PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 BATURAGUNG GUBUG

SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Katmirah

SDN 2 Baturagung Gubug Grobogan

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk Meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada siswa kelas V SD Negeri 2 Baturagung. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) yang diterapkan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas V SD Negeri 2 Baturagung. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, observasi/pengamatan, catatan lapangan, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ketuntasan hasil belajar prasiklus 35,14%, meningkat menjadi 64,86% pada siklus I. Pada siklus II persentase ketuntasan kembali meningkat menjadi 94,59% dan telah memenuhi indikator keberhasilan yaitu sekurang-kurangnya 80%. (2) Aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 skor rata-rata 16,4 dengan kategori cukup dan 19,1 dengan kategori cukup. Pada siklus II pertemuan 1 adalah 23,2 dengan kategori baik dan pertemuan 2 menjadi 25,5 dengan ketegori baik. (3) Hasil pengamatan keterampilan guru pada siklus I pertemuan 1 skor 23 dengan ketegori baik dan 28 pada pertemuan 2 ketegori baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS kelas V yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Saran bagi guru adalah model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.

Kata kunci: Kualitas Pembelajaran, Pembelajaran IPS, Pembelajaran NHT.

 

LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam meningkatkan kemajuan suatu bangsa karena pendidikan dapat menciptakan sumber daya manusia yang lebih baik serta berwawasan luas. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru (BNSP, 2006). Selain itu guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan menengah, dan pendidikan dasar (PP. No 74 tahun 2008).

Berdasarkan Permendiknas RI No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi mata pelajaran IPS SD/MI, yang memuat bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB, dimana IPS dalam pembelajarannya mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Hadi, dkk (2008:1) menyebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah program pendidikan yang mengintegrasikan secara interdisiplin konsep ilmu ilmu sosial dan humaniora. Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan dan lingkunganya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Tujuan IPS menurut Nursid Sumaatmaja adalah membina anak didik menjadi warga negara yang baik yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya dan bagi masyarakat (dalam Hidayati, 2008: 1-24).

Tujuan pembelajaran IPS dan kompetensinya dapat dicapai dengan menerapkan suatu metode pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru. Pembelajaran dapat berlangsung secara aktif jika disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, siswa mengalami apa yang dipelajarinya sehingga menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya, dan siswa membangun pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang dimilikinya dengan berinteraksi dengan teman atau gurunya, serta menggunakan berbagai sumber atau media.

Lapono (2008: 6-20) mengidentifikasi beberapa masalah dalam pembelajaran, antara lain bahwa peserta didik sulit untuk menganalisis, menangkap isi mata pelajaran, dan mengaplikasikan apa yang dipelajari. Begitu juga dalam pembelajaran IPS, siswa kurang mampu menghubungkan konsep-konsep dasar dengan kehidupan di lingkungannya. Pembelajaran yang diterapkan selama ini di sekolah adalah pembelajaran konvensional yang bersifat teoritik dan mekanistik. Hal ini diperkuat oleh temuan Depdiknas (2007) yaitu ada kecenderungan pemahaman yang salah bahwa pelajaran IPS adalah pelajaran yang cenderung pada hafalan. Guru dalam menerapkan metode pembelajaran IPS lebih menekankan pada aktivitas guru, bukan pada aktivitas siswa. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang variatif. Guru hanya terfokus untuk menghabiskan materi yang harus diajarkan, sehingga siswa kurang antusias dan kurang memahami materi yang dipelajari.

Permasalahan tersebut juga terjadi di SD Negeri 2 Baturagung. Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran IPS berdasarkan hasil kolaborasi yang dilakukan dengan guru kelas V antara lain yaitu siswa kurang aktif dan kurang antusias dalam pembelajaran IPS, hal ini dapat diketahui dari: 1) Siswa lebih banyak diam mendengarkan ceramah dari guru dalam KBM sehingga terkesan pasif; 2) Siswa belum bisa kerja sama dalam kelompoknya, partisipasi dan tanggung jawab antar anggota kelompok kurang, pembagian tugas tidak merata, dalam hal ini siswa yang pandailah yang mendominasi kelompoknya, anggota lain hanya pasif, akibatnya siswa menjadi bosan dan membuat keributan; 3) kegiatan diskusi baik kelas maupun kelompok belum dapat berjalan dengan optimal, disini siswa yang pandai saja yang aktif bertanya, sedang yang lain hanya diam sebagai pendengar, sehingga menyebabkan kejenuhan akibatnya siswa ramai sendiri; 4) Guru masih menerapkan metode pembelajaran konvensional, yaitu guru menerangkan materi, siswa mencatat kemudian mengerjakan tugas dan terakhir penilaian; 5) Guru hanya menggunakan alat peraga berupa gambar yang tidak terlalu jelas jika dilihat dari belakang sehingga tidak semua siswa dapat melihat gambar tersebut dengan baik; 6) Masih banyak siswa yang ramai sendiri ketika KBM sedang berlangsung sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

Pembelajaran seperti ini masih kurang mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Hal ini mengakibatkan kurang berhasilnya pembelajaran yang ditunjukkan melalui hasil analisis data nilai yang diperoleh siswa saat semester 1, yaitu pada mata pelajaran IPS, dari 37 siswa hanya 13 siswa yang mendapatkan nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70, sedangkan sisanya 24 siswa (64,86%) nilainya dibawah KKM. Hal ini ditunjukkan dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 70 dengan nilai rata-rata kelas yang masih di bawah nilai KKM yaitu sebesar 62.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti terdorong untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan mengubah suasana pembelajaran yang lebih kongkrit dan menyenangkan. Salah satu langkah yang dapat membuat peserta didik aktif pada pembelajaran yaitu dengan menggunakan pendekatan kooperatif (Isjoni 2010 : 23). Pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif terhadap siswa yang mempunyai hasil belajar rendah dan dapat meningkatkan hasil belajar serta penyimpanan materi pelajaran yang akan lebih lama. Salah satu pendekatan kooperatif yang sesuai dengan karakteristik siswa SD agar dapat memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran serta dapat membantu guru menyampaikan materi pembelajaran yang baik adalah metode pembelajaran Numbered Heads Together.

Numbered Heads Together merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak peserta didik dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pekerjaan dan memantau pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut sebagai gantinya mengajukan pertanyaaan kepada seluruh kelas. Numbered Heads Together dapat menggali keaktifan siswa dengan kesiapan menjawab pertanyaan, menumbuhkan jiwa kreatif dan kritis siswa dalam diskusi kelompok yang menyenangkan, motivasi siswa dalam mengerjakan LKS, dan rasa ingin tahu siswa, metode pembelajaran yang menyenangkan sehingga berdampak positif pada hasil belajar siswa.

Dengan Numbered Heads Together guru juga mempunyai variasi metode pembelajaran baru tidak hanya sekedar ceramah dan mampu menarik motivasi siswa dalam belajar sehingga menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif.

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Pembelajaran

Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan. Secara definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya (Etzioni dalam Setiyono:2008). Efektivitas merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang. Efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sikap orangnya. Di samping itu, efektivitas juga dapat dilihat dari bagaimana tingkat kepuasan yang dicapai oleh orang (Robbins dalam Setiyono:2008).

Jadi kualitas pembelajaran merupakan kegiatan belajar dan pembelajaran yang berlangsung secara efektif sehingga mendapatkan hasil sesuai tujuan yang diharapkan. Suatu pembelajaran dapat dikatakan berkualitas jika berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik dikaitkan dengan tujuan pendidikannya.

Gagne dan Berliner (dalam Ani, 2004:2) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana sesuatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Slavin (dalam Rifa’i, 2009: 82) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Witherington (dalam Thobroni, 2011: 20) menyatakan belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku dari yang semula tidak tahu menjadi tahu dan dalam perubahan perilaku yang terjadi itu akan menimbulkan reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian.

Metode pembelajaran NHT

Menurut Trianto (2007: 62) Number Head Together (NHT) atau kepala bernomor pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. NHT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative terhadap struktur kelas tradisional. Kelebihan dari pembelajaran NHT menurut Hamdani (2011: 90) adalah:1) Setiap siswa menjadi siap semua; 2) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh; 3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Numbered Heads Together adalah suatu metode pembelajaran yang tidak hanya dapat menumbuhkan semangat kerjasama antar siswa dalam memperoleh pengetahuan namun juga meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap pemahaman pribadinya sendiri karena dalam metode pembelajaran ini setiap siswa dituntut untuk siap untuk mempresentasikan hasil pemikiran kelompok.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan April semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. Tempat penelitian pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Baturagung Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019. Subyek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 37 siswa, terdiri atas 26 siswa laki-laki dan 11siswa perempuan.

Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data dikumpulkan dengan teknik observasi, tes, dokumentasi, dan catatan lapangan. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Data kualitatif dipaparkan dalam kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

Prosedur Penelitian

Rancangan penelitian ini dengan langkah-langkah yang dilaksanakan dalam empat kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi (Suhardjono, dalam Arikunto, 2009).

 

HASIL TINDAKAN & PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal yang didapat pada saat observasi menunjukkan bahwa pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri 2 Baturagung belum berlangsung secara maksimal. Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran IPS berdasarkan hasil pengamatan selama semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 antara lain yaitu siswa kurang aktif dan kurang antusias dalam pembelajaran IPS, hal ini dapat diketahui dari: 1) Siswa lebih banyak diam mendengarkan ceramah dari guru dalam KBM sehingga terkesan pasif; 2) Siswa sulit bila dikelompokkan dalam jumlah besar, karena rata-rata siswa belum bisa kerja sama dalam kelompoknya, partisipasi dan tanggung jawab antar anggota kelompok kurang, pembagian tugas tidak merata, dalam hal ini siswa yang pandailah yang mendominasi kelompoknya, anggota lain hanya pasif, akibatnya siswa menjadi bosan dan membuat keributan; 3) kegiatan diskusi baik kelas maupun kelompok belum dapat berjalan dengan optimal, disini siswa yang pandai saja yang aktif bertanya, sedang yang lain hanya diam sebagai pendengar, sehingga menyebabkan kejenuhan akibatnya siswa ramai sendiri; 4) Guru masih menerapkan metode pembelajaran konvensional, yaitu guru menerangkan materi, siswa mencatat kemudian mengerjakan tugas dan terakhir penilaian; 5) Guru hanya menggunakan alat peraga berupa gambar yang tidak terlalu jelas jika dilihat dari belakang sehingga tidak semua siswa dapat melihat gambar tersebut dengan baik; 6) Masih banyak siswa yang ramai sendiri ketika KBM sedang berlangsung sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

Pembelajaran seperti ini masih kurang mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Hal ini mengakibatkan kurang berhasilnya pembelajaran yang ditunjukkan melalui hasil analisis data nilai yang diperoleh siswa saat semester 1, yaitu pada mata pelajaran IPS, dari 37 siswa hanya 13 siswa yang mendapatkan nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70, sedangkan sisanya 24 siswa (64,86%) nilainya dibawah KKM. Hal ini ditunjukkan dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 70 dengan nilai rata-rata kelas yang masih dibawah nilai KKM yaitu sebesar 62.

Deskripsi Hasil Siklus I

Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 50 dan nilai tertinggi adalah 80. Yang mendapatkan nilai 80 sebanyak 6 siswa, yang mendapatkan nilai 70 sebanyak 18 siswa, yang mendapatkan nilai 60 sebanyak 10 siswa, yang mendapatkan nilai 50 sebanyak 3 siswa.

Hasil observasi berupa pengamatan terhadap aktivitas siswa antara lain: Kesiapan dan semangat siswa mengikuti proses pembelajaran (Emotional activities), Menanggapi apersepsi (Mental activities), Memperhatikan informasi yang disampaikan guru (Listening activities, Visual activities), Ketertiban pada saat pembentukan kelompok (Emotional activities), Mendiskusikan lembar pertanyaan yang diberikan guru (Mental activities, Motor activities, Writing activities), Kerjasama dalam kelompok. (Mental activities, Motor activities, Writing), Melaporkan hasil diskusi kelompok. (Oral activities), Ketertiban siswa ketika mendapatkan penghargaan dari guru (Emotional activities), Membuat kesimpulan diskusi/ pembelajaran bersama guru (Oral activities).

 

Siklus I Pertemuan 2

Berdasarkan paparan tabel dapat diketahui bahwa aktivitas siswa pada siklus I belum dapat terpenuhi secara maksimal. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa melakukan diskusi sehingga guru masih kesusahan dalam mengatur kelompok. Keberanian siswa dalam menyampaikan hasil diskusi juga masih kurang. Masih banyak siswa yang malu-malu dan takut salah ketika ditunjuk guru untuk memaparkan hasil diskusinya. Rata-rata aktivitas siswa yang berkategori cukup dan belum memenuhi kriteria ketuntasan.

Deskripsi Hasil Siklus II

Berdasarkan data hasil pelaksanaan pembelajaran siklus II, didapatkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan data awal atau prasiklus.

Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60 dan nilai tertinggi adalah 100. Yang mendapatkan nilai 100 sebanyak 2 siswa, yang mendapatkan nilai 90 sebanyak 4 siswa, yang mendapatkan nilai 80 sebanyak 15 siswa, yang mendapatkan nilai 70 sebanyak 14 siswa, yang mendapatkan nilai 60 sebanyak 2 siswa.

Hasil Pengamatan

Hasil observasi berupa pengamatan terhadap aktivitas siswa antara lain: Kesiapan dan semangat siswa mengikuti proses pembelajaran (Emotional activities), Menanggapi apersepsi (Mental activities), Memperhatikan informasi yang disampaikan guru (Listening activities, Visual activities), Ketertiban pada saat pembentukan kelompok (Emotional activities), Mendiskusikan lembar pertanyaan yang diberikan guru (Mental activities, Motor activities, Writing activities), Kerjasama dalam kelompok. (Mental activities, Motor activities, Writing), Melaporkan hasil diskusi kelompok. (Oral activities), Ketertiban siswa ketika mendapatkan penghargaan dari guru (Emotional activities), Membuat kesimpulan diskusi/ pembelajaran bersama guru (Oral activities).

Siklus I Pertemuan 2

Aktivitas siswa pada siklus II telah terpenuhi secara maksimal. Hal ini dibuktikan dengan siswa yang sudah dapat melakukan pembagian kelompok secara cekatan dan tidak menimbulkan keributan. Keberanian siswa dalam menyampaikan hasil diskusi juga sudah baik, banyak siswa yang mulai berani memberikan pendapat terhadap hasil kerja kelompok lain. Rata-rata aktivitas siswa yang berkategori baik sudah mencapai 94,59%. Sehingga peneliti merasa tindakan sudah cukup dilakukan.

Pembahasan Tiap Siklus & Antar Siklus

Siklus I

Pelaksanaan pembelajaran IPS melalui metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada siklus I dirasa belum optimal. Hal ini dibuktikan dengan adanya hasil bahwa walaupun rata-rata keterampilan guru pada siklus I mendapatkan kategori baik dengan skor 23 pada pertemuan 1 dan 28 pada pertemuan 2. Namun aktivitas siswa belum mengalami banyak perubahan dari kondisi awal.

Data hasil pengamatan aktivitas siswa siklus I menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa pada pertemuan 1 mendapatkan skor 16,4 dengan kategori cukup dan 19,1 dengan kategori cukup pada pertemuan 2. Banyak siswa yang masih belum terbiasa untuk mengikuti pembelajaran dengan metode Numbered Heads Together (NHT), sehingga mereka masih terkesan malu-malu dalam pembentukan kelompok. Terdapat beberapa keributan kecil dalam pembagian kelompok. Dalam pelaksanaan diskusi kelas juga belum terjalin kerjasama yang baik antar anggota kelompok. Anggota kelompok yang pintar masih mendominasi kelompoknya, dan tidak memberi ruang kepada anggota yang lain untuk ikut memberikan pendapat.

Kurangnya aktivitas siswa berakibat pada tidak meratanya pemerolehan informasi yang didapatkan oleh siswa. Sehingga kuis dan evaluasi yang diberikan guru pun belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal itu terbukti dengan adanya kenaikan persentase ketuntasan yang belum mencapai target yang dikehendaki peneliti yaitu minimal 80%, dengan nilai terendah 50, nilai tertinggi 80, dan rata-rata 67,30. yaitu masih dibawah KKM yang ditetapkan oleh SD Negeri 2 Baturagung.

Oleh karena hasil temuan tersebut maka peneliti merasa bahwa peneliti harus melakukan beberapa perbaikan antara lain: guru harus mampu untuk lebih mengkondisikan kelas. Pada saat menjelaskan materi pembelajaran guru harus memberikan penekanan pada hal-hal penting dan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari agar pemahaman siswa terhadap materi dapat lebih mendalam. Saat membimbing pembentukan kelompok diskusi guru harus mengkondisikan siswa dalam berkelompok, memberikan arahan pada siswa untuk menjawab agar tidak melenceng dari materi, dan memberi bantuan kepada siswa yang kurang paham. Ketika menggunakan variasi dalam interaksi dengan siswa guru harus menggunakan variasi pemusatan perhatian dan memotivasi siswa yang kurang aktif dan menggunakan penguatan verbal atau gestural.

Siklus II

Pembelajaran IPS dengan metode Numbered Heads Together (NHT) pada siklus II berjalan dengan sangat baik. Data pengamatan keterampilan guru menunjukkan bahwa pada pertemuan 1 guru hampir menguasai semua keterampilan yang tercantum dalam indikator pengamatan. Terbukti dari skor yang didapatkan pada pertemuan pertama adalah 30 dengan kategori sangat baik dan skor 35 pada pertemuan kedua dengan kategori sangat baik serta telah memenuhi indikator keberhasilan.

Aktivitas siswa pada siklus II meningkat dengan baik. Siswa sudah mulai dapat menunjukkan keaktifannya dalam pembelajaran. Sebagian besar siswa sudah paham akan tanggungjawabnya dalam tugas kelompok. Siswa saling berdiskusi dan membagi pendapat. Serta sudah tidak lagi merasa takut ataupun malu jika diminta untuk memaparkan jawaban. Ketertiban siswa saat menerima penghargaan juga sudah mulai baik.

Kondisi siswa yang demikian menunjang pemerolehan hasil belajar yang cukup memuaskan. Terbukti bahwa data hasil belajar yang diperoleh adalah nilai terendah 60 dan tertinggi 100 dengan rata – rata 77,30 dan persentase ketuntasan klasikal 94,59% dan telah mencapai indikator keberhasilan yaitu sekurang-kurangnya ketuntasan klasikal 80%. Untuk mengatasi ketuntasan klasikal yang belum mencapai 100% telah dilaksanakan perbaikan bagi siswa yang belum tuntas.

Pembahasan Antar Siklus

Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) mengalami peningkatan pada setiap siklus. Hal itu dapat dilihat dari persentase ketuntasan prasiklus hanya 35,14%, meningkat menjadi 64,86% pada siklus I. Walaupun telah mengalami peningkatan, namun belum mencapai indikator keberhasilan yaitu ketuntasan belajar klasikal sebesar ≥ 80%. Maka dari itu peneliti melakukan perbaikan dan menjutkan siklus II. Pada siklus II persentase hasil belajar mengalami peningkatan menjadi 94,59% dan telah memenuhi indikator keberhasilan.

Perolehan data pengamatan aktivitas siswa pada penelitian ini mendapatkan hasil yang memuaskan. Pada siklus I pertemuan 1 data hasil pengamatan siswa mendapatkan skor rata-rata 16,4 dengan kategori cukup dan 19,1 dengan kategori cukup. Pada pelaksanaan siklus II skor aktivitas siswa meningkat. Hal ini terbukti dengan hasil pengamatan aktivitas siswa pada pertemuan 1 mendapatkan 23,2 dengan kategori sangat baik dan 25,5 dengan kategori baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerolehan skor aktivitas siswa sudah memenuhi indikator keberhasilan.

Hasil pengamatan keterampilan guru yang didapatkan pada penelitiaan menunjukkan bahwa skor yang diperoleh meningkat pada tiap siklusnya. Pada siklus I pertemuan 1 keterampilan guru yang diamati mendapatkan skor 23 dengan ketegori baik dan 28 dengan ketegori baik pada pertemuan 2. Keterampilan guru pada pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dengan perolehan skor 30 dengan kategori baik pada pertemuan 1 dan meningkat menjadi 35 dengan kategori sangat baik.

Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) mengalami peningkatan pada setiap siklus. Hal itu dapat dilihat dari persentase ketuntasan prasiklus hanya 35,14%, meningkat menjadi 64,86% pada siklus I. Walaupun telah mengalami peningkatan, namun belum mencapai indikator keberhasilan yaitu ketuntasan belajar klasikal sebesar ≥ 80%. Maka dari itu peneliti melakukan perbaikan dan menjutkan siklus II. Pada siklus II persentase hasil belajar mengalami peningkatan menjadi 94,59% dan telah memenuhi indikator keberhasilan.

Perolehan data pengamatan aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 mendapatkan skor rata-rata 16,4 dengan kategori cukup dan 19,1 dengan kategori cukup. Pada siklus II aktivitas siswa meningkat dengan perolehan skor pada pertemuan 1 adalah 23,2 dengan kategori baik dan pertemuan 2 menjadi 25,5 dengan ketegori baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerolehan skor aktivitas siswa sudah memenuhi indikator keberhasilan.

Hasil pengamatan keterampilan guru siklus I pertemuan 1 keterampilan guru yang diamati mendapatkan skor 23 dengan ketegori baik dan 28 dengan ketegori baik pada pertemuan 2. Keterampilan guru pada pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dengan perolehan skor 30 dengan kategori baik pada pertemuan 1 dan meningkat menjadi 35 dengan kategori sangat baik. Dengan demikian hasil pengamatan keterampilan guru telah memenuhi indikator keberhasilan yang ditentukan.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai peningkatan kualitas pembelajaran IPS melalui metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada siswa kelas V SD Negeri 2 Baturagung, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) mengalami peningkatan pada setiap siklus. Hal itu dapat dilihat dari persentase ketuntasan prasiklus 35,14%, meningkat menjadi 64,86% pada siklus I. Pada siklus II persentase ketuntasan kembali meningkat menjadi 94,59% dan telah memenuhi indikator keberhasilan yaitu sekurang-kurangnya 80%.
  2. Aktivitas siswa pada penelitian ini mengalami pemingkatan. Pada siklus I pertemuan 1 data hasil pengamatan siswa mendapatkan skor rata-rata 16,4 dengan kategori cukup dan 19,1 dengan kategori cukup. Pada siklus II aktivitas siswa meningkat dengan perolehan skor pada pertemuan 1 adalah 23,2 dengan kategori baik dan pertemuan 2 menjadi 25,5 dengan ketegori baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerolehan skor aktivitas siswa sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu mendapatkan skor 22 sampai 29,5 dengan kategori baik.
  3. Hasil pengamatan keterampilan guru menunjukkan bahwa skor yang diperoleh meningkat pada tiap siklusnya. Pada siklus I pertemuan 1 keterampilan guru yang diamati mendapatkan skor 23 dengan ketegori baik dan 28 dengan ketegori baik pada pertemuan 2. Keterampilan guru pada pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dengan perolehan skor 30 dengan kategori baik pada pertemuan 1 dan meningkat menjadi 35 dengan kategori sangat baik. Dengan demikian hasil pengamatan keterampilan guru telah memenuhi indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu sekurang-kurangnya baik dengan skor 22 sampai 29,5

Saran

Menurut hasil kesimpulan di atas, maka disarankan:

  1. Guru yang akan menerapkan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) hendaknya dapat memaksimalkan pembelajaran yang dilakukan.
  2. Guru hendaknya lebih menciptakan pembelajaran yang meningkatkan tanggung jawab siswa dalam pemerolehan informasi untuk dirinya sendiri dan untuk kelompoknya sehingga guru dapat lebih meminimalisir aktivitas siswa yang mengganggu selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
  3. Pemerolehan hasil belajar siswa harus ditingkatkan dengan pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk menggali pengetahuan dari berbagai sumber, media yang inovatif termasuk melalui pengalaman dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Tindak Lanjut

  1. Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini akan diseminarkan pada kegiatan Kelompok Kerja Guru Gugus RA Kartini
  2. Buku Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini akan disimpan di perpustakaan sekolah, dan duplikatnya akan digunakan untuk perolehan nilai Publikasi Ilmiah pada Penilaian Angka Kredit Guru.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zaenal dkk.2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya.

Ariani, Niken & Dany Haryanto.2010. Pembelajaran Multi Media di Sekolah. Jakarta:Prestasi Pustaka.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran Peranya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran.Yogyakarta: Gava Media

Krathwohl, David R. 2002. A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview. The Ohio State Univetsity

Friskayani, Syuswari. 2012. Penggunaan Metode pembelajaran Tipe NHT (Numbered Heads Together) untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Materi Permasalahan Sosial pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SDN 3 Wangunsari. (http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0803207_table_of_content.pdf, diakses pada 2 Januari 2013 pukul 20.30 WIB)

Hadi, Susilo dkk. 2008. Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial.Salatiga: Widya Sari Press

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar.Bandung:Pustaka Setia

Harianti. 2007. kajian kebijakan kurikulum IPS SD

Herrhyanto, Nar & Akib Hamid. 2007. Statistika Dasar. Jakarta:Universitas Terbuka.

Hidayati, Dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan SD. Jakarta: Depdiknas

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isjoni, H. 2010. Pembelajaran Kooperatif : Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Lapono, Nabisi, dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Depdiknas

Maftukhah, Siti. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam Peningkatan Pembelajaran IPS Kelas IV SD. (http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/article/download/248/141, diakses pada 2 Januari 2013 pukul 20.30 WIB)

Muryani, Sri. Emy Wuryani. 2010. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Salatiga: UKSW.

Permendiknas. 2006. Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar

Permendiknas. 2006. Tentang Standar Kelulusan

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas.

Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Univeritas Negeri Semarang Press.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Sadiman, Arief S, dkk. 2011. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Sardiman A.M, 2011. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Raja grafindo.