PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN

MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

DI KELAS V SD KATOLIK 023 KLOANGPOPOT KECAMATAN DORENG

 

Wendelinus Wio

Guru di SD Katolik 023 Kloangpopot, Doreng, Sikka, Nusa Tenggara Timur

 

ABSTRAK

Masalah hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PKn yang relatif rendah terjadi di SD Katolik 023 Kloangpopot. Berdasarkan data awal di kelas V dapat diketahui bahwa dari 23 peserta didik hanya 5 peserta didik yang memiliki nilai ulangan harian di atas KKM (nilai KKM 65).Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn di kelas V SD Katolik 023 Kloangpopot melalui pembelajaran kontekstual. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Rancangan penelitian mengikuti tahap penelitian yang mengacu pada modifikasi diagram Kemmis dan Mc. Taggart, yaitu 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi guru dan siswa, serta tes hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar, dari siklus I ke siklus II. Peningkatan tersebut dibuktikan dengan hasil analisis tes hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I, yakni siswa yang tuntas ada 14 dari 23 siswa atau persentase ketuntasan klasikal sebesar 60,8%, serta aktivitas siswa dalam kategori baik. Pada siklus II siswa yang tuntas 22 dari 23 siswa atau ketuntasan klasikal 95% serta aktivitas siswa berada dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar PKn di kelas V SD Katolik 023 Kloangpopot. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan aktivitas siswa. Pada siklus I, hasil penilaian observasi aktivitas siswa diperoleh persentase 68,8% dengan kriteria cukup, dan pada siklus II meningkat menjadi 83,3% atau dalam kriteria sangat baik. peneliti menyarankan sebagai berikut: Guru SD hendaknya mempertimbangkan pembelajaran kontekstual dalam mengembangkan kemampuan bernalarnya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Hasil Belajar PKN, Pembelajaran Kontekstual.

 

PENDAHULUAN

Mata pelajaran PKN masih merupakan mata pelajaran yang penting di sekolah namun tidak terlalu diminati oleh kebanyakan siswa. Hal ini pula diperkuat fakta bahwa hasil belajar peserta didik pada mata pelajran PKn kebanyakan hanya rata-rata saja, dan hanya sedikit peserta didik yang mampu memperoleh nilai yang melampaui KKM. Tujuan pembelajaran PKN yang termuat dalam Standart Isi yang ditetapkan oleh pemerintah adalah membentuk warganegara yang baik, yakni warganegara yang sanggup melaksaanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan UUD 1945 (Permendiknas No. 22, 2006).

Tujuan pembelajaran PKN tersebut, akan tercapai bila peserta didik memiliki minat untuk belajar yang dapat dilihat dari hasil belajar yang tinggi. Banyak faktor yang ditengarai menjadi pemicu rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PKn antara lain: struktur materi yang sangat padat, cakupan materi yang luas dan terdiri dari teori yang bermacammacam (politik, hukum, moral), anak belum memiliki ketrampilan belajar untuk menguasai materi tersebut atau metode mengajar guru yang belum sesuai dengan karakteristik siswa.

Masalah hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PKn yang relatif rendah juga terjadi di SD Katolik 023 Kloangpopot. Berdasarkan data awal di kelas V dapat diketahui bahwa dari 23 peserta didik hanya 5 peserta didik yang memiliki nilai ulangan harian di atas KKM (nilai KKM 65) itupun nilai tertinggi yang tercapai hanya nilai 70. Dari hasil observasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa guru telah menerapkan metode pembelajaran, namun pada umumnya pembelajaran yang diterapkan adalah metode ceramah dan hafalan,sehingga terlihat hasil belajar siswa yang masih rendah. Hal ini disebabkan: pertama, kurangnya pemahaman siswa terhadap teori yang dipelajari karena kurangnya pengaplikasian dalam kehidupan seharihari, sehingga ketika siswa diberi tes secara individu, sebagian besar tidak bisa menyelesaikan dengan baik karena mengandalkan hafalan semata atau tingkat pemahamannya terhadap materi pelajaran tersebut masih tergolong rendah. Kedua, saat proses pembelajaran sebagian besar siswa pasif, mengikuti pelajaran tanpa rasa keingintahuan, tidak mengajukan pertanyaan, dan tidak membutuhkan informasi untuk memecahkan masalah. Padahal, pembelajaran aktif terjadi apabila informasi, ketrampilan dan sikap berlangsung melalui proses penyelidikkan atau proses bertanya dan setiap peserta didik dikondisikan dalam sikap mencari informasi bukan sekedar menerima (Silberman M, 2006:116).

Pembelajaran yang berorientasi pada permasalahan di atas dianggap gagal menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif dan inovatif. Peserta didik berhasil “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali peserta didik memecahkan persoalan dalam hidup jangka panjang. Oleh karena itu perlu ada perubahan strategi pembelajaran yang lebih bermakna sehingga dapat membekali peserta didik dalam mendekati permasalahan hidup yang dihadapi sekarang maupun yang akan datang. Pembelajaran yang cocok untuk hal di atas adalah pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning).

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara ilmiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak “bekerja” dan “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar “mengetahuinya”. Pembelajaran tidak hanya sekedar kegiatan mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi bagaimana siswa mampu memaknai apa yang dipelajari itu. Oleh karena itu, strategi pembelajaran lebih utama dari sekedar hasil. Dalam hal ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka menyadari bahwa apa yang dipelajari akan berguna bagi hidupnya kelak. Dengan demikian, mereka akan belajar lebih semangat dan penuh kesadaran.

Dalam pembelajaran kotekstual, tugas guru adalah memfasilitasi siswa dalam menemukan sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) melalui pembelajaran secara sendiri bukan apa kata guru. Siswa benar-benar mengalami dan menemukan sendiri apa yang dipelajari sebagai hasil rekonstruksi sendiri. Dengan demikian, siswa akan lebih produktif dan inovatif. Pembelajaran kontekstual akan mendorong ke arah belajar aktif. Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik (Kunandar, 2009:294).

Nana Sudjana (2005: 111), mengatakan bahwa “hasil belajar adalah bentuk tingkah laku yang dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajar”. Sedangkan Menurut Dick & Reiser (Djamarah Sopah, 2000:30) bahwa: “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran. Pembelajaran Kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan meraka (Sanjaya, 2005:109). Contextual Teaching Learning menurut Brata (2009:2) merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan seharihari.

METODELOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian tindakan kelas ini berfokus pada upaya untuk mengubah kondisi riil sekarang ke arah kondisi yang diharapkan. Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari (a) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka; (b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini; dan (c) suasana yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas oleh guru dapat merupakan kegiatan reflektif dalam berfikir dan bertindak dari guru.

Dalam kajian ini, penelitian tindakan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar PKn melalui pembelajaran kontekstual. Penelitian tindakan kelas ini dimaksudkan untuk pemecahan masalah dengan ruang lingkup yang tidak terlalu luas berkaitan dengan halhal yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas.

Desain Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mengikuti tahap penelitian yang disebut siklus. Model penelitian ini mengacu pada modifikasi diagram yang dicantumkan Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2008:16), seperti yang terlihat pada gambar (2.1). Tiap siklus dilakukan beberapa tahap, yaitu: 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDK 023 Kloangpopot. Waktu penelitian direncanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Februari tahun ajaran 2017/2018.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas V tahun ajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 23 orang yang terdiri dari 19 orang siswa lakilaki dan 4 orang siswa perempuan.

 

Jenis dan Sumber Data

 Jenis Data

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yaitu data yang berupa ciri-ciri, sifatsifat, keadaan, atau gambaran dari kualitas objek yang diteliti. Data kualitatif dalam penelitian ini adalah data hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Instrumen penelitian adalah lembar pengamatan aktivitas siswa untuk mengetahui kegiatan belajar siswa. Data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar berupa penilaian terhadap kemampuan siswa setelah pembelajaran.

Sumber Data

1). Sumber data dari subyek atau data primer, dalam hal ini sumber data dari siswa kelas yang dilakukan tindakan. Data yang dimaksud berupa hasil observasi kegiatan siswa dalam pembelajaran dan nilai hasil belajar setelah tindakan.

 2). Sumber data tidak langsung dari subyek atau data sekunder. Data sekunder dapat diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh guru sejawat atau kolaborator terkait dengan perkembangan kelas tersebut.

Validasi Data

Menurut Hobkins (Iskandar, 2009:92), bentuk validasi Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a.   Triangulasi, yaitu guru/peneliti melakukan cek kebenaran data dan informasi tentang pelaksanaan tindakan dengan melakukan konfirmasi kepada guru lain, mitra peneliti, dan siswa yang terlibat secara langsung dalam tindakan tersebut.

b.   Membercheck, yaitu melakukan pemeriksaan kebenaran dan kesahihan data temuan penelitian dengan mengkonfirmasikan dengan sumber data. Dalam proses ini semua data yang telah terkumpul dikonfirmasikan kebenarannya melalui diskusi balikan (Refleksikolaboratif) pada setiap akhir pelaksanaan tindakan dan pada akhir seluruh pelaksanaan tindakan.

c.    Audit Trail, yaitu melakukan pemeriksaan kebenaran hasil penelitian sementara beserta prosedur dan metode pengumpulan data, lengkap dengan buktibukti temuan, baik kepada kepala sekolah maupun kepada temanteman lain di tempat penelitian.

d.   Expert opinion, yaitu pengecekan terakhir terhadap kesahihan data temuan penelitian kepada pakar yang professional di bidang yang menjadi bahan kajian penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara, yaitu:

1. Tes untuk mengetahui peningkatan hasil belajar melalui pembelajaran kontekstual, yang diberikan di setiap akhir tindakan (siklus).

2. Teknik observasi, dilakukan selama kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan observasi baik pada guru dan kepada subyek penelitian (siswa), dilakukan dengan cara mengisi format observasi yang telah disiapkan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dan aktivitas guru pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, dan disebut juga dengan teknik penelitian. Jenisjenis Instrumen yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: lembar observasi dan lembar soal tes hasil belajar siswa.

Teknik Analisis Data

Ada 2 (dua) jenis data yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.

a.   Analisis Data Kuantitatif

Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa adalah menggunakan persamaan ketuntasan individu dan persentase ketuntasan klasikal

b.   Analisis Data Kualitatif

Untuk menganalisis data dari hasil observasi, digunakan teknik yang dikemukakan Miles dan Huberman (1992:16) dengan tiga tahap kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

a.   Tahap reduksi data

Reduksi data adalah kegiatan yang mengacu kepada proses menyeleksi, menfokuskan, mengabstraksikan, dan mentransformasikan data mentah yang diperoleh melalui observasi.

b.   Tahap penyajikan data

Pada tahap ini kumpulan informasi/data yang terorganisasi dan terkategori dituliskan kembali, sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan dari data tersebut. Penyajian data dalam hal ini, akan disajikan dalam bentuk tabel.

c.    Tahap penarikan kesimpulan

Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 3 Februari 2017, dalam alokasi waktu 2 x 35 menit. Berdasarkan penelitian pada siklus I diperoleh hasil yaitu dilihat ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa dari 23 siswa sebanyak 14 siswa yang tuntas dan yang tidak tuntas 9 siswa. Berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan bahwa hasil belajar pada siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu 80% (persentase ketuntasan klasikal) dari seluruh siswa kelas V SDK 023 Kloangpopot. Begitupun dengan daya serap klasikal yang diperoleh adalah 63,8% juga belum mencapai 70%. Dengan demikian penelitian ini perlu dilanjutkan kesiklus berikutnya yakni ke siklus II.

Deskripsi Penelitian Siklus II

Hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan jumlah skor adalah 40 dari skor maksimal 48 diperoleh persentase ratarata 83,3% dengan kriteria sangat baik. Hasil yang diperoleh sudah mencapai indikator yang telah ditetapkan, sehingga pada siklus ini penelitian dikatakan berhasil atau hipotesis dapat dibuktikan. Selain itu, beberapa hal yang ditemukan oleh pengamat terhadap aktivitas siswa yaitu:

a)   Aktivitas siswa sudah lebih baik dari sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh aktivitas siswa ratarata berada pada kategori sangat baik, dimana indikator yang sebelumnya dinilai 2 (cukup) mengalami peningkatan.

b)   Siswa lebih termotivasi dan mudah memahami konsep melalui contohcontoh yang berkaitan dengan kehidupan seharisehari dan kegiatan yang ada di sekitarnya dalam pembelajaran kontekstual.

Keberhasilan tindakan pada siklus ini, dapat diketahui dengan menilai penguasaan siswa terhadap materi yang dibelajarkan. Siswa diberikan evaluasi dalam bentuk tes hasil belajar. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan bahwa dari 23 siswa sebanyak 22 siswa atau 95% yang tuntas dan yang tidak tuntas 1 siswa. Berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan bahwa hasil belajar pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu mencapai 80% dari seluruh siswa kelas V SDK 023 Kloangpopot yang dikenai tindakan memperoleh nilai 65 keatas atau daya serap rata-rata 82,5%. Dengan demikian penelitian ini dikatakan berhasil.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan pada hasil belajar siswa baik pada siklus I maupun pada siklus II dari aspek guru maupun siswa. Pada siklus I, pengelolaan pembelajaran masih rendah, karena kegiatan guru yang berada pada persentase ratarata hasil penilaian adalah 72,7%. Artinya, pengelolaan pembelajaran pada siklus I masih perlu ditingkatkan. Beberapa aspek yang diamati dinilai cukup diantaranya: (1) aspek penyampaian tujuan dinilai 2 (cukup) sebab guru menyampaikan tujuan tanpa menuliskan di papan tulis, sehingga masih ada siswa yang tidak mengetahui dengan jelas tujuan pembelajaran yang diajarkan; (2) aspek pemberian penguatan diberi nilai cukup sebab guru hanya memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif tanpa memberikan semangat kepada siswa yang kurang aktif.

Setelah dilakukan refleksi, rendahnya ketercapaian persentase tentang pengelolaan pembelajaran pada siklus I dapat diperbaiki pada siklus II. Hasil yang diperoleh mencapai

95% atau dalam kriteria sangat baik. Hal ini berarti bahwa pengelolaan pembelajaran pada siklus II sudah baik sekali sehingga tidak perlu lagi dilakukan pelaksanaan tindakan siklus selanjutnya. Hal tersebut terjadi karena guru meningkatkan kontrol, mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajara agar siswa lebih mudah memahami materi yang dijelaskan. Kriteria keberhasilan ini mencerminkan adanya guru mampu melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang telah disusun, menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai materi yang diajarkan, mengamati aktivitas siswa dan memotivasi siswa selama pembelajaran dengan melatih siswa berinteraksi dengan guru dan temantemannya dalam diskusi kelompok, serta membimbing siswa yang masih kesulitan dalam memahami pembelajaran.

Demikian halnya dengan aktifitas belajar siswa, juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Aktivitas belajar siswa pada siklus I diperoleh persentase 68,8% atau kriteria cukup, namun masih ada beberapa aspek yang dinilai cukup. Hal ini berarti, aktivitas belajar siswa pada siklus ini masih perlu peningkatan. Aspek-aspek yang dinilai kurang yaitu: (1) Menanggapi pertanyaan motivasi yang diberikan guru dinilai cukup sebab hanya sebagian kecil siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru sebagai bentuk motivasi sebelum diberikan materi, (2) Mengerjakan dan mendiskusikan tugas bersama teman kelompoknya dinilai 2 sebab masih ada siswa yang kurang aktif ketika mengerjakan tugas, (3) Aktif bertanya tentang halhal yang belum jelas dan menanggapi pertayaan guru dinilai cukup sebab hanya tiga siswa yang aktif bertanya, dan (4) Aktif menyimpulkan materi dan memperhatikan kesimpulan yang disampaikan guru dinilai cukup sebab masih ada beberapa siswa yang kurang paham menyimpulkan materi dengan benar.

Setelah dilakukan refleksi, rendahnya capaian persentase tentang aktivitas belajar siswa pada siklus I dapat diperbaiki pada siklus II dimana setelah dilakukan akumulasi dari kategori sangat baik dan baik pada siklus II sudah mencapai 83,3%. Hal tersebut berarti bahwa aktifitas belajar siswa pada siklus II sudah baik sekali sehingga tidak perlu lagi dilakukan pelaksanaan tindakan siklus selanjutnya. Tiap tindakan menunjukkan

peningkatan aktivitas yang signifikan dan dapat dikatakan aktivitas siswa mengikuti pembelajaran, ratarata dalam kategori baik dan sangat baik.

Selanjutnya, hasil evaluasi pada kegiatan pembelajaran pada siklus I memberikan gambaran bahwa penggunaan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dan kegiatan siswa pada materi organisasi. Pada siklus I, dari jumlah 23 orang siswa, terdapat 14 orang siswa yang diberikan tes memperoleh nilai kriteria tuntas, dengan rata-rata hasil belajar sebesar 6,4. Pencapaian ini belum mencapai indikator ketuntasan penelitian yakni masingmasing nilai siswa tersebut belum mencapai di atas 80%.

Berdasarkan hasil capaian persentase siklus I, peneliti bersama observer melakukan kegiatan refleksi untuk membahas halhal yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Dalam pembahasan tersebut, hal yang paling mengerucut bahwa rendahnya hasil belajar siswa karena dipengaruhi oleh kekurangan yang masih terjadi pada kegiatan siswa dan kekeliruan siswa menjawab soal dengan benar disebabkan kurang perhatian. Untuk itu dalam refleksi ini diputuskan bahwa untuk menyempurnakan hasil belajar siswa pada siklus I, maka peneliti akan melakukan tindakan pada siklus II.

Setelah diadakan penyempurnaan proses pelaksanaan tindakan pada siklus II, maka terjadi perubahan hasil belajar siswa, bahwa dari 23 orang siswa yang diberi tes, pada siklus I dari jumlah siswa sebanyak 23 siswa terdapat 14 siswa yang tuntas atau memperoleh nilai kriteria tuntas, dengan nilai ratarata 6,4 dan meningkat pada siklus II menjadi 22 orang siswa yang tuntas.Angka-angka ini berarti bahwa hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan penelitian, karena capaiannya sudah berada diatas 80% sebagaimana ketetapan sebelumnya. Ketercapaian disebabkan oleh adanya usaha guru untuk meminimalisir kekurangan yang terdapat di awal pertemuan siklus II, guru mengingatkan kembali materi pada siklus I dan yang dianggap masih keliru oleh siswa, kemudian melanjutkan materi tentang pentingnya organisasi. Dalam hal ini, siswa yang belum tuntas diberikan bimbingan dan remedial di luar jam pelajaran dan lebih memperhatikan siswa yang kurang aktif agar mampu menjawab pertanyaan dengan benar dan memahami penjelasan guru.

Apabila kriteria keberhasilan pencapaian tindakan yakni kegiatan belajar mengajar yang dinilai melalui lembar pengamatan telah mencapai minimal kriteria baik dan sangat baik, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus II telah memenuhi kriteria keberhasilan, baik pengelolaan pembelajaran yang

menerapkan pembelajaran kontekstual, kegiatan guru dalam melaksanakan rancangan penelitian yang menerapkan pembelajaran tersebut dan melakukan penilaian terhadap hasil yang diperoleh siswa, kegiatan siswa selama penelitian berlangsung, maupun hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil capaian pada pelaksanaan tindakan yaitu hasil pengamatan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dan kegiatan siswa pada siswa kelas V SDK 023 Kloangpopot. Sehingga setiap metode pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Berhasil tidaknya siswa dalam kegiatan pembelajaran terdapat pada guru dan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

PENUTUP

Berdasarkan analisis beberapa penilaian yang digunakan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: Penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan aktivitas siswa. Pada siklus I, hasil penilaian observasi aktivitas siswa diperoleh persentase 68,8% dengan kriteria cukup, dan pada siklus II meningkat menjadi 83,3% atau dalam kriteria sangat baik. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas V SDK 023 Kloangpopot. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh, yaitu pada siklus I diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 60,8%, daya serap klasikal 63,8%, dan ratarata hasil belajar 6,4. Pada siklus II diperoleh hasil yang lebih baik lagi dari siklus I yaitu persentase ketuntasan klasikal 95% daya serap klasikal mencapai 82,5% dan ratarata hasil belajar adalah 8,3.

DAFTAR PUSTAKA

Brata. 2009. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, Dan Model

Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2009/12/pengertian-pendekatanstrategi- metode.html. [24 Januari 2014].

BSNP. (2006). Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk. Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas

Djamarah, Sophah. (2000). Pengaruh Model Pembelajaran dan Motivasi Interpretasi

Terhadap Hasil Belajar.

Iskandar. (2009). Metodologi Penenlitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Gaung Persada

Pers

Kunandar. (2009). Guru Profesional: Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi

Guru. Jakarta: Rajawali Press

Miles, Matthew B. & A. Michael Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif.

Diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Sanjaya, Wina. (2005). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Silberman, M. (2006). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia

Sudjana, Nana. (2005). DasarDasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosda Karya