PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DI KELAS VI

SD NEGERI 3 JENGGAWUR SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Intarti

Guru SD Negeri 3 Jenggawur Kecamatan Banjarmangu

ABSTRAK

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPS dengan menerapkan model pembelajaran jigsaw di kelas VI SD Negeri 3 Jenggawur semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015. Subyek penelitian 13 siswa terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan . Penelitian dilakukan selama 2 siklus dengan prosedur umum meliputi tahapan planning, acting, observing, dan reflecting. Teknik pengumpulan data melalui metode observasi dan tes. Instrumen pengambilan data dengan lembar pengamatan untuk mengetahui keaktifan dan butir soal tes prestasi untuk prestasi belajar siswa.Teknik analisis data dengan menggunakan metode deskripsi komparatif yaitu membandingkan pra siklus dan antar siklus. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil pada siklus I, keaktifan 6 siswa atau 46% kategori tinggi, keaktifan 4 siswa atau 31% kategori sedang dan keaktifan 3 siswa atau 23% kategori rendah. Prestasi belajar rata-rata 75 dengan ketuntasan belajar 69%.Siklus II keaktifan 11 siswa atau 85% kategori tinggi, keaktifan 2.siswa atau 15%kategori sedang, keaktifan 0 siswa atau 0% kategori rendah. Prestasi belajar rata-rata 80 dengan ketuntasan belajar 100%. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

Kata Kunci: keaktifan, prestasi belajar, model pembelajaran Jigsaw


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

SD Negeri 3 Jenggawur adalah salah satu sekolah dasar yang berada di bawah binaan UPT Dindikpora Kecamatan Banjarmangu. Letak sekolah berada di Jalan Raya Jenggawur – Banjarmangu, KM. 1, Desa Jenggawur.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, selama pembelajaran IPS berlangsung, keaktifan siswa dapat dikatakan belum memuaskan atau belum sesuai harapan. Hasil peng-amatan pada pra siklus (studi pendahulu-an, penelitian awal) menunjukkan bahwa dari sejumlah 13 siswa, hanya 2 siswa atau sebesar 15% yang terlihat keaktifan tinggi, lainnya, sebanyak 5 siswa atau sebesar 39% kategori keaktifan sedang, dan 6 siswa atau sebesar 46% kategori keaktifan rendah.

Rendahnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran ternyata berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS. Hal ini ditunjukkan oleh data ulangan harian me-nunjukkan siswa yang mendapatkan nilai di atas atau sama dengan KKM sebanyak 6 anak atau hanya sebesar 46% dengan KKM sebesar 70.

Kegiatan belajar mengajar merupa-kan kegiatan guru dan peserta didik untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Salah satu permasalahan yang umum terja-di dalam proses pembelajaran antara lain kurangnya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajarannya. Pembela-jaran sesungguhnya menempatkan siswa sebagai subjek belajar,sehingga pembela-jaran di sekolah ditekankan atau berorientasi pada aktifitas siswa,Wina Sanjaya(2010:135)

Kondisi di atas menunjukkan ada kesenjangan antara kondisi nyata dengan kondisi yang seharusnya dimiliki oleh siswa, yaitu keaktifan siswa dalam pem-belajaran harus baik. Untuk itu perlu ada upaya perbaikan agar keaktifan dan prestasi belajar siswa meningkat.

Untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan prestasi belajar maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi masalah rendahnya keaktifan dan prestasi belajar.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam peneliti-an ini adalah:

1. Apakah penerapan model pembela-jaran jigsaw dapat meningkatkan keaktifan mata pelajaran IPS siswa kelas VI SD Negeri 3 Jenggawur se-mester 2 tahun pelajaran 2014/2015?.

2. Apakah penerapan model pembela-jaran jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas VI SD Negeri 3 Jenggawar semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan presta-si belajar IPS melalui penerapan model pembelajaran Jigsaw pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Jenggawur semester 2 tahun pelajaran 2014/2015

LANDASAN TEORI

Keaktifan

Pengertian Keaktifan menurut Su-djana (2001:72) adalah siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam (1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya , (2) terlibat dalam pemecahan masalah,(3) bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, (4) berusaha mencari berba-gai informasi yang diperlukan untuk meme-cahkan masalah ,(5) melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal,serta (6) menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.

Dalam penelitian ini yang dimaksud keaktifan adalah semua kegiatan dan kesibukan yang melibatkan seluruh aspek jasmani maupun rokhani dalam proses be-lajar mengajar untuk mencapai hasil yang maksimal dengan aspek: mengidentifikasi, membaca, kerjasama, mengemukakan, bertanya, memahami, memperhatikan, menanggapi, menyimpulkan, menulis.

Prestasi Belajar

Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Muhibbin Syah (2004: 141) menjelaskan “prestasi belajar adalah setiap macam kegiatan belajar menghasilkan sesuatu perubahan yang khas yaitu hasil belajar”.

Selanjutnya Winkel (1996:162) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar/kemampu-an seseorang siswa dalam melakukan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapai.

Sedangkan menurut Arif Gunarto (1993:77) mengemukakan bahwa prestasi adalah usaha maksimal yang dicapai seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

Prestasi belajar merupakan suatu gambaran dari penguasaan kemampuan para peserta didik sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu .Setiap usaha yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran baik oleh guru sebagai pengajar maupun oleh peserta didik sebagai pelajar bertujuan untuk mencapai prestasi setinggi–tingginya.

Pembelajaran Model Jigsaw.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson . Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajarannya orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Sesuai dengan namanya teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji. Menurut Arends (1997).

Langkah-langkah Pembelajaran de-ngan Tipe Jigsaw

a.   Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4-6 orang.

b.   Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk membahas topik, wakil ini disebut dengan kelompok ahli.

c. Kelompok ahli berdiskusi untuk mem-bahas topik yang diberikan dan salig membantu untuk menguasai topik tersebut.

d. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya.

e. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan

METODE PENELITIAN

Subyek,Setting dan Waktu.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 3 Jenggawur berjumlah 13 siswa terdiri dari 6 siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki, dengan karakteristik siswa memiliki potensi dan kompetensi yang heterogen. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Jenggawur, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran IPS selama 2 siklus. Waktu pelaksanaan penelitian sebagai berikut: Siklus I tanggal 5 Maret sampai 19 Maret 2015 dan Siklus II tanggal 9 April sampai 23 April 2015.

Data, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini yang diginakan adalah:1) Sumber data siswa meliputi data tentang keaktifan, data tentang prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS dan data tentang penerapan model pembelajaran jigsaw . 2) Sumber data guru meliputi data ketrampilan guru,merencanakan perbaikan pembelajaran, proses pembelajaran seperti interaksi pembelajaran,implementasi pene-rapan pembelajaran model jigsaw.3) Sum-ber data kolaborator meliputi pengamatan penerapan pembelajaran model jigsaw, hasil bersama guru peneliti.

Pada penelitian ini teknik dan alat pengumpulan data menggunakan: 1) Teknik tes yang digunakan adalah tes prestasi belajar.

2) Teknik pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengamatan tentang keaktifan siswa. dan 3) Teknik Dokumentasi: Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen pra siklus tentang keaktifan siswa dan prestasi belajar siswa serta dokumen perangkat pembelajaran . Selain hal tersebut digunakan dokumen foto kegiatan pembelajaran

Pada penelitian ini validasi tes prestasi belajar menggunakan validasi empirik dan validasi teoritik yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif, sedang data pengamatan menggunakan triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi peneliti.

Prosedur Pelaksanaan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus. Prosedur umum penelitian melalui tahapan planning, acting, observing, dan reflecting.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Kondisi Awal

Pembelajaran mata pelajaran IPS yang dilakukan peneliti pada umumnya: semangat belajar masih rendah, metode belum bervariasi, guru belum menguasai model pembelajaran. Kondisi proses pembelajaran ini berakibat keaktifan siswa rendah. Hal ini ditunjukkan hasil pengamatan dari 13 siswa, hanya 2 siswa atau 15% yang keaktifannya tinggi. Kondisi rendahnya keaktifan siswa berdampak juga rendahnya prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan nilai tes prestasi belajar pra siklus menunjukkan banyak siswa yang belum tuntas . Siswa yang mendapat nilai lebih besar atau sama denga KKM = 70 ada 6 siswa dengan ketuntasan belajar 46%. Nilai tertinggi 80,nilai terendah 56 dengan nilai rata-rata 69.

Siklus I

Hasil penelitian untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPS , dan mengetahui seberapa besar prestasi belajar mata pelajaran IPS. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I, diperoleh data sebagai berikut:

1. Keaktifan siswa

Data tentang keaktifan siswa diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus I, instumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 10 indikator. Dari data diperoleh keaktifan siswa skor 1-3 kategori rendah, skor 4-7 kategori sedang, skor 8-10 kategori tinggi.

Berdasarkan hasil pengamatan keaktifan siswa diproleh hasil sebagai berikut: keaktifan tinggi 6 siswa atau 46% , keaktifan sedang 4 siswa atau 31%, dan keaktifan rendah 3 siswa atau 23% . Siswa yang keaktifan tinggi hanya 6 atau 46%.

2. Prestasi Belajar

Setelah pembelajaran berlangsung 3 kali pertemuan maka dilakuan tes tertulis. Jumlah soal 35. Hasil tes diperoleh data sebagai berikut:, disajikan dalam tabel berikut: Hasil tes prestasi belajar mata pelajaran IPS diperoleh data sebagai berikut: skor tertinggi 90,s kor terendah 64, skor rerata 75, modus nilai 72 ,ketuntasan belajar 69% atau 9 siswa. Masih ada 4 siswa atau 31% yang mendapat skor di bawah ketuntasan belajar minimal (KKM).

Diskusi refleksi pada siklus I dilakukan pada hari Rabu tanggal 25 Maret 2015, dengan hasil analisis dan diskusi secara kolaboratif diperoleh data sebagai berikut; Berdasarkan kriteria keberhasilan maka 1) keaktifan baru mencapai 6 siswa yang tinggi atau 46% sehingga belum berhasil karena kriteria keberhasilan 70% atau 9 siswa. 2) Prestasi belajar mata pelajaran IPS nilai rata-rata baru mencapai 75 dengan ketuntasan 69%.

Keputusan refleksi bersama kolaborator .maka kekurangan yang segera diperbaiki adalah tujuan perlu disesuaikan dengan aspek sikap, penentuan alokasi waktu perlu disesuaikan, pengguaan berbagai sumber belajar ditingkatkan, memfasititasi kegiatan siswa melakukan eksplorasi, penciptaan situasi kelaslebih ditingkatkan, siswa yang cerdas cenderung merasa bosan, dan jumlah kelompok diperkecil. Akhirnya memutuskan untuk melanjutkan siklus II Perbaikan yang dilakukan adalah jumlah anggota kelompok diperkecil dan memberikan tanya jawab.

Siklus II

Hasil penelitian untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa dalam prosessiswa pembelajaran mata pelajaran IPS ,mengetahui seberapa besar prestasi belajar mata pelajaran IPS. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II, diperoleh data sebagai berikut:

1. Keaktifan siswa

Berdasarkan hasil pengamatan keaktifan siswa diproleh hasil sebagai berikut: keaktifan tinggi 11 siswa atau 85% , keaktifan sedang 2 siswa atau 15%, dan keaktifan rendah 0 siswa atau 0% Siswa yang menunjukkan keaktifan tinggi 11 siswa atau 85%.

2. Prestasi Belajar

Setelah pembelajaran berlangsung 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis. Jumlah soal 35. Hasil tes prestasi belajar mata pelajaran IPS diperoleh data sebagai berikut: skor tertinggi 96, skor terendah 70, skor rerata 80, modus nilai 80, ketuntasan belajar 100% atau 13 siswa.Semua siswa atau 100% mendapat skor di atas atau sama dengan ketuntasan belajar minimal (KKM).

Diskusi refleksi pada siklus II dilkukan pada hari Rabu tanggal 29 April 2015 dengan hasil analisis dan diskusi secara kolaboratif berdasarkan kriteria keberhasilan maka keaktifan sudah mencapai 11 siswa yang tinggi atau 85% sehingga berhasil. Prestasi belajar mata pelajaran IPS nilai rata-rata sudah mencapai 80 dengan ketuntasan 100% sehingga berhasil.

Pembahasan

Pada pengamatan pra siklus keaktifan tinggi hanya `15% atau 2 siswa dari 13 siswa, keaktifan sedang 39% atau 5 siswa dan keaktifan rendah 46% atau 6 siswa. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model jigsaw keaktifan siswa mengalami peningkatan. Keaktifan tinggi 46% atau 6 siswa dari 13 siswa, keaktifan sedang 31% atau 4 siswa dan keaktifan rendah 23% atau 3 siswa. Berkat intervensi dengan penerapan pembelajaran model jigsaw maka keaktifan belajar ada kenaikan. Hal ini disebabkan pembelajaran model jigsaw mengakibatkan kondisi siswa lebih aktif, tekun, antusias, tanggung jawab, bekerjasama dan situasi kelas menjadi menyenangkan, kondusif, semangat, bervariasi, hal ini sesuai karakteristik pembelajaran model jigsaw yang dikemukakan oleh Elliot aronson”s bahwa model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab.

Namun keaktifan belum mencapai indikator keberhasilan. Pada siklus II penerapan pembelajaran model jigsaw dengan penekanan/perubahan kelompok diskusi diperkecil dan memberi tanya jawab pada akhir pembelajaran mampu meningkatkan keaktifan secara optimal. Hasil pengamatan pada siklus II adalah sebagai berikut: keaktifan tinggi 85% atau 11 siswa dari 13 siswa. keaktifan sedang 15% atau 2 siswa dan keaktifan rendah 0% atau 0 siswa. Perbandingan hasil penelitian pra siklus,siklus I dan siklus II setelah dilakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1 Perbandingan Keaktifan Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

NO

Keaktifan

Pra Siklus

Siklus 1

Siklus 2

1

Tinggi

2

6

11

2

Sedang

5

4

2

3

Rendah

6

3

0

Berdasarkan data di atas pada siklus I ada kenaikan keaktifan yang tinggi dari 2 siswa pada pra siklus menjadi 6 siswa pada siklus I. Pada siklus II ada kenaikan keaktifan yang tinggi dari 6 siswa pada siklus I menjadi 11 siswa pada siklus II. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model jigsaw dapat meningkatkan keaktifan yang tinggi dari 2 siswa pada pra siklus menjadi 11 siswa pada siklus II.

Prestasi belajar mata pelajaran IPS yang diukur melalui tes prestasi menunjukkan hasil pada pra siklus rerata 69 dan ketuntasan 46% .Setelah dilakukan pembelajaran dengan model jigsaw ada peningkatan. Pada siklus I rerata 75 dan ketuntasan 69%.Dari hasil refleksi hasil tersebut masih belum mencapai indikator keberhasilan . Dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I yaitu memperkecil anggota kelompok dan tanya jawab diakhir pembelajaran ,hasil tes prestasi belajar pada siklus II rerata 80 dan ketuntasan 100%.Perbandingan hasil tes prestasi belajar pra siklus,siklus I dan siklus II, setelah dilakukan tes prestasi pada akhir siklus diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 2 Perbandingan Prestasi Belajar Pra Siklus,Siklus I dan Siklus II.

NO

Prestasi Belajar

Pra Siklus

Siklus 1

Siklus 2

1

NilaiTertinggi

80

90

96

2

Nilai Terendah

56

64

70

3

Nilai rata-rata

69

75

80

4

Ketuntasan Belajar

46%

69%

100%

Pada tabel di atas terlihat pra siklus nilai rata-rata 69, pada siklus I rata-rata 75 dan siklus II rata-rata 80. Dengan demikian pembelajaran dengan model jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar pada pra siklus 69 menjadi 75 pada siklus I dan menjadi 80 pada siklus II. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar dari rerata 69 menjadi 80. Ketuntasan belajar pada pra siklus 46% pada siklus I 69% dan pada siklus II 100%. Ini berarti pada siklus I ada peningkatan ketuntasan belajar dari 46% menjadi 69% sedangkan pada siklus II meningkat dari 69% menjadi 100%. Pembelajaran dengan menggunakan model jigsaw dapat meningkatkan ketuntasan belajar dari 46% menjadi 100%

Penerapan pembelajaran model jigsaw berdampak pada perubahan situasi kelas dan siswa. Perubahan kondisi siswa antara lain: anak lebih aktif, mau bekerja sama, bertanggung jawab. Kondisi kelas lebih kondusif, lebih menyenangkan dan bersemangat. Pada siklus II proses pembelajaran menjadi lebih baik karena anggota kelompok diskusi diperkecil dan memberi tanya jawab di akhir pembelajaran. Hal ini menyebabkan keaktifan dan prestasi belajar meningkat. Hal ini sebagaimana pendapat yang menyatakan bahwa cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.

Dari uraian di atas maka dapat diperoleh hasil penelitian bahwa penerapan pembelajaran model jigsaw dapat meningkatkan keaktifan dari rendah menjadi tinggi, dapat meningkatkan prestasi belajar dari rata-rata 69 menjadi 80 dan ketuntasan belajar dari 46% menjadi 100%.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan ,maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan Pembelajaran Model jigsaw dapat meningkatkan keaktifan mata pelajaran IPS siswa kelas VI SD Negeri 3 Jenggawur Semerter 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 dari pra siklus keaktifan rendah menjadi keaktifan tinggi pada siklus II

2. Penerapan Pembelajaran Model jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPS siswa kelas VI SD Negeri 3 Jenggawur Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 dari pra siklus rerata 69 menjadi 80 pada siklus II dan ketuntasan belajar dari pra siklus 46% menjadi 100% pada siklus II.

Saran

Berakhirnya siklus II agar penelitian lebih optimal maka disarankan a) Pelaksanaan penelitian ini baru 2 siklus, peneliti lain selanjutnya dapat menambah siklus baru untuk mendapatkan temuan-temuan yang lebih signifikan. b) Instrumen tes dan lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini masih merupakan instrument yang tingkat validasinya belum memuaskan, peneliti berikutnya dapat menggunakan instrumen yang standar atau validitas dan reliabilitas yang standar.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajarannya , Jakarta: Rineka Cipta

Lestari Mikarsa, Hera, dkk. 2007. Pendidikan Anak SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Lie, Anita 2005. Cooperative learning (Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.Jakarta:Grasindo

Muhibbin Syah, 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung Remaja Rosda Karya

Model Pembelajaran Jigsaw (http//www.asikbelajar.com/2012/11model-pembelajaran-jigsaw html.Diakses tanggal 2 April 2015

Nasution, 1995. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Universitas Terbuka.

Saminanto, 2011. Ayo Praktik PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Semarang: Provinsi Jawa Tengah LPTK IAIN Walisongo.

Sudrajat, Akhmad, , 2008. Strategi Pembelajaran: Departemen Pendidikan.

 

Winkel, 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi