PENGGUNAAN MODEL EXAMPLE NON EXAMPLES

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

TENTANG PRANATA SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII B SEMESTER II SMP NEGERI I PEJAGOAN TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Kartyastati

SMPN 1 Pejagoan Kota Kebumen

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran empiric tentang: (1)Memperoleh informasi factual penggunaan model pembelajaran examples non examples,dapat meningkatkan prestasi belajar IPS tentang pranata sosial, pada siswa kelas VIII B semester 1I tahun pelajaran 2017/2018 SMP Negeri I Pejagoan Kabupaten Kebumen, (2) Untuk mengetahui pelaksanaan proses pembelajaran dengan model examples non examples untukmeningkatkan prestasi belajar IPS tentang pranata sosial pada siswa kelas VIIIB Semester I1 Tahun Pelajaran 2017/2018 SMP Negeri I Pejogoan Kabupaten Kebumen. Penelitian ini menerapkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), terhadap pelaksanaan pembelajaran organisasi di sekolah, dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples pada siswa kelas VIII B semester I1 tahun pelajaran 2017/2018 SMP Negeri I Pejagoan , dengan maksud untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Analisis data menggunakan model interaktif Kemmis dan MC Tegart langkah: (1) pengumpulan data, (2) teknik analisa data, (3) penyajian data dan (4) verifikasi menarik kesimpulan. Temua penting dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran examples non examples,dapat meningkatkan prestasi belajar IPS tentang pranata sosial, pada siswa kelas VIII B semester I1 tahunpelajaran 2017/2018SMP Negeri I Pejagoan Kabupaten Kebumen,dapat: (1) Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran (2) Meningkatkan kerjasama untuk memecahkan suatupersoalan dan (3) Meningkatkan tanggung jawab siswa terhada ptugas yang diberikan guru (4) Meningkatkan prestasi belajar siswa, melalui pembelajaran examples non xamples

Kata Kunci: Model Ekamples Non Examples PrestasiBelajar Menigkat.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah        

Berdasarkan hasil ulangan harian mata pelajaran IPS sebelum guru menggunakan model pembelajaran hasil ulangan peserta didik rendah. Terbukti dari 32 siswa kelas VIII B semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 SMP Negeri I Pejagoan yang berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal ≥ 76, 3 siswa bila diprosentasi maka hanya 93,75% sedangkan siswa yang belum tuntas 29 siswa atau 90,625%. Maka lebih dari 50% siswa belum tuntas, secara rinci hasil ulangan harian sebelum menggunakan model pembelajaran dapat di uraikan sebagai berikut:(a) Terdapat 1 siswa yang memperoleh nilai 90 atau telah tuntas; (b) Terdapat 2 siswa yang memperoleh nilai 80; (c) Terdapat 1 siswa yang memperoleh nilai 75; (d) Terdapat 2 siswa yang memperoleh nilai 65; (e) Terdapat 3siswa yang memperoleh nilai 60; (f) Terdapat 4siswa yang memperoleh nilai 50 (g) Terdapat 1 siswa yang memperoleh nilai 45 (h) Terdapat 9 siswa yang mmemperoleh nilai 40 (i) Terdapat 1 siswa yang memperoleh nilai 35; (j) Terdapat 1 siswa yang memperoleh nilai 30. Jika didasarkan pada nialai rat-rata kelas hanya 49,68 maka pada pembelajaran ini belum mencapai KKM yang diharapkan yaitu ≥ 76. Data siswa yang telah tuntas; (1)Alan Syah Noor memperoleh nilai 80, (2) Dimas Trianto memperoleh nilai 80, (3) Muhamad Nur W memperoleh nilai 90. Dari data diatas peneliti akan melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I.

Berdasarkan hasil analisis kondisi awal yang dilaksanakan oleh peneliti pada peserta didik kelas VIII B semester 1 SMP Negeri I Pejagoan terdapat kesalahan hasil pekerjaan siswa yang disebabkan: (1) Dalam menjawab soal siswa bingung dan tidak memahami pertanyaan. (2) Siswa gelisah, tidak percaya diri dan sibuk mencari kesempatan untuk bisa menanyakan jawaban kepada teman ataupun menyontek (3) Menjawab soal tidak sesuai pertanyaan, yang penting sudah dijawab dan tidak peduli jawaban tersebut benar ataupun salah. (4) Sebagian besar siswa beranggapan kalau nilai ulangan dibawah KKM (Ketuntasan Minimum) ada ulangan perbaikan dan pasti nilainya nanti akan mencapai batas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). Untuk mengidentifikasi masalah dalam proses pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), peneliti meminta bantuan observer. Berdasarkan sumber dari observasi yang dilakukan oleh observer terungkap bahwa: (1) Dalam proses pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat.(2) Proses pembelajaran berlangsung secara klasikal dalam kelompok besar dan guru hanya terpusat pada salah satu metode ceramah yang membosankan. (3) Kurangnya bimbingan yang menyeluruh terhadap siswa yang memiliki banyak kekurangan.(4) Guru dalam pembelajaran kurang melibatkan seluruh siswa.Berawal dari rendahnya hasil belajar dan permasalahan yang dihadapi siswa dan permasalahan guru dalam mengajar yang perlu diperbaiki, maka peneliti minta bantuan observer atau teman sejawat untuk mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan dari proses pembelajaran.

Identifikasi Masalah              

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah-masalah yang timbul antara lain dapat diidentifikasikan sebagai berikut: Siswa kurang aktif dan kurang antusias serta kurang terlibat langsung dalam pembelajaran. Siswa masih belum bekerja sama secara baik dan efektif dalam proses pembelajaran sehingga pelaksanaan pembelajaran berlangsung kurang efektif.

Rumusan Masalah     

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas,masalah penelitian yang dirumuskan adalah: Apakah penggunaan model examples non examplesdapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII BSemester II SMP Negeri I Pejagoan tahun pelajaran 2017/2018 ? Bagaimanakah model examples non examples dapatmeningkatkan prestaai belajar IPS pada siswa kelas VIII B Semester II SMP Negeri I Pejagoan tahun pelajaran 2017/2018 ?

Tujuan Penelitian                                                                                                      

Untuk meningkatkan prestasi belajar IPS pada materi pranata sosial kelas VIII B Semester II SMP Negeri I Pejagoan tahun pelajaran 2017/2018

 

 

 

Manfaat Pembelajaran                                                                                  

Manfaat Teoritis                    

            Manfaat teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan secara teoritis terhadap khasanah keilmuan pendidikan baik oleh peneliti selanjutnya maupun para guru utamanya SMP Negeri I Pejagoan.

Manfaat Penelitian                                                                            

Manfaat Bagi Guru                                                                            

Guru mampu memperbaiki proses pembelajara sehingga mampu meningkatkan kinerja. Guru mampu mengembangkan dirinya sehingga dapat meningkatkanprofesi dalam pembelajaran. Guru termotivasi untuk selalu berkarya yang lebih mantap dalam meningkatkan kualitas pendidikan siswa.

Manfaat Bagi Siswa

Siswa termotivasi dan lebih aktif dalam meningkatkan kemampuan terutama dalam pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) tentang pelaku ekonomi dalam sistim perekonomian indonesia. Siswa dapat belajar lebih bermakna dan lebih terarah sehingga dalam belajar IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) siswa meningkat. Siswa dalam belajar menjadi lebih menyenangkan. Siswa akan lebih percaya diri dalam belajar IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)

Manfaat Bagi Sekolah

Memotivasi terwujudnya sekolah unggulan yang berdampak terciptanya kualitas pendidikan. Terciptanya sekolah yang sehat,berdaya saing serta tumbuh dan berkembang sebagai sekolah percontohan. Memberikan sumbangan positif terhadap terwujudnya sekolah model yang inovatif. Menambah koleksi ilmu pengetahuan di Perpustakaan SMP Negeri Pejagoan.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Kajian teori

Prestasi Belajar                                                                                 

Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan aktifitas belajarnya yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka atau huruf untuk mengetahuai seberapa jauh prestasi akademik tersebut maka diperlukan pengukuran dan penilaian hasil belajar. Pengukuran mencakup segala cara untuk memperoleh informasi mengenai hasil belajar yang didapat dari kualifikasi. Proses belajar lebih jauh diukur tinggi rendahnya berdasarkan nilai ujian yang diperoleh berupa niali rapaort atau IPK (Indeks Prestasi Komulatif) Proses belajar dapat dicapai dengan memperkuat beberapa aspek internal (aspek perkembangan anak dan keunikan personal,individu,anak) dan external,yaitu bagaimana lingkungan belajar dipersiapkan dan fasilitas-fasilitas diberdayakan (M.Nur Gufron dan Rini Rinawati.S:2012)                                                                            

Belajar dan Pembelajaran    

Belajar adalah menuju perubahan yang lebih maju dan perubahan itu didapatkan karena latihan – latihanyang disengaja.Menurut pandangan tradisional belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan kepada anak-anak diberikan bermacam-macam pelajaran untuk menambah pengetahuan yang dimilikinya terutama dengan jalan menghapal. (Zainal Aqib,2002)Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku yang merupakan hasil dari pengalaman dan tidak dicirikan oleh keadaan–keadaan diri yang sifatnya sementara, seperti yang disebabkan oleh sakit, kelelahan, atau obat–obatan(Amung Ma’mun dan Agus Mahendro, 1998).

Pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti sejarah,geografi,ekonomi,politik, hukum dan budaya.Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dirumuskan atas dasar dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatam interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial seperti sejarah,geografi,ekonomi,politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atau studi sosial yang merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang ditemukan dari materi cabang-cabang ilmu sosial (sejarah,geografi,ekonomi,politik, hukum dan budaya).          

Model Examples Non Examples        

            Model Pembelajaran Examples Non Examples adalah model pembelajarann yang menggunakan contoh berupa kasusatau gambar-gambar yang relevan dengan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa (Modul IPS PLPG,2012). Langkah-langkah modelpembelajaran examples non examples adalah (1) Guru mempersiapkan gambar-gambar dan kasus sesuai dengan tujuan pembelajaraan. (2) Guru menjelaskan gambar-gambar atau ditempel dipapan tulis. (3) Guru memberi petunjuk dan kesempatan pada siswa untuk meganalisa dan kasus gambar.(4) Dari hasil menganalisa kasus atau gambar dicatat pada lembar kerja. (5) Tiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan atau mempresentasikan hasil diskusi. (6) Mulai dari komentar dan hasil didkusi siswa guru menjelaskan materei sesuai tujuan pembelajaran atau sesuai materi. (7) Kesimpulan.

Kerangka Berpikir

Penggunaan model examples non examples di kelas VIII B SMP Negeri Pejagoan untuk membantu guru dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkaakan prestasi belajar siswa kelas VIII B,dimana kelas VIII B SMP Negeri I Pejagoan hasil ulanganya banyak yang tidak mencapai KKM 76. Melalui model examples nonexamples ini diduga prestasi siswa meningkat.

Hipotesis Tindakan                                                    

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan kajian teori di atas maka dapat disusun hiptesis tindakan sebagai berikut: Prestasi belajar siswa kelas VIII B Semester II SMP Negeri I Pejagoan tahun pelajaran 2017/2018 dapat ditingkatkan melalui model examples non exsamplesdalam pembelajaran IPS tentang pranata sosial.

Indikator Kinerja dan Kriteria Keberhasilan

Untuk mengetahui adanya perbaikan dalam proses dan hasil belajar sesuai dengan tujuan penelitian diperlukan indikator keberhasilan. Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa adalah secara individual. Secara individual siswa dinyatakan tuntas belajar jika telah memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan KKM mata pelajaran IPS kelas VIII B SMP Negeri I Pejagoantahun pelajaran 2017/2018 adalah ≥ 76. Sedangkan keberhasilan secara umum apabila hasil belajar siswa secara keseluruhan mendapat rata-rata ≥ 76.                                                                    

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri I Pejagoan di kelas VIII B, dengan jumlah siswa 32 orang, terdiri dari 14 siswa laki–laki dan 18 siswa perempuan. Menurut guru BK kondisi siswa sebagian besar diasuh oleh nenek, sedangkan orang tua mereka merantau. Dengan kondisi ekonomi yang kekurangan karena pekerjaan orang tua siswa hanyalah sebagai buruh pabrik genteng dengan penghasilanyang minim sehingga tidak jarang dari siswa-siswiSMP Negeri I Pejagoan ini bekerja seadanya untuk membantu ekonomi orang tuaatau wali. SMP Negeri I Pejagoan terletak di daerah pedesaan disebelah timur pintu rel kereta api Desa Kebulusan Kecamatan Pejagoandan terletak di sebelah barat kota Kebumen dengan jarak kurang lebih 8 kilometer dari kota Kebumen. Kondisi sekolahan yang sangat dekat dengan rel kereta api menyebabkan proses belajar di SMP Negeri I Pejagoan sangatterganggu oleh kereta api yang lewat setiap 10 menit sekali. Peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri I Pejagoan karena lokasi kerjanya di SMP Negeri I Pejagoan. Berikut ini gambar SMP Negeri I Pejagoan.

Rencana Tindakan Penelitian Kelas

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 4 tahap; 1) Menyususn rancangan tindakan (planning);2) Pelaksanaan tindakan (akting); 3) Pengamatan (observing); 4) Refleksi (reflecting); (Kasihani Kasbolah, 1998). Penelitian tindakan kelas ini strategi yang digunakan mengacu pada model siklus, yaitu model Kemmis dan Mc. Taggart.

Rencana dan Implementasi Siklus

Pada tahap implementasi penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan mengadopsi model Spiral dari Kemmis dan MC Tegart dalam Suharsimi, 2006. Penerapan pembelajaran dengan 2 siklus sudah cukup untuk mengukur apakah pembelajaran model examples non examples dapat meningkatkan prestasi belajar pada materi pranata sosial pada peserta didik kelas VIII B Semester II SMP Negeri I Pejagoan tahun pelajaran 2017/2018.

Pengumpulan Data

Data pada penelitian ini meliputi data tes dan data non tes. Data tes dikumpulkan dengan seperangkat alat tes, yang kemudian hasil tes ini dikategorikan ke dalam 5 kategori, paham, kurang paham, sedang, kurang, dan tidak paham. Data non tes dikumpulkan dengan observasi dimaksud untuk menggali informasi lebih mendalam tentang aktifitas peserta didik terhadap pembelajaran model examples non examples. Apakah pembelajaran model examples non examples ini cukup menarik, bagi mereka sehingga mampu: 1) memahami masalah, 2) kerjasama, 3) menyelesaikan tugas, 4) mempresentasikan hasil kerja atau hasil diskusi, dan 5) membuat kesimpulan pembelajaraan.

Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik diskriptif. Untuk data kuantitatif yang diperolah dari hasil tes hasil belajar yang telah terkumpul ditabulasi, diringkas, prosentasenya.Selanjutnya data tersebut disajikan dalam bentuk tabel-tabel dan kemudian didskripsikan secara naratif makna dari data tersebut. Hasil tes ini dikategorikan kedalam 5 kategori tingkat kepahaman yaitu: sangat paham, paham, sedang, kurang paham dan tidak paham,

Data kuantitatif dan kualitatif dihubungkan digunakan sebagai dasar untuk mendiskripsikan keberhasilan penerapam model pembelajaran model examples non examplesyang ditandai dengan meningkatnya pemahaman konsep pranata sosial peserta didik dalam pembelajaran IPS secara klasikal, dan perubahan aktivitas pembelajaranya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Diskripsi Kondisi Awal

Perencanaan Penelitian                                                                                                         Kegiatan awal penelitian adalah tanya jawab tentang pranata sosial untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang pranata sosial pada siswa kelas VIII BSemester II SMP Negeri I Pejagoan 2017/2018.

Diskripsi Hasil Tindakan Siklus I

Tahap perencanaan

Berdasarkan pada hasil ulangan harian sebelum penelitian, peneliti merevisi rencana perbaikan pembelajaran beserta skenario tindakan pembelajaran. Terkait dengan RPP, peneliti menyiapkan kelengkapan lembar kerja siswa, kasus, gambar-gambar sebagai contoh materi pranata sosial , lembar pengamatan guru, lembar pengamatan siswalembar evaluasi. Setelah komponen dipersiapkan, peneliti bersama observer mensimulasikan untuk kegiatan penelitian siklus I.

Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Hari Selasa, tanggal 20 Februari 2018 Pertemuan 1

Kegiatan Awal

Guru menyiapkan bahan-bahan berupa kasus/gambar-gambar untuk melakukan pembelajaran dengan model examples non examples. Guru menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS). Siswa memperhatikan penjelasan dan bimbingan guru tentang pranata sosial.

Kegiatan Inti

Guru mengarahkan siswa untuk proses pembelajaran tentang pranata sosial. Guru menjelaskan pelajaran materi tentang pranata sosial. Guru melaksanakan pembelajaran dengan membagi siswa secara kelompok besar satu kelompok 6 – 7 siswa. Guru membagi Lembar Kerjadan memberi petunjiuk cara mengerjakan lembar kerja. Siswa terlibat langsung dan berdiskusi dalam pembelajaran konsep tentang pranata sosial secara kelompok besar. Siswa bersama guru melakukan tanya jawab tentang permasalahan yang belum jelas.

 

 

 

Kegiatan Penutup

Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran. Siswa mengerjakan soal evaluasi. Guru Melaksanakan penilaian hasil evaluasi. Guru melakukan analisis hasil evaluasi. Guru menutup pembelajaran dengan salam

Pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama dari 32 siswa kelas VIII B SMP Negeri I Pejagoan dengan pelaksanaan tindakan sebagai berikut:

Hari Rabu, tanggal 28 Februari 2018.

Pertemuan 2

Kegiatan Awal

Guru menyiapkan bahan-bahan berupa kasus atau gambar-gambar untuk melakukan pembelajaran dengan model examples non examples.Guru menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS). Siswa memperhatikan penjelasan dan bimbingan guru tentang pranata religius.

Kegiatan Inti

Guru mengarahkan siswa untuk proses pembelajaran tentang pranata sosial. Guru menjelaskan pelajaran materi tentang pranata religius dan pranata somatic instituions. Guru melaksanakan pembelajaran dengan membagi siswa secara kelompok besar satu kelompok 6 – 7 siswa. Guru membagi Lembar Kerja dan memberi petunjiuk cara mengerjakan lembar kerja. Siswa terlibat langsung dan berdiskusi dalam pembelajaran konsep tentang pranata sosial religius dan pranata somatic institutions secara kelompok besar. Siswa bersama guru melakukan tanya jawab tentang permasalahan yang belum jelas.

Kegiatan Penutup

Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran. Siswa mengerjakan soal evaluasi. (pada pertemuan yang akan datang). Guru Melaksanakan penilaian hasil evaluasi. Guru melakukan analisis hasil evaluasi. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

Tahap pengamatan

Berdasarkan perolehan nilai pada siklus II peneliti memberikan kuisioner kepada siswa untuk menanyakan apakah soal yang dikerjakan mudah, sedang atau sulit. Dari 32 siswa yang menjawab mudah 15 siswa atau 46,875%, yang menjawab sedang 11 siswa atau 34,375%, sedangkan yang menjawab sulit 7 siswa atau 2,24%, Dari soal sulit, sedang dan mudah dapat disimpulkan bahwa evaluasi siswa pada siklus II sudah berhasil mencapai KKM karena hasil jawaban mudah dan sedang sudah lebih dari 50%.Sehingga dalam pembelajaran siklus IIsudah berhasil mencapai KKM 76.                             

Berdasarkan nilai pada siklus I adapat dijelaskan bahwa, (a) siswa yang mendapat nilai 81-10 sebanyak 3% dengan kategori sangat paham (b) siswa yang mendapat nilai 61-80 sebanyak 22% dengan kategori paham dan (c) siswa yang mendapat nilai 41-60atau 38% dengan kategori sedang, Siswa yang mendapat nilai antara21 – 40 atau 38% dengan kategori kurang paham. Sedangkanyang mendapat nilai antara 1-21 sebanyak 3% mdengan kategori kurang paham            

Hasil belajar dari 32 siswa pada siklus pertama menunjukkan bahwa 4 siswa atau 12,5% siswa belum tuntas dan 28siswa atau 87,5% siswa telah tuntas. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut; (a) Terdapat 1 siswa memperoleh nilai 90 atau telah tuntas; (b) terdapat 4 siswa memperoleh nilai 80 atau telah tuntas; (c) terdapat 2 siswa memperoleh nilai 70 atau belum tuntas; (d) terdapat 2 siswa memperoleh nilai 65 atau belum tuntas; (e) terdapat 4 siswa memperloleh nilai 60 atau belum tuntas; (f) terdapat 1 siswa memperloleh nilai 55 atau belum tuntas; (g) terdapat 3 siswa memperoleh nilai 50, (h) terdapat 3 siswa memperoleh nilai 45; (i) terdapat 1 siswa memperoleh nilai 25; (j) terdapat siswa memperoleh nilai 20. Berdasarkan data tersebut jelas lebih dari 50% siswa belum tuntas. Dari data di atas dapat dilihat bahwa; 1) siswa menjawab soal mudah tidakada, 2) menjawab soal sedang 5 siswa, 3) menjawab soal sulit 27 siswa sehingga hasil belajar siswa pada materi pranata sosial belum sesuai dengan yang diharapkan. Jika didasarkan perolehan nilai dapat dijelaskan sebagai berikut: pada nilai rata–rata kelas menunjukkan adanya kenaikan prosentase dari sebelum penelitian yang tuntas 9,626% dan pada siklus I naik menjadi12,5%. Tiga siswa yang tuntas antara lain: (1) Muhamad Nur.W, mendapat nilai 80, (2) Putri Aprilia mendapat nilai 80, (3) Rachel Andara mendapat nilai 90, (4) Zaki Riyadi mendapat niali 80. Sedangkan 87,5% siswa belum tuntas, hal ini disebabkan karena; a) Pembelajaran Siklus1masih klasikal dam pembagian kelompok belajar masih besar, sehingga pada pembelajaran masih banyak kelemahannya; b) Masih banyak siswa yang pasif dalam berdiskusi dan menyelesaikan tugas; c) Gurubelum optimal dalam membimbing dan mengarahkan siswa selama proses pembelajaran sehingga hasilnya belum maksimal.

Tahap refleksi                                                               

Berdasarkan data hasil belajar menunjukkan adanya kenaikan hasil belajar dari siklus satu 12,5% naik menjadi 90,625% pada siklus dua.Hasil belajar dari 32 siswa pada siklus dua menunjukkan bahwa 3 siswa atau 9,375% siswa belum tuntas dan 29 siswa atau 90,625% siswa telah tuntas. Dari data diatas secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut: (a) terdapat 1 siswa memperoleh nilai 100 atau telah tuntas: (b) terdapat 6 siswa memperolehnilai 90 atau telah tuntas; (c) terdapat 20 siswa mempe37-40roleh nilai 80 atau telah tuntas; (d) terdapat 2 siswa memperoleh nilai 70 atau belum tuntas, (e) terdapat 1 siswa memperoleh nilai 50 atau belum tuntas. Berdasarkan data tersebut jelas sekali terjadi peningkatan hasil belajar dibandingkan dengan siklus satu. Jika didasarkan pada nilai rata-rata menunjukan adanya peningkatan dari rata-rata 52,65 pada siklus pertama menjadi 80,93 pada siklus ke dua. Berdasarkan nilai rata-rata kelas nilai pada siklus dua prestasi belajar siswa kelas VIII B semester II sudah berhasil dan sudah sesuai dengna yang diharapkan maka tindakan pada siklus dua dihentikan. Sedangkan 3 siswa yang belum tuntas pada siklus dua yaitu; 1) Adi Setiawan pada siklus satu nilai 55 pada siklus dua memperoleh nilai 70, setelah ditanya dia belajar tapi tidak dapat mengerjakan semua karena soalnya sulit; 2) Alan Sysh Noor R, pada siklus satu nilainya 40 dan pada siklus dua nilainya 50, setelah ditanya dia belajar tapi soalnya sulit; 3) Nur Hidayah W pada siklu satu nilainya 40 dan pada siklus dua nilainya 70 setelah ditanya dia tidak belajar dan soalnya sulit. Tiga siswa tersebut perolehan nilai pada siklus dua sebenarnya sudah ada kenaikan namun belum tuntas. Menurut pendapat observer dan guru mata pelajaran yang lain ketiga siswa tersebut kemampuanya sudah maksimal, hal ini terbukti pada setiap mata pelajaran nilai ulanganya tidak pernah tuntas atau sama dengan KKM 76.

 

Diskripsi Hasil Tindakan Siklus II

Tahap perencanaan

Berdasarkan pada hasil refleksi siklus satupeneliti merevisi rencana perbaikan pembelajaran beserta skenario tindakan untuk melaksanakan tindakan siklus dua. Terkait dengan revisi RPPP (Rencan Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran) peneliti menyiapkan semua kelengkapan untuk melaksanakam tindakan siklus dua yang berupa lembar kerja siswa, kasus dan gambar gambar yang harus di analisa pada materi ciri-ciri pranata sosial , lembar pengamatan guru, lembar pengamatan siswa, dan lembar evaluasi siswa. Setelah komponen dipersiapkan peneliti bersama observer mensimulasikan langkah-langkah

Tahap pelaksanaan tindakan.

Pertemuan 1 hari Rabu, 28 Februari 2018

Kegiatan Awal

Peneliti menyiapkan bahan-bahan modelexamples non examples.Guru menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).Siswa memperhatikan penjelasan dan bimbingan guru tentang ciri-ciri pranata sosial.

Kegiatan Inti

Guru mengadakan tanya jawab disertai penjelasan tentang ciri-ciri pranata sosial. Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok yang masing- masing terdiri dari 4 siswa. Setiap kelompok dibagi lembar kerja berupa masalah dan gambar-gambar untuk dianalisa. Siswa bersama kelompok melakukan diskusi.Guru mengamati kegiatan kelompok.Siswa mengerjakan lembar kerja dan berdiskusi dalam kelompok untuk menganalisa masalah dan gambar-gambar.Hasil diskusi dekerjakan dilembar kerja.Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok.

Kegiatan Penutup

Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran. Siswa mengerjakan soal evaluasi. Guru melaksanakan penilaian hasil evaluasi. Guru melakukan analisis hasil evaluasi. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

Pertemuan 2 hari Selasa, 6 Maret 2018

Kegiatan Awal

Peneliti menyiapkan bahan-bahan pembelajaran model examples non examples. Guru menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS). (3) Siswa memperhatikan penjelasan dan bimbingan guru untuk belajar tentang ciri-ciri pranata sosial.

Kegiatan Inti

Guru mengadakan tanya jawab disertai penjelasan tentang ciri-ciri pranata sosial. Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok yang masing- masing terdiri dari 4 siswa. Setiap kelompok dibagi lembar kerja berupa masalah dan gambar-gambar untuk dianalisa. Siswa bersama kelompok melakukan diskusi. Guru mengamati kegiatan kelompok. Siswa mengerjakan lembar kerja dan berdiskusi dalam kelompok untuk menganalisa masalah dan gambar-gambar. Hasil diskusi dekerjakan dilembar kerja. Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok.

Kegiatan Penutup

Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran. Siswa mengerjakan soal evaluasi. Guru melaksanakan penilaian hasil evaluasi. Guru melakukan analisis hasil evaluasi. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

Tahap pengamatan

Observer melaksanakan observasi terhadap peneliti yang sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observer juga melakukan tanya jawab dengan siswa. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru pada saat melaksanakan pembelajaran telah berlangsung secara efektif. Siswa secara aktif telah terlibat langsung dalam pembelajaran. Guru membimbing tiap kelompok berdiskusi tetang fungsi pranata sosial. Guru bersama siswa membahas hasil diskusi. Selanjutnya guru melakukan evaluasi menggunakan tes formatif kepada masing-masing siswa dan menilai hasil evaluasi.                                                                             Hasil belajar dari 32 siswa pada siklus duamenunjukkan bahwa 3 siswa atau 9,375% siswa belum tuntas dan 29siswa atau 90,625% siswa telah tuntas. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut: (a) terdapat 1 siswa memperoleh nilai 100 atau telah tuntas, (b) terdapat 6 siswa memperoleh nilai 90 atau telah tuntas, (c) terdapat 20 siswa memperoleh nilai 80 atau telah tuntas,(d) terdapat 2siswa memperoleh nilai 70 atau belum tuntas, (e) terdapat 1siswa memperloleh nilai 50 atau belum tuntas. Berdasarkan data tersebut jelas lebih dari 50% siswa telah tuntas sehingga hasil belajar siswa pada materi pranata sosial,ciri-ciri pranata sosial, fungsi pranata sosisl, contoh pranata sosial dan pelanggaran terhadap pranata sosial sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Jika didasarkan pada nilai rata–rata kelas menunjukkan adanya kenaikan prosentase dari siklus satu yang tuntas hanya 12,5% dan pada siklus dua naik menjadi 90,625%. Dari kenaikan prosentase hasil belajar ini menunjukan bahwa penelitian tindakan kelas di kelas VIII B sudah berhasil.

Tahap refleksi               

Pada siklus IImenunjukkan bahwa pembelajaran telah berhasil secara efektif dan maksimal. Hasil belajar siswa telah sesuai dengan yang diharapkan. Selama tindakan pada siklus IIpeneliti dan kolaborator melakukan pengamatan serta menganalisa hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang ciri-ciri dan fungsi pranata sosial. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada akhir pembelajaran yang dilaksanakan guru sudah berlangsung secara maksimal. Guru menggunakan modelexamples non examplesdalam pembelajaran menunjukkan keberhasilan karena pembelajaran berlangsung secara efektif dan hasil belajar siswa meningkat. Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari jumlah 32 siswa pada siklus ke II menunjukkan bahwa 29 siswa atau 90,625% siswa telah tuntas dan 3 siswa atau 9,375% siswa belum tuntas. Oleh karena itu, tindakan siklus dua dihentikan karena pembelajaran telah berhasil secara optimal dannilai rata-rata kelas sudah mencapai 8,93 yang berarti nilai sudah di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) ≥ 76. Pada pembelajaran siklus II pembelajaran lebih efektif dan lebih menyenangkan untuk mencapai pembelajaran yang lebih optimal sesuai tujuan yang diharapkan. Tiga siswa yang tidak tuntas antara lain Adi Setiawanpada siklus 1 nilainya 55 pada siklus IInilainya 70sebenarnya nilai sudah ada kenaikan tetapi belum tuntas ,setelah ditanya, ia belajar tetapi soalnya sulit.Dan Alan Syah Noor. R pada siklus 1 nilainya 40 pada siklus II nilainya 50 sebenarnya nilai sudah ada kenaikan setelah ditanya ia belajar tapi soalnya sulit,sedangkan untuk siswa yang bernama Nur Hidayah. W nilainya pada siklus 1, nilainya 40 pada siklus II nilainya 70, sebenarnya nilainya sudah ada kenaikan dan setelah ditanya dia tidak belajar dan soalnya sulit. Jadi menurut peneliti dan observer dan pendapat guru mapel yang lain bahwa siswa tersebut kemampuanya sdah maksimal. Terbukti ulangan harian dari mapel yang lain mereka nilainya selalu di bawah KKM 7.

Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data dapat diketahui bahwa secara individual siswa dalam pembelajaranmembahas topik pranata sosial mendapatkan hasil belajar yang meningkat. Hal ini ditunjukkan dari nilai tes formatif tiap siswa yang terus meningkat dalam tiap siklus perbaikan. Adanya peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran pranata sosial menggunakan modelexamples non examplessecara individu maupun klasikal menunjukkan adanya peningkatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Dengan demikian motivasi belajar siswa cukup baik karena adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal evaluasi. Di samping itu, data yang diperoleh juga membuktikan penggunaanmodelexamples non examples layak dan sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS.

Tuntas hanya 3 siswa atau 9,375 sedangkan 29 siswa atau 93,275% telah tuntas dengan nilai rata-rata 80,93. Berdasarkan interval dengan rata-rata nilai 80,93 siswa kelas VIII B termasuk dalam kategori sangat paham. Hal ini membuktikan penggunaan model examples non examplessangat efektif dapat meningkatkan hasil belajar. Sedangkan tiga siswa yang tidak tuntasmenurut pendapat observer dan guru mata pelajaran yang lain karena ketiga siswa tersebut kemampuanya sudah maksimal, hal ini terbukti pada setiap mata pelajaran nilai ulangan ketiga siswa tersebut tidak pernah tuntas atau tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum≥ 76

SIMPULAN

Simpulan

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan model examples non examples berlangsung dua siklus dan telah berhasil mencapai tujuan (Kriteria Ketuntasan minimum) KKM ≥ 76. Siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dari 32 siswa untuk mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) memperoleh nilai≥ 76sebanyak 3 anak atau 9,375%, hal ini karena kemampuan yang dimiliki/intelegensinya sudah maksimal. Sedangkan siswa yang tuntas sebanyak 29 anak atau tingkat ketuntasan mencapai 90,625%, nilai ini sangat memuaskan yakni rata-rata mencapai 80,937, atau termasuk dalam kategori sangat paham.

Saran-Saran

Penggunaan model examplesnon examplesdalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang konsep pranata sosial sangat tepat untuk pembelajaran siswa kelas VIII B Semester II SMP Negeri I Pejagoan khususnya dan semua siswa SMP Negeri I Pejagoan pada umumnya.

Materi pembelajaran IPS tentang pranata sosial hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak serta disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada relevansinya dengan tingkatan kematangan dan kemampuan berpikir siswa.

Pelaksanaan pembelajaran akan berhasil jika guru mampu memilih dan menerapkan metode yang tepat dengan materi yang diajarkan, oleh karena itu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang pranata sosial dapat berhasil jika terjadi hubungan interaktif antara guru dan siswa.

Guru sebelum melaksanakan pembelajaran hendaknya merencanakan pelaksanaan pembelajaran sesuai materi pembelajaran dengan mempertimbangkan penggunaan metode dan media pembelajaran yang relevan.

Tindak Lanjut

Penelitian ini hendaknya dapat dijadikan acuan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Guru hendaknya mampu secara professional untuk mengkaji materi pembelajaran sehingga untuk materi pranata sosial, disesuaikan dengan karakteristik dan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa. Setiap satuan pendidikan diharapkan mampu berperan secara aktif untuk meningkatkan profesi guru sehingga kinerjanya didukung oleh kompetensi sesuai dengan pelajaran yang diampunya. Prestasi belajar akan meningkat apabila guru berperan secara aktif memotivasi belajar siswa sehingga kemampuan guru harus selalu ditingkatkan. Guru hendaknya tidak dibebani admistrasi yang rumit agar guru dapat berperan aktif, fokus dan mampu secara profesional mengkaji setiap materi dalam pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Amung Mamun dan Agus Mahendro 1998.Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik Bandung: Andira

Anonim 2003 Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Kloang Klede Putra Timur

Aqib Zainal, 2002 Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran Jakarta: Insan Cendekia

Basrowi Sakidi dan Suranto, 2002 Manajemen Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: Insan Cendekia

Cahyani Riana, 2010 Pembelajaran IPS Kreatif Jakarta, Balai Pustaka

Ghufron Nur.M dan Risnawati Rini 2012 Gaya Belajar Yogyakarta,Pustaka Pelajar

Kasbuloh Kasihani, 1998. Penelitian Tindakan Kelas.Malang: Universitas Negeri Malang

Moleong, 2002.Metodolog penelitian kualitatif: Bandung, PT Remaja Rosda Karya

Rusman, 2012 Model-model Pembelajaran Jakarta, Rajawali Pers

Suryono dan Harianto, 2011 Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, Surabaya, Rosada

Sungaidi, 2009 Pembelajaran Realistis, Tesis, UNES