UPAYA MENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI KAPILARITAS MELALUI PENERAPAN

MODEL POINT COUNTER POINT (PCP) SISWA KELAS XI MIPA 4

SMA N 1 JUWANA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Susi

Guru Fisika SMA N 1 Juwana

 

ABSTRAK

Hasil belajar yang rendah ini dapat dilihat dari hasil tes peserta didik pada materi Indonesia Masa Penjajahan, dengan nilai tertinggi 90, nilai terendah 45 dan nilai diatas KKM sebesar 75 sebesar 38,23%. Tujuan penelitian pada penelitian ini adalah: Untuk mengetahui penerapan pembelajaran Tipe Make A Match dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik kelas XI MIPA4 Semester 1 SMA Negeri 1 Juwana tahun pelajaran 2019/2020. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan 2 siklus yaitu siklus I dan II. Pelaksanaan tahap-tahap ini dibagi menjadi 2 siklus dalam penelitian tindakan kelas (Action Research) yaitu siklus I dan II, masing-masing siklus meliputi: Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Acting), Observasi (Observing), dan Refleksi (Reflecting).Berdasarkan asil penelitian dan refleksi pada siklus I, II pada materi Kapilaritas dapat disimpulkan bahwa Metode Point Counter Point efektif digunakan dengan bukti hasil peserta didik mengalami peningkatkatan dari Jadi ada kenaikan nilai rata-rata dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dari 68,67 menjadi 79,80 dan menjadi 85,85. Ada kenaikan nilai terendah dari 55 menjadi 60 dan menjadi 85. Juga ada kenaikan nilai tertinggi dari 85 menjadi 90 dan menjadi 95. Serta ada pula kenaikan ketuntasan belajar dari 13 anak menjadi 24 anak dan menjadi 34 anak.

Kata kunci: Point Counter Point

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kenyataan pembelajaran di kelas Mapel Fisika di SMA Negeri 1 Juwana selama ini dirasa sulit, memusingkan dan hasil belajar peserta didik rendah. Dalam situasi yang berlangsung secara monoton peserta didik merasa bosan dan tersiksa. Komunikasi pembelajaran hanya satu arah. Apalagi guru sebagai motivator dalam pembelajaran hanya menggunakan Tipe ceramah, maka suasana pembelajaran akan semakin tidak menarik. Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya inovatif dan kreatif dari semua komponen pembelajaran yang meliputi peserta didik, lingkungan sekolah, sarana belajar, kurikulum dan faktor guru dengan berbagai Tipe pembelajarannya. Hal ini dilakukan dengan harapan pelaksanaan program MBS yang mengarah pada Pembelajaran saat ini yang menarah pada erakan Sekolah Menyenakan (GSM).

Keberhasilan penyelenggaraan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Mapel Fisika dengan KD Kapilaritas, mampu membentuk pola tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan, serta dapat dievaluasi melalui pengukuran dengan menggunakan tes dan nontes. Proses pembelajaran akan efektif apabila dilakukan melalui persiapan yang cukup dan terencana dengan baik.

Pendekatan pembelajaran percaya bahwa belajar yang baik adalah penuh disiplin, patuh, guru sebagai satu-satunya sumber ilmu. Sementara itu nampak bahwa hasil proses pembelajaran semacam itu menciptakan peserta didik dan guru yang monoton dan statis.

Pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode, teknik dan pembelajaran variatif dan inovatif dapat diterapkan dalam setiap materi pembelajaran sehingga menarik peserta didik

Hasil belajar yang rendah ini dapat dilihat dari hasil tes peserta didik pada materi Kapilaritas, dengan nilai tertinggi 90, nilai terendah 45 dan nilai diatas KKM 38,23%. Kemajuan teknologi informasi peserta didik diharapkan secara bertahap melakukan penyesuaian dalam pengkajian informasi dalam bentuk peraga. Dalam kerangka itulah penelitian tindakan kelas ini dengan mengambil judul “UPAYA MENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI KAPILARITAS MELALUI PENERAPAN MODEL POINT COUNTER POINT (PCP) SISWA KELAS XI MIPA 4 SMA N 1 JUWANA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat disampaikan adalah: Apakah melalui penerapan pembelajaran Metode PCP dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik kelas XI MIPA 4 Semester 1 SMA Negeri 1 Juwana tahun pelajaran 2019/2020 ?

Tujuan Penelitian

 Tujuan penelitian pada penelitian ini adalah: Untuk mengetahui melalui penerapan pembelajaran Metode PCP dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik kelas XI MIPA 4 Semester 1 SMA Negeri 1 Juwana tahun pelajaran 2019/2020 ?

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk:

Umum

Memberikan manfaat secara teoritis bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan pengkajian strategi pembelajaran Sejarah dengan Tipe dan Tipe yang tepat.

Khusus

Bagi Guru

1)   Memberikan pembelajaran yang variatif, inovatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

2)   Menambah aktivitas meningkatkan kualitas pembelajaran dengan harapan KKM hasil belajar tercapai.

Bagi Peserta didik

1)   Menciptakan minat, rasa ingin tahu, penasaran dan ketertarikan terhadap pelajaran.

2)   Meningkatkan hasil belajar peserta didik

 

LANDASAN TEORI

Hakekat Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Aktivitas juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain aktivitas adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai aktivitas berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.

Menurut Mc. Donald, aktivitas adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa aktivitas adalah sesuatu yang kompleks. Menurut Siti Sumarni (2005), Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1986), aktivitas sebagai suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung aktivitas yang mendasarinya. Aktivitas secara harafiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan Aktivitas secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Menurut Sudjana, belajar adalah suatu proses yamg ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan dalam diri seseorang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.

Menurut Slameto (2003: 2). Belajar adalah ”merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”

Dari uraian yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian aktivitas belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Pemberian Aktivitas Menurut (Djmarah dan zain, 2002: 168). Adapun bentuk aktivitas yang sering dilakukan disekolah adalah: memberi angka, hadiah, pujian, gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui hasil, dan hukuman. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas: 1) Faktor individual, seperti; kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, aktivitas, dan faktor pribadi. 2) Faktor sosial, seperti; keluaga atau keadaan rumah tangga,guru dan cara mengajarnya, alat-alat dalam belajar, dan aktivitas sosial.

Hakekat Hasil Belajar

Menurut Muhibin Syah bahwa Hasil belajar merupakan prestasi yang dicapai setelah siswa menyelesaikan sejumlah materi pelajaran. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.( 2003, 213). Adapun prestasi merupakan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Dalam proses pembelajaran di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, artinya bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik (Slameto; 2003: 2).

Hakekat Point Counter Point (PCP)

Model pembelajaran kooperatif banyak ragam dan variasinya jika ingin diterapkan guru dalam pembelajaran. Sebagaimana pendapat Anita Lea dalam buku Cooperative Learning yang diterjemahkan oleh Supriyono, 2009: 90) tentang pembelajaran PAIKEM memiliki keunggulan dari masing keragaman metode yang dapat diterapkan berorientasi pada aktivitas pembelajaran anak di kelas. Dari beberapa metode pembelajaran jenis cooperatif antara lain adalah metode Jigsaw, Index Chart Match,Kuis Tim, Group Investigation, Point Counter Point dan banyak jenis lainnya.

Metode Point Counter Point adalah penerapan metode kooperatif yang dilaksanakan dengan memberikan tanggapan atau argumentasi terhadap suatu konsep yang bersifat kontroversial yang ditujukan untuk mengembangkan argumentasi serta proses berpikir siswa dari berbagai perspektif ( Suprijono, 2009:99). Pada prinsipnya penggunaan metode Point Counter Point digunakan untuk mendorong peserta didik berpikir dalam berbagai perspektif. Relevansi penggunaan metode pembelajaran ini sangat cocok diterapkan apabila seorang guru dapat memilih materi yang di dalamnya terdapat isu kontroversial, sehingga siswa dapat lebih efektif mengemukakan argumentasi yang di dalamnya dapat diadu untuk mempertahankan argumentasinya dalam kapasitas pribadi siswa maupun dalam kelompok.

Jadi metode Pint Counter Point merupakan pelaksanaan metode pembelajaran yang diterapkan secara kelompok untuk berargumentasi dalam menanggapi suatu permasalahan yang menjadi topik pembelajaran melalui argumentasi danmempertahankan pendapat pada masalah-masalah yang kontroversi. Pengertian dalam materi terdapat isu kontroversi adalah pada materi yang dibahas dalam pembelajaran akan lebih memungkinkan pada sebuah kebenaran konsep yang dapat dipatahkan dari berbagai sudut pandang.

Hakekat Point Counter Point (PCP)

Metode Point Counter Point adalah penerapan metode kooperatif yang dilaksanakan dengan memberikan tanggapan atau argumentasi terhadap suatu konsep yang bersifat kontroversial yang ditujukan untuk mengembangkan argumentasi serta proses berpikir siswa dari berbagai perspektif ( Suprijono, 2009:99). Pada prinsipnya penggunaan metode Point Counter Point digunakan untuk mendorong peserta didik berpikir dalam berbagai perspektif. Relevansi penggunaan metode pembelajaran ini sangat cocok diterapkan apabila seorang guru dapat memilih materi yang di dalamnya terdapat isu kontroversial, sehingga siswa dapat lebih efektif mengemukakan argumentasi yang di dalamnya dapat diadu untuk mempertahankan argumentasinya dalam kapasitas pribadi siswa maupun dalam kelompok.

Jadi metode Pint Counter Point merupakan pelaksanaan metode pembelajaran yang diterapkan secara kelompok untuk berargumentasi dalam menanggapi suatu permasalahan yang menjadi topik pembelajaran melalui argumentasi danmempertahankan pendapat pada masalah-masalah yang kontroversi. Pengertian dalam materi terdapat isu kontroversi adalah pada materi yang dibahas dalam pembelajaran akan lebih memungkinkan pada sebuah kebenaran konsep yang dapat dipatahkan dari berbagai sudut pandang.

Secara ringkas langkah pembelajaran dari metode Point Counter Point (PCP) adalah sebagai berikut: Suprijono, (2009: 100):

  • Membentuk kelompok siswa sesuai jumlah / kebutuhan
  • Mengatur letak posisi tempat duduk secara berhadap-hadapan
  • Guru merumuskan materi sebagai bahan diskusi
  • Tiap kelompok merumuskan argumentasi dan didiskusikan oleh anggota kelompok masing-masing.
  • Kegiatan berdebat dilaksanakan, diawali oleh pendapat salah satu kelompok untuk menyajikan pendapat dan argumentasinya.
  • Kelompok lain menmberikan tanggapan, sanggahan, bantahan dan koreksi dari pendapat kelompok lain.
  • Evaluasi untuk peserta diskusi dalam memberikan argumentasi yang telah dimunculkan

Kerangka Berpikir

Kondisi awal pembelajaran guru belum menerapkan Tipe kooperatif make a match aktivitas dan hasil belajar yang dicapai masih rendah, selanjutnya guru mengambil tindakan dengan penerapan pembelajaran ini yang dilaksanakan melalui dua siklus.

Tindakan pada Siklus I, pembelajaran sudah menerapkan metode PCP dan hasil belajar peserta didik. Tindakan pada Siklus II, melakukan pembelajaran dengan merevisi penerapan Metode PCP. Kondisi akhir diduga melalui penerapan Metode PCP dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas X MIPA 4 semester 1 SMAN 1 Juwana tahun pelajaran 2019/2020.

Hipotesis Tindakan

Untuk menjawab permasalahan yang diajukan serta guna mencapai tujuan penelitian, maka disusun hipotesis tindakan: Melalui penerapan Tipe Make a Match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn materi Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi peserta didik kelas X MIPA 4 semester 22 SMAN 1 Juwana tahun pelajaran 2019/2020.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian dan Subyek penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November 2019 kelas XI MIPA 4 semester 2 SMA N 1 Juwana tahun pelajaran 2019/2020.

Subyek penelitian adalah peserta didik kelas berjumlah 34 orang dengan perincian peserta didik laki-laki 15 orang dan perempuan 19 orang.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menggunakan Metode PCP yang terdiri atas 2 (dua) siklus yang masing-masing siklus menggunakan 4 (empat) tahapan tindakan yaitu perencanaan/persiapan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

Siklus I

  1. Rencana tindakan, membuat perangkat pembelajaran antara lain Silabus, RPP, dan alat penilaian.
  2. Pelaksanaan tindakan, menerapkan rencana tindakan pembelajaran Metode PCP
  3. Observasi, guru mitra melaksanakan pengamatan dengan bantuan lembar observasi bekerja sama dengan kolaboran.
  4. Refleksi, hasil pembelajaran dibahas peneliti dengan guru mitra kekurangan dalam tindakan.

Siklus II

  1. Rencana tindakan, membuat perangkat pembelajaran antara lain Silabus, RPP, dan alat penilaian.
  2. Pelaksanaan tindakan, menerapkan rencana tindakan pembelajaran
  3. Observasi, guru mitra melaksanakan pengamatan dengan bantuan lembar observasi dan kolaboran.
  4. Refleksi, hasil pembelajaran dibahas peneliti dengan guru mitra kekurangan dalam tindakan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian dalam kondisi awal ini belum dilakukan suatu tindakan. Dalam kegiatan pembelajaran konsisi awal ini, guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional. Pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan, juga dilakukan secara klasikal. Pembelajaran monoton, masih searah dari guru, semua kegiatan terpusat pada guru, banyak peserta didikyang kurang memperhatikan sehingga kegiatan pembelajaran nampak kurang aktif. Sehingga peserta didikkurang memahami materi yang dibahas karena kurang memperhatikan akibatnya hasil belajar peserta didikrendah.

Hasil belajar yang rendah ini dapat dilihat dari hasil tes peserta didik pada materi Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi, dengan nilai tertinggi 85, nilai terendah 45 dan nilai diatas KKM 32,35%. Modus berada pada rentang nilai 66 – 74, nilai tertinggi 90, nilai terendah 45 dan nilai rata-rata 68,67%. Dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) 75, ternyata peserta didikyang telah tuntas hanya ada 13 anak atau 38,23%, sehingga jumlah peserta didikyang belum tuntas masih ada 21 anak atau 61,33%.

Dalam proses pembelajaran kondisi awal penelitian juga mengamati aktivitas peserta didikdalam mengikuti kegiatan belajar sebagai hasil non tes.

Aktivitas dalam belajar dilihat dari keaktifan, minat dan perhatian peserta didikdalam mengikuti proses belajar. Jumlah peserta didikyang aktif hanya 5 anak atau 13,89% dan jumlah peserta didikyang nampak mempunyai minat ada 7 anak atau 19,44% serta jumlah peserta didikyang mempunyai perhatian ada 10 anak atau 27,78%. Dalam proses belajar pada kondisi awal aktivitas belajar peserta didik sangat rendah. Karena dari 34 anak hanya ada 4 anak yang aktif tinggi, dari 34 anak hanya ada 10 anak yang nampak mempunyai aktif sedang dan ada 20 anak yang aktif rendah sebesar 58,82%.

Diskripsi Siklus I

Hasil tes

Refleksi tindakan hasil tes ini dilakukan dengan membandingkan antara hasil tes pada kondisi awal dengan hasil tes pada Siklus I.

Hasil tes pada kondisi awal, nilai tertinggi 90, nilai terendah 45 dan nilai rata-rata tuntas 65,90 setelah dilakukan tindakan yaitu pembelajaran ini pada kegiatan pembelajaran Siklus I ini, maka nilai tertinggi 90, nilai terendah 60 dan nilai rata-rata 83,80.

Ada kenaikan nilai tertinggi dari kondisi awal ke Siklus I sebesar 5 atau 14,70%. Juga untuk nilai terendah dari kondisi awal ke Siklus I ada kenaikan sebesar 15 atau 44,12%. Juga nilai rata-rata kondisi awal ke Siklus I mengalami kenaikan sebesar 29,41%.

Jumlah peserta didikyang tuntas belajar antara kondisi awal dengan siklus I mengalami kenaikan sebesar 12 atau 38,24%, semula peserta didikyang tuntas hanya 13 anak pada kondisi awal, setelah ada tindakan melalui pembelajaran Metode PCP pada siklus I, peserta didikyang tuntas menjadi 25 anak.

Hasil Non Tes

Refleksi tindakan hasil non tes ini dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan mengenai keaktifan, minat, perhatian sebagai unsur aktivitas, oleh teman sejawat pada saat proses kegiatan pembelajaran antara kondisi awal dengan siklus I.

Hasil pengamatan teman sejawat pada kondisi awal, nampak hanya 5 anak yang aktif, 7 anak yang minat dan 10 anak yang perhatian. Pada siklus I setelah diterapkan pembelajaran Metode PCP, ada 10 anak yang aktif, 16 anak yang minat dan 22 anak yang perhatian.

Dapat diketahui bahwa hasil pengamatan mengenai aktivitas belajar yang dilihat dari keaktifan, minat dan perhatian antara kondisi awal dengan Siklus I masing-masing mengalami kenaikan. Untuk keaktifan ada kenaikan 6 atau 120%, untuk aktif sedang ada kenaikan 4 atau 136% dan untuk aktif rendah ada kenaikan 10 atau 130%.

Diskripsi Siklus II

Hasil tes

Refleksi tindakan hasil tes ini dilakukan dengan membandingkan antara hasil tes pada Siklus I dengan hasil tes Siklus II. Hasil tes pada Siklus I nilai tertinggi 95, nilai terendah 65 dan nilai rata-rata 85,85. Pada Siklus I sudah dilakukan pembelajaran Metode PCP dan pada Siklus II dilakukan perbaikan dengan membentuk kelompok kecil dan mendapat bimbingan dari guru. Hasil tes Siklus II ini diperoleh nilai rata-rata 85,,85. Dapat diketahui bahwa ada kenaikan nilai tertinggi dari Siklus I ke Siklus II sebesar 5 atau 14,70% dan untuk nilai terendah ada kenaikan 10 atau 22,22%, juga untuk nilai rata-rata ada kenaikan 6,05 atau 19,55%.

Dapat diketahui bahwa jumlah peserta didikyang tuntas belajar antara Siklus I dengan Siklus II setelah diadakan perubahan penggunaan pembelajaran Metode PCP mengalami kenaikan sebesar 10 atau 29,41%. Semula Siklus I jumlah peserta didikyang tuntas 24 anak atau 7,18 dan Siklus II jumlah peserta didikyang tuntas ada 34 anak atau 100%.

Hasil Non Tes

Refleksi tindakan hasil non tes ini dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan mengenai keaktifan, minat dan perhatian sebagai unsur aktivitas, oleh teman sejawat selama proses pembelajaran antara Siklus I dan Siklus II

Hasil pengamatan teman sejawat pada Siklus I nampak 10 anak yang aktif, 16 anak yang minat dan 22 anak yang perhatian. Pada siklus II setelah ada perbaikan dalam pembelajaran Metode PCP, ada 30 anak yang aktif, ada 28 anak yang minat dan ada 34 anak yang perhatian.

Dapat diketahui bahwa hasil pengamatan mengenai aktivitas belajar yang dilihat dari keaktifan, minat dan perhatian antara Siklus I dan Siklus II, masing-masing mengalami kenaikan. Untuk keaktifan ada kenaikan sebesar 20 atau 200%, untuk minat ada kenaikan sebesar 20 atau 200% dan untuk perhatian juga ada kenaikan sebesar 20 atau 200%.

Pelaksanaan Tindakan

Pada kondisi awal dalam penelitian ini, kegiatan pembelajaran belum menggunakan pembelajaran Metode PCP. Dalam kegiatan pembelajaran kondisi awal ini guru masih menggunakan metode konvensional, yaitu ceramah dan pemberian tugas.

Kegiatan pembelajaran konvensional membuat peserta didikkurang aktif tampak kurang minat dan kurang perhatian, sehingga aktivitas belajar rendah. Peserta didiksulit memahami konsep materi yang dibahas akibatnya hasil belajar peserta didikrendah.

Pada Siklus I dilakukan suatu tindakan dengan cara membentuk kelompok besar, tiap kelompok terdiri dari 10 siswa, sedangkan kelompok lain 11 peserta didikkarena jumlah peserta didikkelas ada 34 anak, maka ada 3 kelompok.

Pada kegiatan pembelajaran pertemuan ke 1: guru mempresentasikan materi Indonesia Masa Penjajahan lalu memberi tugas perkelompok untuk mendiskusikan dan mengerjakan soal secara bersama-sama. Dan pada pertemuan ke 2: masih secara berkelompok peserta didikmelanjutkan diskusi dan menjelaskan unjuk kerja atau lembar kerja secara bersama-sama. Setelah selesai selanjutnya dilaksanakan tes.

Menurut pengamatan teman sejawat, dalam kegiatan pembelajaran pada Siklus I ini terlihat hanya ada beberapa peserta didikyang aktif, minat dan perhatian, sehingga aktivitas belajar masih kurang. Hal ini disebabkan jumlah peserta didikdalam kelompok masih terlalu banyak, tiap kelompok 10 sampai 11 anak.

Pada Siklus II kegiatan pembelajaran juga sudah menggunakan pembelajaran Metode PCP namun perlu memperbaiki dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4 anak. Untuk menambah aktivitas belajar,guru memberikan bimbingan dalam melaksanakan materi kepada kelompok kecil ini sehingga setiap kelompok benar-benar bisa memahami konsep materi ini

Pada kegiatan pembelajaran pertemuan ke 1: guru mempresentasikan materi dan menyusun kertas kerja secara singkat melalui peta konsep, lalu memberi tugas perkelompok untuk mendiskusikan dan mengerjakan secara individu per kelompok. Dan pada pertemuan ke 2: masih secara berkelompok peserta didik melanjutkan diskusi dan mengerjakan unjuk kerja atau lembar kerja dengan bimbingan guru sampai semua anggota kelompok dapat memahami konsep materi ini serta setelah selesai satu KD melaksanakan tes bagi peserta didikyang memperoleh nilai tertinggi diberi penghargaan.

Hasil Pengamatan

Pada kondisi awal kegiatan pembelajaran masih menggunakan metode yang konvensional yaitu ceramah dan penugasan saja, sehingga aktivitas belajar kurang, peserta didikkurang memahami konsep materi yang dibahas akibatnya hasil belajar rendah.

Rendahnya hasil belajar peserta didiktersebut dapat dilihat dari hasil tes pada kondisi awal, nilai rata-ratanya 68,67 nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 85. Dengan KKM 75 jumlah peserta didikyang tuntas ada 13 sebesar 38,23% anak, jumlah peserta didikyang belum tuntas ada 21 anak.

Dari hasil pengamatan teman sejawat dalam kegiatan pembelajaran pada kondisi awal ini ada beberapa peserta didikyang aktif, minat dan perhatian, sehingga aktivitas belajar masih kurang.

Setelah dilakukan tindakan pada Siklus I ini, nilai rata-ratanya 79,80, nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 90. Dengan KKM 75, jumlah peserta didikyang tuntas memenuhi KKM ada 24 anak sebesar 70,58%, jumlah peserta didikyang belum tuntas ada 13 anak.

Pada Siklus II, kegiatan pembelajaran masih menggunakan Metode PCP yang diperbaiki dengan membentuk kelompok kecil dan guru membimbing juga, nilai rata-rata 85,85, nilai terendah 85 dan nilai tertinggi 95. Dengan KKM 75, jumlah peserta didikyang tuntas telah memenuhi KKM ada 34 anak sebesar100%, jumlah peserta didikyang belum tuntas tidak ada.

Berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat dalam kegiatan pembelajaran pada Siklus I ini, aktifitas belajar peserta didikmakin meningkat, terlihat dari keaktifan, minat dan perhatian peserta didikpada pembelajaran Siklus I ini makin bertambah daripada kondisi awal. Namun penambahannya belum optimal untuk itu perlu ada perbaikan lagi.

Pada Siklus II, kegiatan pembelajaran masih menggunakan Metoe PCP yang diperbaiki dengan membentuk kelompok kecil dan guru membimbing. Nilai rata-rata 85,85, nilai terendah 85 dan nilai tertinggi 95, dengan KKM 75 jumlah peserta didikyang tuntas telah memenuhi KKM ada 34 anak, jumlah peserta didik tuntas 100%.

Berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat dalam kegiatan pembelajaran pada Siklus II ini, aktivitas belajar peserta didikmeningkat sangat baik. Hal ini terlihat dari keaktifan, minat dan perhatian peserta didik bertambah sangat signifikan. Dari 34 anak keaktifan tinggi hanya ada 20, aktif sedang 9 anak anak dan aktif rendah 5 anak yang tidak aktif.

Hasil refleksi

Hasil tes

Hasil tes pada kondisi awal nilai rata-ratanya 68,67 sedangkan hasil tes pada Siklus I nilai rata-ratanya 79,80 dan hasil tes pada Siklus II nilai rata-ratanya 85,85.

Hasil tes pada kondisi awal ini, nilai terendah 55, nilai tertinggi 85. Sedangkan hasil tes Siklus I nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 90, serta hasil tes pada Siklus II nilai terendah 85, tertinggi 95.

Ketuntasan belajar pada kondisi awal, jumlah peserta didik yang tuntas hanya 13 anak. Pada siklus I peserta didik yang tuntas ada 24 anak dan pada siklus II peserta didikyang tuntas ada 34 anak.

Jadi ada kenaikan nilai rata-rata dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dari 68,67 menjadi 79,80 dan menjadi 85,85. Ada kenaikan nilai terendah dari 55 menjadi 60 dan menjadi 85. Juga ada kenaikan nilai tertinggi dari 85 menjadi 90 dan menjadi 95. Serta ada pula kenaikan ketuntasan belajar dari 13 anak menjadi 24 anak dan menjadi 34 anak.

Hasil Non Tes

Hasil non tes ini terlihat dalam proses kegiatan pembelajaran tentang aktivitas belajar melalui unsur keaktifan, minat, dan perhatian siswa. Pada kondisi awal pembelajaran peserta didikbanyak yang tidak aktif, pada siklus I aktivitas belajar meningkat karena keaktifan, minat dan perhatian peserta didikmakin meningkat. Dan pada siklus II dengan memperbaiki tindakan, maka aktivitas belajar meningkat secara signifikan, karena semua peserta didikterlihat keaktifan tinggi, keaktifan sedang dan keaktifan rendah.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan asil penelitian dan refleksi pada siklus I, II pada materi Kapilaritas dapat disimpulkan bahwa Metode PCP efektif digunakan dengan bukti hasil peserta didik mengalami peningkatkatan dari Jadi ada kenaikan nilai rata-rata dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dari 68,67 menjadi 79,80 dan menjadi 85,85. Ada kenaikan nilai terendah dari 55 menjadi 60 dan menjadi 85. Juga ada kenaikan nilai tertinggi dari 85 menjadi 90 dan menjadi 95. Serta ada pula kenaikan ketuntasan belajar dari 13 anak menjadi 24 anak dan menjadi 34 anak.

Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan peneliti antara lain:

  1. Untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menyenangkan maka diperlukan Tipe pembelajaran inovasi seperti Metode Point Counter Point (PCP.
  2. Tipe pembelajaran inovasi seperti Metode Point Counter Point (PCP) dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Asman Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosda Karya.

Rosalia, Tara. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Rusman. 2011. Tipe-Tipe Pembelajaran Mengembangkan Profeisonalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sardiman A.M. ,2010; Interaksi dan Aktivitas Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, cet. Ke-2.

Sardiman A.M. ,2010; Interaksi dan Aktivitas Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, cet. Ke-2.

Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Ganeca Exact.

Sugiyanto. 2007. Tipe Inovasi Pembelajaran. Surakarta: UNS Press.

Suprijono. 2009. Model-Model Pembelajaran di Sekolah. Jakarta: Rajawali Pers.

Sutopo, HB. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Syah. Muhibbin, 2003; Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.