IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR 5E (LEARNING CYCLE 5E) BERBANTUAN MULTIMEDIA

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI “STRUKTUR SEL” BAGI SISWA KELAS XI IPA-2 SEMESTER 1 MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Mursito

Guru Biologi MAN 1 Kabupaten Boyolali

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: 1) sikap belajar siswa dalam pembelajaran Biologi; dan 2) hasil belajar Biologi materi ”Struktur Sel” pada siswa kelas XI IPA-2 semester 1 MA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2017/2018 melalui penerapan model siklus belajar 5E (Learning Cycle 5E). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di MA Negeri 1 Boyolali selama tiga bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA-2 semester I MA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2017/2018 yang terdiri dari 24 orang siswa. Hasil penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1) penerapan siklus belajar 5E (Learning Cycle 5E) dapat meningkatkan sikap belajar siswa dalam pembelajaran Biologi. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya sikap belajar siswa pada setiap siklus tindakan; dan 2) penerapan siklus belajar 5E (Learning Cycle 5E) dapat meningkatkan hasil belajar Biologi materi ”Struktur Sel” pada siswa kelas XI IPA-2 semester I MA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2017/2018. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan jumlah siswa dengan nilai hasil belajar kategori A (Sangat Baik) dan B (Baik) pada setiap siklus tindakan.

Kata kunci: siklus belajar 5E (Learning Cycle 5E), hasil belajar, sikap belajar.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Biologi merupakan salah satu bagian dari sains yang memiliki cakupan yang cukup luas karena terdiri dari berbagai konsep tentang kehidupan. Materi yang diajarkan dalam pembelajaran biologi meliputi Plantae, Animalia, Monera, Fungi dan Protista yang dikaji dari tingkat molekul sampai tingkat bioma. Berdasarkan materi tersebut terdapat banyak istilah-istilah ilmiah dalam pembelajaran biologi yang kurang dipahami siswa, serta banyaknya materi yang harus dipelajari menimbulkan kesulitan bagi siswa.

Salah satu materi Biologi yang diajarkan di kelas XI pada semester gasal adalah struktur dan fungsi sel. Berdasarkan hasil pengamatan, materi sel merupakan salah satu materi yang dianggap masih sulit untuk dikuasai siswa kelas XI, hal ini terlihat dari sebagian besar siswa yang masih memperoleh nilai < 75.00, terutama pada siswa di kelas XI IPA-2 pada semester gasal MA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2017/2018.

Kesulitan dalam penguasaan materi yang dialami siswa di kelas XI IPA-2 ditunjukkan dengan nilai hasil ulangan harian materi sel yang diperoleh siswa. Berdasarkan hasil ulangan harian, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa di kelas XI IPA-2 adalah sebesar72.89. Ditinjau dari klasifikasi nilai, jumlah siswa dengan nilai klasifikasi A (Sangat Baik) baru mencapai 5.56%, klasifikasi B (Baik) baru mencapai 16.67%, kalasifikasi C (Cukup Baik) mencapai 61.11%, dan klasifikasi D (Kurang Baik) mencapai 16.67%.

Kurang optimalnya hasil belajar yang diperoleh siswa diindikasikan disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan guru masih berpusat pada guru (teacher-centered). Guru belum optimal mendorong siswa aktif dalam interaksi pembelajaran dan penggunaan media belum optimal. Hal ini berdampak pada kurang optimalnya sikap siswa dalam belajar, dan siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran berdampak pada kurang optimalnya penguasaan materi pada siswa.

Kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan mengingat materi “struktur sel” merupakan salah satu materi pembelajaran Biologi yang cukup penting dan menjadi dasar bagi pengetahuan Biologi pada tingkat selanjutnya.

Salah satu upaya perbaikan yang dapat meningkatkan sikap siswa dalam pembelajaran sebagai dampak proses pembelajaran dan hasil belajar sebagai dampak produk pembelajaran adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model siklus belajar 5E (Learning Cycle 5E).

Model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) 5E atau sering disingkat dengan (LC 5E) terdiri dari lima fase, yaitu engage, explore, explain, elaborate, dan evaluate yang dimulai dari tahap engage (Coe 2011). Melalui penerapan model ini, diharapkan sikap siswa dalam belajar semakin meningkat. Hal ini pada gilirannya dapat meningkatkan penguasaan materi pada siswa, sehingga hasil belajar semakin optimal.

Perumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang permasalahan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.     Apakah melalui penerapan pembelajaran model Learning Cycle 5E (LC5E) dapat meningkatkan sikap siswa dalam pembelajaran Biologi?

2.     Apakah melalui penerapan pembelajaran model Learning Cycle 5E (LC5E) dapat meningkatkan sikap siswa dalam pembelajaran Biologi materi “Struktur Sel” bagi siswa kelas XI IPA-2 semester gasal MA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2017/2018?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.     Untuk meningkatkan sikap siswa dalam pembelajaran Biologi Materi “Struktur Sel”.

2.     Untuk meningkatkan hasil belajar Biologi materi “Struktur Sel” bagi siswa kelas XI IPA-2 semester gasal MA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2017/2018 melalui penerapan pembelajaran model Learning Cycle 5E (LC5E).

Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Adapun manfaat yang dapat diberikan oleh hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

 

Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa untuk meningkatkan sikap dan hasil belajar Biologi melalui penerapan pembelajaran model Learning Cycle 5E (LC5E).

Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam khasanah penelitian pengajaran bagi guru-guru mata pelajaran mengenai penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 5E (LC5E).

Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan dengan cara mendorong para guru menggunakan model-model pembelajaran yang mampu mendorong siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Pembelajaran Biologi Materi “Struktur Sel”

Pembelajaran Biologi materi “Struktur Sel” merupakan salah satu materi Biologi di kelas XI pada semester gasal. Materi ini mempunyai 4 Kompetensi Inti (KI), yaitu sebagai berikut:

1.     Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya;

2.     Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia;

3.     Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah; dan

4.     Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

Hasil Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai selama mengikuti pelajaran pada periode tertentu dalam suatu lembaga pendidikan dimana hasilnya dinyatakan dengan melalui penilaian yang dapat diwujudkan dengan angka atau simbol yang lain. Menurut Hamalik (2012: 25) menilai bahwa hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes dan maksud ulangan tersebut adalah untuk memperoleh suatu indeks dalam menentukan berhasil tidaknya siswa dalam belajar.Bercermin dari pandangan ini maka keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dalam bentuk indeks prestasi yang dicapainya terhadap berbagai mata pelajaran yang di ikutinya.

Dari teori-teori tersebut dapat diambil kesimpulan mengenai prestasi belajar. Prestasi belajar atau hasil belajar merupakan kemampuan belajar individu melalui berbagai perubahan tingkah laku yang diperoleh dari usaha-usaha, latihan dan pengalaman dalam kegiatan belajar mengajar.

Sikap Belajar

Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu.

Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah (2002: 123) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran.

Pengertian lain tentang sikap dikemukakan oleh Walgito (2007: 114) yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecendrungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecendrungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu.

Pengertian sikap menurut Thurstone (Liliweri, 2005: 195) mengemukakan bahwa sikap merupakan penguatan positif atau negatif terhadap objek yang bersifat psikologis. Kendler (Yusuf, 2006: 169) mengemukakan bahwa sikap merupakan kecenderungan (tendency) untuk mendekati (approach) atau menjauhi (avoid), serta melakukan sesuatu, baik secara positif maupun negatif terhadap suatu lembaga, peristiwa, gagasan atau konsep.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal.

Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk mengadakan perubahan dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, dan keterampilan. Pada proses belajar, siswa tidak hanya menerima, tetapi diharapkan untuk menemukan sendiri (Suherman, 2010: 157). Sanjaya (2007: 130) berpendapat bahwa belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Belajar dijelaskan oleh Hamalik (2012: 28), adalah “suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap.

Dari uraian tersebut peneliti berpendapat bahwa dalam belajar terjadi dua proses yaitu perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang sedang belajar dan interaksi dengan lingkungannya baik berupa pribadi, fakta, dsb. Dari uraian tentang pengertian sikap dan pengertian belajar di atas, peneliti berkesimpulan bahwa sikap belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.

Walgito (2007: 115) lebih lanjut menjelaskan bahwa sikap mengandung tiga komponen. Ketiga komponen sikap tersebut terdiri dari:

1.     Kognitif (konseptual) yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana orang mempersepsi objek sikap;

2.     Afektif (emosional) yaitu yang berhubungan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap; dan

3.     Konatif (perilaku atau action component). yaitu komponen yang berkaitan dengan kecenderungan untuk berperilaku terhadap objek sikap.

Dalam proses pembelajaran guru dapat melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri (self assessment), penilaian “teman sejawat” (peer assessment) oleh peserta didik, dan jurnal (Syah, 2012: 124)

Pembelajaran Model Learning Cycle 5E (LC 5E)

Model pembelajaran LC 5E merupakan fase-fase kegiatan yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif (Hanuscin & Lee, 2007). Implementasi Model LC 5E dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan kontruktivisme (Trianto 2010).

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan hasil pengamatan, sikap siswa dalam pembelajaran Biologi materi “Struktur Sel” pada siswa di kelas XI IPA-2 semester gasal MA Negeri 1 Boyolali tahun 2017/2018 masih belum optimal. Kurang optimalnya sikap siswa berdampak lanjutan pada kurangnya penguasaan materi “Struktur Sel” oleh siswa.

Kurang optimalnya penguasaan materi “Struktur Sel” pada siswa ditunjukkan dengan hasil ulangan harian yang menunjukkan bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 60.00, nilai tertinggi sebesar 88.00, dan nilai rata-rata sebesar 72.89. Nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 72.89 termasuk ke dalam kategori C (Cukup Baik). Dengan demikian hasil belajar yang diperoleh siswa di kelas tersebut masih termasuk kategori cukup baik.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.     Melalui penerapan pembelajaran model Learning Cycle 5E (LC5E) dapat meningkatkan sikap siswa dalam pembelajaran Biologi materi “Struktur Sel”.

2.     Melalui penerapan pembelajaran model Learning Cycle 5E (LC5E) dapat meningkatkan hasil belajar Biologi materi “Struktur Sel” bagi siswa XI IPA-2 semester gasal MA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2017/2018.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA-2 semester 1 MA Negeri 1 Boyolali tahun Pelajaran 2017/2018. Alasan pemilihan adalah karena peneliti mengajar di sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam pelaksanaan tindakan dan siswa di kelas tersebut memerlukan perbaikan dalam pembelajaran Biologi materi “Struktur Sel”. Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 dalam waktu 3 (tiga) bulan yaitu dari bulan September 2017 sampai dengan bulan Nopember 2017.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA-2 semester gasal MA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang. Alasan pemilihan subjek dilandasi pada kenyataan bahwa penguasan materi “Struktur Sel” di kelas tersebut belum optimal dan memerlukan tindakan perbaikan.

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian tindakan ini adalah teknik tes, observasi, dan dokumen. Prosedur analisisnya menggunakan model alur yang intinya mengidentifikasi perkembangan dan perkembangan dan perubahan subjek setelah subjek sampel diberi perlakuan khusus atau dikondisikan pada situasi tertentu dengan pembelajaran tindakan dalam kurun waktu tertentu dan berulang-ulang sampai program dinyatakan berhasil (Arikunto, 2010).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penerapan pembelajaran model Learning Cycle 5E (LC5E) dapat meningkatkan sikap siswa dalam pembelajaran Biologi materi “Struktur Sel”

Hipotesis yang menyebutkan bahwa ”Melalui penerapan pembelajaran model Learning Cycle 5E (LC5E) dapat meningkatkan sikap siswa dalam pembelajaran Biologi materi ‘Struktur Sel’” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan meningkatnya sikap belajar kategori A (Sangat Baik) dan B (Baik) pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Sikap siswa dalam pembelajaran Biologi materi “Struktur Sel” pada kondisi awal, yang diukur berdasarkan sikap disiplin, tanggungjawab, dan kerjasama, masih belum optimal. Hal ini diindikasikan dengan banyaknya jumlah siswa dengan sikap belajar kategori A (Sangat Baik) dan B (Baik) baru mencapai 11 orang siswa (30.56%).

Hasil pengamatan terhadap sikap siswa yang meliputi sikap-sikap disiplin, tanggungjawab, dan kerjasama, pada kondisi awal masih belum optimal. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa siswa dengan sikap belajar kategori A (Sangat Baik) adalah sebanyak 3 orang (8.33%), kategori B (Baik) sebanyak 8 orang (22.22%); kategori C (Cukup Baik) sebanyak 18 orang (50.00%); dan kategori D (Kurang Baik) sebanyak 7 orang (19.44%).

Berangkat dari kondisi tersebut, guru berupaya melakukan perbaikan pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan sikap pembelajaran. Langkah perbaikan yang dilakukan guru adalah dengan menerapkan pembelajaran model Learning Cycle 5 E (LC 5E).

Penerapan pembelajaran model Learning Cycle 5 E (LC 5E) pada tindakan Siklus I dilakukan dengan membagi siswa kedalam 4 kelompok sehingga masing-masing kelompok terdiri dari 9 orang siswa. Pada tahap awal, yaitu tahap Engage (Pengkaitan), guru mengenalkan tentang materi struktur sel dari buku materi dan artikel terkait “Struktur Sel”. Tahap berikutnya, yaitu fase eksplorasi. Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk mengembangkan pengetahuan baru dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan minimal dari guru. Guru membagi siswa ke dalam kelompok. Fase ketiga, yaitu Explain, guru meminta setiap kelompok untuk mengkomunikasikan hasil temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Fase berikutnya, yaitu Elaborate, guru meminta siswa untuk mengembangkan bukti/ fakta-fakta yang diajukan dalam fase explain ke dalam situasi yang baru atau kehidupan nyata dengan cara praktikum lanjutan, problem solving. Fase terakhir, yaitu Evaluate, merupakan tahap penilaian keterampilan siswa dalam menerapkan konsep barunya dan melihat perubahan pemikiran siswa dengan cara tes tertulis.

Perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru pada tindakan Siklus I berhasil dalam meningkatkan sikap siswa dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan sikap belajar kategori A (Sangat Baik) dan B (Baik) dibandingkan kondisi sebelumnya.

Berdasarkan hasil pengamatan pada tindakan Siklus I, dapat diketahui bahwa siswa dengan sikap belajar kategori A (Sangat Baik) adalah sebanyak 7 orang (19.44%), kategori B (Baik) sebanyak 15 orang (41.67%); kategori C (Cukup Baik) sebanyak 12 orang (33.33%); dan kategori D (Kurang Baik) sebanyak 2 orang (5.56%). Dengan demikian maka jumlah siswa dengan sikap belajar kategori A (Sangat Baik) dan B (Baik) meningkat dari sebesar 30.56% pada kondisi awal meningkat menjadi sebesar 61.11% pada tindakan Siklus I.

Peningkatan sikap siswa dalam pembelajaran yang diperoleh pada tindakan Siklus I dipandang belum optimal. Hal ini ditunjukkan dengan belum terpenuhinya indikator kinerja berupa banyaknya siswa dengan sikap belajar kategori A (Sangat Baik) dan B (Baik) mencapai > 80.00% dari jumlah siswa. Atas dasar hal tersebut, guru melakukan perbaikan pembelajaran pada tindakan Siklus II. Perbaikan yang dilakukan guru adalah dengan memperbanyak jumlah kelompok dari 5 kelompok pada tindakan Siklus I, diperbanyak menjadi 6 kelompok pada tindakan Siklus II. Dengan cara ini jumlah anggota kelompok menjadi sebanyak 6 orang siswa.

Perbaikan yang dilakukan guru pada tindakan Siklus II berhasil meningkatkan sikap siswa dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan sikap belajar kategori A (Sangat Baik) dan B (Baik) dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

Berdasarkan hasil pengamatan pada tindakan Siklus II, dapat diketahui bahwa siswa dengan sikap belajar kategori A (Sangat Baik) adalah sebanyak 13 orang (36.11%), kategori B (Baik) sebanyak 16 orang (44.44%); kategori C (Cukup Baik) sebanyak 7 orang (19.44%); dan kategori D (Kurang Baik) sudah tidak ada lagi (0.00%). Dengan demikian maka jumlah siswa dengan sikap belajar kategori A (Sangat Baik) dan B (Baik) meningkat dari sebesar 61.11% pada tindakan Siklus I meningkat menjadi sebesar 80.56% pada tindakan Siklus II.

Peningkatan sikap siswa dalam pembelajaran dari kondisi awal hingga tindakan Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini.

Peningkatan Sikap Siswa dalam Pembelajaran dari Kondisi Awal hingga Pembelajaran Tindakan Siklus II

No.

Kategori

Awal

Siklus I

Siklus II

Jml

%

Jml

%

Jml

%

1.

Sangat Baik

3

8.33%

7

19.44%

13

36.11%

2.

Baik

8

22.22%

15

41.67%

16

44.44%

3.

Cukup Baik

18

50.00%

12

33.33%

7

19.44%

3.

Kurang Baik

7

19.44%

2

5.56%

0

0.00%

 

Jumlah

36

100.00%

36

100.00%

36

100.00%

 

Penerapan pembelajaran model Learning Cycle 5E (LC5E) dapat meningkatkan hasil belajar Biologi materi “Struktur Sel” bagi siswa

Hipotesis yang menyebutkan bahwa ”Melalui penerapan pembelajaran model Learning Cycle 5E (LC5E) dapat meningkatkan hasil belajar Biologi materi “Struktur Sel” bagi siswa XI IPA-2 semester gasal MA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2017/2018” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Berdasarkan hasil identifikasi awal, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran Biologi materi “Struktur Sel” pada siswa di kelas XI IPA-2 semester I MA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2017/2018 belum optimal. Hal ini diindikasikan dengan nilai rata-rata hasil tes ulangan harian yang diperoleh siswa sebesar 72.89 (Kategori Cukup Baik). Jumlah siswa dengan nilai hasil belajar kategori A (Sangat Baik) dan B (Baik) adalah sebanyak 8 orang siswa 22.22%.

Berangkat dari kondisi tersebut, guru berupaya melakukan perbaikan pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan sikap pembelajaran yang pada gilirannya dapat meningkatkan penguasaan materi pada siswa. Langkah perbaikan yang dilakukan guru adalah dengan menerapkan pembelajaran model siklus belajar 5E (Learning Cycle 5E).

Penerapan pembelajaran model Learning Cycle 5 E (LC 5E) pada tindakan Siklus I dilakukan dengan membagi siswa kedalam 4 kelompok sehingga masing-masing kelompok terdiri dari 9 orang siswa. Guru menerapkan model Learning cycle yang terdiri dari Engage, Exploration, Elaborate, Explain, dan Evaluate.

Perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru pada tindakan Siklus I berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Biologi materi “Struktur Sel”. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan jumlah siswa dengan nilai hasil belajar kategori A (Sangat Baik) dan B (Baik) dibandingkan kondisi sebelumnya.

Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan pada akhir tindakan Siklus I dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 64.00, nilai tertinggi diperoleh sebesar 92.00, dan nilai rata-rata diperoleh sebesar 77.83 (Kategori Baik). Ditinjau dari banyaknya siswa sesuai klasifikasi nilainya, dapat diketahui bahwa banyaknya siswa dengan nilai klasifikasi A (Sangat Baik) adalah sebanyak 5 orang (13.89%), klasifikasi B (Baik) sebanyak 12 orang (33.33%); klasifikasi C (Cukup Baik) sebanyak 17 orang (47.22%); dan klasifikasi D (Kurang Baik) adalah sebanyak 2 orang siswa (5.56%).

Peningkatan hasil belajar siswa yang diperoleh pada tindakan Siklus I dipandang belum optimal. Hal ini ditunjukkan dengan belum terpenuhinya indikator kinerja berupa banyaknya siswa dengan nilai hasil belajar kategori A (Sangat Baik) dan B (Baik) mencapai > 80.00% dari jumlah siswa. Atas dasar hal tersebut, guru melakukan perbaikan pembelajaran pada tindakan Siklus II. Perbaikan yang dilakukan guru adalah dengan memperbanyak jumlah kelompok dari 4 kelompok pada tindakan Siklus I, diperbanyak menjadi 6 kelompok pada tindakan Siklus II. Dengan cara ini jumlah anggota kelompok menjadi sebanyak 6 orang siswa.

Berdasarkan hasil tes akhir tindakan Siklus II menunjukkan bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 72.00, nilai tertinggi diperoleh sebesar 100.00, dan nilai rata-rata diperoleh sebesar 85.11 (Kategori Sangat Baik). Ditinjau dari banyaknya siswa sesuai klasifikasi nilainya, dapat diketahui bahwa banyaknya siswa dengan nilai klasifikasi A (Sangat Baik) adalah sebanyak 13 orang (36.11%), klasifikasi B (Baik) sebanyak 19 orang (52.78%); klasifikasi C (Cukup Baik) sebanyak 4 orang (11.11%); dan klasifikasi D (Kurang Baik) sudah tidak ada lagi (0.00%). Dengan demikian maka jumlah siswa dengan nilai hasil belajar kategori A (Sangat Baik) dan B (Baik) meningkat dari sebesar 47.22% pada tindakan Siklus I menjadi sebesar 88.89% pada tindakan Siklus II.

Peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus tindakan dapat disajikan pada tabel berikut.

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Tindakan Siklus II

No.

Klasifikasi

Awal

Siklus I

Siklus II

Jml

%

Jml

%

Jml

%

1.

Sangat Baik (A)

2

5.56

5

13.89

13

36.11

2.

Baik (B)

6

16.67

12

33.33

19

52.78

3.

Cukup Baik (C)

22

61.11

17

47.22

4

11.11

4.

Kurang Baik (D)

6

16.67

2

5.56

0

0.00

 

Jumlah

36

100.00

36

100.00

36

100.00

 

Nilai Rata-rata

72.89

77.83

85.11

 

Klasifikasi

Cukup Baik

Baik

Sangat Baik

 

Nilai Tertinggi

88.00

92.00

100.00

 

Nilai Terendah

60.00

64.00

72.00

Sumber: Data Penilaian Guru Biologi

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka selanjutnya dapat diperoleh hasil penelitian sebagai berikut ini:

1.     Melalui penerapan pembelajaran model Learning Cycle 5E (LC 5E) dapat meningkatkan sikap siswa dalam pembelajaran Biologi materi “Struktur Sel”. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan meningkatnya sikap belajar kategori A (Sangat Baik) dan B (Baik) pada setiap siklus tindakan yang dilakukan, yaitu dari sebesar 30.56% pada kondisi awal menjadi sebesar 61.11% pada tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 80.56% pada tindakan Siklus II.

2.     Melalui penerapan pembelajaran model Learning Cycle 5E (LC 5E) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Biologi materi “Struktur Sel” pada siswa kelas XI IPA-2 semester gasal MA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2017/2018. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa dan jumlah siswa dengan nilai hasil belajar kategori A (Sangat Baik) dan B (Baik) pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 72.89 (Kategori Cukup Baik) pada kondisi awal, meningkat menjadi 77.83 (Kategori Baik) pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 85.11 (Kategori Sangat Baik) pada akhir tindakan Siklus II. Jumlah siswa dengan nilai hasil belajar kategori A (Sangat Baik) dan B (Baik) meningkat dari sebesar 22.22% pada kondisi awal menjadi sebesar 47.22% pada tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 88.89% pada tindakan Siklus II.

Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1.     Bagi Siswa

Siswa disarankan untuk ikut terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga penguasaan materi semakin optimal.

2.     Bagi Guru

Guru diharapkan untuk terus mencari berbagai model pembelajaran yang dapat mendorong siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

3.     Bagi Sekolah

Sekolah disarankan untuk mendorong guru agar bersedia menggunakan berbagai metode dan model pembelajaran yang bersifat student centered learning.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan untuk Guru, Kepala Sekolah & Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.

Coe MA. 2010. Inquiry Approach: The 5E Learning Cycle Model. On line at http://faculty.mwsu.edu/west/maryann.coe/coe/inquire/inquiry.htm [Accesed 26 Agustus 2017]

Fajaroh F & IW, Dasna. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). On line at http://carilmuonlineborneo.wordpress.com 2008/01/06/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar.html [Accesed 26 Agustus 2017]

Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hanuscin DL, & Lee MH. 2007. Paper: Using a Learning Cycle Approach to Teaching the Learning Cycle to Preservice Elementary Teachers. On line at http://web.missouri.edu/~hanuscind/aste20075E.pdf [Accesed 18 September 2017]

Mulyono, Abdurrahman. 2005. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Bandung. Rhineka Cipta.