UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA SISWA KELAS VI  SD NEGERI REGUNUNG 03

SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Samta

Sekolah Dasar Negeri Regunung 03 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Matematika sebagai ilmu dasar merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Tujuan utama pembelajaran Matematika adalah agar siswa mengenal, memahami serta mahir menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Rumusan masalah Dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu, Pendekatan Realistic Mathematics Education dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Regunung 03 dalam pembelajaran Matematika dapat meningkat?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa, pada kelas VI SD Negeri Regunung 03 dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan Pembelajaran Matematika Realistik. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan seluruh siswa kelas VI yang berjumlah 14 orang yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan perempuan sebanyak 7 orang. Penelitian ini berlangsung selama tiga siklus. Untuk teknik pengumpulan data digunakan teknik tes berupa tes tertulis melalui alat pengumpulan data berupa materi soal tes. Selanjutnya untuk menjaga validitas hasil penelitian maka data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode pengolahan data dengan teknik analisis deskriptif, yaitu membandingkan hasil antara data awal, siklus I, Siklus II, Siklus III, dan temuan selama pelaksanaan penelitian yang selanjutnya dibahas bersama teman sejawat yang bertindak sebagai observer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi lebih baik pada siklus 2 dan mengalami peningkatn lagi menjadi sangat baik pada siklus 3. Aktivitas siswa sebelum perbaikatermasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi lebih baik pada siklus 2 dan mengalami peningkatn lagi menjadi sangat baik pada siklus 3. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajarsebelum perbaikan 28%, siklus I 57%dan siklus II 65% dan pada siklus 3 meningkat lagi menjadi 93%. Pelaksanaan tindakan dari siklus 1 sampai dengan siklus 3 menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.  Saran yang dapat diberikan ialah sebaiknya pembelajaran Matematika yang menggunakan cara-cara konvensional diganti dengan pembelajaran yang inovatif salah satunya Pendekatan Realistic Mathematics Education. Pendekatan Realistic Mathematics Education tidak hanya digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran Matematika saja tetapi untuk semua materi pelajaran di sekolah.

Kata Kunci: Hasil Belajar Matematika, Pendekatan Realistic Mathematics Education

 

 

 

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu, yang mempengaruhi perkembangan fisiknya, daya jiwanya (akal, rasa, dan kehendak), sosialnya dan moralitasnya.

Pendapat di atas mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif. Proses pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di mana pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan menentukan berhasil atau tidaknya tujuan belajar itu. Guru harus bisa menjelaskan konsep-konsep yang abstrak dengan benda atau objek yang konkret agar mudah dipahami oleh siswa. Sejalan dengan hal itu menurut teori Piaget, siswa sekolah Dasar (7-12 tahun) berada pada fase operasional konkret. Siswa SD masih terikat pada objek konkret yang ditangkap panca indera. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.

Mata pelajaran yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari salah satunya adalah matematika. Matematika dapat menyiapkan individu dalam meningkatkan taraf hidup dan memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Matematika telah diberikan sejak siswa di Sekolah Dasar. Hal ini menunjukkan bahwa matematika sangat penting dalam jenjang selanjutnya. Senada dengan pendapat Antonius Cahya Prihandoko (2006: 1) bahwa matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari imu-ilmu lain. Menurut Sri Subarinah (2006: 2), kegunaan matematika bagi siswa SD adalah sesuatu yang jelas yang tidak perlu dipersoalkan lagi, terlebih pada era pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Matematika dapat berfungsi mengembangkan keterampilan berhitung dengan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

Matematika harus disajikan dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk belajar matematika. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk menarik perhatian dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika antara lain dengan mengkaitkan materi yang disajikan dengan konteks kehidupan sehari-hari yang dikenal siswa di sekelilingnya atau dengan memberikan informasi manfaat materi yang sedang dipelajari bagi pengembangan kepribadian dan kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah selanjutnya, baik permasalahan dalam matematika itu sendiri, permasalahan dalam mata pelajaran lain, maupun permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (Antonius Cahya Prihandoko 2006:10).

Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Pembelajaran bukan menginformasikan materi agar dikuasai oleh siswa, tetapi memberikan kondisi agar siswa mengusahakan terjadi belajar dalam dirinya. Hasil belajar merupakan perubahan pada diri anak meliputi kemampuan intelektual, sikap/minat maupun keterampilan setelah mengikuti proses belajar mengajar. Kemampuan intelektual dapat diukur dengan tes hasil belajar. Siswa dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai Kriteria ketuntasan Minimal yang telah ditentukan pada mata pelajaran Matematika.

Berdasarkan pendapat di atas diungkapkan bahwa tujuan mata pelajaran Matematika salah satunya adalah pembentukan sikap siswa. Sikap merupakan suatu komponen yang sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran matematika. Sikap matematika adalah ranah afektif yang sangat penting dalam menentukan perilaku siswa dalam pemikiran matematika dan pemecahan masalah. Siswa yang memiliki sikap positif akan menunjukkan tindakan yang selalu mengarah pada upaya pencapaian tujuan pembelajaran matematika. Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh guru untuk keberhasilan pembelajarannya adalah menciptakan suatu kondisi pembelajaran yang dapat merangsang dan meningkatkan sikap positif siswa dalam pembelajaran matematika.

Namun pada kenyataannya, hasil observasi pertama pada mata pelajaran matematika menunjukkan bahwa guru menyampaikan materi dengan metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Guru belum menggunakan alat peraga tetapi dalam pembelajaran tersebut guru menekankan bahwa setidaknya siswa hafal dengan materi tersebut. Padahal hafalan bukanlah solusi untuk memahami sebuah materi. Siswa juga tidak semuanya aktif dalam diskusi kelompok. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti tetapi belum ada siswa yang berani untuk menunjukkan jari. Guru memberikan pertanyaan kepada salah satu siswa tetapi siswa tersebut tidak menjawab pertanyaan dengan tepat. Guru juga tidak mengkaitkan materi dengan lingkungan siswa.

Berdasarkan hasil belajar matematika tergolong rendah dari mata pelajaran lainnya. Ini ditunjukkan dari data hasil ujian semester II bahwa rata-rata nilai matematika kurang dari KKM yaitu 70. Dari 14 siswa, hanya 4 yang sudah mencapai KKM, sedangkan nilai rata-rata kelas juga masih belum mencapai KKM yaitu hanya 63.

Berdasarkan hal tersebut di atas, ketepatan dalam pemberian pendekatan pembelajaran sangat menentukan hasil belajar siswa. Dengan pendekatan pembelajaran yang tepat, siswa dapat termotivasi dan senang dengan apa yang akan guru sampaikan. Penggunaan rumus-rumus matematika tanpa memahaminya hanya akan menjadi sebuah hafalan. Jika siswa mempelajari matematika hanya dengan hafalan, maka mereka tidak akan bisa menerapkan konsep atau rumus tersebut untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang mereka temukan.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika adalah Pendekatan Realistic Mathematics Education. Menurut Daitin Tarigan (2006: 1), pembelajaran ini menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal murid dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh murid sendiri. Pendekatan Realistic Mathematics Education sebagai kegiatan yang lebih menekankan aktivitas siswa untuk mencari, menemukan dan membangun sendiri pengetahuan yang dia perlukan sehingga pembelajaran menjadi terpusat pada siswa. Matematika realistik pada dasarnya adalah pola belajar yang memanfaatkan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran Matematika sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran Matematika secara lebih baik. Pendekatan Realistic Mathematics Education dalam pembelajaran ini mengaitkan dan melibatkan lingkungan sekitar, pengalaman nyata yang pernah dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadikan matematika sebagai aktivitas siswa. Siswa tidak harus dibawa ke dunia nyata, tetapi siswa diajak berpikir bagaimana menyelesaikan masalah yang mungkin atau sering dialami siswa dalam kesehariannya.

Berdasarkan uraian di atas, pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menjawab masalah tersebut adalah pendekatan Pendekatan Realistic Mathematics Education. Peneliti ingin mengkaji masalah ini dengan mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Regunung 03 Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2017/2018”.

Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah yaitu: “Bagaimana cara meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika kelas VI SD Negeri Regunung 03 melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka peneliti menentukan tujuan yang akan dicapai yaitu:

  • Meningkatkan keterampilan guru kelas VI SD Negeri Regunung 03 dalam pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education
  • Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika kelas VI SD Negeri Regunung 03 melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education
  • Meningkatkan hasil pembelajaran Matematika siswa kelas VI SD Negeri Regunung 03 melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education.

Manfaat Penelitian

Manfaat Bagi Siswa

  • Meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran Matematika sehingga hasil belajar siswa mengalami perbaikan.
  • Meningkatkan aktifitas belajar siswa sehingga dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
  • Melatih siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah melalui kegiatan investigasi
  • Melatih siswa untuk memiliki kemampuan komunikasi dan sosialisasi yang baik dengan sesama teman

Manfaat Bagi Guru

  • Menambah wawasan bagi guru tentang pendekatan pembelajaran yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
  • Memotivasi guru untuk lebih kreatif dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

Manfaat Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitash pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Landasan Teoritis

Kualitas Pembelajaran

Menurut Etzioni dalam Daryanto (2010:57) mengungkapkan kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan. Secara definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya.

Menurut Robbins dalam Daryanto (2010:57) efektivitas ini sesungguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang. Dengan demikian efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya. Di samping itu, efektivitas juga dapat dilihat dari bagaimana tingkat kepuasan yang dicapai oleh orang.

Dengan demikian efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasarannya atau suatu tingkatan terhadap tujuan (Hoy dan Miskel dalam Daryanto, 2010:57). Sementara itu proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Moh Uzer Usman dalam Febriana, 2011: 19).

Sedangkan kata belajar berarti proses perubahan tingkah laku pada siswa akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungan melalui pengalaman dan latihan. Perubahan ini terjadi secara menyeluruh, menyangkutaspek kognitif, afektif, dan psikomotor (Iskandarwassid &Dadang Sunendar dalam Febriana, 2011: 20).

Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistematik dan sinergis guru, siswa, kurikulum dan bahan belajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler (Depdiknas, 2004: 7).

Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa ditentukan oleh efektivitas pembelajarannya dalam upaya pencapaian kompetensi belajar. Aspek-aspek efektivitas belajar sebagai berikut: (1) Peningkatan pengetahuan, (2) peningkatan keterampilan, (3) perubahan sikap, (4) perilaku, (5) kemampuan adaptasi, (6) peningkatan integrasi, (7) peningkatan partisipasi, (8) peningkatan interaksi kultural (Daryanto, 2010:57)

Kualitas pembelajaran dan karakter siswa yang meliputi bakat, minat, dan kemampuan merupakan faktor yang menentukan kualitas pendidikan. Kualitas pembelajaran dilihat pada interaksi siswa dengan sumber belajar, termasuk pendidikan. Interaksi yang berkualitas merupakan interaksi yang menyenangkan. Menyenangkan berarti peserta didik belajar dengan senang untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan didalam kompetisi. Peran guru bukan sebagai satu-satunya pembelajaran, tetapi sebagai fasilitator dan pengarah. Belajar memang bersifat individual, oleh karena itu belajar merupakan suatu keterlibatan langsung atau memperoleh pengalaman individual yang unik. Belajar juga tidak terjadi sekaligus, tetapi akan berlangsung penuh pengulangan berkali-kali, berkesinambungan,tanpa henti (Dimyanti, 2011).

Dari uraian diatas didapat bahwa kualitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan sasaran pembelajaran dalam memfasilitasi dan mengorganisir lingkungan bagi siswa.

Pengertian Hasil Belajar

Oemar Hamalik (2006: 30) mengemukakan hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Winkel (Purwanto 2010: 45) berpendapat bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Nana Sudjana (2006: 22) mendefinisikan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Howard Kingsley (Nana Sudjana, 2006: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Gagne (Nana Sudjana, 2006: 22) membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2006: 22) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu (a) ranah kognitif, (b) ranah afektif, dan (c) ranah psikomotoris.

Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang diukur dan diamati dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan pengembangan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Berdasarkan paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan dan perubahan tingkah laku yang dimiliki seseorang setelah mengalami suatu proses pembelajaran. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan sejumlah tingkat kognitif, afektif dan psikomotor pada peserta didik berupa perubahan tingkah laku setelah mencapai penguasaan sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang akan diteliti adalah hasil belajar Matematika yang lebih pada aspek kognitif dan afektif. Hasil belajar tersebut mencerminkan penguasaan siswa terhadap suatu materi yang dipelajari dan diukur menggunakan tes dan diwujudkan dalam bentuk nilai. Aspek afektif yang berupa sikap berusaha untuk berpikir berdasarkan data yang dapat digunakan, yang sebelumnya telah dipelajari, dan asumsi akan tercermin saat proses pembelajaran berlangsung.

Pengertian Pendekatan Realistic Mathematics Education

Pendekatan Realistic Mathematics Education pertama kali dikembangkan oleh sekelompok ahli matematika dari Freudenthal Institute, Utrecht University di Belanda pada tahun 1970-an. Nyimas Aisyah, dkk (2007: 7.3) menyebutkan bahwa pendekatan ini didasarkan pada anggapan bahwa matematika adalah kegiatan manusia. Menurut pendekatan ini, kelas matematika bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi-eksplorasi nyata.

Daitin Tarigan (2006: 3) menyatakan bahwa Pendekatan Realistic Mathematics Education menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal murid dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh murid sendiri. Masalah konteks nyata merupakan bagian inti dan dijadikan starting point dalam pembelajaran matematika.

KERANGKA PIKIR

Selama ini proses pembelajaran matematika masih bersifat abstrak tanpa mengkaitkan permasalahan matematika dengan kehidupan sehari–hari. Pembelajaran akan lebih bermakna apabila guru dapat menyajikan materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa, dalam hal ini guru harus mengetahui karakteristik peserta didiknya. Perlunya kondisi pembelajaran yang realistik dan mendekatkan siswa kepada lingkungan kesehariannya bertujuan agar siswa mampu memahami subjek yang konkret juga mampu terjangkau oleh pikiran siswa. Dalam penelitian ini, guru akan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematics Education (PMR) dalam pembelajaran matematika.

Pendekatan Realistic Mathematics Education merupakan sebuah pendekatan pembelajaran matematika yang menekankan pada konteks nyata dan pengalaman siswa. Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education ini akan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika berdasarkan pada masalah realistik yang diberikan guru. Menurut pendekatan ini cara siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata dan menuntut keterlibatan siswa secara aktif. Karena itu, siswa tidak dipandang sebagai penerima pasif, tetapi harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru.

Dalam hal ini guru memunculkan masalah untuk diselesaikan oleh siswa dengan pengetahuan awalnya yang kemudian berkembang seiring semakin kompleksnya masalah yang diberikan. Hal ini bertujuan agar siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya sehingga cara berpikir siswa meningkat dari konkret ke abstrak. Pendekatan pembelajaran yang mengacu pada keterlibatan siswa secara aktif harus dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

 

 

 

 

METODOLOGI PENULISAN

Setting Penelitian

Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan pada hari Rabu tanggal 23 Oktober 2013 untuk siklus 1, siklus 2 pada hari Rabu tanggal 30 Oktober 2013, dan siklus 3 pada hari Rabu tanggal 6 November 2013.

Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas VI Sekolah Dasar Negeri Regunung 03 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, yang merupakan objek Penelitian.

Alasan Penelitian Dilakukan di SD Negeri Regunung 03

Sesuai dengan dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) antara lain bahwa penelitian dilakukan atau dalam upaya menyelesaikan masalah pembelajaran yang dirasakan oleh guru dan siswa atau permasalahan yang aktual yang dirasakan oleh guru dan siswa.Berdasar dari uraian yang dipaparkan pada latar belakang alasan mengapa penelitian dilakukan di kelas VI, karena siswa kelas VI itulah yang mempunyai masalah dalam penguasaan materi.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Regunung 03 Desa Regunung Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang sebanyak 14 orang yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 7 orang perempuan.

Sumber Data

Sumber data yang diperoleh peneliti adalah berdasarkan penelitian guru dalam proses Pembelajaran Matematika dari hasil ulangan yang diperoleh hanya mencapai rata-rata 63 ketika ditanyakan pada siswa ternyata hampir 65% siswa menjawab kesulitan.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENULISAN

Deskripsi Kondisi Awal

Gambaran Sekolah

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Regunung 03 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dengan subyek penelitian siswa Kelas V sebanyak 14 siswa. Letak SD Negeri Regunung 03 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

Sekolah Dasar Negeri Regunung 03 terletak di desa Regunung Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Suasana Sekolah Dasar Negeri Regunung 03 masih asri dengan suasana pedesaan.

Keadaan Siswa

Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah, keadaan siswa Kelas VI SD Regunung 03 Desa Regunung pada semester I diperoleh data yaitu dari 14 siswa yaitu 7 laki-laki dan 7 orang perempuan.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika, siswa kurang antusias dalam menghadapi pelajaran, hal ini salah satu penyebabnya adalah guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat.

Kemampuan Siswa

Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 10 siswa atau 72%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 4 siswa dengan persentase 28%.

Deskripsi dan Pembahasan Siklus 1

Ketuntasan belajar siswa siklus 2 dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 6 siswa atau 43%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 8 siswa dengan persentase 57%.

Deskripsi dan Pembahasan Siklus 2

Ketuntasan belajar siswa siklus 2 dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 5 siswa atau 35%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 9 siswa dengan persentase 65%.

Deskripsi Dan Pembahasan Siklus 3

Ketuntasan belajar siswa siklus 3 dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 1 siswa atau 7%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 13 siswa dengan persentase 93%.

Berdasarkan deskripsi data perlaksanaan tindakan siklus 3 pada pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education pada kelas VI SD Negeri Regunung 03 diperoleh kesimpulan bahwa keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan dan memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Sehingga peneliti menetapkan bahwa penelitian tindakan kelas ini dicukupkan pada siklus 3. Namun penelitian tindakan kelas masih dimungkinkan untuk dilanjutkan.

Berikut ini akan disajikan peningkatan hasil keterampilan guru, aktivitas siswa, prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education dengan pada siklus 1, Siklus 2, dan siklus 3 yang dapat dilihat pada tabel berikut/;

Rekapitulasi Hasil Observasi Pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education pada Siswa Kelas VI dalam Pembelajaran Matematika

No Aspek yang diamati Sebelum Perbaikan Siklus 1 Siklus 2

 

Siklus 3
1 Ketrampilan Guru Cukup Baik Baik Sangat Baik
2 Aktivitas Siswa Cukup Baik Baik Sangat Baik
3 Hasil Belajar 28% Tuntas 57% Tuntas 65% Tuntas 93% Tuntas

 

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi lebih baik pada siklus 2 dan mengalami peningkatn lagi menjadi sangat baik pada siklus 3. Aktivitas siswa sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi lebih baik pada siklus 2 dan mengalami peningkatn lagi menjadi sangat baik pada siklus 3. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajarsebelum perbaikan 28%, siklus I 57%dan siklus II 65% dan pada siklus 3 meningkat lagi menjadi 93%. Pelaksanaan tindakan dari siklus 1 sampai dengan siklus 3 menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.

PENUTUP

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap keterampilan guru, aktivitassiswa, dan hasil belajar pembelajaran Matematika melalui penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education pada siswa kelas VI SD Negeri Regunung 03 dapat disimpulkan bahwa:

  1. Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education dapat meningkatkan keterampilan guru. Hal iniditunjukkan oleh peningkatan skor keterampilan guru pada setiap siklusnya. Perolehanskor keterampilan guru pada siklus I sebesar 24 dengan kriteria baik, siklus II sebesar 27 dengan kriteria baik, dan siklus III sebesar 30 dengan kriteria sangat baik.
  2. Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini ditunjukka oleh peningkatan skor aktivitas siswa pada setiap siklusnya. Perolehan skor aktivitas siswa pada siklus I sebesar 17,14 dengan kriteria baik, siklus II sebesar 18,66 dengan kriteria baik, dan siklus III sebesar 20,34 dengan kriteria sangat
  3. Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan persentase ketuntasan belajar klasikal pada setiap siklusnya. Persentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar 57%, siklus II 65% dan meningkat lagi pada siklus III 92%. Perolehan skor pada siklusIII telah memenuhi indikator keberhasilan hasil belajar siswa yaitu ≥80% siswa mengalami ketuntasan belajar.

 SARAN

  1. Guru sebaiknya menerapkan Pendekatan Realistic Mathematics Education pada pembelajaran Matematika. Karena dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.Agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai makasebaiknya dalam pelaksanaan pembelajara Matematika melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education dipersiapkan dengan perencanaan yang matang dan maksimal. Seperti perencanaan konsep materi, tugas-tugas untuk siswa.
  2. Sebaiknya guru juga menerapkan Pendekatan Realistic Mathematics Education pada mata pelajaran yang lain. Karena dapat meningkatkan keaktifan siswa, melatih bekerja sama kelompok, melatih analisa berfikir, dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan maupun menantang.
  3. Pada saat pembelajaran sebaiknya tercipta suatu kondisi adanya kelompok belajar yang saling bekerja sama, fokus siswa yang meningkat terhadap pembelajaran atau meminimalisasi kegaduhan di kelas, tanggung jawabsiswa, bimbingan guru yang intensif, dan guru sebagai fasilitator.

DAFTAR PUSTAKA

Antonius Cahya Prihandoko. (2006). Memahami konsep matematika secara benar dan menyajikannya dengan menarik. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan.

Arif Rohman. (2009). Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Laksbang Mediatama.

Ariyadi Wijaya. (2012). Pembelajaran Matematika Realisik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Daitin Tarigan. (2006). Pendekatan Realistic Mathematics Education. Jakarta: Depdiknas Dwi Siswoyo, dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

John W. Santrock. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

KTSP. (2007).Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BP Cipta Jaya Lorin W. Anderson.     (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Marsigit. 2003. Metodologi pembelajaran matematika. Makalah disajikan pada kunjungan guru-guru SD Wilayah Binaan III Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat di FMIPA UNY. Diakses dari: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/marsigit-dr- ma/Methodologi%20Pembelajaran%20Matematika%20pada%20Kunjungan%20 Guru%20SD%20KemayoranJKT_diFMIPA%20UNY_Jan%202003.pdf pada tanggal 05 Desember 2013 jam 11.35 WIB

Nana Sudjana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Ngalim Purwanto. (2006). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.

Nyimas Aisyah, dkk. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan.

Oemar Hamalik. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Purwanto. (2010). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rita Eka Izzaty dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta. UNY Press.

Shigeo Katagiri. (2004). Mathematical Thinking and How to Teach It. Tokyo: University of Tsukuba.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sri Subarinah. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Depdiknas: Jakarta. Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiman. 2011. Peningkatan Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Matematika Realsitik. Yogyakarta: FMIPA UNY. Diakses dari: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/2011_PPM_Iceberg_0.pdf pada tanggal 05 Desember 2013 jam 12.50 WIB

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

            . (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

            . (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. (2010). Mengenal penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks.

Wina Sanjaya. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.