UPAYA KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 3 LAGUBOTI

TAHUN PEMBELAJARAN 2018/2019

 

Jonni Napitupulu

SMP Negeri 3 Laguboti

 

ABSTRAK

Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Laguboti sebagai salah satu sekolah yang baru melaksanakan Kurikulum 2013 di Kecamatan Laguboti SMP Negeri 3 Laguboti memiliki luas lahan tanah 2501m². Lokasi sekolah terletak di Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir. subjek penelitian tindakan sekolah ini adalah guru-guru di SMP Negeri 3 Laguboti Kabupaten Toba Samosir, sejumlah 10 orang guru, terdiri atas guru mata pelajaran pada kelas VII (tujuh) yakni 4 orang Bapak guru dan 6 orang Ibu guru yang dilaksanakan dengan waktu 3 bulan. Pada siklus I rekapitulasi tingkat pemahaman dan penerapan guru untuk Menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran adalah 63% yang Kadang menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran, 75% dan Tidak Pernah menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran adalah 34%. Setelah dilaksanakan refleksi maka dilaksanakan tindakan berikutnya. Pada siklus II maka terdapat peningkatan dari siklus sebelumnya terjadi peningkatan guru menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran menjadi 10 orang yakni 87,50%, guru kadang sudah menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran menjadi 7 orang atau 78.13% dan jumlah guru yang tidak pernah menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran menurun menjadi 2 orang yakni 6,25%. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan pengawas dalam memberikan bimbingan sangat signifikan dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran guru dalam kelas di di SMP Negeri 3 Laguboti Tahun Pembelajaran 2018/2019.

Kata Kunci: Upaya Kepala Sekolah, Pendekatan Scientific

 

PENDAHULUAN

Strategi dan pendekatan Kepala sekolah dalam menyampaikan konten perubahan dinamika pendidikan sangat mempengaruhi hasil yang akan dilaksanakan oleh guru, Kepala sekolah yang menguasai managerial akan dapat meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang baik untuk mencapai pendidikan bermutu.

Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.

Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan ‘mengetahui’-nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangkan panjang. Dan, itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita. Pendekatan kontekkstual (contextual teaching learning/CTL) adalah suatu pendekatan pengajaran yang dari karakteristiknya memenuhi harapan itu. Sekarang ini pengajaran kontekstual menjadi tumpuan harapan para ahli pendidikan dan pengajaran dalam upaya menghidupkan kelas secara maksimal. Kelas yang hidup diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar sekolah yang sedemikian cepat.

Setiap pembelajaran pada semua tingkat pendidikan baik formal maupun non formal apalagi tingkat Sekolah kejuruan, haruslah berpusat pada kebutuhan perkembangan anak sebagai calon individu yang unik, sebagai makhluk sosial, dan sebagai calon manusia seutuhnya. Keterampilan dan kompetensi lulusan dapai dicapai siswa jika dalam aktivitas belajar mengajar, guru senantiasa memanfaatkan teknologi pembelajaran yang mengacu pada pemanfaatan computer dalam kelas salah satunya sebagai media untuk menayangkan video plash atau berbagai gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran, karena dengan menggunakan layanan ini pembelajaran struktural dalam penyampaian materi dan mudah diserap peserta didik atau siswa akan lebih baik.

KAJIAN PUSTAKA

Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.

Dengan demikian, berarti, esensial supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Mengembangkan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas akademik akan meningkat.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Laguboti sebagai salah satu sekolah yang baru melaksanakan Kurikulum 2013 di Kecamatan Laguboti SMP Negeri 3 Laguboti. Lokasi sekolah terletak di Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir. Yang menjadi subjek penelitian tindakan sekolah ini adalah guru-guru di SMP Negeri 3 Laguboti Kabupaten Toba Samosir, sejumlah 10 orang guru, terdiri atas guru mata pelajaran pada kelas VII (tujuh) yakni 4 orang Bapak guru dan 6 orang Ibu guru yang dilaksanakan dengan waktu 3 bulan.

PTS merupakan suatu prosedur penelitian yang diadaptasi dari Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) (Panitia Pelaksana Pendidikan dan Latihan Profesi Guru tindakan sekolah merupakan “(1) penelitian partisipatoris yang menekankan pada tindakan dan refleksi berdasarkan pertimbangan rasional dan logis untuk melakukan perbaikan terhadap suatu kondisi nyata; (2) memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan; dan (3) memperbaiki situasi dan kondisi sekolah pembelajaran secara praktis” (Depdiknas, 2008: 11-12). Secara singkat, PTS bertujuan untuk mencari pemecahan permasalahan nyata yang terjadi di sekolah-sekolah, sekaligus mencari jawaban ilmiah bagaimana masalah-masalah tersebut bisa dipecahkan melalui suatu tindakan perbaikan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tindakan ini ialah pendekatan kualitatif. Artinya, penelitian ini dilakukan karena ditemukan permasalahan rendahnya tingkat penguasaan guru dalam Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran di dalam kelas. Permasalahan ini ditindaklanjuti dengan cara menerapkan sebuah model pembinaan kepada guru berupa penerapan Pembinaan yang dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan, kegiatan tersebut diamati kemudian dianalisis dan direfleksi. Hasil revisi kemudian diterapkan kembali pada siklus-siklus berikutnya.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan model Stephen Kemmis dan Mc.Taggart (1998) yang diadopsi oleh Suranto (2000; 49) yang kemudian diadaptasikandalam penelitian ini. Model ini menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulaidari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, dan perencanaan kembali yangmerupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan masalah. Seperti yangdiungkapkan oleh Mills (200;17) “Stephen Kemmis has created a well knownrepresentation of the action research spiral …”. Peneliti menggunakan model inikarena dianggap paling praktis dan aktual. Kegiatan penelitian tindakan sekolah ini, terdiri atas beberapa tahap, yaitu:1. Perencanaan2. Pelaksanaan3. Pengamatan4. Refleksi langkah-langkah penelitian tindakan sekolah dapat digambarkan seperti gambardibawah ini:

§   Perencanaan Refleksi Siklus I

Pelaksanaan Pengamatan dan Evaluasi Perencanaan Refleksi

§   Siklus II Pelaksanaan Pengamatan Dan Evaluasi

Rancangan Penelitian

 Menurut Mukhlis (2000: 5) PTS adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Adapun tujuan utama dari PTS adalah untuk memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sehingga pada akhirnya kualitas pembelajaran di kelas semakin baik dan meningkat,

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahLaguboti yang berupa identifikasi permasalahan.

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengamatan dan hasil angket yang di dapat dari siswa maka di berikan rincian sebagai berikut:

Kondisi Siklus I

No

Kondisi Awal Pemahaman Guru

Jumlah Guru

Prosentase (%)

1

Jumlah guru /pegawai keseluruhan

12

100%

2

Menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran

6

60%

3

Kadang menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran

7

70%

4

Tidak Pernah menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran

3

30%

 

Dari hasil siklus I rekapitulasi tingkat pemahaman dan penerapan guru untuk Menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran adalah 63% Kadang menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran, 75% dan Tidak Pernah menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran adalah 11%.

Setelah dilaksanakan siklus II, terjadi peningkatan yang signifikan dalam penerapan pendekatan scientific di dalam pembelajaran oleh guru maka terdapat peningkatan dari siklus sebelumnya terjadi selisih peningkatan 25% guru menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran, terdapat 3,13% peningkatan guru kadang sudah menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran dan 28% menurun untuk guru yang tidak pernah menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran.

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan dalam dua siklus. Hali ini dikarenakan keterbatasan waktu yang tersedia, serta dengan dua siklus sudah penulis menanggap cukup untuk peningkatan pemahaman guru dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan scientific. Dengan adanya peranan dan bimbingan dari pengawas terjadi peningkatan yang signifikan penggunaan pendekatan scientific dalam pembelajaran siswa di dalam kelas meningkat yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran di SMP Negeri 3 Laguboti TP. 2018/2019.

Pada siklus I rekapitulasi tingkat pemahaman dan penerapan guru untuk Menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran adalah 63% Kadang menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran, 75% dan Tidak Pernah menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran 34%. Setelah dilaksanakan refleksi maka dilaksanakan tindakan II

Pada Siklus II maka terdapat peningkatan dari siklus sebelumnya terjadi peningkatan guru menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran menjadi 10 orang yakni 87.50%, guru kadang sudah menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran menjadi 7 orang atau 78.13% dan jumlah guru yang tidak pernah menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran menurun menjadi 2 orang yakni 6.25% Dari data ini dapat disimpulkan bahwa peranan pengawas dalam memberikan bimbingan sangat signifikan dengan pelaksanaan pembelajaran pendekatan scientific dalam pembelajaran guru dalam kelas.

Pada siklus I rekapitulasi tingkat pemahaman dan penerapan guru untuk Menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran adalah 63% yang Kadang menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran, 75% dan Tidak Pernah menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran adalah 34%. Setelah dilaksanakan refleksi maka dilaksanakan tindakan berikutnya. Pada siklus II maka terdapat peningkatan dari siklus sebelumnya terjadi peningkatan guru menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran menjadi 10 orang yakni 87,50%, guru kadang sudah menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran menjadi 7 orang atau 78.13% dan jumlah guru yang tidak pernah menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran menurun menjadi 2 orang yakni 6,25%. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan pengawas dalam memberikan bimbingan sangat signifikan dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran guru dalam kelas di di SMP Negeri 3 Laguboti Tahun Pembelajaran 2018/2019.

KESIMPULAN DAN SARAN

Siklus I rekapitulasi tingkat pemahaman dan penerapan guru untuk Menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran adalah 63% yang Kadang menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran, 75% dan Tidak Pernah menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran adalah 34%. Setelah dilaksanakan refleksi maka dilaksanakan tindakan berikutnya. Siklus II maka terdapat peningkatan dari siklus sebelumnya terjadi peningkatan guru menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran menjadi 10 orang yakni 87,50%, guru kadang sudah menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran menjadi 7 orang atau 78.13% dan jumlah guru yang tidak pernah menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran menurun menjadi 2 orang yakni 6,25%.

SARAN

1.      Hendaknya guru tetap belajar menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran supaya lebih menyenangkan dapat terwujud. Dalam setiap proses pembelajaran siswa dijadikan subjek pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran interaktif

2.      Bapak/Ibu giru harus berusaha untuk mengikuti proses pembelajaran dengan penuh kesungguhan untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan ________Dasar dan Menengah.

Piet, A. Sahertian. Frans Mataheru, Prinsip Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya, Usaha ________Nasional, 1981

Syaodih Nana, (2006). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah(konsep,prinsif,_______ dan instrumen). Bandung: Aditama.

Sudrajat Akhmad. Pendekatan Pembelajaran

Udin Winataputra,(1994,34), Model pembelajaran

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan ________Nasional.

Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.

Mursell, James (-). Succesfull Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars.

 Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina