TRADISI MERTI DUSUN DAN MAKNANYA

DALAM MEMBINA KEERUKUNAN MASYARAKAT

DI DUSUN JIMBARAN KELURAHAN JIMBARAN

KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG

 

Luluk Mukhayyarokh

Tri Widiarto

History Education Studies Program, Faculty of Teacher Training and Education History,

Satya Wacana Christian University

 

ABSTRACT

In the life of Javanese society is very thick with the culture and tradition down. One of the culture and traditions in Java is the Merti Dusun Tradition in Dusun Jimbaran Bandungan Subdistrict, Semarang Regency. Tradition Merti Dusun routinely carried out by the people of Dusun Jimbaran every calendar month of Javanese calendar. Merti Dusun Tradition is one of the traditions conducted by Dusun Jimbaran community as a form of rasya gratitude to the Almighty God and to honor and pray for the spirits of the ancestors who have built Dusun Jimbaran and the villagers who have died to be accepted by God Almighty. The meaning that can be taken from the Tradition Merti Dusun in Dusun Jimbaran include: fostering a sense of brotherhood, fostering a sense of unity and unity regardless of position, wealth, and so on. The Meaning of Merti Dusun Tradition in Dusun Jimbaran in meembina harmony of Jimbaran Dusun residents is a sense of togetherness regardless of social status and religious differences.

Keywords: tradition, Merti Dusun, community, procession

 

PENDAHULUAN

Setiap daerah memiliki tradisi dan keunikannya masing-masing. Tradisi di setiap daerah memiliki tata cara dan pelaksanaan yang berbeda antar daerah, namun pada tujuan dilaksanakannya tradisi Merti Dusun bisa dikatakn memiliki esensi yang sama antar daerah yaitu Slametan Dusun. Seiring perkembangan jaman banyak masyarakat yang menjadi praktis sehingga banyak warisan budaya mulai ditinggalkan. Namun tidak semua daerah mudah melepaskan tatanan budaya mereka meski modernisasi sudah mereka rasakan. Seperti masyarakat di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang yang masih memegang teguh budaya yang yang merupakan pendahulu yaitu tradisi merti dusun yang dilakukan setahun sekali.

Penelitan dilakukan di Dusun Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan Tradisi Merti Dusun di Dusun Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang, nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi, dan manfaat tradisi tersebut bagi masyarakat.

Dalam tradisi tersebut mengandung nilai kerukunan. Meskipun masyarakat desa Jimbaran yang berkeyakinan berbeda satu sama lain dan berlatar belakang profesi yang berbeda, namun mereka bersatu menjadi satu dalam melaksanakan tradisi merti dusun, tradisi yang diwariskan oleh leluhur mereka. Dengan adanya tradisi merti dusun dan nilai kerukunan yang terkandung di dalamnya akan membuat kehidupan masyarakat semakin erat serta dapat tercapai kehidupan yang harmonis antara satu sama lain.

KAJIAN TEORI

Kebudayaan mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan keseluruhan hasil kreatifitas manusia yang sangat konpleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang saling berhubungan, sehingga sesatuan yang berfungsi sebagai pedoman dalam kehidupan. Adanya kait mengkait antara unsur-unsur itulah sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan adalah sebagai sistem. Artinya, kebudayaan merupakan kesatuan organis dari rangkaian gejala, wujud, dan unsur-unsur yang berkaitan satu dengan yang lain.

Pada diri manusia terdapat unsur-unsur potensi budaya, yaitu cipta, rasa, karsa. (Widiarto, 2007: 10-11)

Tradisi merupakan roh dari sebuah kebudayaan, dengan tradisi sistem kebudayaan akan menjadi kokoh. Bila tradisi dihilangkan maka ada harapan suatu kebudayaan akan berakhir saat itu juga. Setiap sesuatu menjadi tradisi biasanya telah terruji tingkat keefektifitas dan tingkat efesiensinya. Efektifitas dan Efisiensinya selalu mengikuti perjalanan perkembangan unsur kebudayaan. Berbagai bentuk sikap] dan tindakan dalam menyelesaikan persoalan kalau tingkat efektifitasnya dan efisiensinya rendah akan ditinggalkan pelakunya dan tidak akan pernah menjelma menjadis sebuah tradisi. Tentu saja tradisi akan pas dan cocok sesuai situasi dan kondisi masyarakat pewarisnya. Peranan tradisi sangat Nampak dalam masyarakat pedesaan walaupun kehidupan tradisi terdapat pula pada kehidupan masyarakat kota. Masyarakat pedesaan dapat didefinisikan sebagai masyarakat agraris, maka sifat masyarakat seperti ituk cenderung tidak berani berspekulasi dengan alternative yang baru. Tingkah laku masyarakat selalu pada pola-pola tradisi yang telah lalu (Bastomi, 1984: 14).

Bersesaji merupakan perbuatan upacara yang diterangkan sebagai perbuatan-perbuatan-perbuatan untuk menyajikan makanan, benda-benda dan sebagainya kepada roh nenek moyang ataui makhluk halus lainnya. Sesaji ini diyakini oleh masyarakat akan kepercayaan mereka agar jin ataupun makhluk halus lainnya tidak mengganggu keselamatan, ketentraman, dan kebahagiaan masyarakat sekitar. Serta untuk memohon berkah dan perlindungan agar terhindar dan terjauhkan dari gangguan makhluk halus. (Clifford Geertz, 1981: 28).Pada upacara bersesaji orang memberi makanan yang oleh manusia dianggap lezat. Jadi seolah-olah roh itu memiliki kegemaran yang sama seperti manusia. Sajian itu ditempatkan pada tempat yang keramat, dengan demikian sarinya sampai pada tujuannya agar mudah tercapai (Budiono, 2007:24).

Rukun bagi orang Jawa merupakan elemen sentral. Ia dijunjung seperti suatu harapan bagi semua hubungan, dari berhubungan bersaudara seperti kakak beradik hingga dengan sepupu yang jauh. Rukun dimaksudkan untuk menghindari konflik sesame masyarakat. Kerukunan merupakan kehidupan masyarakat untuk saling menghargai, menghormati, dan mengisi antar masyarakat untuk menghuni suatu wilayah. Rukun berarti dalam keadaan selaras tanpa perselisihan dan pertentangan disetiap anggota keluarga dan saling membantu dalam segala masalah (Frans Magnis Suseno, 1998: 39)

 

METODOLOGI

Jenis penilitian ini adalah kualitatif deskriptif yang diperoleh dari sumber data yang berupa informan, hasil observasi, foto, dan kepustakaan. Sementara itu tehnik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara wawancara dengan orang yang berhubungan dengan tema ini, observasi dengan tehnik observer participant, dokumentasi berupa foto kegiatan tradisi merti dusun dan studi pustaka. Setelah data di kumpulkan maka selanjutnya data dianalisis denganmenerapkan model analisis interaktif.

PEMBAHASAN

Gambaran Umum Dusun Jimbaran

Dusun Jimbaran merupakan dusun yang berada di kabupaten Semarang. Tepatanya di Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Bandungan. Secara geografis wilayah Desa Jimbaran, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang dusun ini berbatasan dengan 5 desa yaitu, Sebelah utara berbatasan dengan Desa Poncoruso, Sebelah timur berbatasan dengan Desa Poncoruso, Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Duren dan Desa Mlilir, Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sidomukti.

Menurut catatan dan data kepala Desa Jimbaran pada bulan November 2017 jumlah penduduk 4.596 dan 1368 kepala keluarga, terdiri dari 5 dusun ada 28 RT dan 07 RW. Masyarakat di Dusun Jimbaran mayoritas bermata pencaharian sebagai petabi dan pedagang hasil pertaanian.

Warga Dusun Jimbaran terdiri dari berbagai agama seperti Islam, Kristen, Katholik, dan aliran kepercayaan namun mereka menjunjung tinggi nilai persatuan dan kerukunan. Contoh dari adanya persatuan dan kerukunan diantara warga dusun Jimbaran adalah dibentuknya organisasi-organisasi di Dusun Jimbaran, seperti organisasi pemuda, hingga organisasi bapak-bapak dan ibu. Kerukunan juga Nampak dari cara saling menghormati umat beragama contohnya juga ada umat Kristen sedang persekutuan doa untuk orang yang meninggal umat beragama lainya datang walaupun tidak mengikuti prosesinya.

Sarana dan prasarana yang ada di Dusun Jimbaran yaitu, Sarana transportasi menggunakan kendaran umum lajur Bandungan-Babadan dan Jimbaran-Ungaran. Sarana peribadatan 1 masjid, 1 mushola, 1 gereja Katholik, dan 1 gereja Kristen. Sarana olahraga terdapat 1 lapangan volley, 1 lapangan sepak bola. Pelayanan keamanan terdapat 4 pos kamling. Sarana penerangan menggunakan listrik. Sarana kesehatan terdapat 1 puskemas 1 klinik. Sarana pendidikan terdapat 1 taman kanak-kanak, 2 sekolah dasar, dan 2 sekolah menengah pertama.

Sejarah singkat Tradisi Merti Dusun Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

Awal mula tradisi Merti Dusun Jimbaran tidak lepas dari kepercayaan warga terhadap sebuah perlindungan yang di berikan Tuhan Yang Maha Kuasa dan nenek moyang terhadap warga dusun. Tradisi Merti Dusun adalah tradisi budaya lokal di Jimbaran dilakukan setiap syawal sampai maulud. Dalam rangka memayu hayaning buwono. Memayu hayaning buwono berarti tidak mau memaksakan diri pada sesuatu (orang, binatang, tumbuhan, batu atau sungai) melainkan mau menghormatinya, membiarkannya dalam irama tersindiri, mencari kebebasan. Sikap ini tidak sama dengan sikap acuh tak acuh (Frans Magnis Suseno, 1983: 51-52). Tradisi merti dusun pada jaman dahulu di awali dari Gecok Banyu yaitu sedekah bumi terhadap mata air yang sudah menjadi sumber kehidupan sehari-hari di Dusun Jimbaran, prosesi ini dilakukan dengan memasak beberapa jenis dedaunan dan di cammpur dengan daging kambing yang di cincang hingga halus, pembuatan gecok ini di lakukan bersama-sama. Setelah usai disiapkan daun pisang yang di gelar untuk menaruk nasi dan gecok kambing, setelah di doakan oleh modin (tokoh agama) kemudian di nikmati bersama ssebagi wujud rasa syukur mereka terhadaap Tuhan Yang Maha Kuasa. Kemudian setelah 35 hari dilakukan prosesi nyadran Setaman (makam leluhur) yang di yakini sebagai pelindung desa dari pengaruh buruk. Para warga mebawa aneka sesaji dan jajanan pasar (buah-buahan dan makanan tradisional) nyadran tersebut dilakukan di setaman setiap kepala keluarga diwakili oleh satu orang. Setelah di doakan oleh tokoh agama dan berdoa bersama para warga saling bertukar makanan sebagai wujud kerukunan dalam masyarakat. Kemudian 35 hari setelahnya dilakukan nyadran Ngares (makam penduduk dusun) nyadran ini dilakukan di makam peenduduk dusun, para warga membawa sesaji yang berupa nasi dan segala lauk pauknya, dan berdoa bersama untuk keluarga mereka yang sudah meminggal makna dari nyadran ini adalah sebagai wujud penghormatan dan pengirim doa kepada keluarga-keluarga mereka yang sudah meninggal.

Tradisi tersebut tetap di lakukan sampai sekarang, akan tetapi dengan adanya perjalanan waktu tradisi merti dusun Jimbaran di selenggarakan lebih meriah dan diserhanakan. Mulai tahun 2000-an Merti Dusun di jimbaran dilakukan dengan serentetan prosesi seperti Kirab Budaya yaitu pawai mengelelingi Dusun Jimbaran membawa hasil bumi seperti padi, sayur-sayuran, buah-buahan dan lain-lain. Makna dari kirab budaya ini sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian tiga hari setelahnya diadakan Gecok Banyu dengan melakukan masak bersama pembuatan Gecok Kambing yang akan di santap bersama oleh warga Dusun Jimbaran. Seminngu setelah diadakan Gecok banyu diadakan acara wayangan makna dari wayangan ini adalah sebagai sarana berkumpulnya masyrakat dusun untuk saling bercengkrama dan bertegur sapa dengan melihat pertunjukan wayang bersama, sehari sebelum pertunjukan wayang di Dusun Jimbaran para warga bersama-sama mencari Bajing (hewan celeng) sebagai syarat sesaji pertunjukan wayang di Dusun Jimbaran, masyarakat Dusun Jimbaran meyakini bahwa bajing tersebut sebagai penangkal bala atau pengaruh roh jahat terhadap kelangsungan hidup bersama di Dusun Jimbaran. Makna dari Gobyak Bajing ini sebagai wujud kerukunan warga Dusun Jimbaran yang berbeda agama berbeda status sosial tapi mau bahu membahu saling meembantu satu sama lain agar mewujudkan kehidupan bersama yang damai. Kemudian prosesi terakhir ialah nyadran yang dilakukan di rumah kepala Jimbaran, warga dengan sukarela membawa sesaji mereka kerumah kepala dusun berkumpul bersama untuk mendoakan arawah leluhur dusun dan berdoa untuk keluarga masing-masing. Nyadran ini bentuk sederhana dari Nyadran Setaman dan Nyadran Ngares, akan tetapi makna dan arti tetap sama yaitu sebagai wujud rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa dan pengiriman doa kepada leluhur dan para penduduk Dusun Jimbaran yang telah wafat.

Pelaku Upacara Tradisi Merti Dusun Jimbaran

a.     Modin

Modin adalah orang yang memberikan doa setiap prosesi demi prosesi Merti Dusun Jimbaran berlangsung. Namun tidak hanya sebagai pembawa doa pada prosesi merti dusun saja tapi modin juga adalah orang yang berperan sebagai pemimpin sholat jenazah dan memimpin doa-doa pada acara slametan dan lain-lain diDusun Jimbaran. Di Dusun Jimbaran modin biasanya dipilih oleh masyarakat dusun, sedangkan doa yang dipimpin oleh modin adalah doa Islam yang ditambah dengan doa Jawa. Tugas modin pada Tradisi Merti Dusun Jimbaran adalah memberikan doa selama prosesi demi prosesi Tradisi Merti Dusun Jimbaran berlangsung.

b.     Kepala Desa Jimbaran

Kepala desa adalah orang yang dianggap sebagai sesepuh desa atau orang yang paling bertanggung jawab di desa. Kepala desa ini dipilih warga desa secara ihklas tanpa paksaan. Kepala desa adalah orang yang mengerti seluk beluk desa kepemimpinanya, serta dijadikan sebagai orang yang mempipin acara-acara. Dalam tradisi Merti Dusun di Dusun Jimbaran kepala desa dijadikan sebagai pemimpin pembuka acara Kirab Budaya dan Wayangan.

c.     Ketua Panitia Tradisi Merti Dusun

Ketua panitia adalah orang yang di anggap mengetahui asal mula Merti Dusun di Dusun Jimbaran. Dalam pemilihan ketua panitia dilakukan oleh masyarakat pada kumpulan rutin yang dilakukan warga. Tugas panitia adalah mengatur rangkaian prosesi dari Kirab Budaya, Gecok Banyu, wayangan dan nyadran berlangsung dengan berurutan dan lancer. Ketua panitia di bantu oleh pantia-panitia kecil yang ia tunjuk sendiri untuk membantunya.

d.     Peserta Tradisi Merti Dusun Jimbaran

Peserta Tradisi Merti Dusun Jimbaran adalah sebagian besar warga Dusun Jimbaran dan warga sekitar Dusun Jimbaran yang bersedia hadir saat Peserta Tradisi Merti Dusun Jimbaran, baik anak-anak, remaja maupun orang tua. Pada saat Peserta Tradisi Merti Dusun Jimbaran tampak warga sangat atntusias saat mengituhi serangkaian prosesi.

Wujud Sesaji

Kirab Budaya, Sejaji dalam prosesi kirab budaya terdiri dari hasil bumi seperti padi, kelapa, sayur-sayuran, buah-buahan yang diarak keliling dusun dengan menggunakan pakaian adat jawa sebagai wujud rasa syukur atas apa yang sudah di beri oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh warga Dusun Jimbaran.

Gecok Banyu, Sesaji dalam prosesi Gecok Banyu terdiri dari sayur-sayuran hijau yang dimasak dengan dagi kambing yang di cincang dan di hidangkan dengan nasi putih, sebagi sesaji untuk sumber mata air di Dusun Jimbaran.

Wayangan, Sesaji dalam prosesi wayangan terdiri dari aneka jajanan pasar, buah-buahan, nasi putih, ayam ikung, ddaging bajing yang sudah di bakar, dupa dan kemenyan serta bunga tujuh rupa. Sesaji tersebut bertujuan untuk dipersembahkan kepada leluhur agar masyarakat di beri perlindungan dan sebagai syarat wayangan agar berlangsung tanpa hambatan. Dan aneka jajanan pasar dan jenang serta uang receh limaratu rupiah yang di letakan di atas anyaman bambu yang suda di siapkan sesaji ini di letakan di ujung-ujung jalan dusun bertujuan untuk menolak bala untuk Dusun Jimbaran

Nyadran,           Sesaji dalam prosesi nyadran terdiri dari nasi putih, dan aneka lauh serta jajanan pasar dibawa kerumah bapak kadus untuk di doakan bersama, yang dipimpin modin doa ini di tujukan kepada leluhur dusun yang telah membangun dusun dan para penduduk dusun yang telah mendahului agar di terima di sisi Tuhan Yang Maha Esa.           

Pelaksanaan Prosesi Tradisi Merti Dusun di Dusun Jimbaran

Kirab budaya, Tahap persiapan kirab budaya (pawai keliling desa) dilakukan sehari sebelumnya dengan meenyiapkan gunungan aneka hasil bumi sperti gunungan sayuran dan gunungan buah-buahan. Serta menyiapkan gunungan jajanan pasar seperti apem, jadah, jenang, dan lainnya, yang nanti akan di arak keliling Dusun Jimbaran dengan para warga menggunakan pakaian adat jawa sambil di dendangkan kesenian drumblek. Setelah berdoa bersama, warga mulai mengarak gunungan-gunungan keliling dusun. Setelah usai mengarak gunungan-gunungan keliling dusun kemudian berhenti di tengah dusun warga mulai mengambil sayur-sayuran, buah-buahan, dan jajanan pasar secara berebutan karna warga meyakini bahwa semakin banyak mengambil sesaji tersebut semakin banyak pula berkah dan rejeki yang akan di dapat.

Gecok banyu di mulai dengan memetik sayur-sayuran hijau yang ada di sawah di dekat sumber mata air kemudian di masak denfan di campur dengan daging kambing yang sudag dicincang setelah masak di hindangkan dengan nasi diatas daun pisang yang sudah di gelar diatas tanah. Setelah di doakan oleh modin kemudian hidangan tersebut di santab bersama. Sebagai wujud rasa syukur atas sumber mata air yang sudah menjadi sumber kehidupan di Dusun Jimbaran.

Wayangan di mulai dengan meletakkan sesaji sebelum wayangan berlansung di tempat wayangan berlangsung sesajinya yaitu aneka jajanan pasar, buah-buahan, nasi putih, ayam ikung, daging bajing yang sudah di bakar, dupa dan kemenyan serta bunga tujuh rupa. Pembakaran menyan dilalukan oleh dalang wayang dengan membaca doa-doa Jawa yang bertujuan agar menolak bala dan pertunjukan wayang berlangsung dengan lancar. Setelah dalang usai mendoakan, kemudian di lanjutkan dengan sambutan-sambutan dari kepala desa dan kepala dusun. Setelah itu berdoa bersama yang di pimpin oleh modin secara islam doa ini bertujuan untuk mmendoakan leluhur dan masyarakat dusun Jimbaran agar tetap hidup berdampingan dengan rukun agar tercipta keharmonisan antar warga.

Nyadran dimulai setelah warga Dusun Jimbaran sudah berkumpul di tempat kepala dusun dengan membawa sesaji berupa nasi, lauk pauk dan aneka jajanan pasar. Kemudian sambutan dari kepala dusun. Setelah itu di lanjutankan doa dari modin yang bertujuan mendoakan leluhur yang sudah membangun Dusun Jimbaran dan penduduk dusun yang telah mendahului menghadap Tuhan agar di terima di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian seusai doa bersama warga saling bertukar sesaji yang diabawa sebagai bentuk kerukunan antar warga.

Makna Tradisi Merti Dusun di Dusun Jimbaran

Makna penting dalam pelaksanaan Tradisi Merti Dusun di Dusun Jimbaran dapat dilihat dari dari berbagai aspek, diantaranya adalah:

Makna Tradisi Merti Dusun di Dusun Jimbaran dalam membina kerukunan

Tradisi Tradisi Merti Dusun di Dusun Jimbaran dilihat dari tahap prosesi demi prosesi bahwa mereka membina persatuan dan kesatuan masyarakat Dusun Jimbaran mereka juga bersatu tanpa memandang status sosial dan perbedaan agama saat berkumpul melakukan segenap prosesi demi prosesi berlangsung. Kerukunan warga Dusun Jimbaran Nampak saat mencari bajing untuk sesaji dan menyantap Gecok Kambing bersama. Mereka sangat antusias dan berbondong-bondong dan saling sapa dan bercada para orang tua, remaja, anak-anak, baiki laki-laki maupun perempuan.

Rasa kebersamaan terlihat Nampak saat Kirab Budaya selesai yaitu saat mereka merebutkan gunungan walaupun akhirnya dibagikan kembali bagi yang belum mendapatkan hingga akhirnya mereka memakanya bersama.tanpa memandang status sosial, agama dan latar pendidikan.

PENUTUP

KESIMPULAN

1.    Tradisi Merti Dusun Dan Maknanya Dalam Membina Kerukunan Masyarakat di Dusun Jimbaran Keluruhan Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang dalam mempererat kerukunan warga dilihat dari kerjasama warga, peserta hingga panitia dari mulai pesrsiapan, proses dan hingga akhir Tradisi Merti Dusun.

2.    Makna Tradisi Merti Dusun Dan Maknanya Dalam Membina Kerukunan Masyarakat di Dusun JimbaranKeluruhan Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang adalah memupuk rasa persaudraan, memupuk rasa persatuan dan kesatuan tanpa memandang kedudukan, kekayaan, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Bastomi, Suwaji. 1986. Kebudayaan Apresiasi Pendidikan Seni. Semarang: IKIP Pres.

Budiono Herusatoto. 2007. Simbolisme Jawa.Yogyakarta: Ombak

Depdikbud. 1994. Nilai-nilai Budaya Sastra Jawa: Jakarta

Koentjayaningrat. 1983. Pemgantar Ilmu Antropologi. Aksara Baru: Jakarta

Purwadi. 2005. Upacara Tradisional Jawa. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Tri Widiarto. 2006. Pernak-Pernik Budaya Jawa. FKIP-Pusat Studi Jawa: Salatiga

Tri Widiarto. 2007. Pengantar Antropologi budaya. Widya Sari Press Salatiga