MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR

ANAK ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVE DISORDER (ADHD) MENGGUNAKAN PERMAINAN CONGKLAK PEMBAGIAN

 

Venita Tri Septiana

Ajeng Ayu Widiastuti

Program Studi Pendidikan Guru PAUD

FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

 

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah permainan congklak pembagian yang digunakan dapat meningkatkan konsentrasi belajar anak dengan gangguan ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder). Metode dalam penelitian ini eksperimen dengan desain subjek Tunggal. Dalam penelitian ini dilakukan dengan 5 sesi dengan pembagian 2 hari baseline dan 3 hari intervensi. Adapun indikator yang dipakai yaitu: menyelesaikan tugas yang diberikan oleh tutor. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis visual yang dibagi menjadi 2 yaitu dalam kondisi dan antar kondisi. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perubahan konsentrasi anak sebelum dan sesudah dilakukannya permainan congklak pembagian. Berdasarkan data analisis yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa permainan congklak pembagian memiliki pengaruh yang positif terhadap indikator dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh tutor.

Kata kunci:   Anak Berkebutuhan Khusus, ADHD, Konsentrasi belajar, Permainan Congklak Pembagian

ABSTRACT

The aim of this study is to increase the concentration of child with ADHD by using congklak pembagian game. This research was used experimental method with the design of a Single Subject Experiment. In this study conducted with 5 sessions with the distribution of 2 baselines and 3 interventions. This study uses 1 indicator which complete the assignment given by the tutor. The data obtained were analyzed using visual analysis collected into 2, analyzed in conditions and analyzed between conditions. This analysis was conducted to determine changes in concentration before and after improvement in congklak pembagian games. Based on the data analysis carried out, conclusion can be drawn that congklak pembagian game having a positive influence on indikator.

Keywords: Child with Special Need, ADHD, Konsentrasi belajar, Permainan congklak pembagian

 

PENDAHULUAN

ADHD berasal dari kata Attention yang berarti perhatian, Deficit yang berarti berkurang, Hyperactive yang berarti hiperaktif dan Disorder berati gangguan. Di Indonesia ADHD sering disebut gangguan pemusatan perhatian disertai dengan hiperaktif.

Menurut DSMIV T-R dalam http://forumkonsultasi.org (2014), ada 3 ciri-ciri pada gangguan ini adalah 1. Inatensi (gangguan pada memberikan perhatian), 2. Impulsivitas (gangguan untuk menahan apa yang diinginkan), 3. Hiperaktiv

Menurut American Psychiatric Association (2000) mengemukakan bahwa (ADHD) adalah suatu gangguan pada perkembangan anak yang memiliki ciri-ciri yaitu gangguan pada perhatian (impulsive) dan mengalami hiperaktivitas yang seringkali menganggu pada bidang akademik, social maupun dalam pekerjaan

Sedangkan menurut Saputro (2009), Semiawan & Mangunsong (2010) Fanu (2006), Sugiarmin & Baihaqi (2006) menyatakan bahwa ADHD adalah gangguan yang ditandai dengan perilaku yang tidak bisa diam (hiperaktif), gangguan memberikan suatu perhatian yang lebih (inatensi) dan memiliki perilaku yang tidak mau diatur (impulsive) serta memiliki kebiasaan yang menghambat hidupnya dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Menurut Arga Paternotte & Jan Buitelaar (2010) mengemukakan bahwa ADHD adalah gangguan yang terjadi pada otak yang dapat memengaruhi perkembangan anak. [6] sedangkan menurut Baihaqi & Sugiarmin, (2006) Bandi (2006) menjelaskan bahwa ADHD adalah suatu gangguan yang memiliki ciri-ciri yaitu kurang atau tidak adanya konsentrasi, memiliki perilaku hiperaktif, memiliki perilaku impulsive yang mengakibatkan dalam kehidupan sehari-hari mengalami ketidakseimbangan.

Menurut Taylor (1992), menyatakan bahwa ADHD adalah suatu gangguan yang memiliki ciri-ciri yaitu memiliki perilaku tidak bisa diam, mengalami kesulitan pada perhatian dan memiliki perilaku yang tidak mau diatur. yang dimaksud dengan Gangguan Pemusatan

Menurut Zaviera (2008) anak ADHD yang mempunyai tipe hiperaktif-impulsif mempunyai ciri-ciri yaitu sering menggerakkan-gerakkan tangan dan kaki ketika duduk, sering meninggalkan tempat dudukya, sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam keadaan yang tidak selayaknya, sering tidak mampu mengikuti kegiatan dengan tenang, sering bergerak, sering terlalu banyak bicara, sering terlalu cepat memberikan jawaban ketika ditanya padahal pertanyaan belum selesai, sering sulit menunggu giliran, dan sering memotong atau menyela pembicaraan. [8]Sedangkan Anak ADHD yang mempunyai tipe impulsif mempunyai ciri-ciri yaitu anak melakukan sesuatu tanpa berpikir, merasakan kegelisahan yang berlebihan, mudah merasa terganggu serta biasanya mengalami kesulitan dalam pelajaran khususnya kesulitan untuk berkonsentrasi atau fokus pada materi pelajaran. Selain tiu, pada saat pembelajaran di sekolah dan melakukan kegiatan belajar di rumah anak membutuhkan konsentrasi dalam belajar sehingga anak dapat menyelesaikan dengan baik.

Menurut Judarwanto, 2000) menyatakan bahwa angka kejadian orang yang mengalami gangguan ADHD yaitu sekitar 15-20% yang terjadi pada saat dewasa dan orang yang mengalami gangguan ADHD terjadi pada saat usia dewasa sekitar 2-7%. Di Amerika persentase yang terkena gangguan ADHD sekitar 3-10%, sedangkan di Jerman, Kanada dan Selandia Baru sekitar 5-10% (Judarwanto, 2000).

Konsentrasi belajar adalah suatu aktivitas untuk membatasi ruang lingkup perhatian seseorang pada satu objek atau satu materi pelajaran (Benjamin, dalam Hartanto, 1995). Pendapat ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Liang Gie (dalam Hartanto. 1995) yang mengemukakan bahwa konsentrasi belajar adalah suatu aktivitas yang membutuhkan pemusatan perhatian atau pikiran dengan cara tidak memikirkan, melihat hal-hal yang tidak diperlukan.

Menurut Aini (2012) konsentrasi merupakan sesuatu yang harus dimiliki dan dilatih dalam diri anak sejak usia dini. Hal ini dikarenakan bila dari kecil anak sudah terbiasa dan dibiasakan dengan berkonsentrasi, maka akan berpengaruh dengan masa depannya. Konsentrasi yang optimal merupakan salah satu syarat yang dapat mendorong anak mencapai kesuksesan

Menurut Olivia (2007), mengemukakan bahwa konsentrasi (concentration) belajar merupakan suatu pemusatan pikiran, atau terpusatnya perhatian pada informasi yang diperoleh seorang siswa pada saat proses pembelajaran

Menurut Daud (2010) menjelaskan bahwa konsentrasi belajar merupakan suatu pemusatan perhatian pada saat tahap melakukan perubaha pada tingkah laku yang berupa penguasaan, penggunaan, penilian pada sikap dan nilai-nilai. [14] sedangkan menurut Slameto (2003) menyatakan bahwa konsentrasi merupakan suatu pemusatan pikiran pada suatu hal yaitu dengan cara mengesampingkan suatu hal yang tidak penting.

Menurut Aini (2012) mengemukakan bahwa konsentrasi adalah suatu hal yang wajib dimiliki dan harus dilatih pada diri anak sejak usia dini. [16] Sedangkan menurut Slameto (2010), menyatakan bahwa konsentrasi belajar adalah suatu pemusatan siswa pada suatu bahan ajar yaitu dengan melakukan tidak menghiraukan suatu hal yang tidak memiliki hubungan dengan bahan ajar tersebut.

Berdasarkan hasil observasi penulis ada seorang anak perempuan yang berusia 9 tahun, anak tersebut mengalami gangguan ADHD dan anak tersebut bersekolah di salah satu SD yang terletak di daerah Salatiga, Jawa Tengah. Dan berdasarkan wawancara dengan ibu dari anak tersebut setiap hari ibunya menemani anak tersebut pada saat pembelajaran di sekolah berlangsung hingga pembelajaran di sekolah selesai. Hal ini dilakukan bertujuan untuk anak tetap berkonsentrasi pada saat pembelajaran dan agar anak tidak menganggu teman-teman yang lainnya.

Melihat bahwa pentingnya suatu konsentrasi belajar pada anak, ada berbagai macam cara untuk meningkatkan suatu konsentrasi dalam belajar yaitu salah satunya menggunakan permainan Congklak Pembagian. Permainan ini tersebut dari kardus yang diberi kertas berwarna yang mengkilap dan di beri lubang yang memiliki ukuran sesuai dengan gelas plastik pada bagian atas kardus, kemudian pada sisi kanan atau sisi kiri kardus sesuai dengan letak masing-masing gelas plastik diberi lubang yang bertujuan untuk melihat jumlah kelereng pada gelas plastik tersebut. Permainan ini memiliki manfaat contohnya seperti meningkatkan konsentrasi belajar anak, meningkatkan kognitif anak dalam pembelajaran pembagian pada matematika, melatih motorik halus anak.

Melihat bahwa ada permainan congklak pembagian ini yang dapat meningkatkan konsentrasi belajar anak maka penulis ingin membuktikan bahwa permainan congklak pembagian ini dapat meningkatkan konsentrasi belajar anak ADHD.

Menurut Expat (2012), menyatakan bahwa permainan congklak adalah permainan dilakukan oleh dua orang. Congklak biasanya terbuat dari kayu dan plastic. Sedangkan bijinya terbuat dari cangkang kerang, biji, batu, kelreng dan plastik. [18] menurut Susani dkk (2017) mengemukakan bahwa Permainan congklak merupakan suatu permainan tradisional di Indonesia. Permainan congkak ini memiliki fungsi yaitu melatih kemampuan anak untuk berpikir secara simbolik. [19]menurut Pangestu (2013).Congklak adalah suatu permainan tradisonal di Indonesia. Permainan congklak menggunakan suatu papan dan menggunakan biji-bijian yang terbuat dari kerang kecil atau kelereng.

Menurut Kurniati (2006) mengemukakan bahwa permainan tradisional congklak merupakan permainan yang bertujuan untuk melatih kemampuan berhitung.

Permainan congklak pembagian memiliki aturan bermain yaitu

  1. siapkan wadah lalu diisi dengan gelas plastik sesuai dengan lubang
  2. tulis soal pembagian yang ingin dikerjakan
  3. siapkan kelereng lalu lihat ke soal yang ingin dikerjakan lalu ambil sesuai dengan angka yang tertera misalnya ada soal 25: 5= lalu anak ambil 25 kelereng dan ditaruh di gelas plastic yang berada di samping sisi kiri dari wadah
  4. setelah ditaruh pada gelas plastic lalu anak mengambil sesuai dengan pembagian yang tertera misalnya 25:5= anak mengambil 5 dan ditaruh ke gelas plastic yang kosong yang berada di tengah dan ulangi langkah tersebut sampai kelereng yang sudah ditaruh di gelas plastic habis
  5. ulangi langkah 1-5 tersebut sampai semua pertanyaan selesai.

METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen kasus tunggal (single subjek experimental design) adalah suatu desain penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi efek suatu perlakuan dengan kasus tunggal. [21]Menurut Wijaya (2011) dan Kazdin (1992) mengemukakan bahwa desain ekperimen kasus tunggal dipilih karena bertujuan untuk memfokuskan pada pemeriksaan terhadap perubahan perilaku pada seorang individu atau beberapa orang individu saja. Perbandingan tidak dilakukan dengan subyek lain melainkan perbandingan kemampuan subyek pada awal dengan kemampuan subyek pada akhir intervensi. kondisi disini adalah kondisi baseline dan kondisi ekperimen. Kondisi base line adalah suatu kondisi dimana pengukuran subyek dilakukan pada keadaan natural sebelum dilakukan tindakan intervensi apapun. Kondisi ekperimen adalah suatu kondisi dimana tindakan intervensi telah diberikan pada subyek dan subyek diukur dibawah pengukuran tersebut.

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan desain A-B yang memiliki 2 fase. Desain A-B adalah prosedurnya adalah mula-mula subyek diukur secara kontiyu pada kondisi baseline (A1) dengan periode waktu tertentu kemudian pada kondisi intervensi (B).

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu tempat terapi anak berkebutuhan khusus yang bertempat di Blotongan, Salatiga, Jawa Tengah. Waktu untuk melakukan penelitian terhadap anak tersebut yaitu pada tanggal 13 Maret hingga 5 April 2019

Subyek Penelitian

Didalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah seorang anak perempuan yang memiliki gangguan ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder) yang berusia 9 tahun. Menurut Latipun (2002) menyatakan bahwa metode yang digunakan pada saat memilih sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling (sampling sampling sengaja atau sampling bertujuan) adalah pada saat pemilihan sample sesuai dengan yang dikehendaki.

Variabel Penelitian

  1. Variabel Bebas

Didalam penelitian ini terdapat variable bebas yaitu permainan congklak pembagian

  1. Variabel Terikat

Didalam penelitian ini terdapat variable terikat yaitu konsentrasi belajar anak ADHD

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan teknik observasi konsentrasi belajar anak. Pengumpulan data ini dilakukan pada saat sebelum, selama dan sesudah pemberian intervensi. Oservasi dilaksanakan pada saat anak melakukan terapi di salah satu tempat terapi di kota Salatiga dengan cara mengamati tingkat konsentrasi anak dalam belajar.

Metode Analis Data

Analisa data dalam penelitian ini adalah deskripsi gambaran yang diperoleh dari analisa grafik dan proses observasi ratting berdasarkan pengukuran perilaku. Sunanto, Takeuchi dan Nakata (2005) mengungkapkan bahwa penelitian dengan kasus tunggal menggunakan statistic yang kompleks tidak dilakukan tetapi lebih banyak menggunakan statistikk deskriptif yang sederhana, karena penelitian kasus tunggal lebih terfokus pada data individu daripada kelompok.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada saat anak menyelesaikan tugas yang diberikan membutuhkan wkatu berapa lama. Kondisi baseline terdapat 2 sesi, yang dimulai dari sesi 1-2. Pada kondisi baseline peneliti hanya meminta kepada subjek untuk mengerjakan tugas yang diberikan tanpa adanya perlakuan. Pada fase intervensi terdapat 3 sesi, yang dimulai dari sesi 3-5. Pada fase ini peneliti memberikan permainan atau media congklak untuk menambah waktu konsentrasi pada saat belajar.

Analisis Dalam Kondisi

Kondisi Waktu anak dalam berkonsentrasi belajar
A B
Panjang Kondisi 2 3
Estimasi kecenderungan Arah / /
  (-) (-)
Kecenderungan Stabilitas Variabel Variabel
  50% 67%
Kecenderungan Jejak / /
  (-) (-)
Level Stabilitas 5-10 15-25
  Variabel Variabel
Level Perubahan 10-5 25-15
(+5) (+10)

 

Kondisi yang dianalisis yaitu kondisi Baseline (A) dan kondisi Intervensi (B). Komponen analisis pada Waktu anak dalam berkonsentrasi belajar panjang kondisi pada baseline (A) 2 dan pada intervensi (B) 3. Kecenderungan arah yang ditunjukkan pada kondisi baseline negative (-) sedangkan pada kondisi intervensi mengatakan bahwa kecenderugan arah yang ditunjukkan negative (-). Kecenderungan stabilitas yang ditunjukkan pada kondisi baseline (50%) tidak stabil atau bisa disebut juga variable dan pada kondisi intervensi (67%) stabil. Kecenderungan jejak yang ditunjukkan pada kondisi baseline (A) menurun (-) dan pada kondisi intervensi (B) menurun (-). Level perubahan Jejak data pada kondisi baseline (A) 10-5= +5 dan pada kondisi intervensi (B) 25-15= +10.

Analisis antar kondisi

Perbandingan

Kondisi

Waktu anak dalam berkonsentrasi belajar
B/A
Jumlah Variabel yang diubah 1
Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya / /
(-) (-)
negatif
Perubahan Kecenderungan Stabilitas Variabel ke Variabel
Perubahan Level 10-15
(-5)

 

Analisis antar kondisi untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh intervensi terhadap variable. Analisis antar kondisi Waktu anak dalam berkonsentrasi belajar yaitu 1. Perubahan kecenderungan yang ditunjukkan yaitu menurun (-). Kecenderungan stabilitasnya yaitu variable ke variable. Perubahan level dalam kemampuan ini menurun (-3). Dalam kondisi ini intervensi yang diberikan menunjukkan bahwa berpengaruh namun tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat pada overlap 0% yang menunjukkan bahwa berpengaruh, namun kecenderungannya dari variable ke variable. Analisis antar kondisi untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh intervensi terhadap variable. Pada grafik 1 dan 2 menunjukkan bahwa data tersebut mendapatkan hasil bahwa data tersebut tidak overlap. Data tersebut tidak overlap disebabkan oleh data yang terdapat pada fase intervensi tidak ada yang masuk dalam batas atas maupun batas bawah pada fase baseline.

Menurut Kurniati (2006) mengemukakan bahwa permainan tradisional congklak merupakan permainan yang bertujuan untuk melatih kemampuan berhitung dan meningkatkan kemampuan konsentrasi belajar anak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti permainan congklak berpengaruh pada waktu dalam berkonsentrasi belajar. Pada saat anak menyelesaikan tugas yang diberikan menggunakan permainan congklak memiliki waktu dalam berkonsentrasi belajar yang lebih lama dibandingkan dengan tidak mengguanakan media permainan congklak.

. Berdasarkan penelitian sebelumnya menerangkan bahwa permainan congklak dapat meningkatkan konsentrasi belajar anak ADHD.[22] Didalam penelitian Inda dan Ratna yang melibatkan kelompok B1 di TK Islam Terpadu Al Jawwad Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang yang berusia 5-7 tahun. Permainan congklak yang digunakan dapat meningkatkan konsentrasi belajar anak. Setelah treatment tersebut dilakukan konsentrasinya dalam belajar meningkat (Syaputri, I, dan Istiarini, R (2019). Sama halnya dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk meningkatkan konsentrasi anak ADHD dengan menggunakan permainan congklak. Dalam melakukan permainan congklak, waktu dalam berkonsentrasi belajar meningkat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Konsentrasi belajar sangat diperlukan pada saat pembelajaran disekolah dan pada saat anak belajar di rumah, maka anak dengan ADHD harus bisa meningkatkan konsentrasinya. Oleh karena itu tujuan dari penelitian yang peneliti lakukan apakah dengan permainan congklak pembagian dapat meningkatkan konsentrasi belajar anak dengan gangguan ADHD. Berdasarkan hasil penelitian yang dijelaskan pada Bab IV, dapat diambil kesimpulan bahwa dari grafik 1 menunjukkan data yang diperoleh variable ke variable. Pada grafik 1 menunjukkan adanya perubahan waktu konsentrasi belajar pada subjek.

Saran

Adapun saran yang berikan oleh penulis:

Bagi peneliti yang akan datang:

Adapun saran yang diberikan oleh peneliti selanjutnya:

  1. Hasil penelitian akan lebih efektif, jika penelitian yang dilakukan lebih dalam waktu yang lebih lama.
  2. Dalam melakukan penelitian, peneliti juga harus bisa bersikap tegas terhadap subjek.

DAFTAR PUSTAKA

D.. Sari, “Pelatihan (Focus your Attention) untuk Meningkatkan Konsentrasi pada Anak dengan Simtom-simtom gangguan Pemusatan Perhatian atau Hiperaktivitas (GPP/H)No Title,” 2006.

  1. Utami dan E. Hartati, “Pengalaman Ibu Mengasuh Anak Dengan Resiko GPPH,” Diponegoro J. Nurs., vol. 1, no. 1, hal. 237–243, 2012.
  2. B. Ahmad Yusuf, “TEKA-TEKI SILANG MENINGKATKAN PERHATIAN ANAK ADHD (Crossword Puzzle Increase Attention Of Children With ADHD) Ahmad Yusuf *, Khoridatul Bahiyah *, IGA Wadmi J *,” Adhd, 2008.
  3. N. Aryanto, “Terapi bermain menyusun puzzle bergambar untuk meningkatkan memori jangka pendek pada anak adhd,” 2017.
  4. Fonner dan J. Drph, “PLAY THERAPY UNTUK MENINGKATKAN KONSENTRASI PADA ANAK ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVE DISORDER (ADHD) ” vol. 01, no. 434, hal. 324–342, 2013.
  5. Hidayati, “Peran Konselor Sekolah Dalam Meningkatkan Konsentrasi Pada Siswa Hiperaktif (Adhd),” Refleks. Edukatika, vol. 5, no. 1, 2015.
  6. P. Sari, M. Asrori, dan U. Radiana, “Pemanfaatan game edukasi berbasis open source bagi anak attention deficit hyperactivity disorder (adhd),” J. Pendidik. dan Pembelajaran, vol. 5, no. 1, hal. 1–16, 2016.
  7. Indriyani, Soetjiningsih, I. E. Ardjana, dan I. T. Windiani., “-Faktor Risiko Gangguan Pemusatan Perhatian Anak dan Hiperaktivitas di Klinik Tumbuh Kembang RSUP Sanglah Denpasar,” vol. 9, hal. 335–341, 2008.
  8. T. Anjani, N. Naqiyah, H. Sutijono, dan H. Laksmiwati, “Konsentrasi Belajar Pada Anak ADHD,” Bk Unesa, vol. 1, no. 2, hal. 125–135, 2008.

Hartanto, “Hubungan antara kekhusyu”an zikir dengan konsentrasi Belajar”,” 1995.

  1. Nuryana dan S. Purwanto, “Efektivitas Brain Gym Dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar Pada Anak. Indigenous,” vol. 12, hal. 88–99.
  2. QURRATUL AINI, “Penggunaan Teknik Relaksasi Untuk Meningkatkan Konsentrasi Belajar Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Terate Pandian Sumenep Tahun Pelajaran 2011-2012,” PAUD Teratai, vol. 1, no. 1, 2012.
  3. Chalidaziah, “Kondisi Konsentrasi Belajar Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak X,” Aṭfālunā J. Islam. Early Child. Educ., vol. 1, no. 1, hal. 24–28, 2018.
  4. N. M. H. J. Khafidin Thohir, “Peningkatan Konsentrasi Belajar Menggunakan Metode Problem Solving,” EKUIVALEN – Pendidik. Mat., vol. 7, no. 2, hal. 100–106, 2014.
  5. Ambarnianti, “Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Tandur Terhadap Konsentrasi Belajar Anak Kelompok B Di Tk Putra Harapan Bojonegoro,” PAUD Teratai, vol. 2, no. 2, hal. 1–6, 2013.
  6. Verdiana dan L. Muniroh, “Kebiasaan Sarapan Berhubungan Dengan Konsentrasi Belajar Pada Siswa Sdn Sukoharjo I Malang,” Media Gizi Indones., vol. 12, no. 1, hal. 14, 2018.
  7. I. Lestari dan E. Prima, “Permainan Congklak Dalam Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun,” no. November, hal. 539–546, 2018.
  8. C. A. w Kristiana, Erlisa Candrawati, “Nursing News Volume 3, Nomor 3, 2018,” vol. 3, hal. 785–790, 2018.
  9. G. Paud dan F. U. Tanjungpura, “Mengenalkan kemampuan berhitung melalui permainan tradisional congklak pada anak usia 5-6 tahun.”
  10. Nataliya, “Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran Permainan Tradisional Congklak Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Pada Siswa Sekolah Dasar,” Ilm. Psikol. Terap., vol. 03, no. 02, hal. 348, 2015.
  11. Sunanto, K. Takeuchi, dan H. Nakata, “Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal.,” 2005.
  12. Pendidikan, A. Usia, I. T. Al, I. Syaputri, dan R. Istiarini, “‘ Ceria ,’” vol. 10, no. 1, hal. 24–34, 2019.