PEMBINAAN KELOMPOK TEKNIK SHARING OF EXPERIENCE

DAN PENILAIAN TEMAN SEJAWAT

SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU

DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BAGI GURU DABIN I UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN GABUS SEMESTER I TAHUN 2018/2019

 

Sunarto

Pengawas SD Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses penerapan pembinaan teknik Sharing Of Experience dan penilaian oleh teman sejawat. Mengetahui hasil penilaian kemampuan guru dalam menerapkan metode PBL. Subjek penelitian ini sebagian guru di SD Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan sebanyak 11 Guru. Penelitian ini dilaksanakan di SD Dabin I UPTD Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan. Teknik pengumpulan data dengan teknik observasi dan dokumentasi. Indicator keberhasilan apabila semua guru telah mampu melaksanakan model pembelajaran Problem Based Learning dengan kategori baik yang ditunjukkan dengan dengan skor rata-rata lebih dari 11.00 (≥11), dengan prosentase penguasaan komponen penilaian minimal sebesar 85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based learning melalui pembinaan kelompok teknik sharing of experience dan penilaian teman sejawat bagi guru SD Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan dapat meningkatkan dengan maksimal. Peningkatan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 6,18 menjadi 11,18. Nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II meningkat dari 11,18 menjadi 13,91. Nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II meningkat secara keseluruhan dari 6,18 menjadi 13,91. Peningkatan prosentase ketercapaian indikator dari kegiatan prasiklus hingga siklus II mengalami peningkatan sebesar 51,52%. Kegiatan prasiklus prosentase ketercapaian indikator sebesar 41,21% meningkat menjadi 74,55% pada siklus I. Kegiatan siklus I prosentase ketercapaian indikator sebesar 74,55% meningkat menjadi 92,73% pada siklus II.

Kata kunci: sharing of experience, penilaian teman sejawat, problem based learning

 

PENDAHULUAN

Pelaksanaan kurikulum 2013 menuntut guru agar dapat menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning). Beberapa model pembelajaran yang dianjurkan guna melaksanakan kurikulum 2013, berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran Discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning).

Problem Based Learning, merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar.

Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Problem Based Learning merupakan proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan kemudian dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman baru.

Bagi kalangan guru khususnya di SD Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Gabus, model pembelajaran tersebut belum banyak digunakan, sehingga sebagian besar guru di SD Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Gabus belum memiliki kemampuan yang baik dalam menerapkan model pembelajaran tersebut. Hal ini terlihat dari hasil pantauan awal semester I Tahun Pelajaran 2016/2017, dimana dari 11 Guru yang dijadikan subjek penelitian, semua belum menunjukkan nilai baik. Artinya dalam pelaksanaan pembelajaran PBL masih terdapat berbagai kendala yang perlu diperbaiki.

Berpijak pada pengalaman guru, tidak diragukan lagi bahwa guru di SD Dabin I UPTD Kecamatan Gabus telah memiliki pengalaman yang cukup dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga guna meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran PBL diperlukan pembinaan yang sesuai dengan kondisi guru. Salah satunya adalah melalui pembinaan kelompok teknik Sharing Of Experience, yaitu suatu teknik pembinaan dengan memberikan fasilitas kepada guru untuk saling bertukar pengalaman, dan setelah guru saling bertukar pengalaman dilanjutkan dengan saling menilai. Dengan demikian pemahaman guru terhadap langkah pembelajaran PBL akan diperoleh melalui tukar menukar pengalaman, dan masukan dari guru lain setelah menilai secara langsung pelaksanaan pembelajaran PBL tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan bahwa kemampuan guru di SD di UPTD Pendidikan Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Gabus dalam menerapkan pembelajaran PBL masih rendah, sebagai upaya perbaikan perlu dilakukan pembinaan teknik Sharing of Experience dan penilaian teman sejawat. Oleh karena pembinaan tersebut merupakan upaya untuk mengatasi permasalahan kinerja guru, maka pembinaan yang akan dilakukan dirancang dalam sebuah penelitian tindakan sekolah dengan judul: Pembinaan Kelompok Teknik Sharing Of Experient dan Penilaian Teman Sejawat Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran Problem Based Learning Bagi Guru Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Gabus Semester I Tahun 2018/2019.

Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang identifikasi masalah dan pembatasan masalah seperti yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah melalui Pembinaan Kelompok Teknik Sharing Of Experient dan Penilaian Teman Sejawat dapat meningkatkan kemampuan Guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Learning Bagi Guru Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Gabus Semester I Tahun 2018/2019?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum adalah meningkatkan kinerja guru, SD di dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Gabus, dalam menerapkan model pembelajaran PBL. Tujuan penelitian secara khusus adalah untuk mengetahui proses penerapan pembinaan teknik Sharing Of Experience dan penilaian oleh teman sejawat dan mengetahui hasil penilaian kemampuan guru dalam menerapkan metode PBL.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Kemampuan Guru

Menurut Kunandar (2008: 52) kemampuan adalah suatu yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Sedangkan kemampuan guru menurut Wijaya (2010: 7) adalah sebagai gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru atau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti. Kemampuan guru adalah potensi atau kesanggupan yang dikuasai guru untuk melakukan suatu aktifitas atau kegiatan.

Sarimaya (2008: 17) mengemukakan kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya. Ditampilkan melalui unjuk kerja. Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.

Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran yang biasa disebut pengajaran adalah suatu proses hubungan mengajar dan belajar antara peserta didik dan guru. Tugas dan tanggung jawab utama seorang pengajar adalah mengelola pengajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif, yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif diantara guru dan peserta didik.

Menurut Suparman (2010: 157) pendekatan pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian materi pelajaran, siswa, peralatan, bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pendekatan pembelajaran sebagai suatu pendekatan dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik dapat menguasai isi pelajaran atau tujuan yang diharapkan. Salah satu keterampilan dalam mengajar yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah dapat memilih berbagai pendekatan dalam mengajar dan menggunakan pendekatan tersebut sesuai dengan tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Tujuan dan materi yang baik belum tentu memberikan hasil yang baik tanpa memilih dan menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan dari materi tersebut. Pendekatan pembelajaran mengandung kegiatan-kegiatan siswa yang belajar dan kegiatan guru yang mengajar.

 

 

Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Menurut Shoimin (2014: 130) mengemukakan bahwa pengertian dari model problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan. PBM merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara stimulan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik.

Menurut Kamdi (2007: 77) model problem based learning diartikan sebagai sebuah model pembelajaran yang di dalamnya melibatkan siswa untuk berusaha memecahkan masalah dengan melalui beberapa tahap metode ilmiah sehingga siswa diharapkan mampu mempelajari pengetahuan yang berkaitan dengan masalah tersebut dan sekaligus siswa diharapkan akan memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah.

Pembinaan

Pembinaan personil ialah proses perbaikan prestasi (performa) personel melalui pendekatan-pendekatan yang menekankan realisasi diri, pertumbuhan diri dan perkembangan diri (Sutisna, 2003: 13). Pembinaan meliputi kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada perbaikan dan pertumbuhan kesanggupan, sikap, keterampilan dan pengetahuan dari pada anggota organisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Pustaka menjelasan bahwa Pembinaan berasal dari kata “bina” yang berarti pelihara, mendirikan atau mengusahakan supaya lebih baik, lebih maju dan lebih sempurna. Sedangkan kata pembinaan berarti proses atau usaha dan kegiatan yang dilakukan secara berhasil guna memperoleh hasil yang baik (Rohim, 2011).

Sharing Of Experience

Tukar menukar pengalaman menjadikan semua guru bebas menyampaikan pengalaman, pikiran dan gagasannya. Sehingga satu dengan lainnya bisa dipersiapkan secara matang. Langkah-langkah sharing harus dipersiapkan secara matang (Ma’mur, 2012: 143). Penataran merupakan sesuatu yang membosankan. Dikatakan membosenkan karena guru-guru menganggap bahan yang diberikan sudah pernah dimiliki, atau cara penyajian juga kurang menarik, karna tidak bersumber pada kebutuhan profesi mereka. Oleh karena itu suatu teknik perjumpaan yang disebut “ sharing of experience “ adalah cara yang begitu bijaksana. Didalam teknik ini kita berasumsi bahwa guru-guru adalah orang yang sudah berpengalaman. Melalui perjumpaan diadakan tukar menukar pengalaman, saling memberi dan menerima, saling belajar satu dengan yang lain. namun demikian, prosedur sharing harus dipersiapkan secara teratur agar sebuah tujuan yang diinginkan dapat dicapai (Sahertian, 2006: 103).

Penilaian Teman Sejawat

Kinerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam melaksanakan, menyelesaikan tugas serta tanggung jawabnya sesuai dengan harapan dan tujuan yang telah ditetapkan (Supardi, 2014: 45). Secara sederhana kinerja dapat diartikan suatu unjuk kerja seseorang yang ditunjukkan dalam penampilan, perbuatan, dan presentasi kerjanya sebagai akumulasi dari kompetensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2013: 88). Kinerja guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah dan bertanggung jawab atas peserta didik di bawah bimbingannya dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Oleh karena itu, kinerja guru dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menunjukkan tugasnya di sekolah serta menggambarkan adanya suatu perbuatan yang ditampilkan guru dalam atau selama melakukan aktivitas pembelajaran. Penilaian kinerja guru dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, yang ditunjukkan dalam perbuatan, penampilan, dan prestasi kerjanya (Mulyasa, 2013: 88).

Kerangka Pemikiran

Pelaksanaan kurikulum 2013 menuntut guru agar dapat menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning). Salah satu model pembelajaran yang dianjukan dalam pelaksanaan kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), yaitu model pembelajaran yang berbasis masalah digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Namun guru SD di Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, berdasarkan hasil pengamatan secara acak yang dilakukan terhadap guru binaan di SD Dabin I UPTD Kecamatan Gabus pada awal semester I, diketahui bahwa dari dari 11 Guru yang diamati, semua belum menunjukkan nilai baik. Artinya dalam pelaksanaan pembelajaran PBL masih terdapat berbagai kendala yang perlu diperbaiki.

Dengan mempertimbangkan pengalaman guru, maka tindakan untuk memperbaiki kondisis tersebut adalah melalui pembinaan kelompok teknik Sharing Of Experience, yaitu suatu teknik pembinaan dengan memberikan fasilitas kepada guru untuk saling bertukar pengalaman, dan setelah guru saling bertukar pengalaman dilanjutkan dengan saling menilai. Dengan demikian pemahaman guru terhadap langkah pembelajaran PBL akan diperoleh melalui tukar menukar pengalaman, dan masukan dari guru lain setelah menilai secara langsung pelaksanaan pembelajaran PBL tersebut.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui pembinaan kelompok teknik Sharing Of Experient dan penilaian teman sejawat dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Learning bagi guru Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Gabus semester I Tahun 2018/2019 secara maksimal.

METODE PENELITIAN TINDAKAN

Desain Penelitian

Desain penelitian adalah pedoman atau prosedur serta teknik dalam perencanaan penelitian yang berguna sebagai panduan untuk membangun strategi yang menghasilkan model atau Blue Print penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah (PTS) didesain sesuai dengan model Menurut John Elliot (dalam Muslihudin, 2010: 72). Model ini memiliki empat komponen penelitian tindakan (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi) dalam suatu system spiral yang saling terkait.

 

Subjek dan Objek Penelitian

Subyek adalah target populasi yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 98). Subjek penelitian ini guru di SD Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan yang berdasarkan hasil pengamatan awal semester I Tahun Pelajaran 2018/2019 belum memiliki ketrampilan yang baik dalam melaksanakan pembelajaran Problem Based Learning (PBL), dan tiap-tiap SD ditentukan 1 (satu) guru berdasarkan rekomendasi dari kepala sekolah, sehingga jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 11 (sebelas) guru. Objek penelitian tindakan sekolah ini adalah peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Learning.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester I Tahun ajaran 2018/2019 setelah peneliti mengajukan ijin penelitian, dan memperoleh ijin secara tertulis oleh Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Gabus seperti terlampir. Penelitian direncanakan selama 6 (Enam) bulan yaitu pada bulan Juli 2018 sampai dengan Desember 2018. Penelitian ini dilaksanakan di SD Dabin I UPTD Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, dipilihnya tempat tersebut, karena peneliti adalah Pengawas di SD tersebut, dimana guru di SD binaan tersebut sebagian besar belum dapat menerapkan model pembelajaran PBL dengan baik, sehingga perlu dilakukan pembinaan secara khusus.

Teknik Pengambilan Data

Untuk memperoleh data penelitian, digunakan teknik observasi dan dokumentasi, teknik observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung untuk menilai aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran Problem Based Learning. Penilaian dilakukan dengan mangacu pada lembar penilaian atau lembar observasi. Teknik ini dipilih karena sesuai dengan data yang akan diperoleh, yaitu berupa penilaian unjuk kerja guru dalam melaksanakan pembelajaran Problem Based Learning. Sedangkan teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data berupa foto-foto kegiatan peneliti dan guru selama penelitian sebagai data pendukung.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif komparatif, yaitu suatu teknik analisis dengan cara membandingkan nilai unjuk kerja guru dalam melaksanakan pembelajaran Problem Based Learning antar siklus dan membandingkan dengan indikator kinerja keberhasilan yang telah ditetapkan.

Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian tindakan sekolah, dilakukan dari siklus ke siklus berikutnya. Setiap siklus terdiri dari kegiatan: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Indikator Keberhasilan

Keberhasilan tindakan dalam bentuk Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini ditentukan apabila semua guru telah mampu melaksanakan model pembelajaran Problem Based Learning dengan kategori baik yang ditunjukkan dengan dengan skor rata-rata lebih dari 11.00 (≥11), dengan prosentase penguasaan komponen penilaian minimal sebesar 85%.

HASIL PENELITIAN

Prasiklus

Beradasarkan hasil pengamatan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran PBL, hasilnya seperti terlampir. Rekapitulasi hasil penilaian seperti terlampir. Ringkasan hasil penilaian prasiklus dapat diketahui bahwa skor rata-rata hasil penilaian kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Learning prasiklus sebesar 6,18 (kategori cukup). Berdasarkan kategorisasi penilaian yang telah ditentukan dari sebelas guru, terdapat 3 (tiga) guru dengan kategori kurang dan sisanya dalam kategori cukup.

Untuk mengetahui sejauh mana guru menguasai kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Learning, selanjutnya peneliti menghitung prosentase ketercapaian komponen/indikator dengan menggunakan rumus seperti dikemukakan pada bab sebelumnya. Untuk memudahkan perhitungan, peneliti menggunakan program EXCEL, hasil perhitungan prosentase ketercapaian indikator menunjukan bahwa rata-rata prosentase ketercapaian indikator yang dicapai guru adalah 41,21%. Artinya secara keseluruhan guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah sebagai subjek penelitian belum mampu melaksanakan langkah pembelajaran PBL dengan baik. Sehingga perlu dilakukan tindakan perbaikan. Adapun tindakan yang akan dilakukan yaitu melaksanakan pembinaan kelompok teknik sharing of experience dan penilaian teman sejawat.

Siklus I

Sesuai dengan jadwal yang telah disusun peneliti melaksanakan observasi mulai tanggal 27 Agustus sampai dengan 7 September 2018, observasi dilakukan saat guru melaksanakan pembelajaran PBL. Agar tidak mengganggu proses pembelajaran, peneliti mengambil posisi di belakang siswa. Penilaian dilakukan dengan memberi nilai 0, 1, 2, dan 3, sesuai dengan unjuk kerja guru saat melaksanakan pembelajaran PBL. Hasil penilaian seperti terlampir, rekapitulasi hasil penilsian seperti terlampir. Ringkasan hasil penilaian siklus I dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Learning sebesar 11,18 (kategori baik), dari 11 guru 8 (delapan) guru telah mencapai nilai dengan kategori baik, sedangkan 3 (tiga) guru masih tergolong cukup.

Tingkat ketercapaian masing-masing indikator, dengan menggunakan rumus seperti dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh hasil skor rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebesar 24,6 atau 74,55%, dengan prosentase tertinggi sebesar 75,76%, sedangkan prosentase terendah sebesar 72,73%. Aktivitas peneliti saat melaksanakan penilaian kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran PBL, terlihat seperti dokumentasi terlampir.

Berdasarkan hasil penilian, diketahui bahwa skor rata-rata hasil pengamatan siklus I sebesar 11,18 (kategori baik), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 74,55%. Dibandingkan dengan hasil pengamatan prasiklus, menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan skor rata-rata parasiklus sebesar 6,18, pada siklus I meningkat menjadi 11,18, artinya terjadi peningkatan skor rata-ratas sebesar 5, sedangkan prosentase ketercapaian indikator prasiklus sebesar 41,21%, siklus I meningkat menjadi 74,55%, kemampuan guru dalam melaksanakan langkah-langkah pembelajaran PBL mengalami peningkatan sebesar 33,34%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui tindakan pembinaan kelompok teknik Sharing Of Experience dan penilaian teman sejawat dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran PBL, namun peningkatan tersebut belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan, sehingga tindakan perlu dilanjutkan pada siklus II dengan lebih memfokuskan pada kelemahan guru yang tercermin dari ketercapaian indikator yang masih rendah.

Siklus II

Sesuai dengan jadwal yang telah disusun peneliti melaksanakan observasi mulai tanggal 1 Otkober sampai dengan 12 Oktober 2018. Hasil penilaian seperti terlampir, rekapitulasi hasil penilsian seperti terlampir. Ringkasan hasil penilaian siklus II, dapat diketahui bahwa dari sebelas guru yang dijadikan subjek penelitian, diperoleh skor rata-rata sebesar 13,91 (kategori baik). Berdasarkan kategori penilaian yang telah ditentukan dari sebelas guru, kesemuanya tergolong baik. prosentase ketercapaian indikator, menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based learning telah meningkat dibanding tindakan pada siklus I. Guru sudah memahami dan dapat menerapkan langkah-langkah dalam menerapkan pembelajaran problem based learning dengan baik. Dengan pencapaian nilai rata-rata sebesar 13,91, dengan prosentasi penguasaan indikator mencapai 92,73%.

Berdasarkan hasil penilaian, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 13,91 (kategori baik), dengan prosentasi ketercapaian indikator rata-rata sebesar 92,73%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata dan prosentase ketercapaian indikator telah melebihi indikator kinerja yang telah ditetapkan, sehingga tindakan tidak perlu dilanjutkan lagi.

PEMBAHASAN

Perbandingan Hasil Penilaian kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based learning

Perbandingan nilai kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based learning prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 5,0. Perbandingan nilai kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based learning siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 2,73. Peningkatan terjadi pada semua guru. Perbandingan nilai kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based learning prasiklus dengan siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 7,73. Peningkatan terjadi pada semua guru.

Perbandingan Prosentase Ketercapaian Indikator Prasiklus dengan Siklus I

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based learning prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based learning prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 33,33%.

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based learning siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based learning dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 18,18%. Peningkatan terjadi pada sebagian indikator.

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based learning prasiklus dengan siklus II, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based learning dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 51,52%. Peningkatan terjadi pada sebagian indikator.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based learning melalui pembinaan kelompok teknik sharing of experience dan penilaian teman sejawat bagi guru SD Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan dapat meningkatkan dengan maksimal. Peningkatan terjadi baik dari nilai rata-rata maupun dari prosentase ketercapaian indikator.

Peningkatan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 6,18 menjadi 11,18 (peningkatan sebesar 5,00). Nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II meningkat dari 11,18 menjadi 13,91 (peningkatan sebesar 2,73). Nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II meningkat secara keseluruhan dari 6,18 menjadi 13,91 (peningkatan sebesar 7,73).

Peningkatan prosentase ketercapaian indikator dari kegiatan prasiklus hingga siklus II mengalami peningkatan sebesar 51,52%. Kegiatan prasiklus prosentase ketercapaian indikator sebesar 41,21% meningkat menjadi 74,55% pada siklus I (meningkat sebesar 33,33%). Kegiatan siklus I prosentase ketercapaian indikator sebesar 74,55% meningkat menjadi 92,73% pada siklus II (meningkat sebesar 18,18%). Hal ini membuktikan bahwa dengan menerapkan pembinaan kelompok teknik sharing of experience dan penilaian teman sejawat, kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based learning dapat meningkat dengan maksimal.

Saran

Untuk Pengawas Lain

Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan berpusat pada siswa (Student Centered Learning) khususnya pembelajaran PBL, maka perlu dilakukan pembinaan secara kontinyu, dengan menggunakan teknik pembinaan yang tepat.

Untuk Kepala Sekolah

Sebaiknya kepala sekolah melakukan tindak lanjut dengan memonitor pelaksanaan pembelajaran PBL, dan memberikan pembinaan apabila guru masih mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran tersebut.

 

Untuk Guru

Untuk meningkatkan profesionalis guru, sebaiknya guru tidak hanya menunggu pembinaan oleh kepala sekolah atau oleh pengawas, tetapi berusaha sendiri melalui membaca langsung (Direct Reading), atau mengadakan forum group diskusi.

DAFTAR PUSTAKA

Kamdi, W dkk. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Universitas Negeri Malang. Malang

Kunandar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Ma’mur, Asmani, Jamal. 2012. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press

Mulyasa, 2013, Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Muslihuddin. 2010. Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas & Sekolah. Bandung: Rizqi Press

Rohim, Abdul, 2011. Pembinaan Kompetensi Profesional Guru di SMP Cipondoh Tanggerang. Website: Pembinaan Kompetensi Mengajar.pdf

Sahertian, Piet A. 2006. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sarimaya, Farida. 2008. Sertifikasi Guru, Bandung: YramaWidya

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran INOVATIF dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta

Supardi, 2014, Kinerja Guru, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Suparman, Atwi, 2010, Desain Instruksional, Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka

Sutisna, Oteng, 2009, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktik Profesional, Bandung: Angkasa.

Wijaya A Cece. 2010. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar. Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda karya