PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU

DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

DENGAN TIGA JENIS MAIN MELALUI SUPERVISI AKDEMIK

DI TKK ST. THERESIA HIGETEGERA TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Yovita Rengsiana

Pengawas TKK dan PAUD pada Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga

Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur

 

ABSTRAKSI

Penelitian Tindakan Sekolah dengan judul Peningkatan Profesionalitas Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Tiga Jenis Main Melalui Supervisi Akdemik di TK St Theresia Higetegera Tahun Pelajaran 2017/2018 dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana supervisi akademik dapat meningkatkan profesionalitas guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan tiga jenis bermain pada kegiatan inti di TKK atau PAUD. Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2017/2018, yang dimulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2017. Subyek penelitian ini adalah guru-guru di Taman Kanak-Kanak St Theresia Higetegera yang berjumlah 4 (empat) orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus. Deskripsi hasil penilaian perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan tiga jenis bermain menunjukan bahwa pada siklus pertama rata-rata capaian hasil kinerja guru hanya 33% merencanakan dan melaksanakanpembelajarandengan tiga jenis bermain, artinya 2 orang guru kategori baik, sedangkan 67% guru belum memiliki merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan tiga jenis bermain secara baiak dan benar. Namun pada siklus keduamengalami peningkatan 83% guru menyiapkan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan tiga jenis bermain dengan baik dan benar. Dari segi merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan tiga jenis bermainkinerja guru mengalami peningkatan yakni pada siklus pertama terdapat 33% guru dengan nilai baik dan pada siklus kedua meningkat 50% guru dengan nilai kategori amat baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik dapat meningkatkan kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan tiga jenis bermain di TKK St Theresia Higetegera pada Tahun Pelajaran 2017/2018.

Kata Kunci: Profeisonalitas Guru, Supervisi Akademik, Tiga Jenis Main.

 

PENDAHULUAN

Pembinaan Taman Kanak-Kanak (TK) secara terus menerus merupakan keharusan dalam peningkatan mutu, sehingga mampu mengembangkan potensi anak didik seoptimal mungkin. Kita menyadari bahwa keberhasilan pendidikan Taman Kanak-kanak akan memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan anak dikemudian hari. Undang –Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengandalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masayarakat, bangsa dan Negara. Hal ini berarti bahwa suasana belajar dan proses belajar sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan.

 Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, maka diperlukan guru yang terampil dan memahami perkembangan anak. Profesionalisme guru menjadi tuntutan masyarakat yang tidak bisa dihindari. Dalam buku Pedoman Penilaian Profesionalitas TK 2006 menyatakan guru yang profesional harus mampu menunjukan prestasi dan Profesionalitas yang tinggi yang mampu mengembangkan program kegiatan belajar yang meliputi pengembangan pembentukan perilaku dan pengembangan kemampuan dasar, di samping itu guru harus mampu menerapkan metode mengajar yang variatif, sehingga anak merasa nyaman dikelas dan betah untuk belajar, mengubah suasana mengajar yang monoton menjadi suasana yang penuh dinamika, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Dari pernyataan tersebut diatas dapat kita ketahui bahwa untuk menghasilkan suasana yang penuh dinamika, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi anak dapat dilakukan dengan cara memilih pendekatan/metode, model pembelajaran dan peralatan main yang tepat dapat merangsang kegiatan main anak dalam proses pembelajaran untuk pemenuhan tuntutan kebutuhan dan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai dan sikap hidup.

Hakikat Proses Pembelajaran sebagai implementasi kurikulum, menuntut peran guru untuk mengartikulasikan kurikulum atau bahan ajar serta mengembangkan dan mengimplementasikan program-program pembelajaran dalam suatu tindakan yang akurat dan adekuat. Peran ini dilakukan jika guru memahami betul tujuan dan isi kurikulum serta segala perangkatnya untuk mewujudkan proses pembelajaran yang optimal. Penjabaran kurikulum disesuaikan dengan kondisi linkungan sekolah.

 Pedoman Pengelolan kelas PAUD (2015) menyatakan bahwa penataan lingkungan belajar anak usia dini hendaknya membantu, mendorong anak berekplorasi, bereksperimen, memanipulasi benda dan alat main secara bermakna membuat kegiatan bealajar semakin menyenagkan. Penataan lingkungan belajar terkait dengan model pembelajaran yang digunakan. Penentuan Model pembelajaran sangat tergantung pada kondisi sekolah dan guru yang memungkinkan anak berinteraksi dengan tiga jenis bermain dalam pembelajaran yaitu bermaian sensorimotorik, bermaian peran dan bermaian pembangunan, sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri anak dan mutu sekolah.

Untuk memenuhi tuntutan peningkatan mutu pendidikan yang sedemikian komplek terutama tuntutan profesional guru, pengawas sekolah harus senantiasa melaksanakan pembinaan secara intensif terhadap guru, baik melalui kegiatan supervisi, pendampingan, maupun pembimbingan dan pelatihan, hal tersebut dilakukan untuk memastikan setiap guru binaannya dapat melaksakan tupoksinya dengan baik, dan dapat membantu siswanya agar meraih hasil belajar yang optimal.

Berdasarkan pengamatan penulis, lembaga PAUD di Kabupaten Sikka dalam melaksanakan proses pembelajaran setiap hari hasilnya cukup memuaskan. Namun ada beberapa kendala dalam pelaksanaan kegiatan, Khususnya di TK St Theresia guru ragu-ragu dalam mengembangkan kegiatan bermain yang tepat sesuai dengan kondisi sekolahnya. Kenyataan para guru sulit untuk mengatasi anak pada saat bermain dikegiatan inti, anak cenderung meninggalkan tugas terstruktur yang diberikan guru dan lebih memilih bermain dengan permaianan yang tidak disiapkan pada hari itu.

Untuk mengatasi kendala tersebut diatas, maka pengawas sekolah berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Langkah yang ditempuh melalui supervisi akademik. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh,1989, Glikman,et al 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian Profesionalitas guru dalam mengelola pembelajaran. Melalui supervisi akademik pengawas sekolah dapat mengetahui tentang proses pembelajaran di dalam kelas dan sedapat mungkin membantu guru memnembangkan profesinalismenya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan sekolah dengan judul Peningkatan Profesionalitas Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Tiga Jenis Main Melalui Supervisi Akdemik di TK St Theresia Tahun Pelajaran 2017/2018.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan paparan permasalahan yang diuraikan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pelaksanaan supervisi akademik dapat meningkatkan profesionalitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan tiga jenis main di TKK St Theresia tahun pelajaran 2017/2018.

KAJIAN PUSTAKA

Profesionalitas (Kinerja) Guru

Permendiknas Nomor 35 tahun 2010 menegaskan bahwa tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

 Profesionalitas (kinerja)dalam proses pembelajaran ditunjukan dengan kemampuan menyusun rencana pembelajaran, menentukankan model pembelajaran, menyiapkan lingkungan belajar, melaksanakan proses pembelajaran dan melakukan evaluasi dan penilaian hasil belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Profesionalitas guru adalah kemampuan guru dalam mengorganisasikan lingkungan belajar. Sudarwan (2011:101) mengungkapkan bahwa guru yang professional memiliki kemampuan mengorganisasikan lingkungan belajar yang produktif. Guru professional memiliki kompetensi pengetahuan,keahlian dan persiapan akademik.

Kompetensi yang menunjukan tingkat profesionalitas guru harus dapat diukur dan dievaluasi, untuk itu perlu indikator yang jelas (Dirjen Dikdasmen, 2004: 10).

Bermain

Pengertian bermaiandalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai melakukan sesuatu untuk bersenang-senang. Menurut para ahli pendidikan anak usia dini, bermain merupakan sarana penting bagi perkembangan dan belajarnya, bermain dianggap relevan dengan dunia anak dan bemain memberikan setting yang bermakna bagi anak untuk belajar.

Bermain adalah suatu aktivitas yang langsung, spontan dimana seorang anak berinteraksi dengan orang lain, benda-benda disekitarnya, dilakukan dengan senang(gembira), atas inisiatif sendiri menggunakan daya khayal (imaginatif), menggunakan panca indra dan seluruh anggota tubuhnya.

Dalam Permendikbud No 146 tahun 2014 menyatakan bahwa ada banyak kegiatan bermain berdasarkan model pembelajaran yang digunakan ,al; bermain dengan model pembelajaran klasikal, model kelompok, model sudut, moder area, dan model sentra. Semua kegiatan bermain memuat perinsip pembelajaran PAUD yang sama ,namun cara bermain disetiap model pembelajaran ini memiliki karakteristik yang berbeda – beda.

Bermain pada Model pembelajaran Sentra, memberi kesempatan kepada anak didik untuk bebas memilih salah satu kegiatan bermain sesuai minat dari tiga jenis bermain yang disiapkan yaitu: bermain sensorimotorik, bermain peran dan bermain pembangunan.

Dalam penelitian tindakan sekolah ini, penilaian Profesionalitas guru yang hendak diukur dan dibatasi oleh peneliti hanya pada aspek perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran harian dan cara bermain dengan menggunkan tiga jenis bermain.

Supervisi Akademik

Kimball Wiles yang dikutip oleh Sri Banun Muslim “Supervision is assistance in the development of a better teaching-learning situation”. Hal ini menyatakan bahwa layanan supervisi merupakan keseluruhan dari situasi belajar-mengajar. Dengan demikian supervisi meliputi semua aspek penyelenggaraan pengajaran dan pendidikan di sekolah.

Dalam “Dictionary of Education”, Good Carter merumuskan supervisi sebagai usaha dari petugas sekolah dalam memimpin guru serta petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran termasuk pengembangan guru meyelesaikan dan merevisi bahan-bahan pengajaran, metode pengajaran, penilaian pengajaran serta tujuan pendidikan. Sri Banun Muslim menyebutkan supervisi cenderung meningkatkan proses dn hasil belajar-mengajar.Sedangkan Ngalim Purwanto merumuskan Supervisi sebagai aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melaksanakan tugas mereka secara efektif.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik adalah keseluruhan usaha yang untuk membimbing para guru agar lebih maju dan berkembang dalam melaksanakan tugas pokoknya yakni memperbaiki dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar dikelas. Pada hakekatnya supervisi memiliki beberapa kegiatan pokok yaitu pembinaan yang berkelanjutan, pengembangan kemampuan professional personal guru, perbaikan kondisi pembelajaran, dengan tujuan akhir mencapai pendidikan dan pertumbuhan pribadi peserta didik. Dengan demikian dalam supervisi terdapat proses pelayanan untuk membantu dan membimbing para guru dalam memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru. Pelayanan ini akan menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan berdampak pada tingkat prestasi belajar peserta didik.

METODOLOGI PENELITIAN               

Subyek, Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian tindakansekolah ini dilakukan di TK St Theresia Kecamatan Kangae Kabupaten Sikka. Jumlah guru menjadi subyek penelitian sebanyak 4 orang. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2017 sampai dengan bulan Oktober 2017.

Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus, masing-masing siklus terdiri dari perencanaan tindakan,pelaksanaan tindakan,pengumpulan data/supervisi dan refleksi. Untuk menggambarkan alur penelitian, maka berikut ini disajikan dengan desain PTS yang yang dilaksanakan secara berulang (siklus) sesuai kebutuhan.    

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan sekolah ini melalui observasi/pengamatan langsung terhadap hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan wawancara dengan guru yang disupervisi. Alat yang digunakan dalam observasi adalah lembaran observasi dan wawancara menggunakan pedoman wawancara.

 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan sekolah ini dirumuskan sebagai berikut:

a.     Dalam persiapan pelaksanan pembelajaran minimal 80% guru memperoleh hasil dengan kriteria minimal baik.

b.     80% guru TK St Theresia dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan tiga jenis maindi kelas dengan kualifikasi nilai minimal baik.

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

Hasil dan Temuan

Kondisi Awal

Berdasarkan hasi observasi dan supervisi yang dilakukan oleh penulis sebagai pengawas ditemukan sebagai berikut:

a.     Dari 4 orang guru TK St Theresia , terdapat 2 dari 4 (67%) guru yang merencanakan/ tidak merencanakan pembelajaran tetapi tidak sesuai dengan pendekatan bermain, dan hanya 2 orang (33%) orang guru yang merencanakan pembelajaran menggunakan pendekatan tiga jenis bermain.

b.     Dari 4 orang guru TK St Theresia , terdapat 2 dari 4 (67%) guru yang melaksanakan/ tidak melaksanakan pembelajaran tetapi tidak sesuai dengan pendekatan bermain, dan hanya 2 orang (33%) orang guru yang merencanakan pembelajaran menggunakan pendekatan bermain dengan tiga jenis main.

c.     Kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan bermain dengan tiga jenis main masih sangat rendah.

            Berdasarkan kondisi awal tersebut, maka perlu dilakukan tindakan melalui supervisi akademik.

 

 

 

 

Pelaksanaan Supervisi Siklus I

Hasil Penilaian perencanaan kegiatan tiga jenis main siklus I

 

No

 

Indikator

Jumlah Guru

(orang)

Jumlah Guru Berkualifikasi Baik

(orang)

Persentase Keberhasilan

(%)

 

01

 

Penataan lingkungan main

 

4

 

2

 

33,0

02

Kegiatan Pembukaan

4

4

67,0

03

Kegiatan Inti

4

2

33,0

04

Kegiatan Penutup

4

2

33,0

Rata – Rata

4

2

33,0

 

Tabel 2 pelaksanaan kegiatan (Inti) tiga jenis main siklus I

No

Indikator

Jumlah Guru

(orang)

Jumlah Guru Yang Berkualifikasi baik

Persentase Keberhasilan

1

Bermain Sensorimotorik

4

2

33,0

2

Bermain Peran

4

2

33,0

3

Bermain Pembangunan

4

2

33,0

Rata – Rata

4

2

33,0

 

Refleksi Siklus I

a)    Rencana pembelajaran dengan pendekatan tiga jenis main.

Hasil penelitian menunjukan bahwa 4 orang guru yang disuprervisi hanya terdapat 2 guru yang memiliki kualifikasi baik. Prosentase capaian 33% Hal ini berarti, masih terdapat 4 orang guru, belum memiliki atau memiliki dokumen perencana pembelajaran harian dengan pendekatan tiga jenis main tetapi kondisinya tidak memenuhi persyaratan.

Capaian hasil sebesar 33,0% ini belum mencapai prosentase minimal yang diisyaratkan dalam penelitian ini. Namun demikian, perlu dilakukan motivasi bagi guru-guru yang belum memiliki pemetaan tema pembelajaran, agar menyiapkannya pada siklus berikutnya.

b)    Pelaksanaan kegiatan tiga jenis main.

Refleksi kegiatan tiga jenis main menunjukan bahwa teradapat 2 dari 4 orang guru kelas telah mencapai kualifikasi baik. Jumlah ini setara dengan 33,0%. Hal ini berarti masih terdapat 2orang guru kelas yang disupervisi, belum mencapai kualifikasi baik.

Capaian hasil sebesar 33,0% ini, dinilai masih sangat rendah dibandingkan dengan standar kualifikasi minimal yang dipersyaratkan dalam penelitian ini. Mencermati capaian hasil yang dipaparkan diatas,menunjukan bahwa para guru perlu diberikan bimbingan dan pendampingan secara berkelanjutan pada siklus berikutnya. Berdasarkan hasil pada siklus I penelitian dikatakan tidak berhasil kaerna dalam indikator kinerja ditetapkan minimal 80% guru dapat merencanakan melaksanakan pembelajaran dengan tiga jenis main dan 70% guru dalam supervisi pembelajaran dikategori baik. Oleh karena itu penelitian perlu dilanjutkan kesiklus berikutnya.

 

 

Deskripsi Siklus II

Tabel 3: Hasil Penilaian perencanaan kegiatan tiga jenis main siklus II

 

No

 

Indikator

Jumlah Guru

(orang)

Jumlah Guru Berkualifikasi Baik

(orang)

Persentase Keberhasilan

(%)

 

01

 

Penataan lingkungan main

 

4

 

3

 

83,0

02

Kegiatan Pembukaan

4

3

83,0

03

Kegiatan Inti

4

3

83,0

04

Kegiatan Penutup

4

3

83,0

Rata – Rata

4

3

80,0

 

Tabel 4 pelaksanaan kegiatan (Inti) tiga jenis main siklus II

No

Indikator

Jumlah Guru

Jumlah Guru Yang Berkualifikasi baik

Persentase Keberhasilan

1

Bermain Sensorimotorik

 

4

 

3

 

83,0

2

Bermain Peran

4

3

83,0

3

Bermain Pembangunan

4

3

83,0

Rata – Rata

4

3

83,0

 

Refleksi Pelaksanaan Tindakan

Dari hasil pelaksanaan siklus II menunjukkan bahwa kompetensi guru dalam merencana dan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan tiga jenis bermain meningkat. Terdapat 50% guru dapat merencana dan melaksanakan pembelajaran dengan tiga jenis main dengan baik. Hasil supervisi kelas menunjukkan peningkatan yang signifikan yakni dari 33% meningkat menjadi 83%, dikategorikan baik.

Hasil dan Pembahasan

Hasil penggabungan penilaian perencanaan kegiatan tiga jenis main  Siklus I dan II

 

No

 

Indikator

Siklus I

Siklus II

Jumlah Guru

(orang)

Jumlah Guru Berkuali

fikasi Baik

(orang)

Prosen

tase Ke

berhasil

an

(%)

Jumlah Guru

(orang)

Jumlah Guru Berkuali

fikasi Baik

(orang)

Prosen

tase Ke

berhasil

an

(%)

1

Penataan lingkungan main

 

4

 

2

 

33,0

 

4

 

3

 

83,0

2

Kegiatan Pembukaan

 

4

 

2

 

33,0

 

4

 

3

 

83,0

3

Kegiatan Inti

4

2

33,0

4

3

83,0

4

Kegiatan Penutup

 

4

 

2

 

33,0

 

4

 

3

 

83,0

 

Rata-rata

4

2

33,0

4

3

83,0

 

 

 

 

 

 

 

Hasil Penggabungan pelaksanaan kegiatan tiga jenis main Siklus I dan II

 

No

 

Indikator

Siklus I

Siklus II

Jumlah Guru

(orang)

Jumlah Guru Berkuali

fikasi Baik

(orang)

Prosen

tase Ke

berhasil

an

(%)

Jumlah Guru

(orang)

Jumlah Guru Berkuali

fikasi Baik

(orang)

Prosen

tase Ke

berhasil

an

(%)

1

Bermain Sensorimotorik

 

4

 

2

 

33,0

 

4

 

3

 

83,0

2

Bermain Peran

4

2

33,0

4

3

83,0

3

Bermain Pembangunan

 

4

 

2

 

33,0

 

4

 

3

 

83,0

 

Rata-rata

4

2

33,0

4

3

83,0

 

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada siklus I terdapat 2 orang guru atau setara dengan 33% yang dapat menyusun perencanaan pembelajaran dengan nilai baik, dan 4 orang guru atau 67% dengan nilai cukup dan kurang dalam menyusun rencana pembelajaran dengan tiga jenis main. Pada siklus II nampak bahwa kompetensi guru dalam penyusunan rencana pembelajaran dengan tiga jenis main meningkat menjadi 83%. 2 orang Kategori amat baik dan 4 orang kategori baik. Untuk pelaksanaan kegiatan dengan tiga jenis bermain Pada siklus I terdapat 2 orang guru atau 33% orang guru dengan nilai baik dan 4 orang atau 70% dengan nilai cukup dan kurang. Pada siklus II nampak bahwa kompetensi guru dalam pelaksanaan dengan tiga jenis bermain meningkat menjadi 83%, dengan kategori baik.

Secara keseluruhan dalam penyusunan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dengan tiga jenis bermain dapat dilihat pada siklus I capaian nilai dengan kualifikasi baik 33% dan pada siklus II meningkat menjadi 83%, kinerja guru dengan kualifikasi baik, artinya masih ada 1 guru yang memperoleh nilai cukup. Selanjutnya perlu dilakukan bimbingan dan pendampingan khusus untuk 1 orang guru yang belum mencapai kualifikasi baik. Bimbingan dan pendampingan dilakukan oleh guru senior.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan deskripsi hasil temuan dan refleksi yang dikaitkan dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

Kesimpulan

Tentang perangkat administrasi pembelajaran

a)    Pada siklus pertama, hanya terdapat 2 orang guru dari4 orang guru yang diteliti yang menunjukan Profesionalitas dengan kualifikasi baik rencana pembelajaran dengan tiga jenis main.

b)     Secara proporsional, hanya terdapat 33,0% guru yang diteliti memiliki Profesionalitas dengan kualifikasi baik. Demikia pula dengan pembelajaran dengan tiga jenis main dari 4 orang guru yang diteliti.

c)     Pada siklus kedua, terjadi peningkatan secara signifikan yaitu dari 4 orang guru yang diteliti,terdapat 4 orang guru telah menunjukan Profesionalitas dengan kualifikasi baik. Secara proporsional terdapat 83,0% guru yang diteliti telah menunjukan Profesionalitas dengan kualifikasi baik.

d)    Profesionalitas guru kelas dalam merencanakan pelaksanaan pembelajaran dengan tiga jenis main, dapat meningkat secara signifikan jika diberikan bimbingan dan dampingan secara berkelanjutan oleh pengawas sekolah dan /atau kepala sekolah.

Tentang pelaksanaan proses pembelajaran

a)    Pada siklus pertama, hanya terdapat 33%. 2 dari 4 orang guru yang diteliti yang menunjukan Profesionalitas dengan kualifikasi baik.

b)    Secara proporsional, hanya terdapat 33,0% guru yang diteliti memiliki Profesionalitas dengan kualifikasi baik.

c)     Secara substansial, diperoleh fakta bahwa:

·         Hanya terdapat 2 orang guru yang memiliki Profesionalitas dengan kualifikasi baik dalam melaksanakan kegiatan inti atau sebesar 33%

·         Hanya terdapat 2 orang guru yang memiliki Profesionalitas dengan kualifikasi baik dalam melaksanakan kegiatan dengan tiga jenis bermain atau sebesar 33%

d)    Pada siklus kedua, terdapat 4 orang guru dari 4 orang guru yang diteliti menunjukan Profesionalitas denga kualifikasi baik. Secara proporsional terdapat 83% telah menunjukan Profesionalitas dengankualifikasi baik. Prosentase ini telah melampaui harapan yang ditargetkan dalam penelitian ini.

e)    Profesionalitas guru kelas dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan tiga jenis main, dapat meningkat secara signifikan jika diberikan bimbingan,dampingan dan supervisi berkelanjutan oleh pengawas sekolah dan/atau kepala sekolah.

Pelaksanaan supervisi Akademik kolaboratif dapat meningkatkan Profesionalitas guru kelas dalam merencanakanmelaksanakan pembelajaran dengan tiga jenis bermain melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a)    Pengawas sekolah dan/atau kepala sekolah menyampaikan program supervisi semesteran dan tahunan kepada para guru

b)    Pengawas sekolah dan /atau kepala sekolah menyampaikan jadwal supervisi kelas pada awal semester atau awal tahun ajaran

c)     Pengawas sekolah dan /kepala sekolah menyampaikan format supervisi perangkat administrasi pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran kepada setiap guru guru kelas yang akan disupervisi

d)    Supervisior senantiasa mencermati dengan teliti,mendengarkan dengan penuh perhatian argument yang disampaikan oleh setiap guru yang disupervisi,membimbing dengan cermat agar guru menemukan sendiri kelemahan yang dilakukannya.

e)    Supervisior mengamati guru mengajar tidak dalam posisi sebagai penilai tetapi sebagai mitra kerja yang siap membantu guru untuk menemukan sendiri kekuatan dan kelamahan yang dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas.

f)     Supervisior senantiasa memberikan advise yang dapat mendorong setiap guru untuk senantiasa meningkatkan Profesionalitasnya dalam melaksanakan tugas pokok sebagai guru yang meliputi merencanakan pembelajaran dengan baik dan melaksanakan pembelajaran yang efektif dan berkualitas.

g)    Supervisior memberikan perhatian dan bimbingan ekstra khusus untuk substansi pemilihan model pembelajaran, penyusunan rencana pembelajaran /bermain dan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan model pembelajaran, dinilai memberikan efek Profesionalitas yang baik bagi guru kelas

Saran

a)    Pelaksanaan supervisi perlu diprogramkan pada awal tahun dan disampaikan pada guru kelas tingkat sekolah;

b)    Pelaksanaan supervisi perlu dilakukan secara continue baik oleh pengawas sekolah maupun oleh kepala sekolah;

c)     Evaluasi hasil pelaksanaan supervisi perlu disampaikan kepada guru kelas yang disupervisi sehingga dapat menjadi bahan refleksi balik oleh guru yang bersangkutan;

d)    Kepala sekolah dapat memberikan kesempatan kepada guru-guru senior untuk membantu melaksanakan supervisi;

e)    Pengawas sekolah dan /atau kepala sekolah bersama guru yang disupervisi perlu melakukan refleksi dan menyusun rencana tindak lanjut demi peningkatan mutu pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, 2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Hasibuan,J.J dan Moedjiono,2002. Proses Belajar Mengajar. Penerbit: PT Remaja Kosdakarya Bandung.

Kemendiknas, 2011. Buku Pegangan Pengawas Sekolah. Penerbit: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Badan PSDM dan PMP Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta.

Kemendikbud, 2012. Penelitian Tindakan Sekolah, Bahan Ajar Diklat Supervisi Pengawas Sekolah. Penerbit: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan Dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.

Made Pidarta. 1992. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Penerbit: Bumi Aksara, Jakarta.

Maryono, 2013. Dasar-dasar dan Teknik Menjadi Supervisior. Penerbit: AR – Ruz Media, Jakarta.

Montessori, 2015, Model Pembelajaran Sudut, Jakarta: Direktorat PAUD.

Mulyasa ,2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Penerbit: PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Permendikbud Nomor 146 tahun 2014

Syaiful Sagala, 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Penerbit: Alfabeta, Bandung

Supardi, 2013. Profesionalitas Guru. Penerbit: PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.