ANALISIS GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK

PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V SD NEGERI BOLO DEMAK

 

Rina Widyaningrum

Mahasiswa PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Semarang

Eka Sari Setianingsih

Qoriati Mushafanah

Dosen Universitas PGRI Semarang

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gaya belajar peserta didik saat pelajaran IPS kelas V di SD Negeri Bolo Demak. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, angket, dokumentasi dan triangulasi teknik. Analisis data melalui proses data reduction, data display, dan verification. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.Hasil penelitian gaya belajar peserta didik, peneliti pada saat penelitian menyebarkan angket gaya belajar peserta didik dengan jumlah peserta didik 34, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan pengisian angket gaya belajar peserta didik dapat disimpulkan gaya belajar peserta didik kelas V SD Negeri Bolo Demak pada mata pelajaran IPS terdapat 47% yang berarti 16 peserta didik memiliki gaya belajar visual, selanjutnya 32% yang berarti 11 peserta didik memiliki gaya belajar auditorial dan 21% yang berarti 7 peserta didik memiliki gaya belajar kinestetik. Dari hasil angket dengan pertanyaan berjumlah 25 tersebut, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa gaya belajar yang dominan saat pelajaran IPS oleh peserta didik kelas V di SDN Bolo Demak adalah gaya belajar visual yaitu gaya belajar dengan cara melihat sehingga mata memegang peranan penting.

Kata kunci: Gaya Belajar, Peserta Didik

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the learning styles of students during the fifth grade social studies lesson at SD Negeri Bolo Demak. The approach used is a descriptive qualitative approach. Data collection techniques in this study used observation, interviews, questionnaires, documentation and triangulation techniques. Data analysis through data reduction, display data, and verification processes. The sampling technique used purposive sampling. The results of the study of student learning styles, the researcher at the time of the study distributed a questionnaire for the learning styles of students with a number of 34 students.The results of this study indicate that based on filling out the questionnaire on the learning styles of students, it can be concluded that the learning styles of the fifth grade students of SD Negeri Bolo Demak on the subject There are 47% social studies, which means 16 students have a visual learning style, then 32%, which means 11 students have an auditory learning style and 21%, which means 7 students have a kinesthetic learning style. From the results of the questionnaire with 25 questions, the researcher can conclude that the dominant learning style during social studies lessons by grade V students at SDN Bolo Demak is a visual learning style, namely a learning style by seeing so that the eyes play an important role.

Keywords: Learning style, learners

 

 

 

PENDAHULUAN

Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan sebuah kegiatan untuk membentuk manusia yang berkarakter dan berkepribadian mulia. Mewujudkan tujuan tersebut perlu adanya sebuah proses pendidikan melalui tindakan perubahan pada sifat manusia. Tindakan tersebut dapat dilakukan melalui pembelajaran. Pembelajaran akan menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan yang baik dapat dilakukan secara terus menerus yang akan membentuk sebuah perubahan dalam diri manusia. Perubahan yang terjadi termasuk salah satu hasil dari adanya proses belajar. Menurut (Eka Sari Setianingsih, 2016) Pada praktiknya proses pendidikan dan belajar siswa tidak pernah berjalan lancar, selalu ada permasalahan. Permasalahan belajar siswa sangatlah kompleks dan bervariasi mulai dari berbohong, pergi tanpa izin, mencuri, menyontek, kedisiplinan belajar rendah, motivasi belajar rendah, masalah penyesuaian diri, kesulitan mengikuti pelajaran, prestasi belajar rendah, tidak serta merta diakibatkan oleh siswa yang bodoh melainkan disebabkan oleh sikap dan cara belajar yang salah. Salah satu penyebab cara belajar yang salah yaitu karena peserta didik kurang mengetahui dan memahami gaya belajar yang tepat dan sesuai dengan kemampuannya selama ini.

Belajar merupakan suatu proses perubahan yang cenderung menetap dan merupakan hasil dari pengalaman, serta tidak termasuk perubahan fisiologis, namun perubahan psikologis yang berupa perilaku. Belajar menjadi kewajiban dan kebutuhan seorang pelajar. Setiap individu memiliki cara belajar masing-masing sesuai dengan strategi yang dimiliki oleh individu tersebut. Peserta didik mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda saat proses pembelajaran di kelas. Sikap-sikap yang mereka tunjukkan saat proses pembelajaran berlangsung sudah memperlihatkan ciri-ciri gaya belajar yang selama ini dilakukan. Setiap gaya belajar yang peserta didik terapkan pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pernyataan tersebut sesuai dengan kenyataan yang diamati oleh peneliti saat observasi di SD N Bolo Demak. Pada umumnya banyak Guru yang masih belum paham mengenai gaya belajar yang digunakan oleh peserta didiknya, terkhusus pada mata pelajaran IPS yang outputnya dapat mencerminkan jiwa sosial peserta didik. Peserta didik saat ini jiwa sosialnya kurang, hal ini dapat dilihat berimbas pada sikap peserta didik saat berada di kelas dan di masyarakat. Selain itu, kurang tepat dalam memilih gaya belajar yang sesuai dengan pribadi masing-masing peserta didik juga akan menyulitkan peserta didik dalam mencapai hasil belajar yang maksimal.

Peserta didik di sekolah dasar belum tentu semua dapat memahami gaya belajar, terdapat karakteristik peserta didik yang memungkinkan untuk mengetahui dan memahami gaya belajar yang digunakan pada saat belajar. Perkembangan mental pada anak sekolah dasar, yang paling menonjol adalah perkembangan intelektual, bahasa, sosial, emosi, dan moral keagamaan.Salah satu rincian perkembangan di atas adalah perkembangan sosial.

Perkembangan sosial berkenaan dengan bagaimana anak berinteraksi sosial. Perkembangan sosial sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral keagamaan. Perkembangan sosial sebagai sequence dari perubahan yang berkesinambungan dalam perilaku individu untuk menjadi makhluk sosial yang dewasa. Proses perkembangan sosial berlangsung secara berirama. Pada masa anak sekolah masuk pada masa objektif, dimana perkembangan sosial pada anak-anak sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di samping dengan keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas. Pada anak usia sekolah mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap bekerja sama (kooperatif), dan sikap peduli atau mau memerhatikan kepentingan orang lain (sosiosentris) (Charlotte Buhler dalam Ahmad Susanto, 2013:74-75).

Perkembangan kognitif peserta didik yang dikemukakan oleh (Piaget dalam Ahmad Susanto, 2013:77) yang menyatakan bahwa setiap tahapan perkembangan kognitif tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda yang secara garis besarnya dikelompokkan kepada empat tahap, yaitu: tahap sensori motor, tahap praoperasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal.

Penelitian ini mengambil subyek peserta didik kelas V sesuai dengan tahap yang dikelompokkan oleh Piaget yaitu kelas V berada ditahap operasional konkret (usia 7-11 tahun), pada tahap ini peserta didik sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dna jumlah, mempunyai kemampuan memahami cara mengombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya. Selain itu, peserta didik sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret.

Mata pelajaran di sekolah dasar sekarang menerapkan mempelajaran tematik, namun penilaian yang muncul tetap per mata pelajaran. Mata pelajaran yang akan peneliti gunakan dalam penelitian adalah mata pelajaran IPS.Ilmu pengetahuan sosial, yang sering disingkat dengan IPS, adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah. Cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yaitu: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.

IPS di sekolah pada dasarnya bertujuan mempersiapkan peserta didik sebagai warga negara yang baik (good citizenship). Sebagai warga negara yang baik, peserta didik harus menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitude dan values) yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah pribadi maupun sosial serta dapat mengambil keputusan untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat di tingkat lokal, regional, maupun global. Tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari- hari baik yang menimpa diri sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Menurut (Qoriati Mushafanah, 2014) Kondisi pendidikan IPS di Indonesia, lebih diwarnai oleh pendekatan yang lebih menitikberatkan pada model belajar konvensional seperti ceramah, sehingga kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Suasana belajar seperti itu, semakin menjauhkan peran pendidikan IPS dalam upaya mempersiapkan warga negara yang baik dan bermasyarakat.

Fenomena yang peneliti dapatkan saat observasi memperlihatkan bahwa setiap peserta didik memiliki sikap dan tindakan yang berbeda-beda saat menerima pembelajaran dari Guru. Terutama pada mata pelajaran IPS, Guru masih menggunakan metode ceramah yang monoton, sehingga Peserta didik kurang tertarik dalam proses pembelajaran. Peserta didik ada yang fokus mendengarkan, ada yang fokus mengamati tindakan Guru, dan ada pula yang aktif bergerak bahkan sampai berbicara sendiri dengan temannya. Hal semacam ini menjadikan proses pembelajaran kurang kondusif dan peserta didik kurang memahami gaya belajar yang sesuai dengan kebiasaannya saat menerima pembelajaran.

Jadi, dengan adanya berbagai permasalahan yang terjadi, sehingga menyebabakan kurang pahamnya peserta didik dalam menerapkan gaya belajar saat proses pembelajaran, peneliti bermaksud untuk meneliti gaya belajar yang sesuai dengan sikap dan tindakanpeserta didik saat proses pembelajaran dengan harapan peserta didik mengetahui gaya belajarnya dan dapat mempermudah peserta didik saat belajar dan mengikuti proses pembelajaran di kelas.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gaya belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS kelas V di SD Negeri Bolo Demak.

Harapan peneliti dengan adanya penelitian ini, peserta didik menjadi tahu gaya belajar yang ia terapkan selama ini saat proses pembelajaran berlangsung, selain itu harapannya dengan mengetahui gaya belajar peserta didik, Guru lebih mudah dalam menyampaikan materi pelajaran, terkhusus pada mata pelajaran IPS.

KAJIAN PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “ berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.Disini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya.Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.Belajar atau learning merupakan fokus utama dalam psikologi pendidikan. Belajar merupakan sebuah proses untuk melakukan perubahan perilaku seseorang, baik lahiriah maupun batiniah (Gufron & Risnawita, 2014: 4).

Ghufron & Risnawati (2014: 42) mengatakan “gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana individu belajar atau cara yang ditempuh oleh masing-masing orang untuk berkonsentrasi pada proses, dan menguasai informasi yang sulit dan baru melalui persepsi yang berbeda”

Tipe gaya belajar ada tiga, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik. (Bobbi Deporter, 2010: 123). Menurut Rusman (2015: 42) “gaya belajar visual adalah gaya belajar dimana gagasan, konsep, data dan informasi lainnya di kemas dalam bentuk gambar”

Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar dimana anak lebih mudah menangkap infomrasi atau pengetahuan melalui cara mendengar (alat indra telinga). Anak dengan gaya belajar auditif lebih menyukai pembelajaran dengan metode atau model mendengarkan (diskusi, tanya jawab, ceramah, dll).

Gaya belajar kinestetik yaitu belajar dengan cara melakukan, menyentuh, merasa, bergerak dan mengalami. Anak dengan gaya belajar kinestetik akan lebih bersemangat untuk melakukan sesuatu. Jadi, anak seperti ini akan lebih mudah menangkap informasi melalui belajar dengan melakukan secara langsung. Contohnya praktik.

Hasil penelitian relevan yaitu Analisis Gaya Belajar Ditinjau Dari Hasil Belajar Siswa, peneliti pada saat penelitian mengikuti dan mengobservasi kegiatan belajar mengajar yang ada di Kelas V, hasil angket terdapat beberapa hasil gaya belajar yang ada di SDN Pagersari I adalah yang gaya belajar visual sebanyak 14 siswa, gaya belajar auditori 6 siswa dan gaya belajar kinestetik 5 siswa. Dari hasil angket dengan pertanyaan berjumlah 25 tersebut, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa gaya belajar yang dimiliki oleh siswa Kelas V di SDN Pagersari I adalah gaya belajar visual yaitu gaya belajar dengan cara melihat sehingga mata memegang peranan penting. Sehingga peneliti dapat mengambil dua sampel dari siswa Kelas V yang memiliki gaya belajar visual yang sama dengan peneliti mengambil sampel dari nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan nilai di atas KKM. (Frita Devi Asriyanti, Lilis Arinatul Janah, 2018)

Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi observasi, pemberian angket, wawancara dan analisis hasil wawancara. Pada tes angket yang diberikan kepada peserta didik yaitu guna menggolongkan setiap masing-masing peserta didik sesuai indikator pada gaya belajar peserta didik, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Setelah proses analisis ini dilakukan sesuai kelompok, kemudian diambil dua sampel pada setiap indikator untuk kemudian diadakan wawancara tentang pemahaman gaya belajar yang telah diisi dalam angket gaya belajar.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Tempat penelitian di rumah peserta didik kelas V SD Negeri Bolo Demak, tanggal pada hari Senin 8 Juni sampai hari Rabu 17 Juni 2020,. Sumber data dari jurnal, buku, peserta didik, orang tua dan Guru di kelas V SD Negeri Bolo Demak.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, angket.dokumentasi dan triangulasi teknik. Pengisian angket gaya belajar secara online melalui google form.Teknik pengambilan sampel untuk wawancara menggunakan purposive sampling.Analisis data melalui proses data reduction, data display, dan verification.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian gaya belajar peserta didik adalah pada saat penelitian, peneliti menyebarkan angket gaya belajar melalui link google form pada kelas V SDN Bolo Demak dengan jumlah 34 peserta didik, saat penelitian, hasil pengisian angket gaya belajar terdapat beberapa hasil gaya belajar yang ada di SDN Bolo Demak saat pelajaran IPS.

Hasil gaya belajar visual sebanyak 47% yang berarti 16 peserta didik dengan gaya belajar visual, gaya belajar auditorial 32% yang berarti 11 peserta didik dengan gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik 21% yang berrati 7 peserta didik dengan gaya belajar kinestetik. Dari hasil angket dengan pertanyaan berjumlah 25 tersebut, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa gaya belajar yang dominan saat belajar IPS di SDN Bolo Demak adalah gaya belajar visual yaitu gaya belajar dengan cara melihat sehingga mata memegang peranan penting. Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat sehingga mata memegang peranan penting (DePorter Hernacki, 2016). Gaya belajar secara visual dilakukan seorang untuk memperoleh informasi seperti gambar, diagram, peta, poster, grafik, dan sebagainya.Selain itu, bisa juga dengan melihat data teks seperti tulisan dan huruf.

Hasil lebih diperdalam lagi dengan diadakan wawancara terhadap peserta didik, orang tua, dan Guru kelas V, dua peserta didik yang memiliki gaya belajar visual dan dua oraag tua, dua peseta didik dengan gaya belajar auditorial dan dua orang tua, dua peserta didik gaya belajar kinestetik dan dua orang tua, serta Guru kelas V SDN Bolo Demak, guna mendapatkan data yang lebih akurat dan terpercaya. Dari hasil wawancara didapatkan data peserta didik dengan gaya belajar visual dan gaya belajar auditorial memiliki sikap sosial yang baik, sedangkan peserta didik dengan gaya belajar kinestetik memiliki sikap sosial yang cukup baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar yang banyak digunakan oleh peserta didik SDN Bolo Demak saat pelajaran IPSadalah gaya belajar visual dengan jumlah 16 peserta didik, gaya belajar auditorial 11 peserta didik dan gaya belajar kinestetik 7peserta didik. Karakteristik peserta didik dengan gaya belajar visual lebih mengandalkan pada penglihatannya serta cenderung rapi dan teratur memiliki sikap sosial baik, peserta didik dengan gaya belajar auditorial cenderung belajar dengan mengandalkan pendengarannya, lebih suka mendengarkan daripada melihat dan memiliki sikap sosial baik, peserta didik dengan gaya belajar kinestetik lebih aktif pada gerak fisik dan suka belajar dengan praktik secara langsung serta memiliki sikap sosial cukup baik. Data hasil gaya belajar peserta didik didapatkan melalui observasi, angket wawancara dan dokumentasi.

Saran dengan adanya penelitian ini peserta didik diharapkan mampu menjadikan penelitian ini sebagai motivasi dalam proses belajar dan acuan untuk mengetahui gaya belajar yang diterapkan agar dapat meningkatkan kebiasaan belajar dan hasil belajar peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asriyanti, Frita Devi dan Lilis Arinatul Janah. 2018. Analisis Gaya Belajar Ditinjau Dari Hasil Belajar Siswa. Artikel.Http://Journal2.Um.Ac.Id/Index.Php/Jktpk/Article/View/5021.(diakses pada tanggal 15 Oktober 2019).

Cholifah, Tety Nur. 2018. Analisis Gaya Belajar Siswa untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Artikel.

http://jom.untidar.ac.id/index.php/ijnse/article/view/273. (diakses pada tanggal 15 Oktober 2019)

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:2003

DePorter, Bobbi, ddk. 2010. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di ruang-ruang Kelas. Bandung: Kaifa.

Gufron Nur dan Rini Risnawati. 2014. Gaya Belajar Kajian Teoretik. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

Hamruni. 2009. Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif-Menyenangkan. Yogyakarta.Fakultas Tarbiyah UIN Sunan kalijaga.

Mardiana, dkk.2014. Analisis Gaya Belajar Siswa SD Negeri 006 Tanjung Medan.Artikel.https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFKIP/article/view/5656/5532. (diakses pada tanggal 15 Oktober 2019)

Md. Nijairul Islam. 2019. Learning Styles: Diverse Avenues to Learning. Artikel.http://www.indusedu.org/pdfs/IJREISS/IJREISS_2609_75966.pdf. (diakses pada tanggal 2 Desember 2019).

Moleong, J. Lexy. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Mushafanah, Qoriati. 2014. Keefektifan Model Inkuiri Ditinjau dari Sikap Sosial Siswa Dalam Pembelajaran IPS. Artikel.

http://prosiding.upgris.ac.id/index.php/pgsd/pgsd/paper/viewFile/325/277. (diakses pada tanggal 23 Juni 2020).

Setianingsih, E. S. 2016. Peranan Bimbingan dan Konseling Dalam Memberikan Layanan Bimbingan Belajar di SD. MALIH PEDDAS Majalah Ilmiah Pendidikan Dasar,6(1).http://journal.upgris.ac.id/index.php/malihpeddas/article/view/1120/1000. (diakses pada tanggal 23 Juni 2020)

Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

Sugiyono.2017.Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif. Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Susanto Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: PRENAMEDIA GROUP.