UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS

DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

TENTANG BANGUN RUANG SEDERHANA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

BAGI SISWA KELAS I SDN SENDANGGAYAM

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Siti Garwati

SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo

 

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika tentang bangun ruang sederhana pada siswa kelas I SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, tahap observasi dan tahap refleksi. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 31 siswa. Analisis data menggunakan analisis diskriftis kualitatif dan deskriptif komparatif dengan cara membandingkan hasil Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II. Dari hasil perbaikan pembelajaran terhadap materi bangun ruang sederhana terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada setiap siklus. Pada pembelajaran pra siklus, aktivitas belajar siswa rendah. Tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 38,71%. Rata-rata nilai ulangan harian siswa 60,97. Pada siklus I, aktivitas belajar siswa cukup. Ketuntasan belajar mencapai 67,74% dan rata-rata nilai ulangan harian 70,97. Siklus II kembali menunjukkan peninkatan. Aktivitas belajar siswa tinggi. Ketuntasan belajar siswa mencapai 87,10 dan rata-rata nilai ulangan harian 78,71.

Kata Kunci     :           akivitas belajar, hasil belajar, pembelajaran matematika, model pembelajaran make a match

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Matematika yang dipelajari di Sekolah Dasar adalah matematika yang materinya dipilih sedemikian rupa agar mudah diaplikasikan peserta didik dalam kehidupannya. Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek bilangan, geometri, pengukuran dan pengolahan data. Khusus pada aspek geometri tentang standar kompetensi mengenal bangun ruang sederhana siswa kelas I SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora tahun pelajaran 2005/2016, hasil belajar siswa masih rendah. Dari jumlah 31 siswa yang mendapat nilai tuntas hanya 12 siswa (38,71%) dan 19 siswa (61,29%) mendapat nilai belum tuntas dengan nilai KKM 70. Nilai rata-rata ulangan harian 60,97. Dalam proses pembelajaran kompetensi dasar mengelompokan contoh-contoh bangun ruang sederhana (balok, prisma, tabung, bola, dan kerucut), siswa masih tampak kurang aktif, kurang berminat, masih tampak bingung, dan suasana kelas masih gaduh, serta masih banyak siswa yang bermain dan berbicara dengan temannya.

Rendahnya hasil belajar mengenal bangun-bangun ruang ini disebabkan karena dalam pengenalan geometri ruang guru langsung memberi informasi pada siswa tentang ciri-ciri bangun ruang tersebut dan guru hanya menggambar bangun geometri dipapan tulis dan hanya menunjukan gambar yang ada pada buku siswa. Walaupun sudah menggunakan peraga , siswa hanya melihat saja bangun ruang yang ditunjukan guru tersebut, akibatnya pengalaman siswa untuk mencari dan menemukan sendiri ciri-ciri bangun geometri ruang yang dipelajari kurang. Guru belum menyampaikan topik geometri ruang dengan metode dan tehnik pembelajaran matematika yang benar dan inovatif. Pembelajaran terpusat pada guru, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang bisa bekerja sama dalam kelompok diskusi dalam pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri sehingga siswa jarang menemukan jawaban permasalahan atau konsep yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran di kelas guru aktif mentransfer pengetahuan ke pikiran siswa (guru mengajar siswa), siswa menerima secara pasif (siswa berusaha menghafalkan pengetahuan yang diterima), pembelajaran dimulai oleh guru dengan menjelaskan konsep atau prosedur menyelesaikan soal, memberi soal latihan pada siswa, memeriksa dan memberi nilai pada pekerjaan siswa dan kemudian memberi penjelasan lagi atau memberi tugas pekerjaan rumah pada siswa. Penyampaian materi yang bersifat monoton atau tanpa variasi siswa cenderung cepat merasa bosan, jenuh dan pasif.

Berdasarkan masalah di atas perlu adanya cara pemecahan masalah atau solusi tindakan yaitu diadakan penelitian tindakan kelas. Mengingat keterbatasan yang ada pada peneliti bedasarkan masalah di atas agar aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat dan tercipta proses pembelajaran yang yang aktif inovatif kreatif efektif dan menyenangkan, peneliti memutuskan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: ”Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Tentang Bangun Ruang Sederhana Melalui Model Pembelajaran Make A Match Bagi Siswa Kelas I SDN Sendanggayam Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.     Apakah model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan aktivitas belajar Matematika tentang bangun ruang sederhana pada siswa kelas I SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo Tahun Pelajaran 2015/2016?

2.     Apakah model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang bangun ruang sederhana pada siswa kelas I SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo Tahun Pelajaran 2015/2016?

3.     Apakah model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika tentang bangun ruang sederhana pada siswa kelas I SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo Tahun Pelajaran 2015/2016?

Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1.     Meningkatkan aktivitas belajar Matematika tentang bangun ruang sederhana pada siswa kelas I SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo Tahun Pelajaran 2015/2016.

2.     Meningkatkan hasil belajar Matematika tentang bangun ruang sederhana pada siswa kelas I SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo Tahun Pelajaran 2015/2016.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya dan lebih khusus diharapkan bermanfaat bagi:

1.     Manfaat bagi siswa, memperoleh pengalaman belajar aktif dalam suasana yang menyenangkan yaitu dengan mencari pasangan sambil belajar dan dapat menumbuhkan kerjasama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada ditangan mereka.

2.     Manfaat bagi guru, memberikan bekal dan solusi agar dapat menerapkan, mengembangkan, memilih serta menerapkan model pembelajaran inovatif di dalam kelas yang menjadi tanggung jawab guru.

3.     Manfaat bagi sekolah, meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah sehingga kualitas pendidikan lebih terjamin.

KAJIAN PUSTAKA

Hakikat Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup (long live educational). Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah prilakunya. Dengan demikian hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar, perubahan tersebut diharapkan adalah perubahan perilaku positip. Menurut Iskandar (2009:102) belajar dapat didifinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu keinginan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, denan keadaan bahwa karakteritis-karakteritis dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderungan reasi asli, kematangan, atau perubahan sementara dari organisme.

Menurut UNESCO terdapat empat pilar belajar yaitu: learning to know yaitu belajar untuk mengethui, learning to do, belajar untuk aktif makna disini adalah bahwa belajar merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia apa bila ingin menjadi manusia seutuhnya melalui belajar aktif (active learning). Kegiatan belajar harus dilakukan secara sadar, terus menerus , dan aktif shingga terjadi perubahan diri yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Leaning to be belajar untuk menjadi,makna dari “learning to be” adalah proses belajar yang dilakukan peserta didik menghasilkan perubahan, perilaku, individu atau masyarakat terdidik yang mandiri makna belajar disini bukan hanya menulis, menghafal, membaca tetapi melalui belajar seseorang mendapatkan jati diri dan kebahagiaan. Kegiatan belajar dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuhan untuk berproduktivitas melalui kerja yang sesuai dengan kompetensi yang kita miliki, “learning to live together”, belajar untuk bersama-sama.

Dalam belajar mengenal tiga prinsip belajar yaitu sebagai berikut:

1.     Perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri: a) sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu ubahan yang disadari; b) kontinu atau berkesinambungan dengan prilaku lainnya; c) fungsional atau bermafaat sebagai bekal hidup; d) positif atau berkomunikasi; e) aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan; f) permannen atau tetap; dan g) bertujuan dan terarah, dan mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

2.     Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong keburtuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistimatis yang dinamis, kontruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan yang fungsional dari berbagai komponen belajar.

3.     Belajar merupakan bentuk pengalaman.Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya (Suprijono, 2009:4).

Jadi inti belajar adalah kata kuncinya adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui perubahan perilaku individu terjadi secara sengaja dan sadar, per4ubahan perilaku individu bersifat kontinu dan fungsional, perubahan perilakun individu bersifat positif dan aktif, perubahan sepanjang hayat , proses belajar terarah dan bertujuan dan perubahan mencakup aspek perilaku individu.

Aktivitas Belajar

Menurut Djamarah (2008: 82) aktivitas siswa adalah suatu kegiatan dilakukan oleh siswa bersifat fisik maupun mental. Kadar daya serap anak didik terhadap materi pelajaran bervariasi sesuai tingkat keberhasilannya. Ada beberapa aspek untuk membedakan peserta didik, yaitu: perbedaan biologis (ciri-ciri individu anak didik yang dibawa sejak lahir), intelektual (kemampuan yang bersifat bawaan), dan psikologis (perbedaan karakteristik yang dipengaruhi oleh bawaan dan lingkungan).

Aktivitas siswa adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa, bersifat fisik maupun mental dalam proses belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas belajar meliputi: (1) mendengarkan; (2) memandang, (3) membaca, membau, mencicipi/ mengecap; (4) menulis dan mencatat; (5) membaca; (6) membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggaris bawahi; (7) mengamati tabel- tabel, diagram- diagram, dan bagan- bagan; (8) mengingat; (9) berfikir; (10) latihan atau praktik.

Hasil Belajar

Perlu ditegaskan bahwa setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses belajar-mangajar, baik disengaja maupun tidak disengaja, disadari maupun tidak disadari.Dari proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar dan sebagainya. Menurut Suprijono (2009: 5) menjelaskan tujuan belajar yang eksplesif diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional , lazim dinamakan intruksional effects, yaitu bisa berbentuk pengetahuan dan ketrampilan. Sementara tujuan belajar intruksional yang menyertai tujuab belajar instruksional lazim disebut nurturant effects. Bentuknya berupa, kermampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi“ (live in) suatu sistim lingkungan belajar tertentu. Sedangkan pengertian hasil belajar adalah pola-pola perbuatan ,nilai-nilai, pengertian-pengertian , sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan.

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dominan kognitif adalah knowledge (pengetahuhan, ingatan), comprehension (pemahaman, penjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru) ; dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterizapr, routine, dan rountinized. Psiokomotor juga mencangkup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial menajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lingrend hasil pembelajaran meliputi kecerdasan, kapan, informasi, pengertian dan sikap.

Sedangkan menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pengertian penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian tujuan hasil belajar peserta didik , BSNP (2007:4) secara umum tujuan penilaian hasil belajar yaitu: 1) Menilai pencapaian kompetensi peserta didik, 2) Memperbaiki proses pembelajaran, dan 3) sebagai bahan penyusunsn laporan kemajuan belajar sedangkan tujuan secara khusus yaitu: 1) Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa, 2) mendiagnosis kesulitan belajar, 3) Memberikan umpan balik/ perbaikan proses belajar mengajar, 4) penentuan kenaikan kelas, dan 5) memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.

Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Kegiatan yang terjadi pada diri peserta didik sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran. Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar adalah usaha sadar dan sengaja untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang elajar, dimana perubahan belajar itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan adanya usaha dengan mengaktifkan faktor intern.

Suprijono (2009: 10) menjelaskan pembelajaran menunjukan pada proses pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai center stage performance. Pembelajaran lebih menekankan bahwa peserta didik sebagai makluk berkesadaran memehami arti penting interaksi dirinya dengan lingkungan yang menghasilkan pengalaman adalah kebutuhan. Kebutuhan baginya mengembangkan seluruh potensi kemanusiaan yang dimilikinya.

Menurut Sanjaya (2006:2), proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai suatu ssistem, proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yaitu tujuan, materi pembelajaran, metode atau strategi, media, dan evaluasi.

Itulah pentingnya bahwa proses pembelajaran merupakan suatu sistem, karena pembelajaran adalah kegiatan yang bertujuan membelajarkan siswa dan proses pembelajaran itu merupakan ringkasan kegiatan yang melibatkan berbagai komponen. Melalui pemahaman sistem, minimal setiap guru akan memahami tujuan pembelajaran atau hasil yang diharapkan, proses kegiatan yang harus dilakukan, pemanfaatan setiap komoponen dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana mengetahui keberhasilan pencapaian lembar.

Belajar Matematika harus dipandang sebagai suatu proses untuk mengkontruksikan konsep-konsep matematika dan strategi penyelesaian suatu masalah. Dalam mengkontruksi itu si pembelajaran harus aktif. Menurut Y. Marpaung (2007:3) bahwa matematika adalah aktivitas manusia. Si pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam pembelajaran matematika. Si pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam pembelajaran matematika. Si pembelajar bukan insan yang pasif menerima apa yang disampaikan oleh guru, tetapi aktif baik secara fisik, teristimewa secara mental mengolah dan menganalisa informasi, mengkontruksi pengetahuan matematika.

Matematika adalah aktivitas manusia, matematika lahir dan tumbuh dari aktivitas manusia. Banyak dimensi kehidupan kita sehari-hari yang berhubungan dengan ilmu matematika, karenanya belajar matematika akan lebih bermakna bila siswa diberi ketrampilan seluas-luasnya beraktivitas matematis. Siswa diharapkan beraktivitas membangun sendiri dan pengetahuan dan ketrampilan matematikanya. Roosilawati (2005:3), mengemukakan dalam pembelajaran matematika yang membuat matematika terasa mudah dan menyenangkan, matematika harus dikaitkan dengan realitas kehidupan, dekat dengan alam pikiran siswa dan relevan dengan masyarakat agar menjadi nilai manusiawi. Matematika haruslah tidak dipandang sebagai materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa atau orang lain tetapi hendaklah di pandang sebgagai kegiatan manusia sehingga pendidikan matematika haruslah berfokus pada matematika sebagai kegiatan.

Sedangkan menurut Van den Heuvel-Panhuizen (1996), dalam Y. Marpaung, 2007:3) merumuskan 5 prinsip pendidikan matematika Realistik atau Realistie Mathematic Education (RME) yaitu prinsip aktivitas, prinsip realitas, prinsip berjenjang, prinsip jalinan, prinsip interaksi.

Model Pembelajaran Make A Match

Pengertian model dalam pembelajaran menurut Suprijono (2009:45) model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (2008:5) istilah model secara khusus diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan belajar mengajar di kelas. secara khusus diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan belajar mengajar di kelas.

Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Teknik belajar mengajar mencari pasangan (make a match) dikembangkan oleh Larana Curran. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Sugiyanto (2008:47) menjelaskan langkah teknis pembelajaran make a match (mencari pasangan) yaitu sebagai berikut: 1) guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian), 2) setiap siswa mendapatkan 1 buah kartu, 3) setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.4) siswa juga bisa bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok. Menurut Suprijono (2009:94-96) menjelaskan hal-hal yang perlu disiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Langkah berikutnya adalah guru membagi komunitas kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ke tiga adalah kelompok penilai. Aturlah posisi kelompok tersebut berbentuk huruf U. Upayakan kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan.

Kerangka Berpikir

Pada awal pembelajaran siswa belum mampu memahami materi bangun ruang sederhana, terbukti dengan hasil evaluasi belajar rendah, nilai ketuntasan belajar masih banyak yang belum mencapai KKM yang ditentukan. Penerapan model pembelajaran Make A Match bertujuan untuk membuat siswa merasa senang dalam pembelajaran. Dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka berpikir, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

1.     Melalui model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika tentang bangun ruang sederhana bagi siswa kelas I SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo Tahun Pelajaran 2015/2016.

2.     Melalui model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan aktivitas hasil belajar matematika tentang bangun ruang sederhana bagi siswa kelas I SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo Tahun Pelajaran 2015/2016.

METODOLOGI PENELITIAN

Seting dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora. Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2015/2016 tepatnya selama 3 bulan yaitu pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2015. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas I SDN Sendanggayam yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu data yang berasal dari subyek penelitian dan dari bukan subyek. Sumber data dari subyek penelitian merupakan sumber data primer yaitu tentang proses dan hasil belajar siswa.

Sedangkan tektik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian tindakan kelas ini adalah: (1) Dokumen, digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar kondisi awal siswa yaitu berupa daftar nilai/ laporan penilaian, pengolahan dan analisis hasil belajar siswa; (2) Tes, digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa yang berupa butir soal; dan (3) Pengamatan, menggunakan lembar pengamatan yaitu untuk mengetahui proses belajar mengajar tentang keaktifan, suasana belajar dan kerjasama siswa.

Validitas Data dan Analisis Data

Untuk memperoleh data yang valid mengenai aktivitas dan hasil belajar matematika tentang bangun ruang sederhana siswa kelas I SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo tahun pelajaran 2015/2016, valiadasi yang dilakukan yaitu:

1.     Aktivitas siswa (pengamatan) divalidasi dengan melalui trianggulasi sumber yaitu data yang berasal dari siswa, guru, dan kolaborasi teman sejawat. Data kualitatif hasil pengamatan menggunakan analisis deskriftif kualitatif berdasarkan pengamatan dan refleksi dengan membandingkan proses kondisi awal, siklus I dan siklus II.

2.     Hasil belajar yang berupa nilai tes yang divalidasi adalah istrumen tes yang berupa butir soal dengan content validity diperlukan kisi-kisi soal. Data yang berupa angka (data kuantitatif) menggunakan analisis deskrriftif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes siklus I, dan nilai tes siklus II kemudian direfleksi.

Prosedur Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan/observasi dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Pra Siklus

Pembelajaran pra siklus dilaksanakan oleh peneliti dengan pembelajaran yang konvensional. Peneliti belum menggunakan model pembelajaran Make A Match. Kegiatan pembelajaran didominasi guru dengan menggunakan metode ceramah dan penugasan. Siswahanya pasif menerima materi pelajaran dari guru. Aktivitas siswa dalam pembelajaran rendah. Pada saat dilakukan ulangan harian, hasil yang diraih juga rendah. Dari 31 siswa kelas I yang tuntas belajar dengan KKM 70 adalah 12 siswa atau 38,71%. Sebanyak 19 siswa atau 61,29% tidak tuntas belajar. Rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 60,97.

Deskripsi Hasil Siklus I

Pelaksanaan tindakan pada Siklus I sesuai dengan yang direncanakan yaitu pada bulan Agustus 2015. Selama proses pembelajaran, peneliti dan teman sejawat melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dengan menggunakan lembar pengamatan. Hasil dari pengamatan menunjukan aktivitas siswa sudah cukup aktif. Pada akhir siklus dilakukan ulangan harian untuk mengukur tingkat ketercapaian pembelajaran pada Siklus I. Hasil dari ulangan harian pada akhir siklus menunjukkan jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 21 siswa atau 67,74%. Sisanya, 10 siswa atau 32,26% tidak tuntas belajar. Rata-rata nilai ulangan harian pada siklus I adalah 70,97.

Deskripsi Hasil Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada bulan Oktober 2015. Hasil pengamatan peneliti dan teman sejawat selama proses pembelajaran menunjukkan aktivitas belajar siswa masuk kriteria tinggi. Seperti halnya pada Siklus I, pada akhir Siklus II juga dilakukan ulangan harian. Hasil dari ulangan harian pada akhir siklus menunjukkan jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 27 siswa atau 87,10%. Sisanya, 4 siswa atau 12,90% tidak tuntas belajar. Rata-rata nilai ulangan harian pada siklus I adalah 78,71.

Pembahasan

Data yang dikumpulkan pada pembelajaran pra siklus, siklusI, dan siklus II dianalisis dengan membandingkan hasil pada setiap siklus. Berikut ini adalah analisis hasil penelitian yang dilakukan

1.     Aktivitas belajar siswa meningkat. Pada kondisi awalaktivitas belajar siswa masuk kriteria rendah. Pada siklus I aktivitas belajar siswa meningkat menjadi cukup. Peningkatan aktivitas belajar siswa kembali meningkat pada siklus II yaitu masuk kriteria tinggi.

2.     Tingkat ketuntasan belajar siswa meningkat. Pada kondisi awal tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 38,71%. Pada siklus I meningkat menjadi 67,74%. Pada siklus II kembali terjadi peningkatan menjadi 87,10%. Secara keseluruhan, tingkat ketuntasan belajar siswa meningkat sebesar 48,39%.

3.     Rata-rata nilai ulangan harian siswa meningkat. Pada kondisi awal, rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 60,97. Pada siklus I meningkat menjadi 70,97. Pada siklus II kembali terjadi peningkatan menjadi 78,71. Secara keseluruhan, rata-rata nilai ulangan harian siswa menigkat sebesar 17,74.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yang dilakukan adalah:

1.     Penerapan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan aktivitas belajar Matematika tentang bangun ruang sederhana pada siswa kelas I SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo Tahun Pelajaran 2015/2016.

2.     Penerapan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang bangun ruang sederhana pada siswa kelas I SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo Tahun Pelajaran 2015/2016.

3.     Penerapan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika tentang bangun ruang sederhana pada siswa kelas I SDN Sendanggayam Kecamatan Banjarejo Tahun Pelajaran 2015/2016.

Saran

Berkaitan dengan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka saran yang disampaikan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah:

1.     Saran bagi siswa, agar siswa dapat mengikuti dalam proses pembelajaran lebih aktif dengan suasana yang menyenangkan tanpa rasa takut atau tekanan serta dapat menumbuhkan kerjasama antara siswa dengan kelompoknya.

2.     Saran bagi guru, memberikan bekal dan solusi pemecahan agar dapat menerapkan dan mengembangkan dalam memilih serta menerapkan model pembelajaran inovatif di kelas yang menjadi tanggung jawab profesional sebagai guru.

3.     Saran bagi sekolah, memberikan berbagai alternatif tindakan pembelajaran dalam mengembangkan model pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008: Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan. Ciputat: Gaung Persada (GP) Press

Roosilawati, Erwin. 2005. Pendekatan Kontekstual. Semarang: LPMP Jawa Tengah

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Lerning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Yansen, Marpaung. 2007. Penilaian dan Evaluasi dalam Pendidikan Matematika Realistik. Semaramg: LPMP Jawa Tengah