UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION

PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

SD NEGERI TORIYO 01 BENDOSARI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Iswanti

SD Negeri Toriyo 01 Bendosari

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri Toriyo 01 Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan langkah-langkah: 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi interprestasi, 4) Analisis refleksi dan evaluasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Direct Instruction dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika yang meliputi 1) Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran sebesar 50% pada Siklus I, dan meningkat menjadi 70% pada Siklus II, siswa yang aktif dalam diskusi kelompok pada Siklus I 50%, meningkat menjadi 70% pada Siklus II. Sedangkan ketelitian dan ketepatan siswa dalam menyelesaikan soal pada Siklus I 60% meningkat menjadi 80% pada Siklus II. Sedangkan pencapaian hasil belajar siswa Siklus I sebesar 60%, meningkat menjadi 100% pada Siklus II. Peningkatan hasil belajar tersebut karena 1) Penerapan model pembelajaran Direct Instruction, 2) Guru menyusun RPP sehingga KBM terarah dan terprogram, 3) Guru melakukan evaluasi akhir Siklus I rata-ratanya 60,00 dan Siklus II rata-rataya meningkat menjadi 72,00.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Direct Instruction dapat meningkatkan prestsi belajar Matematika baik segi keaktifan maupun hasil belajar.

Kata Kunci: Prestasi belajar, Penerapan model, Direct Instruction.

 

Pendahuluan

Pendidikan merupakan sebuah proses yang dengan sengaja dilaksanakan semata-mata bertujuan untuk mencerdaskan manusia. Melalui proses pendidikan akan terbentuk sosok-sosok individu sebagai sumber daya manusia yang berperan besar dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu pendidikan merupakan kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan dapat mengalami perubahan diperlukan adanya pembaharuan dalam pendidikan yaitu pembaharuan dalam metode mengajar dan model pembelajaran yang dapat meningkatkan relevansi metode mengajar mampu mengantarkan peserta didik menerima materi/bahan ajar. Pembelajaran Matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Begitu pentingnya Matematika sehingga guru dituntut untuk mengembangkan pemahaman dan konsep serta ketrampilan dan penguasaan materi dalam memilih strategi dan metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kemampuan mengajarkan atau menyelesaikan soal bangun ruang siswa kelas V SD Negeri Toriyo 01 tahun pelajaran 2015/2016 belum mencapai hasil yang optimal, meskipun upaya guru dilakukan dengan mengadakan latihan soal berulang-ulang. Hal ini dibuktikan dengan nilai atau hasil ulangan akhir (kuis) yang masih rendah yaitu dari 10 siswa rata-rata nilai hanya 47, dan hanya 10% yang tuntas. Dengan kata lain tujuan pembelajaran belum tercapai.

Dengan kondisi yang demikian memprihatinkan, kita sangat berharap adanya peningkatan hasil belajar matematika pada peserta didik, harus ada peningkatan prosentase ketuntasan hasil belajar minimal mencapai 85% dari jumlah siswa kelas V SD Negeri Toriyo 01 Bendosari tahun pelajaran 2015/2016.

Atas dasar inilah peneliti memilih judul “Upaya Peningkatan Prestasi Belaajr Siswa Dengan Penerapan Model Pembelajaran Direct Instruction Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V SD Negeri Toriyo 01 Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Hakekat Belajar

Belajar merupakan aktivitas-aktivitas yang selalu dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Winkels (2003) “Belajar adalah aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap”. Menurut Slameto (2013) “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2009) mendefinisikan “Belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas praktek dan pengalaman”. Dari pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses usaha untuk mendapatkan perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman lingkungan.

Sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan perubahan dan kemampuan untuk berubahlah yang akan menjadikan manusia dapat secara bebas untuk mengeksplorasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Menurut Syah (2014) dapat dibedakan menjadi 3 yakni: a) Faktor internal, yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa, b) Faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa, c) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Menurut Purwanto (2007) “Faktor yang mempengaruhi belajar yaitu: a) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang sering disebut dengan faktor individual, yang termasuk faktor individualistic, b) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial, antara lain keluarga, rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar. Berdasarkan pendapat kedua tersebut diatas, dapat disimpulkan “Bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (internal/individual) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa atau lingkungan sekitarnya (eksternal/sosial).

Hakekat Prestasi Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung pasti selalu ingin diketahui hasilnya, seberapa jauh tujuan pengajaran yang telah ditetapkan tercapai. Prestasi belajar menunjukkan kemampuan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Menurut Sukmadinata (2007) “Prestasi belajar atau hasil belajar adalah merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensi atau kapasitas yang dimiliki oleh seseorang yang dapat dilihat dari perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berpikir maupun ketrampulan motorik”. Menurut Sudjana (2008) “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan suatu mata pelajaran tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Hakekat Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran. Menurut Joyce (1992) menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Model pembelajaran adalah “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi untuk pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang menggambarkan suatu bentuk perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran serta untuk menentukan perangkat-perangka pembelajaran guna mencapai tujuan belajar tertentu.

Model pembelajaran Direct Instruction ini merupakan cara mengajar dimana guru berperan sebagai fasilitator dalam menanamkan suatu konsep atau kemampuan baru kepada siswa secara bertahap dan terkontrol. Dengan pengajaran langsung, siswa diarahkan untuk memahami materi secara bertahap, dan guru ditekankan bisa mengatur waktu secara optimal dengan cara menyenangkan untuk menyiasati kejenuhan siswa selama proses belajar mengajar. Direct Intruction mengarah pada dunia akademis yaitu metode pengajaran yang menggunakan materi yang terstruktur dan berkelanjutan.

Model instruksi langsung adalah suatu model pengajaran yang terdiri dari penjelasan guru mengenai konsep atau keterampilan baru, melibatkan guru bekerja dengan siswa secara individual, atau dalam kelompok-kelompok kecil (Watanabe, McLaughlin, Weber, & Shank, 2013) berfokus pada mencapai target pembelajaran dengan memberikan pelatihan keterampilan yang erat kaitannya dengan target, Kinder et.al dalam (Aufan, 2011).

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran matematika adalah kurangnya perhatian dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Banyak siswa yang menghindari mengerjakan tugas dan tidak fokus mengikuti pembelajaran sehingga pemahaman mereka sangat kurang. Selain itu pemakaian metode mengajar kurang bervariasi sehingga kegiatan pembelajaran monoton dan membosankan, menyebabkan sulit membangkitkan minat dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran matematika. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan metode yang tepat. Pemilihan metode yang tepat akan membuat siswa lebih mudah memahami konsep atau materi. Metode yang dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran matematika adalah metode Direct Instruction.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesanya “Penerapan Model Pembelajaran Direct Instruction Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Toriyo 01 Pada Mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Toriyo 01, subyek penelitian sejumlah 10 siswa. Rencana penelitian meliputi: a) mengidentifikasi masalah, b) menganalisis masalah dan menentukan faktor penyebab, c) merumuskan alternatif, d) pengembangan bentuk tindakan masalah, e) kelaikan solusi. Rencana penelitian ini ditempuh oleh peneliti dengan langkah bertahap yang berdaur ulang dan berkelanjutan, juga disebut model sistem siklus. Model ini ada empat kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara periodik dengan siklus berkelanjutan. Peneliti mengadakan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan dan dibantu oleh kolaborator mengadakan evaluasi dan refleksi. Pemantauan dilakukan dengan pengamatan oleh guru dan guru bantu (kolaborator) dalam proses pembelajaran terhadap dampak tindakannya. Instrumen dalam penelitian ini adalah pedoman observasi yang terstruktur. Refleksi dilakukan dengan mengadakan diskusi dengan guru bantu (kolaborator), selanjutnya merumuskan berbagai perbaikan untuk siklus berikutnya, kemudian analisis data. Untuk menguji hipotesis dengan membandingkan hasil prestasi belajar siswa tes awal dan tes akhir.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Siklus I

Berdasarkan kemampuan awal siswa sebelum penerapan model pembelajaran Direct Instruction pada mata pelajaran matematika nilai ulangan rata-rata 47. Sedangkan hasil ulangan akhir (kuis) Siklus I yang diperoleh dengan nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 70 dengan nilai rata-rata 60. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60. Berdasarkan hasil belajar ulangan akhir Siklus I yang tuntas belajar 6 siswa atau 60% dan yang belum tuntas belajar 4 siswa atau 40%. Hal ini menunjukkan hasil belajar siswa dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Direct Instruction belum berhasil. Berdasarkan pengamatan (observasi) pelaksanaan pembelajaran Matematika kelas V dengan Model Pembelajaran Direct Instructional pada Siklus I sudah banyak perubahan dan peningkatan yang dilihat ketuntasan.dan nilai rata-ratanya. Apabila dilihat dari aspek yang diamati pada keaktifan dalam pembelajaran (apersepsi 7 siswa atau 68,18%; aktif dalam mengikuti diskusi kelompok 5 siswa atau 62,50% dan aktif, teliti dan tepat dalam menyelesaikan soal 4 siswa atau 57%. Sedangkan hasil belajar/hasil ulangan akhir (kuis) Siklus I yang memperoleh nilai 60 ke bawah 4 siswa atau 40% berarti belum tuntas dan yang mendapat nilai 60 ke atas sebanyak 6 siswa atau 60%. Sedangkan hasil ulangan akhir Siklus I nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 70 dan nilai rata-rata Siklus I: 60.

SIklus II

Berdasarkan hasil observasi (pengamatan) pada pelaksanaan proses pembelajaran Siklus II dapat diperoleh hasil sebagai berikut: 7 siswa yang aktif selama apersepsi atau 80,77%, yang cukup aktif 2 siswa atau 15,38% dan kurang aktif 1 siswa atau 3,85%. Dan siswa yang aktif dalam mengikuti diskusi kelompok 7 siswa atau 80,77%, yang cukup aktif 2 siswa atau 15,38% dan yang kurang aktif 1 siswa atau 3,85%. Dan yang aktif, teliti dan tepat dalam menyelesaikan soal 8 siswa atau 88,89%, sedangkan hasil ulangan akhir (kuis) Siklus II dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60 yang tuntas belajar 10 siswa atau 100% dan yang belum tuntas kosong (0) siswa, nilai yang diperoleh nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 60. Sedangkan nilai rata-rata 72 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Ketuntasan Hasil Belajas dan Rata-rata Nilai

Keriteria Hasil Belajar dan Prosentase Keterangan
Siklus I Siklus II
Tuntas

Belum Tuntas

6 siswa

4 siswa

60%

40%

10 siswa

0 siswa

100%

0%

Tercapai
Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

70

40

  80

60

  Tercapai Tuntas
Rata-rata Nilai 60`   72    

Sumber dari Hasil ulangan akhir Siklus I dan Siklus II

Dengan hasil analisis belajar dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Direct Instruction pada mata pelajaran Matematika kelas V SD Negeri Toriyo 01 telah terbukti, siswa yang mendapat nilai 60 ke atas sebanyak 10 siswa atau 100%. Keberhasilan/ketuntasannya dengan nilai rata-rata 72 dan nilai terendah 1 siswa dengan nilai 60 itu saja sudah termasuk tuntas dan anak tersebut lemah pemikirannya sehingga nilaiya tetap rendah bila dibandingkan dengan nilai teman-temannya.

Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi (pengamatan) terhadap pelaksanaan tindakan pada proses belajar mengajar mata pelajaran Matematika Siklus I dan Siklus II terjadi peningkatan prestasi/hasil belajar Matematika melalui penerapan metode pembelajaran Direct Instruction dan menunjukkan peningkatan dari segi keaktifan siswa selama pembelajaran/apersepsi siswa, keaktifan dalam mengikuti diskusi kelompok, dan ketelitian dan ketepatan dalam menyelesaikan soal dan ketuntasan hasil belajar siswa, ditunjukkan banyaknya siswa yang sudah mencapai batas ketuntasan minimal 60% atau sebanyak 10 siswa pada Siklus II. Siswa yang sebelumnya kurang aktif saat pembelajaran sekarang lebih antusias dalam proses pembelajaran. Sedangkan siswa yang sebelumnya tidak bisa bekerja sama dalam kelompok diskusi, sekarang sudah bisa bekerja sama dengan kelompok diskusi tanpa harus dipaksa, karena sudah menyadari betapa pentingnya kerja sama itu. Oleh sebab itu, masalah yang dihadapi pada pembelajaran Matematika yang merupakan mata pelajaran yang sulit dan menakuti dapat teratasi dengan cara penerapan metode pembelajaran Direct Instruction yang dapat meningkatkan pemahaman konsep, mengaktifkan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi/hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada Siklus I dan Siklus II, dapat dinyatakan peningkatan prestasi belajar siswa dengan penerapan Model Pembelajaran Direct Instruction pada mata pelajaran Matematika kelas V dapat dilihat pada tabel berikut ini.

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 2. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I dan Siklus II Kelas V SD Negeri Toriyo 01 Bendosari Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan Model Pembelajaran Direct Instruction

No. Indikator Siklus I Siklus II Keterangan
Jumlah Siswa Prosentase Jumlah Siswa Prosentase
1 Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran/apersepsi  

 

       
  –    Aktif

–    Cukup aktif

–  Kurang aktif

5

2

3

68,18%

18,18%

13,64%

7

2

1

80,77%

15,38%

3,85%

Meningkat
    10 100% 10 100%  
2 Keaktifan siswa dalam mengikuti diskusi kelompok          
  –    Aktif

–    Cukup aktif

–    Kurang aktif

5

4

1

62,50%

33,33%

4,17%

7

2

1

80,77%

15,38%

3,85%

Meningkat
    10 100% 10 100%  
3 Ketelitian dan ketepatan siswa dalam menyelesaikan soal          
  –    Aktif

–    Cukup aktif

–    Kurang aktif

4

3

3

57,44%

23,57%

14,29%

8

1

1

88,89%

7,41%

3,70%

Meningkat
    10 100% 10 100%  
4 Ketuntasan hasil belajar siswa          
  –    Tuntas

–    Tidak/belum tuntas

6

4

60%

40%

10

100%

Meningkat
    10 100% 10 100%  

Sumber Data: Hasil observasi dan Ulangan Akhir Siklus I dan Siklus II

Keberhasilan pembelajaran Matematika kelas V SD Negeri Toriyo 01 dengan Penerapan Model Pembelajaran Direct Instruction dapat dilihat dari indikatornya sebagai berikut:

  • Siswa terlihat antusias dan bersemangat mengikuti pembelajaran Matematika.
  • Siswa mampu memahami materi yang diberikan guru/peneliti.
  • Siswa menyadari pentingnya kerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas bersama.
  • Siswa sudah berani mendemonstrasikan/mempresentasikan tugas yang diberikan guru.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan serta hasil penelitian bahwa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika dengan menerapkan model pembelajaran Direct Instruction terbukti dapat meningkatkan pemahaman, keaktifan serta hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Toriyo 01. Hal tersebut terlihat:

Proses Pembelajaran

  1. Siswa terlihat antusias dan semangat dalam keaktifan mengikuti pembelajaran/apersepsi menunjukkan peningkatan dari 50% pada Siklus I menjadi 70% pada Siklus II.
  2. Selama proses pembeljaran berlangsung siswa yang menunjukkan keaktifan siswa dalam mengikuti diskusi kelompok 50% pada Siklus I menjadi 70% pada Siklus II.
  3. Siswa mampu memahami materi yang diberikan guru, sedang aspek ketelitian dan ketepatan menjadi 70%.

 

Hasil Pembelajaran

Dari hasil evaluasi menunjukkan peningkatan pencapaian prestasi belajar siswa Siklus I sebesar 60%, sedangkan pada Siklus II meningkat menjadi 100% dengan nilai rata-rata Siklus I sebesar 60,00 dan nilai rata-rata Siklus II meningkat menjadi 72,00 berarti terdapat peningkatan rata-rata prestasi belajar/hasil belajar sebesar 12.00.

Saran

  1. Sekolah hendaknya berusaha mencukupi dan menyediakan fasilitas yang dapat mendukung guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif lebih mudah memahami materi pembelajaran.
  2. Guru hendaknya selalu meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan dan menyampaikan materi, lebih inovatif dan kreatif dalam menerapkan model dan metode pembelajaran Direct Instruction.
  3. Siswa hendaknya dapat bekerja sama baik dengan guru maupun siswa dalam proses belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Aufan, A. M. (2011). The Effect of Direct Instruction Strategy on Math Achievement. International Rducation Studies, Vol. 4, No. 4, 199-205.

Hamalik, O. (2009). Psikologi Belajar & Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Joyce, B. (2009). Modeld of Teaching (4 th ed). Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sudjana, N. (2008). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sukmadinata, N. S. (2007). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Syah, M. (2014). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perdana.

Watanabe, M., Mc. Lauglin, T. E., Weber, K. F., & Shank, L. (2013). The Effect of Using Direct Instruction to Teach Coin Counting and Giving. International Jounal of Basic and Applied Science, Vol. 02, No. 01, 150-159.

Winkel, W. S. (2003). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia.