AJANG KREATIVITAS DAN WAHANA PEMBELAJARAN

YANG EFEKTIF DALAM MANAJEMEN LABORATORIUM IPA-FISIKA

Kiswadi

SMK Negeri 2 Sukoharjo

ABSTRAK

Pentingnya laboratorium dalam menunjang pembelajaran di kelas sangat diyakini oleh semua guru IPA-Fisika. Namun kenyataannya, masih banyak sekolah yang memiliki keterbatasan fasilitas laboratorium, sehingga hal ini menjadi kendala dalam pelaksanaan praktikum di sekolah. Penelitian yang dilakukan Jiyono di lapangan menunjukkan masih banyaknya peralatan dan bahan fisika di laboratorium yang dikirimkan ke sekolah belum dimanfaatkan secara optimal (Ace Suryadi dan Tilaar, 1994: 119). Hal ini memberikan informasi kepada kita bahwa bukan hanya keterbatasan fasilitas lab yang menjadi kendala pelaksanaan praktikum, tetapi pengelolaan lab yang berkaitan dengan bagaimana menyelaraskan kegiatan praktikum dengan materi praktikum dan ketersediaan alat dan bahan Fisika juga relatif belum memadai. Penulisan artikel ilmiah ini bertujuan untuk: Mengetahui apa saja yang dikelola pada laboratorium IPA-Fisika supaya baik dan tepat serta menguasai pengelolaan laboratorium IPA-Fisika supaya baik dan tepat.

Kata kunci: Laboratorium, IPA-Fisika, majanemen


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPA pada umumnya Fisika khususnya merupakan pembelajaran yang mengembangkan ranah kognitif, afektif, sekaligus psikomotor secara simultan. Oleh karena itu rancangan pembelajaran IPA-Fisika harus dapat memuat pengem-bangan ketiga ranah tersebut. Untuk me-ngembangkan ranah afektif dan psikomotor tidak cukup hanya mengandalkan pembela-jaran di kelas, tetapi perlu ditunjang de-ngan pembelajaran di luar kelas, baik dalam bentuk aktivitas proyek maupun aktivitas terarah berupa praktikum maupun eksperimen.

Seperti diketahui, jam pelajaran/ta-tap muka untuk mata pelajaran IPA-Fisika di sekolah sangat terbatas. Hal ini menye-babkan seorang guru kesulitan menem-patkan pembelajaran Fisika di laboratorium dalam jam efektif sesuai struktur program. Penempatan di luar jam efektifpun tidak mudah dilakukan, mengingat banyaknya kegiatan ekstrakurikuler dan penambahan jam pelajaran (les) untuk beberapa mata pelajaran tertentu yang diberlakukan di sekolah. Akibat dari semua ini, praktikum menjadi jarang dilakukan.

Pentingnya laboratorium dalam menunjang pembelajaran di kelas sangat diyakini oleh semua guru IPA-Fisika. Na-mun kenyataannya, masih banyak sekolah yang memiliki keterbatasan fasilitas labora-torium, sehingga hal ini menjadi kendala dalam pelaksanaan praktikum di sekolah. Penelitian yang dilakukan Jiyono di lapang-an menunjukkan masih banyaknya peralat-an dan bahan fisika di laboratorium yang dikirimkan ke sekolah belum dimanfaatkan secara optimal (Ace Suryadi dan Tilaar, 1994: 119). Hal ini memberikan informasi kepada kita bahwa bukan hanya keterba-tasan fasilitas lab yang menjadi kendala pelaksanaan praktikum, tetapi pengelolaan lab yang berkaitan dengan bagaimana menyelaraskan kegiatan praktikum dengan materi praktikum dan ketersediaan alat dan bahan Fisika juga relatif belum memadai.

Berdasarkan latar belakang masa-lah tersebut. Perlu adanya penulisan artikel ilmiah dengan judul ”Ajang Kreativitas dan Wahana Pembelajaran yang Efektif dalam Manajemen Laboratorium IPA-Fisika ”.

PEMBAHASAN

Kreativitas dalam Pembelajaran

Karakteristik kreativitas menurut Utami Munandar (2004: 71) adalah: a) rasa ingin tahu yang luas dan mendalam; b) sering mengajukan pertanyaan yang baik; c) memberikan gagasan atau usul terhadap suatu masalah; d) bebas dalam menyata-kan pendapat; e) mempunyai rasa kein-dahan yang dalam; f) menonjol dalam sa-lah satu bidang seni; g) mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi sudut pandang; h) mempunyai rasa humor yang luas; i) mempunyai daya imajinasi; j) orisi-nil dalam ungkapan, gagasan, dan peme-cahan masalah.

Dari pengertian kreativitas diatas disimpulkan bahwa kreativitas mengan-dung arti mencari jalan keluar dari gagas-an-gagasan yang lama untuk menemukan gagasan-gagasan yang baru. Jadi kreativi-tas adalah kemampuan mencipta, meniru, dan mengembangkan hal-hal yang sudah ada atau yang dianggap masih baru dengan menggunakan alat-alat yang sudah ada. Dengan kata lain kreativitas adalah kemampuan menemukan suatu jawaban paling tepat terhadap suatu masalah yang diberikan berdasarkan informasi yang tersedia.

Pembelajaran yang Efektif

Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menye-nangkan dan tidak membosankan.

Menurut Roestiyah (2001:80) me-tode eksperimen adalah suatu cara meng-ajar, dimana siswa melakukan suatu perco-baan tentang suatu hal, mengamati proses-nya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampai-kan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemu-kan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat berlatih dalam cara berfikir ilmiah. Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.

Agar penggunaan metode eksperi-men itu efektif dan efisien, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.

b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang menya-kinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang diguna-kan harus baik dan bersih.

c) Dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati pro-ses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga me-reka menemukan pembuktian kebenar-an dari teori yang dipelajari itu.

d) Siswa dalam eksperimen adalah se-dang belajar dan berlatih, maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh penge-tahuan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkanoleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu.

e) Tidak semua masalah bisa dieksperi-menkan, seperti masalah kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada.

Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa dapat kesempatan untuk melatih ketrampil-an proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami siswa secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif, kreatif,efektif dan efisien.

Pengertian dan Tujuan Penggunaan Laboratorium

Menurut Sudaryanto (1998: 7) me-nyatakan peranan dan fungsi laboratorium ada tiga, yaitu sebagai (1) sumber belajar, artinya lab digunakan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor atau melakukan percobaan, (2) metode pendidikan, meliputi metode pengamatan dan metode percobaan, dan (3) sarana penelitian, tempat dilakukannya berbagai penelitian sehingga terbentuk pribadi peserta didik yang bersikap ilmiah.

Secara lebih umum laboratorium diartikan sebagai suatu tempat dilakukan-nya percobaan dan penelitian (Depdikbud, 1994: 7). Pengertian ini bermakna lebih luas, karena tidak membatasi laboratorium sebagai suatu ruangan, artinya kebun, lapangan, ruang terbukapun dapat menjadi laboratorium. Tujuan penggunaan labora-torium IPA-Fisika bagi peserta didik antara lain:

a. mengembangkan keterampilan (peng-amatan, pencatatan data, penggunaan alat, dan pembuatan alat sederhana).

b. melatih bekerja cermat serta mengenal batas-batas kemampuan pengukuran lab.

c. melatih ketelitian mencatat dan keje-lasan melaporkan hasil percobaan.

d. melatih daya berpikir kritis analitis melalui penafsiran eksperimen.

e. memperdalam pengetahuan.

f. mengembangkan kejujuran dan rasa tanggungjawab.

g. melatih merencanakan dan melaksana-kan percobaan lebih lanjut dengan menggunakan alat-alat dan bahan-bahan yang ada.

h. memberikan pengalaman untuk meng-amati, mengukur, mencatat, menghi-tung, menerangkan, dan menarik ke-simpulan.

Kesemua fungsi penggunaan labo-ratorium tersebut hanya dapat terwujud apabila kegiatan praktikum dipersiapkan, dirancang, dan dikelola sedemikian rupa sehingga lab benar-benar menjadi sarana penunjang keberhasilan proses pembelajar-an sejalan dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tanpa ada manajemen yang baik terhadap lab yang dimiliki, maka semua fasilitas lab tidak akan dapat berfungsi sebagaimana mestinya, bahkan dapat mengacaukan perhatian peserta didik, terjadi pemborosan waktu, tenaga, biaya yang menyertai berlangsungnya praktikum (Moh. Amien, 1997: 4).

Persiapan dalam Praktikum

Dalam mempersiapkan pelaksana-an praktikum di laboratorium, maka hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain alat-alat dan bahan-bahan Fisika, perlengkapan praktikum, buku petunjuk praktikum, jad-wal pelaksanaan, dan kesiapan guru. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam mendesain suatu kegiatan praktikum adalah tujuan praktikum yang diinginkan dan penentuan teori yang sesuai dengan mata praktikum, serta bagaimana menentukan dan memilih alat dan bahan Fisika yang sesuai dan tepat dalam praktikum.

Mengingat jumlah peserta didik yang akan melakukan praktikum di suatu sekolah relatif banyak, sedangkan alat-alat dan bahan-bahan fisika yang tersedia jumlahnya terbatas (tidak memadai), serta waktu dan tempat yang juga terbatas, maka perlu dipikirkan berbagai kemung-kinan agar kegiatan praktikum dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi yang paling memungkinkan. Beberapa al-ternatif yang dapat diambil antara lain:

a. membagi peserta didik menjadi sejum-lah kelompok sesuai dengan jumlah unit alat Fisika yang ada untuk satu macam kegiatan praktikum, atau untuk beberapa macam kegiatan praktikum yang dilaksanakan bergantian.

b. jika alat Fisika yang ada hanya 1 unit, maka guru melakukan demonstrasi, peserta didik mengamati secara ber-gantian (tidak seluruh peserta didik mengamati dalam waktu bersamaan, karena tidak efektif). Guru seharusnya mencoba terlebih dahulu sebelum de-monstrasi untuk mengantisipasi ke-mungkinan kegagalan percobaan.

MANAJEMEN LABORATORIUM IPA-FI-SIKA

Manajemen adalah kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain maupun melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi (Sudjana, 2000: 17). Manajemen juga diartikan sebagai proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu (The General Safety Committee, 1954: 3). Da-lam manajemen terkandung di dalamnya pengelolaan terhadap suatu objek. Jadi, manajemen laboratorium berarti objek yang akan dimanajemen adalah labora-torium tersebut yang secara rinci terdiri dari alat-alat dan bahan-bahan kimia, sara-na/prasarana lab, dan proses pelaksanaan praktikum.

Fungsi manajemen adalah sebagai rangkaian kegiatan wajar yang telah ditetapkan dan memiliki hubungan saling ketergantungan antara satu dengan yang lain. Sejalan dengan perkembangan jaman, maka para pakar mengemukakan berbagai fungsi manajemen yang dikenal dengan POCCC, yaitu: Planning (perencanaan), Or-ganizing (pengorganisasian), Commanding (perintah), Coordinating (pengkoordinasi-an), dan Controlling (pengawasan).

Berdasarkan pendapat tersebut, maka pendapat yang paling tepat tentang manajemen laboratorium adalah pendapat Terry yang terdiri dari perencanaan, peng-organisasian, pelaksanaan, dan pengawas-an. Secara jelas kita bahas satu persatu berikut ini.

Perencanaan (Planning)

Dalam manajemen, perencanaan merupakan salah satu bagian yang sangat penting, karena perencanaan yang matang akan lebih memungkinkan tercapainya tujuan yang diharapkan. Perencanaan ada-lah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan cara dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut seefisien dan seefektif mungkin. Bateman dan Zeithami (1990: 18) mengartikan perenca-naan sebagai proses menganalisis situasi, menetapkan tujuan yang akan dicapai di masa yang akan datang dan menentukan langkah-langkah yang akan diambil untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan tersebut.

Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang satu sama lain saling berhubungan. Ketiga kegiatan terse-but, yaitu: (1) perumusan tujuan yang ingin dicapai, (2) pemilihan program untuk mencapai tujuan, dan (3) identifikasi dan pengerahan sumber daya yang tersedia. Perencanaan dapat pula dianggap suatu seri dari langkah-langkah atau tahapan yang dapat diikuti secara sistematis.

Perencanaan laboratorium IPA-Fisika meliputi perencanaan dan pemeli-haraan alat-alat dan bahan-bahan serta sa-rana/prasarana, perencanaan kegiatan yang akan dilaksana-kan, serta rencana pe-ngembangan lab. Beberapa hal yang perlu direncanakan dalam manajemen laboratori-um adalah:

1) Pengadministrasian Alat-alat dan Ba-han-bahan Laboratorium

Tujuan pengadministrasian alat-alat dan bahan-bahan lab ini adalah agar dapat dengan mudah diketahui: (1) jenis alat atau bahan yang ada, (2) jumlah masing-masing alat dan bahan, (3) jumlah pembelian atau tambahan, dan (4) jumlah yang pecah, hilang, atau habis (Depdikbud, 1979: 41).

Untuk keperluan pencatatan alat dan bahan lab ini diperlukan format atau buku perangkat administrasi yang meliputi buku inventaris, kartu stok, kartu permintaan/pemin-jaman alat/bahan, buku catatan harian, kartu alat/bahan yang ru-sak, kartu reparasi, dan format label (Depdikbud, 1999: 26). Buku lainnya yang dapat melengkapi perangkat administrasi antara lain daftar alat dan bahan yang sesuai dengan LKS, jadwal kegiatan lab, dan program semester kegiatan lab.

(a) Buku inventaris alat dan bahan

Buku inventaris alat dan bahan sebaiknya dibuat dari buku tulis folio yang diberi kolom-kolom, yaitu nomor katalog (dilihat dalam buku katalog alat pendidikan IPA, untuk mempermudah pengecekan), ukuran, nama alat/ba-han, merk/type, produsen (pabrik pem-buatnya), asal/tahun, tahun pengguna-an, jumlah, baik/rusak (jumlah masing-masing alat/bahan yang baik atau rusak).

(b) Kartu stok

Kartu stok berguna untuk me-ngetahui jumlah alat/bahan yang tersedia ketika diperlukan dan dapat mengetahui tempat penyimpanan alat/ bahan itu. Kartu ini dibuat dari sepo-tong kertas/karton dengan warna yang berbeda-beda untuk setiap kelompok alat. Satu kartu stok untuk satu jenis alat/bahan.

(c) Label

Label sebaiknya ditempelkan pada tempat penyimpanan alat/bahan (almari, laci, rak). Adanya label mempercepat pengambilan maupun pengembalian alat/bahan.

(d) Kartu/formulir permintaan/peminjaman alat/bahan

Kartu/formulir permintaan/pe-minjaman alat/bahan diisi oleh guru sebelum melakukan kegiatan lab sebagai pesanan alat/bahan yang dise-rahkan kepada laboran sekitar satu minggu sebelumnya, sehingga laboran memiliki waktu yang cukup untuk mem-persiapkannya.

(e) Buku catatan harian

Buku catatan harian bertujuan untuk mengetahui kejadian-kejadian selama berlang-sungnya kegiatan lab, seperti adanya alat yang rusak/hilang, percobaan yang gagal, se-hingga dapat digunakan sebagai dasar tindak lanjut penyelesaiannya. Buku ini diletakkan di lab dan harus diisi oleh setiap guru yang melakukan praktikum di lab dan sebulan sekali diperiksa Kepala Seko-lah.

(f) Kartu alat/bahan yang rusak

Kartu alat/bahan yang rusak diisi ketika terdapat alat atau bahan yang rusak, juga alat yang pecah bahkan yang retak. Kartu ini merupakan dasar untuk pemesanan alat/bahan yang harus dibeli di tahun pelajaran baru jika ada anggaran yang direncanakan.

(g) Kartu reparasi

Kartu reparasi digunakan untuk mencatat hal-hal yang berkaitan dengan alat yang direparasi. Melalui kartu ini dapat diketahui kapan terjadi kerusakan dan kapan direparasi, jenis kerusakan, dan komponen yang digan-ti/diperbaiki.

(h) Daftar alat/bahan yang sesuai de-ngan LKS

Daftar alat/bahan yang sesuai dengan LKS terdiri atas kolom-kolom jumlah alat/bahan yang diperlukan un-tuk setiap LKS dan jumlah yang terse-dia setiap tahun.Daftar ini mempermu-dah kita dalam mengetahui apakah suatu LKS dapat dilaksanakan/tidak dan metode apa yang diterapkan. Sebagai contoh, jika alat/bahan yang tersedia tidak mencukupi untuk sejumlah kelompok yang telah dibuat, maka lebih baik dilakukan demonstrasi. Daftar ini juga dapat digunakan seba-gai dasar untuk perencanaan anggaran belanja di waktu mendatang.

(i) Jadwal kegiatan laboratorium

Jadwal kegiatan laboratorium sebaiknya disesuaikan dengan jadwal pelajaran di kelas. Hal ini sesuai dengan fungsi praktikum, yaitu me-mantapkan pemahaman konsep yang diajarkan di kelas. Jangan sampai terjadi mata praktikum dengan materi yang diajarkan di kelas berbeda waktu terlalu jauh, karena itu berarti praktikum tidak efektif dalam membantu pemahaman konsep yang diajarkan di kelas. Bagi sekolah yang memiliki banyak kelas, jadwal prakti-kum harus dibuat sedemikian rupa agar tidak terjadi tumbukan antara kelas yang satu dengan yang lain. Penyusunan jadwal praktikum biasanya dilakukan oleh penanggung jawab teknis laboratorium.

(j) Program semester kegiatan labora-torium

Program semester kegiatan laboratorium dibuat masing-masing guru IPA-Fisika pada awal semester untuk menentukan kapan kegiatan praktikum akan dilakukan selama satu semester. Program ini berkaitan erat dengan jadwal penggunaan lab dan persiapan alat/bahan yang akan digunakan.

2)   Pengadaan Alat/Bahan Laboratorium

Untuk melengkapi atau mengganti alat/bahan IPA-Fisika yang rusak, hilang, atau habis dipakai diperlukan pengadaan. Sebelum pengusulan pengadaan alat/ba-han, maka perlu dipikirkan: (1) percobaan apa yang akan dilakukan, (2) alat/bahan apa yang akan dibeli (dengan spesifikasi jelas), (3) ada tidaknya dana/anggaran, (4) prosedur pembelian (lewat agen, langgan-an, beli sendiri), dan (5) pelaksanaan pembelian (biasanya awal tahun pelajaran baru) (Depdikbud, 1999: 32).

Prosedur pengadaan dimulai de-ngan penyusunan alat/bahan yang akan dibeli yang dikumpulkan dari usulan masing-masing guru IPA yang dikoordinasi oleh penanggung jawab lab. Sebelum pembelian, hendaknya ditentukan terlebih dahulu di toko atau perusahaan mana alat/bahan itu akan dibeli. Sebaiknya setiap sekolah telah membuat jalinan kerja sama dengan perusahaan atau toko alat dan bahan fisika tertentu, sehingga akan memperoleh harga yang relatif murah dan sewaktu-waktu memerlukan tambahan alat/bahan Fisika di luar jadwal pengadaan dapat dengan mudah dikontak dan disuplai.

Pengorganisasian (Organizing)

Organisasi laboratorium adalah suatu sistem kerja sama dari kelompok orang, barang, atau unit tertentu tentang laboratorium untuk mencapai tujuan (Sudaryanto, 1998: 5) Mengorganisasikan laboratorium berarti menyusun sekelompok orang/petugas dan sumber daya lain untuk melaksanakan suatu rencana atau program dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara yang berdaya guna terhadap laboratorium. Pengorganisasian laboratorium meliputi pengaturan dan pe-meliharaan alat-alat dan bahan-bahan la-boratorium, pengadaan alat-alat dan ba-han-bahan, dan menjaga kedisiplinan dan keselamatan laboratorium.

Orang-orang yang terlibat lang-sung dalam organisasi lab adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum, kepala laboratorium, penang-gung jawab teknis lab, laboran, dan guru-guru mapel IPA (Fisika, Kimia, Biologi). Tugas Kepala Sekolah adalah memberikan bimbingan, motivasi, pemantauan, dan evaluasi kepada seluruh staf yang terlibat dalam pengelolaan lab, menyediakan dana keperluan operasional lab. Dalam menja-lankan tugas ini dibantu oleh Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum yang juga bekerja sama dengan kepala lab dalam pelaksanaan kegiatan lab.

Tugas kepala lab adalah mengko-ordinasikan masing-masing guru mapel IPA segala hal yang berkaitan dengan pelak-sanaan kegiatan lab dan mengusulkan kepada penanggung jawab lab untuk pengadaan alat/bahan praktikum. Penanggung jawab teknis lab bertanggung jawab atas kelengkapan administrasi lab kelancaran kegiatan lab, mengusulkan kepada Kepala Sekolah tentang pengadaan alat/bahan lab, dan bertang-gung jawab atas kebersihan, penyimpanan, perawatan, dan perbaikan alat-alat lab. Tugas laboran adalah mengerjakan administrasi lab, mempersiapkan alat/bahan yang diperlu-kan untuk praktikum, dan bertanggung jawab atas kebersihan alat/bahan dan ruangan lab beserta perlengkapannya sebelum dan sesudah praktikum.

1) Penyimpanan Alat/Bahan Laboratorium Setelah Pemeliharaan

Penyimpanan masing-masing alat/ bahan tergantung pada keadaan dan su-sunan lab, serta fasilitas ruangan (terma-suk luas sempitnya lab). Alat/bahan yang sering digunakan sebaiknya diletakkan di almari yang dapat dibuka dan diambil sendiri oleh peserta didik, sehingga efisien waktu dan tenaga. Namun jika pertim-bangan keamanan dan kedisiplinan peserta didik diragukan, maka jumlah yang tersedia dibatasi.

Seringkali terjadi kerusakan alat-alat lab disebabkan salah menangani alat tersebut. Oleh karena itu sangat penting bagi guru sebelum praktikum diadakan dilakukan asistensi, yaitu kegiatan penge-nalan mulai dari pengenalan alat/bahan yang akan digunakan dalam praktikum, baik fungsi dan cara penggunaannya, sampai pada mata praktikum yang akan diljalani untuk kurun waktu satu semester dengan penjelasan garis besarnya, serta bagaimana cara berpraktikum yang baik, tata tertib praktikum, dan format penyusunan laporan praktikum. Dengan demikian peserta didik memperoleh bekal yang cukup untuk bekerja di laboratorium.

2) Disiplin di Laboratorium

Berkaitan dengan disiplin di laboratorium, maka peserta didik sebelum beraktivitas (praktikum) di laboratorium perlu mengetahui tata tertib yang harus ditaati ketika bekerja di lab. Namun demikian, disiplin yang diterapkan di laboratorium hendaknya tidak terlalu kaku dalam beberapa hal yang tidak berbahaya, misalnya larangan berbicara ketika berpraktikum. Jika memang peserta didik ingin mendiskusikan dengan temannya karena ada hasil percobaan yang tidak sesuai dengan teori, maka perlu diberi kelonggaran agar mereka menemukan penyebab kegagalannya dengan segera.

Pelanggaran terhadap tata tertib yang berlaku perlu diberikan sanksi, mulai dari peringatan secara halus, peringatan keras, sampai pada pelarangan mengikuti praktikum maupun mengikuti pelajaran di sekolah (scorsing). Selain tata tertib untuk peserta didik, juga ada peraturan semacam tata tertib untuk guru. Sebenarnya tata tertib untuk peserta didik sebagian juga berlaku untuk guru, seperti larangan makan dan minum di lab, merokok. Tata tertib dan peraturan tersebut dibuat oleh kepala lab beserta guru-guru mapel IPA.

Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting, karena tanpa pelaksanaan terhadap apa yang telah direncanakan dan diorgani-sasikan tidak akan pernah menjadi ke-nyataan.

Kegiatan laboratorium IPA-Fisika diartikan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan pengamatan atau percobaan yang menunjang kegiatan belajar-mengajar IPA-Fisika. Untuk melaksanakan kegiatan labo-ratorium IPA-Fisika perlu perencanaan secara sistematis agar dicapai tujuan pembelajaran secara optimal (Depdikbud, 1999: 13).

Adapun langkah-langkah pelaksa-naan kegiatan laboratorium IPA-Fisika adalah:

1) Setiap guru IPA pada awal semes-ter/tahun pelajaran baru sebaiknya menyusun program semester/tahunan sesuai kegiatan lab yang ditanda-tangani Kepala Sekolah. Tujuan penyu-sunan program ini adalah meng-identifikasi kebutuhan alat/bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan praktikum selama satu semester/tahunan dan menyusun jadwal bagi penanggung jawab teknis untuk ketiga mapel (Fisika, Kimia, Biologi) agar tidak terjadi tumbukan dalam pemakaian lab. Selain itu berguna untuk keperluan supervisi/pengawasan bagi Kepala Sekolah.

2) Setiap akan melaksanakan praktikum, setiap guru sebaiknya mengisi format permintaan/peminjaman alat/bahan yang kemudian diserahkan kepada laboran minimal seminggu sebelum pe-laksanaan, sehingga laboran secara di-ni dapat mempersiapkan dan menge-cek ada tidaknya alat/bahan yang dibutuhkan.

3) Setelah kegiatan lab selesai sebaiknya guru mengisi buku harian untuk mengetahui kejadian-kejadian selama kegiatan lab serta untuk keperluan supervisi.

4) Alat/bahan yang telah selesai digunakan segera dibersihkan dan disimpan kembali di tempat semula.

Penilaian dari aspek afektif dapat dilakukan guru dengan menggunakan lembar observasi khusus yang telah dipersiapkan guru yang berisi nilai-nilai atau sikap yang harus dimiliki oleh seorang praktikan, seperti kejujuran menulis data percobaan, kebersihan, dan teliti dalam pengamatan. Pada kenyataannya, sebagian besar guru tidak mempersiapkan lembar observasi ini, sehingga penilaian aspek afektif ini hanya ditinjau secara sepintas yang kemudian disimpulkan sebagai nilai afektif, baik dinyatakan sebagai kedisiplinan/ketelitian.

Secara umum, dalam praktikum guru terutama menilai keterampilan peser-ta didik dalam menggunakan alat/bahan, ketepatan, baik dalam hal ketepatan pemilihan alat, pengambilan data yang tepat, pengendalian variabel, perumusan hipotesis dan pengujian-nya, serta penyim-pulan berdasarkan data yang diperoleh, dan ketelitian yang sangat menentukan keberhasilan praktikum yang berupa pembuktian kebenaran suatu konsep (Rat-na Wilis Dahar, 1986: 5.22).

Pengawasan (Controlling)

Pengawasan atau sering disebut pula supervisi ditentukan oleh apa yang telah dilakukan, yaitu evaluasi terhadap tindakan dan bila perlu menggunakan pengukuran koreksi sehingga tindakan tersebut sesuai dengan rencana (Terry, 1977: 481). Proses pengawasan terdiri atas beberapa tindakan pokok, yaitu: (1) penentuan ukuran/pedoman baku sebagai pembanding/alat ukur untuk menjawab pertanyaan dari hasil pelaksanaan, (2) penilaian/pengukuran terhadap tugas yang sudah atau yang sedang dikerjakan, baik secara lisan maupun tertulis, atau pertemuan langsung dengan petugas, (3) perbandingan antara pelaksanaan pekerja-an dengan ukuran/pedoman yang telah ditetapkan untuk mengetahui penyimpang-an/perbedaan yang terjadi dan perlu tidaknya perbaikan, (4) perbaikan terhadap penyimpangan yang terjadi agar pekerjaan sesuai dengan apa yang direncanakan.

Ada beberapa prinsip dasar peng-awasan yang harus diterapkan agar manajemen laboratorium menjadi baik, yaitu:

1) Pengawasan bersifat membimbing dan membantu mengatasi kesulitan dan bukan mencari kesalahan. Kepala Sekolah harus menfokuskan perhatian pada usaha mengatasi hambatan yang dihadapi guru, bukan sekedar mencari kesalahan. Kekeliruan guru harus disampaikan Kepala Sekolah sendiri dan tidak di depan orang lain.

2) Bantuan dan bimbingan diberikan seca-ra tidak langsung, artinya diupayakan agar yang bersangkutan mampu meng-atasi sendiri, sedangkan Kepala Seko-lah hanya membantu. Hal ini penting untuk menumbuhkan kepercayaan diri yang pada akhirnya menumbuhkan motivasi kerja yang lebih baik.

3) Balikan atau saran perlu segera diberikan, agar yang bersangkutan dapat memahami dengan jelas keterkaitan antara balikan dan saran tersebut dengan kondisi yang dihadapi. Dalam memberikan balikan sebaiknya dalam bentuk diskusi, sehingga terjadi pembahasan terhadap masalah yang terjadi secara bersama.

4) Pengawasan dilakukan secara perio-dik/berkala, artinya tidak menunggu sampai terjadi hambatan. Jika tidak ada hambatan, kehadiran Kepala Sekolah akan dapat menumbuhkan du-kungan moral bagi guru yang sedang mengerjakan tugas.

5) Pengawasan dilaksanakan dalam sua-sana kemitraan, agar guru dengan mudah dan tanpa takut menyampaikan hambatan yang dihadapi, sehingga dapat segera dicari jalan keluarnya. Suasana kemitraan juga akan menumbuhkan hubungan kerja yang harmonis, sehingga tercipta tim kerja yang kompak.

PENUTUP

Dengan jumlah SMA/SMK yang demikian besar, tugas Pemerintah untuk memberikan pendidikan dan menyediakan sarana prasarana sekolah yang lengkap menjadi sangat berat. Dalam kondisi yang demikian, maka sudah sewajarnya kita tidak berpikir untuk selalu mengharap uluran tangan dari Pemerintah bila ingin memajukan anak didik kita, tetapi lebih berpikir bagaimana dengan kondisi yang serba sederhana dan cenderung terbatas sarana prasarana ini kita dapat menyikapi dengan bijak. Apapun fasilitas, sara-na/prasarana laboratorium yang dimiliki sekolah kita harus disyukuri dan dijaga dengan baik melalui manajemen laborato-rium yang benar dan baik.

Semoga profesi guru yang sudah menjadi profesi pilihan secara profesional yang terkait dengan manajemen labora-torium IPA – Fisika ini dapat membuahkan prestasi kerja yang maksimal. Oleh karena itu sekolah yang berfungsi sebagai ajang kreatifitas dan wahana pembelajaran yang efektif ini dapat menjadikan seluruh warga sekolah berkompeten dan mandiri.

DAFTAR ISI

Anni, Catharina Tn. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Semarang Press.

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SMP, SMA, SMK. Bandung: CV. Yrama Widya

Arikunto, Suharsirni, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Anikunto, Suharsjmj. 2002. Prosedur Peneliilan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rinekacipta..

Bermawi. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: 1KW Press.

Depdikbud.2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional.2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Djamarah, S. B. & Zain, A. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, Saiful B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.