 Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran berikut:

  1. Kepada kepala sekolah hendaknya selalu menghimbau dan memberi kesempatan kepada guru untuk mengikuti pelatihan agar pengetahuan dan keterampilan guru dalam menerapkan berbagai metode dan strategi pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat terus berkembang.
  2. Kepada siswa diharapkan dapat membangun pola interaksi dan kerjasama yang baik kepada siswa-siswa lain dalam kelompok diskusi melalui metode pengajaran mind mapping atau metode lainnya.
  3. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin melakukan jenis penelitian yang sama sebaiknya dilaksanakan dengan memperbaiki langkah-langkah dalam metode ini atau mengkombinasikan dengan metode lain, atau juga menggunakan media komputer (infokus) dan layar (screen) sebagai pengganti gambar manual sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Aisah, S., Kurniasih, D., & Fitriani. (2018). Analisis Kemandirian Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia Di Kelas X SMA Negeri 3 Sintang. Jurnal Ilmiah Ar-Razi Vol.6 No. 2, Agustus 2018, Hal 76-86.

Arifin, M; Dardiri, A & Handayani, A.N. (2016). Hubungan kemampuan Penyesuaian Diri dan Pola Pikir dengan Kemandirian Belajar Serta Dampaknya Pada Prestasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Pendidikan, Vol 1 (10), 1-9.

Aslamia, S. (2018). Pengaruh Konsentrasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fikih Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Pekanbaru. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Aviana, R., & Hidayah, F. F. (2015). Pengaruh Tingkat Konsentrasi Belajar Siswa terhadap Daya Pemahaman Materi pada Pembelajaran Kimia di SMA Negeri 2 Batang. Jurnal Pendidikan Sains (JPS)3(1), 30-33.

Dimyati & Mudjiono. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fauzi, M. A. (2011). Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa dengan Pendekatan Pembelajaran Metakognitif di Sekolah Menengah Pertama. Prosiding International Seminar and the Fourth National Conference on Mathematics Education. ISSN 978-979-16353-7-0.

Hakim, T. (2005). Belajar Secara Efektif. Jakara: Puspa Swara.

Hidayati, K. & Listyani, E. (2012). Upaya Konselor untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa. Majalah Dinamika Guru, Vol. 6, Nop 2012.

Hiemstra, R. (1998). Self-Advocacy and Self-Directed Learning: A Potential Confluenced Personal Empowerment. A Peper Presented at the SUNY Empire State College Conference “Disabled, But Enabled and Empowered”.

Knowles, M.S. (1975). Self-directed Learning, A Guide for Learners and Teachers. (Chicago: Associates Press Follett Publishing Company, 1975).