UPAYA PENINGKATAN KESIAPAN MEMBACA PERMULAAN

ANAK USIA DINI MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR

BAGI ANAK DIDIK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN BATURETNO WONOGIRI

SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015

 

Murtini

TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Wonogiri

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kesiapan membaca permulaan Anak Usia Dini melalui media kartu kata bergambar bagi anak didik kelompok B di TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Wonogiri Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan di kelompok B TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2015. Subjek penelitian ini adalah seluruh anak didik kelompok B TK Negeri Pembina di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri yang berjumlah 15 (lima belas). Teknik pengumpulan data dengan tes, observasi, dan dokumentasi. Prosedur penelitian melalui empat komponen, yaitu: (a) perencanaan (planning), (b) tindakan (acting), (c) pemantauan (monitoring), dan (d) refleksi (reflecting). Indikator kinerja jika skor rata-rata telah mencapai lebih dari 2.0 (kreteria berkembang sesuai harapan). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran kartu kata bergambar dapat meningkatkan kesiapan membaca permulaan pada anak didik kelompok B di TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri. Hal ini dibuktikan dengan hasil penilaian terhadap kesiapan membaca permulaan pada prasiklus dari 15 anak didik, 1 (satu) belum berkembang, 8 (enam) mulai berkembang, 6 (enam) berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat baik belum ada. Setelah dilakukan tindakan berupa pembelajaran dengan media pembelajaran kartu kata bergambar, kesiapan membaca permulaan mengalami peningkatan, dimana dari 15 anak didik 2 (dua) yang mulai berkembang, 12 (duabelas) termasuk kategori berkembang sesuai harapan, dan 1 (satu) anak didik termasuk kategori berkembang sangat baik, dan setelah dilakukan tindakan pada siklus II, perkembangan kesiapan membaca permulaan anak didik dari 15 anak didik 5 (lima) anak didik berkembang sesuai harapan dan 10 (sepuluh) anak didik berkembang dengan sangat baik.

Kata kunci: kesiapan membaca permulaan dan media kartu kata bergambar

 

PENDAHULUAN

Pendidikan sebagai suatu proses, baik berupa pemindahan maupun penyempurnaan akan melibatkan dan mengikutsertakan bermacam-macam komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia dan hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakatnya, kepada peserta didik.

Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003.

Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuanya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudakan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda pula. Pendidikan dilakukan seumur hidup sejak usia dini sampai akhir hayat, pentingnya pendidikan diberikan pada anak usia dini terdapat di dalam Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Anak Usia Dini pasal 1 ayat 1, dinyatakan bahwa:

“Pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disebut PAUD, adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai berusia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

 Pendidikan taman kanak kanak (TK) merupakan salah satu bentuk pendidikan formal pendidikan anak usia dini, di dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Anak Usia Dini pasal 1 ayat 7 dijelaskan: “TamanKanak-kanak yang selanjutnya disingkat TK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berusia empat tahun sampai enam tahun”.

Pada masa TK, selain bermain sebagai bentuk kehidupan dalam kecakapan memperoleh keterampilannya, anak-anak juga sudah dapat menerima berbagai pengetahuan dalam pembelajaran secara akademis untuk persiapan mereka memasuki pendidikan dasar selanjutnya. Pada masa ini, anak-anak mengalami masa peka atau masa sensitif dalam menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensi yang dimilikinya. Masa peka merupakan masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon rangsangan yang diberikan oleh lingkungan. Hal ini dinyatakan pula oleh Piere Duquet (dalam Jasni Herlani, 2008: 23) bahwa “a children who does not draw is an anomally, and particulary so in the years between 6 an 0, which is outstandingly the golden age of creative expression”. Pada rentang usia lahir sampai enam tahun, anak mulai peka untuk menerima berbagai upaya perkembangan potensi yang dimilikinya.

Bahasa sebagai salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan pada usia TK merupakan media komunikasi agar anak dapat menjadi bagian dari kelompok sosialnya. Bahasa dapat berbentuk lisan, gambar, tulisan, isyarat, dan bilangan. Membaca merupakan bagian dari perkembangan bahasa dapat diartikan menterjemahkan simbol atau gambar ke dalam suara yang dikombinasikan dengan kata-kata, kata-kata disusun agar orang lain dapat memahaminya. Anak yang menyukai gambar, huruf, buku cerita dari sejak awal perkembangannya akan mempunyai keinginan membaca lebih besar karena mereka tahu bahwa membaca memberikan informasi baru dan menyenangkan.

Dasar pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran keterampilan berbahasa yaitu keterampilan-keterampilan yang ditekankan pada keterampilan reseptif dan keterampilan produktif. Pembelajaran bahasa pada anak usia dini 4-6 tahun di RA/TK diawali dengan pembelajaran reseptif. Dengan demikian keterampilan produktif dapat ikut ditinngkatkan. Empat aspek keterampilan berbahasa yang mencakup dalam pelajaran bahasa adalah: 1) keterampilan menyimak, 2) keterampilan berbicara, 3) keterampilan membaca, dan 4) keterampilan menulis (Muchlisoh, 1996: 257).

Salah satu aspek pengajaran bahasa yang memegang peran penting adalah membaca, khususnya membaca permulaan. Pada sisi lain, pentingnya pengajaran membaca permulaan pada anak diberikan sejak usia dini ini juga bertolak dari kenyataan bahwa masih terdapat sebelas juta anakIndonesiadengan usia 7 – 8 tahun tercatat masih buta huruf. Selain itu, menurut laporan program pembangunan 2005 PBB tentang daftar negara berdasarkan tingkat melek huruf, Indonesia masih berada pada peringkat 95 dari 175 negara (Samsul Arifin, 2004: 4). Pada sisi lain, berdasarkan hasil observasi awal diketahui bahwa kemampuan membaca permulaan anak kelompok A RA Fathurridlo Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya masih rendah yang disebabkan oleh metode pembelajarannya yang kurang menarik bagi siswa.

Berbagai upaya untuk mengatasi segala permasalahan tersebut di atas perlu dilakukan usaha yang diawali sejak anak usia dini 4-6 tahun (usia prasekolah) yaitu: 1) mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, 2) mampu berkomunikasi secara efektif, dan 3) membangkitkan minat untuk dapat bahasa Indonesia. Jika hal ini benar-benar dilaksanakan dalam pembelajaran di sekolah, maka bahasa Indonesia akan memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional anak dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari seluruh aspek perkembangan pembelajaran.

Peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan terorganisir dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar, indicator dan materi pokok. Jadi standar materi membaca dan menulis permulaan yang dilakukan dengan menggunakan model kartu suku kata ini berdasarkan pada materi yang terdapat dalam kurikulum tersebut. Strandar kompetensi membaca dan menulis permulaan pada anak usia dini 4-6 tahun RA/TK adalah anak mampu mendengarkan, berkomunikasi. Secara lisan, memiliki perbendaharaan kata dan mengenal symbol-simbol yang melambangkannya untuk persiapan membaca dan menulis (Depdiknas: 2004). Standar kompetensi tersebut di spesifikasikan dalam kompetensi dasar dalam bentuk membaca permulaan melalui penggunaan media kartu kata bergambar.

Terdapat beberapa tahap dalam proses belajar membaca. Initial reading (membaca permulaan) merupakan tahap kedua dalam membaca. Menurut Mercer (Abdurrahman, 2002: 201), tahap ini ditandai dengan penguasaan kode alfabetik, di mana anak hanya sebatas membaca huruf per huruf atau membaca secara teknis (Chall dalam Ayriza, 1995: 20). Membaca secara teknis juga mengandung makna bahwa dalam tahap ini anak belajar mengenal fonem dan menggabungkan (blending) fonem menjadi suku kata atau kata (Mar’at, 2005: 80). Kemampuan membaca ini berbeda dengan kemampuan membaca secara formal (membaca pemahaman), di mana seseorang telah memahami makna suatu bacaan. Tidak ada rentang usia yang mendasari pembagian tahapan dalam proses membaca, karena hal ini tergantung pada tugas-tugas yang harus dikuasai pembaca pada tahapan tertentu.

Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan decoding (Anderson, 1972: 209). Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.

Dalam pembelajaran membaca permulaan, guru dapat melakukan simulasi pembelajaran dengan menggunakan kartu berseri (flash card). Kartu-kartu berseri tersebut dapat berupa kartu bergambar. Dalam pembelajaran membaca permulaan guru dapat menggunakan strategi bermain dengan memanfaatkan kartu-kartu huruf. Kartu-kartu huruf tersebut digunakan sebagai media dalam permainan menemukan kata. Siswa diajak bermain dengan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan menyusun huruf ini adalah ketrampilan mengeja suatu kata (Rose and Roe, 1990).

Mengembangkan aspek kemampuan membaca sejak dini (usia TK) sangatlah penting untuk persiapan mereka secara akademis memasuki pendidikan dasar selanjutnya. Melalui gemar membaca diharapkan anak-anak dapat membaca dengan baik sehingga mempunyai rasa kebahasaan yang tinggi, berwawasan yang lebih luas keberagamannya dan mampu mengembangkan pola berpikir kreatif dalam dirinya. Memberikan pembelajaran membaca pada anak usia TK tetaplah melalui bermain karena bagi anak usia TK bermain adalah belajar dan belajar adalah bermain.

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian, yang akan dituangkan dalam sebuah judul: Upaya untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Melalui Penggunaan Media Kartu Kata Bergambar Bagi Anak Didik Kelompok B di TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Wonogiri Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: bagaimana peningkatan kesiapan membaca permulaan Anak Usia Dini melalui media kartu kata bergambar bagi anak didik kelompok B di TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Wonogiri Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015?

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini di antaranya adalah untuk mengetahui peningkatan kesiapan membaca permulaan Anak Usia Dini melalui media kartu kata bergambar bagi anak didik kelompok B di TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Wonogiri Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

Ditinjau secara praktis maupun teoritis, maka kegunaan dari penelitian tindakan kelas ini adalah: secara praktis hasil penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat sebagai berikut: (1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pemikiran mengenai perbaikan dalam menggunakan media kartu kata bergambar. (2) Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan refleksi bagi pengelola pendidikan anak usia dini dalam membuat kebijakan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan anak usia dini. Manfaat secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut: (1) Menambah khasanah keilmuan terutama berkenaan dengan upaya meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak melalui penggunaan media kartu kata bergambar. (2) Dapat dipakai sebagai kajian lebih mendalam bagi penelitian-penelitian lanjutan yang sifatnya lebih luas dan mendalam baik dari sisi wilayah maupun substansi permasalahannya. (3) Dapat dijadikan kajian apakah penggunaan media kartu huruf bergambar memang tepat dan pas untuk dikembangkan diIndonesia, sehingga dapat menarik peneliti yang lain untuk mengembangkan lebih lanjut.

Menurut Dimyati (2006: 297) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Membaca merupakan aktivitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dan simbul berupa huruf atau angka. Aktivitas ini meeliputi dua proses, yaitu proses decoding, juga dikenal dengan istilah membaca teknis dan proses pemahaman. Lebih lanjut diterangkan yang dimaksud membaca teknis dan perubahan simbul-simbul tertulis berupa huruf atau kata menjadi sistem bunyi atau sejenisnya. Proses perubahan kode ini juga disebut pengenaan kata. Membaca adalah sebuah kemampuan yang diperlukan bagi orang yang mau mencari informasi dari teks tertulis (Ahuja, 1999: 12).

Menurut Dalwadi (2002: 14) membaca permulaan adalah tahap awal dalam belajar membaca yang difokuskan kepada mengenal simbol-simbol atau tanda-tanda yang berkaitan dengan huruf-huruf, sehingga menjadi pondasi agar anak dapat melanjutkan ke tahap membaca lanjut. Tahap membaca lanjut adalah anak tidak sekedar mengenal simbol atau tanda-tanda tapi sudah mulai mempergunakannya untuk membaca kata atau kalimat sehingga anak memahami apa yang dibacanya (Amin, 1995: 211).

Menurut Rukayah (2004: 14), anak atau siswa dikatakan berkemampuan membaca permulaan jika dia dapat membaca dengan lafal dan intonasi yang jelas, benar dan wajar, serta lancar dalam membaca dan memperhatikan tanda baca. Pengajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar membaca. Siswa dituntut untuk dapat menyuarakan huruf, suku kata, kata dan kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan (Sabarti Akhadiah, dkk. 1993: 32). Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran. Media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras (Sudrajat 2008: 1).

Menurut Djamarah (2006: 120) media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahwa yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabtrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.

Flashcard merupakan media yang termasuk pada jenis media grafis atau media dua dimensi, yaitu media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Menurut Arsyad (2005: 16) flashcard biasanya berisi kata-kata, gambar atau kombinasinya dan dapat digunakan untuk mengembangkan perbendaharaan kata dalam pelajaran bahasa pada umumnya dan bahasa asing khususnya. Menurut Arsyad (2005: 119) flashcard adalah kartu kecil yang berisi gambar-gambar, teks atau symbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu, dapat digunakan untuk melatih anak dalam mengeja dan memperkaya kosakata. Flashcard biasanya berukuran 8 x 12 cm, atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015, selama 3 (tiga) bulan tepatnya bulan Januari sampai dengan Maret 2015. Penelitian dilaksanakan di kelompok B TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri. Adapun alasan dipilihnya tempat tersebut, karena kesiapan membaca permulaan anak didik kelompok B di TK tersebut masih kurang, sehingga perlu dilakukan perbaikan. Subjek penelitian ini adalah seluruh anak didik kelompok B TK Negeri Pembina di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri yang berjumlah 15 (lima belas). Dengan objek penelitian peningkatan kesiapan membaca permulaan anak didik kelompok B, Negeri Pembina di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri pada semester II tahun ajaran 2014/2015.

Teknik dan alat pengumpulan data dengan menggunakan tes, dokumentasi, dan observasi. Adapun penilaian dengan menggunakan skor 0: anak didik tidak mampu menunjukkan indikator dan skor 1: anak didik mampu menunjukkan indikator. Adapun kategori penilaian meliputi: BSB: berkembang sangat baik, BSH: berkembang sesuai harapan, MB: mulai berkembang, BB: belum berkembang. Berdasarkan skor penilaian tersebut, kreteria tumbuh kembang peserta didik dikategorikan sebagai berikut. Jika nilai > 1 kreteria belum berkembang. Jika nilai 1.00 sampai dengan 1.9 kriteria mulai berkembang. Jika nilai 2.0 sampai dengan 2.9 kriteria berkembang sesuai harapan. Jika nilai 3.00 sampai dengan 3.9 kriteria berkembang sangat baik.

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Menurut Arikunto (2006: 83) model ini didasarkan atas konsep pokok bahwa peneltian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: Perencanaa (planning), Tindakan (acting), Pengamatan (observing), dan Refleksi (reflecting). Analisis data meliputi analisis meliputi perbandingan nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, dan kreteria tumbuh kembang peserta didik yang dikelompokkan dalam kreteria Belum berkembang (BB), mulai berkembang (MB), Berkembang sesuai dengan harapan (BSH), dan berkembang sangat baik (BSB). Penelitian dianggap berhasil apabila timbuh kembang anak secara keseluruhan tergolong berkembang dengan baik yang ditunjukkan dengan skor rata-rata telah mencapai lebih dari 2.5 (kreteria berkembang sesuai harapan).

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

Prasiklus

Penelitian tindakan kelas dilakukan di TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno dengan subyek anak didik kelompok B dengan jumlah 15 anak didik. Alasan dilakukkan penelitian ini adalah karena di TK, pelajaran membaca permulaan merupakan dasar untuk membaca lanjut. Jika dasar itu tidak kuat maka untuk mempelajari mata pelajaran lain akan mengalami kesulitan. Tujuan dilakukan tindakan untuk mengetahui tingkat kesiapan membaca permulaan bagi anak didik kelompok B di TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Wonogiri. Aspek penilaian yang digunakan meliputi: menunjukkan huruf pada kartu huruf, merangkai huruf menjadi suku kata, dan merangkai suku kata menjadi sebuah kata yang utuh.

Penilaian dilakukan melalui pengamatan kepada masing-masing anak didik, dengan menggunakan formulir penilaian yang telah disiapkan sebelumnya. Berdasarkan penilaian terhadap masing-masing anak didik pada setiap aspek tersebut, selanjutnya dilakukan rekapitulasi. Hasil penialaian kesiapan membaca permulaan anak didik kelompok B, TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno pada kegiatan prasiklus, menunjukkan nilai rata-rata sebesar 1,33 (mulai berkembang) dengan nilai tertinggi sebesar 2, nilai terendah sebesar 0.00. Dari 15 anak didik, 1 (satu) anak didik tergolong belum berkembang, 8 (delapan) anak didik tergolong mulai berkembang, 6 (enam) anak didik tergolong berkembang sesuai dengan harapan, sedangkan anak didik yang perkembanganya sangat baik belum ada. Berdasarkan data tersebut, maka perlu dilakukan tindakan perbaikan, adapun langkah yang dilakukan oleh peneliti selaku guru adalah melakukan pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media kartu kata bergambar.

Siklus I

Hasil rekapitulasi kesiapan membaca permulaan anak didik kelompok B, TK Negeri Pembina Baturetno, semester II Tahun 2014/2015, setelah dilakukan pembelajaran dengan media kartu kata bergambar dapat diketahui bahwa anak didik yang termasuk kategori mulai berkembang sebanyak 2 (dua) anak didik, berkembang sesuai harapan sebanyak 12 (duabelas) anak didik, sedangkan anak didik yang berkembang sangat baik sebanyak 1 (satu) anak didik. Adapun kategori nilai tertinggi, nilai terendah dan nilai rata-rata kesiapan membaca permulaan anak didik kelompok B, TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno pada setelah dilakukan tindakan siklus I dengan menggunakan media kartu kata bergambar, menunjukkan nilai rata-rata sebesar 1.93 (berkembang sesuai harapan) dengan nilai tertinggi sebesar 3.00, nilai terendah sebesar 1.00. Dari 15 anak didik, 0 (Nol/tidak ada) anak didik memiliki kesiapan membaca permulaan dengan kategori belum berkembang, 2 (dua) anak didik memiliki kesiapan membaca permulaan dengan kategori berkembang sesuai harapan, dan 1 (satu) anak didik memiliki kesiapan membaa permulaan dengan kategori berkembang sangat baik. Untuk itu perlu dilakukan tindakan perbaikan, adapun langkah yang dilakukan adalah melakukan pembelajaran dengan menggunakan minat.

Siklus II

Berdasarkan hasil penilaian pada siklus I, diketahui bahwa telah terjadi peningkatan kesiapan membaca permulaan bagi anak didik kelompok B, TK Negeri Pembina Baturetno dari prasiklus ke Siklus I, namun peningkatan tersebut belum mencapai kriteria yang diharapkan, dimana tumbuh kembang anak sebagian besar masih tergolong berkembang sesuai harapan sebanyak 12 (duabelas) anak didik, dengan nilai rata-rata sebesar 1.93 (kreteria berkembang sesuai harapan). Sehingga diperlukan langkah-langkah perbaikan. Adapun langkah perbaikan yang dilakukan adalah dengan menggunakan media pembelajaran kartu kata bergambar.

Hasil pengamatan dicatat pada lembar pengamatan yang telah disediakan, dengan memberikan skor 0 dan 1, pada formulir yang telah disiapkan. Berdasarkan hasil pengamatan, dilakukan rekapitulasi, sekaligus untuk mengetahui jumlah anak didik yang memiliki kesiapan membaca permulaan dalam kategori baik, cukup dan kurang menunjukkan bahwa anak didik dengan kategori berkembang sesuai harapan sebanyak 5 (lima) anak didik, berkembang dengan sangat baik sebanyak 10 (sepuluh) anak didik, dan nilai rata-rata sebesar 2.67 (Berkembang sesuai harapan) dengan nilai tertinggi sebesar 3.00 (berkembang sangat baik), nilai terendah sebesar 2,00 (Berkembang sesuai harapan). Dari 15 anak didik, tidak ada anak didik yang tergolong belum berkembang dan mulai berkembang, 5 (lima) anak didik berkembang sesuai harapan, dan 10 (sepuluh) anak didik berkembang sangat baik. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar anak didik dalam membaca permulaan telah berkembang dengan sangat baik.

PEMBAHASAN

Perbandingan kesiapan membaca permulaan anak Didik Prasiklus dengan Siklus I

Berdasarkan hasil tindakan prasiklus diketahui bahwa dari 15 anak didik, 6 (enam) mulai berkembang, 9 (sembilan) berkembang sesuai harapan, dan yang belum berkembang dan berkembang sangat baik belum ada. Setelah dilakukan tindakan berupa pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran kartu kata bergambar, kesiapan membaca permulaan mengalami peningkatan, dimana dari 15 anak didik 2 (dua) anak didik dengan kategori mulai berkembang, 12 (duabelas) anak didik termasuk kategori berkembang sesuai harapan, dan 1 (satu) anak didik termasuk kategori berkembang sangat baik.

Perbandingan Kesiapan membaca permulaan anak Didik Siklus I dengan Siklus II

Berdasarkan hasil siklus I diketahui bahwa dari 15 anak didik, 2 (dua) anak didik kesiapan membaca permulaan termasuk kategori mulai berkembang dan 12 (duabelas) anak didik termasuk kategori berkembang sesuai harapan, 1 (satu) anak didik tergolong kategori berkembang sangat baik. Setelah dilakukan tindakan berupa pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran kartu kata bergambar, kesiapan membaca permulaan mengalami peningkatan, dimana dari 15 anak didik tidak ada anak didik yang kesiapan membaca permulaan dalam kategori mulai berkembang sudah tidak ada lagi (0), anak didik kesiapan membaca permulaan dengan kategori berkembang sesuai harapan sebanyak 5 (lima) anak didik, dan anak didik dengan kesiapan membaca permulaan kategori berkembang sangat baik sebanyak 10 (sepuluh) anak didik. Demikian pula dengan skor rata-rata skor tertinggi, dan skor terendah yang dicapai mengalami peningkatan.

Perbandingan kesiapan membaca permulaan Anak didik Prasiklus dengan Siklus II

Hasil tindakan prasiklus diketahui bahwa dari 15 anak didik, 1 (satu) anak didik kesiapan membaca permulaan termasuk kategori belum berkembang, 8 (delapan) anak didik termasuk kategori mulai berkembang, 6 (enam) anak didik termasuk kategori berkembang sesuai harapan sedangkan anak didik dengan kesiapan membaca permulaan kategori berkembang sangat baik belum ada. Setelah dilakukan 2 (dua) kali tindakan berupa pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran kartu kata bergambar, kesiapan membaca permulaan mengalami peningkatan, dimana dari 15 anak didik tidak ada yang memiliki kesiapan membaca permulaan dengan kategori belum berkembang, 5 (lima) anak didik dengan kategori berkembang sesuai harapan dan 10 (sepuluh) anak didik dengan kategori berkembang sangat baik. Demikian pula dengan skor rata-rata skor tertinggi, dan skor terendah yang dicapai mengalami peningkatan.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran kartu kata bergambar dapat meningkatkan kesiapan membaca permulaan pada anak didik kelompok B di TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri. Hal ini dibuktikan dengan hasil penilaian terhadap kesiapan membaca permulaan pada prasiklus dari 15 anak didik, 1 (satu) belum berkembang, 8 (enam) mulai berkembang, 6 (enam) berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat baik belum ada. Setelah dilakukan tindakan berupa pembelajaran dengan media pembelajaran kartu kata bergambar, kesiapan membaca permulaan mengalami peningkatan, dimana dari 15 anak didik 2 (dua) yang mulai berkembang, 12 (duabelas) termasuk kategori berkembang sesuai harapan, dan 1 (satu) anak didik termasuk kategori berkembang sangat baik, dan setelah dilakukan tindakan pada siklus II, perkembangan kesiapan membaca permulaan anak didik dari 15 anak didik 5 (lima) anak didik berkembang sesuai harapan dan 10 (sepuluh) anak didik berkembang dengan sangat baik.

Penelitian ini memberikan implikasi jika dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya membaca permulaan guru TK menggunakan kartu kata bergambar, maka pertumbuhan dan perkembangan anak didik dalam membaca permulaan dapat meningkat.

Penelitian ini menyarankan kepada Kepala Sekolah TK sebaiknya kepala sekolah TK khususnya TK negeri pembina kecamatan baturetno wonogiri lebih banyak menyediakan media kartu kata bergambar untuk membantu tumbuh kembang anak didik. Saran untuk guru, sebaiknya guru TK lebih kreatif dan inovatif untuk membuat media pembelajaran untuk membantu tumbuh kembang anak.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, 2002, Pendidikan Bagi Anak Berkesullitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta

Ahuja, G.C. dan Pramila Ahuja. 1999. How to read effectively and efficiently. New Delhi: Sterling Publishers

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud PPTG. Arsyad (2005

Anderson, R.C. 1972, Language Skills in Elementary Education, New York: Macmillan Publishing Co.Inc

Arsyad, Azhar, 2005, Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ayriza, Y. 1995. Perbandingan Efektivitas Tiga Metode Membaca Permulaan dalam Meningkatkan Kesadaran Fonologis Anak Prasekolah. Tesis.Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Dalwadi, 2002. Pengaruh Metoda SAS terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan di SLB Purnama Asih. Skripsi Jurusan PLB FIPUPI Bandung: tidak diterbitkan.

Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Jasni Herlani, 2008. Pengaruh Metode Bercerita Terhadap Seni Lukis Anak di TK Bumi Limas. Skripsi PGTK UPI Bandung

Mar’at, S. 2005. Psikolinguistik – Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama

Muchlisoh, dkk, 1992. Pendidikan Bahasa Indonesia 3, Jakarta: Depdikbud.

Ross, E. P., Burns, P. C., dan Roe, B. D. 1990. Teaching Reading in Today’s Elementary School. Boston: Houghton Mifflin Company.

Rukayah. 2004. Membaca dan Menulis Permulaan dan Alternatif Membantu Siswa yang Berkesulitan. Surakarta: Universitas sebelas Maret

Sabarti Akhadiah, dkk. 1993. Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Kompetensi Guru dan Peran Kepala Sekolah, http://akhmadsudrajat.wordpress.com, diakses tanggal 20 Agustus 2009