Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Menggunakan Model Problem Solving
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING SISWA SD NEGERI KLAMPOK LOR
Anggit Saputri Pamungkas
Sunan Baedowi
Sukamto
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Univeristas PGRI Semarang
ABSTRAK
Latar belakang penelitian adalah tidaklah mudah untuk merubah cara berpikir kritis siswa, ketika siswa diberikan soal baru yang berbeda dengan apa yang sudah dicontohkan oleh guru, mereka mengalami kesulitan. Siswa cenderung terpaku dengan soal yang hanya diberikan oleh guru. Oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui bagaimana berpikir kritis siswa ketika menggunakan pembelajaran problem solving dalam soal cerita matematika materi kubus dan balok di SD Negeri Klampok Lor.Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatatif dengan mengambil tiga sampel yaitu subjek kemampuan berpikir kritis tinggi, subjek kemampuan berpikir kritis sedang, dan subjek kemampuan berpikir kritis rendah. Untuk mengetahui kemmapuan siswa, peneliti menggunakan tes tertulis dan tes wawancara. Siswa dikatakan kritis apabila tes wawancara sesuai dengan tes tertulis.Berdasarkan hasil analisis data setelah dideskripsikan, maka ditemukan Subyek Tinggi dalam kemampuan berpikir kritis ditinjau dari Problem Solving sebagai berikut: (a) telah memahami masalah dengan sangat baik, (b) telah menetukan rencana strategi pemecahan masalah dengan baik, (c) telah menyelesaikan strategi penyelesaian masalah dengan baik, (d) telah memeriksa kembali jawaban yang diperoleh dengan baik. Subyek sedang dalam kemampuan berpikir kritis ditinjau dari Problem Solving sebagai berikut: (a) telah memahami masalah dengan sangat baik, (b) telah menentukan rencana strategi pemecahan masalah dengan baik, (c) tlah menyelesaikan strategi penyelesaian masalah dengan cukup, (d) telah memeriksa kembali jawaban. Subyek rendah dalam kemampuan berpikir kritis ditinjau dari Problem Solving sebagai berikut: (a) telah memahami masalah dengan baik, (b) telah menentukan rencana strategi pemecahan maslaah dengan cukup, (c)telah menyelesaikan strategi penyelsaian masalah tetapi kurang, (d) tidak memeriksa kembali jawaban.Berdasarkan hasil penelitian ini saran yang dapat disampaikan adalah supaya model pembelajaran Problem Solving dapat digunakan sebagai salah satu alternative guru dalam mengajar.
Kata kunci: Analisis, Berpikir Kritis, Problem Solving
ABSTRAK
The background that encourages researchers to conduct this research is that it is not easy to change students’ critical thinking, when students are given new questions that are different from what has been exemplified by the teacher, they experience difficulties. Student tend to be fixated on questions that are only given by the teacher. Therefore, the researcher wanted to know how students think critically when using problem solving learning in math problems with the material of cubes and blocks at SD Negeri Klampok Lor. This type of research is qualitative research by taking three samples, namely the subject of high critical thingking skills, the subject of critical thingking skills. Moderate, and the subject has low critical thingking skills. To find out the students’abilities, researchers used written tests and interview test is in accordance with the written test. Based on the result of data analysis after being described, it is found that High Subjects in critical thingking skills in terms of problem solving are as follows: (a) have understood the problem very well, (b) have determined a strategic plan well, (c) has completed the problem solving strategy sufficiently, (d) has recheck answers Subject are low in critical thingking skills in terms of problem solving as follow: (a) have understood the problem well, (b) have determined the problem-solving strategy plam sufficiently, (c) have completed the problem solving strategy but are lacking, (d) do not check Based on the results of this study, the suggestion that can be conveyed is that the Problem Solving Learning model can be used as an alternative teacher in teaching.
Keyword: Analysis, Critical Thingking, Problem Solving
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Salah satunya yaitu pendidikan yang berkualitas akan menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan berguna dalam memajukan suatu bangsa.
Matematika adalah mata pelajaran yang wajib ada di setiap jenjang pendidikan mulai dari SD hingga SMA. Matematika adalah mata pelajaran yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya disekolah, tetapi setiap saat akan berhubungan dengan matematika. Namun, bagi sebagian besar siswa matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan merasa kurang tertarik terhadap mata pelajaran matematika. Hal ini bisa jadi sebabkan karena metode, pendekatan atau penggunaan model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika.
Berpikir kritis adalah kemampuan kognitif seseorang untuk melakukan pengambilan kesimpulan secara logis dan disertai bukti yang kuat. Siswa dianggap memiliki kemampuan berpikir kritis adalah siswa yang mampu melakukan pemehaman, analisis pemecahan masalah, dan memikirkan strategi dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa siswa harus dilatih agar memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik. Untuk mendapatkan kemampuan berpikir kritis yang baik perlulah dilakukan sebuah latihan agar siswa dapat terus mengasah kemampuan berpikirnya. (Yaumi dalam Wahyuni, 2017)
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran matematika tidak hanya dipengaruhi dari kemampuan siswa sendiri namun didukung oleh faktor guru dan model pembelajaran yang digunakan di dalam kelas. Seorang guru perlu membuat proses pembelajaran matematika yang menuntut siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Pemilihan dan penggunaaan model pembelajaran yang tepat dapat menjadi faktor keberhasilan pembentukan kemampuan berpikir kritis siswa. dengan model pembelajaran yang yang diterapkan diharapkan mampu membentuk dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat memfasilitasi proses berpikir kritis siswa adalah model pembelajaran Problem Solving (Purwati,dkk, 2016: 85)
Model Pembelajaran Problem Solving adalah model pembelajaran yang melakuakan pemusatan dalam pengajaran dan ketrampilan pemecahan masalah yang diikuti oleh penguatan ketrampilan. Oleh karena itu model Problem Solving sangat dibutuhkan aspek kreatif untuk mencari gagasan ide guna memilih solusi yang optimal dan terbaik (Purwati,dkk, 2016: 85)
Dalam kemapuan pemecahan masalah matematika diperlukan kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan tersebut termasuk dalam ketrampilan berpikir tingkat tinggi. Ketrampilan berpikir tingkat tinggi sangat penting bagi perkembangan mental dan perubahan pola pikir siswa. proses berpikir dalam pemecahan masalah baik dalam konteks dunia nyata maupun konteks matematika, Salah satu solusi dengan membiasakan siswa mengerjakan soal dan menggunakan soal berbasis masalah dalam pembelajaran matematika. Guna mengupayakan pembelajaran yang aktif, kreatif, atraktif, edukatif, menyenangkan, dan bermakna dengan menggunakan salah satu model Pembelajaran Problem Solving. Model tersebut dapat digunakan untuk menyelidiki dan memahami isi/konsep matematika. Model Problem Solving itu sendiri merupakan cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Proses pembelajaran matematika yang menyenangkan harus menjadi prioritas utama untuk mewujudkan tujuan pembelajaran matematika, dan dibiasakan untuk menyelesaikan soal berpikir ktitis.
Berdasarkan latar belakang dia atas, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai kemampuan berpikir kritis siswa SD menggunakan model problem solving yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpiki Kritis dalam Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Problem Solving Siswa SD Negeri Klampok Lor”.
KAJIAN PUSTAKA
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian (Suyono dan Hariyanto, 2011:9). Menurut Hilgard (1962) dalam Suyono dan Haryanto (2011:12), belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku berubah karena adanya respon terhadap situasi. Berpikir adalah suatu kegiatan melibatkan seluruh pribadi manusia dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran dan mempunyai wawasan tentang obyek tersebut. Berpikir juga berarti berjerih payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau memecahkan masalah dari sesuatu yang dihadapi. Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau kognitif.Belajar dan berpikir merupakan hal yang sangat berkaitan, tanpa adanya berpikir proses belajar tidak akan berjalan maksimal dan tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran. Belajar adalah suatu aktivitas atau kegiatan untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki sikap karena adamya interaksi aktif dalam suatu lingkungan. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut diperlukan proses berpikir untuk mendapatkan pemahaman tentang sesuatu atau solusi dari masalah yang dihadapi sehingga muncullah suatu ide atau opini mengenai suatu hal.
Berpikir kritis adalah sebuah proses dalam menggunakan keterampilan berpikir secara efektif untuk membantu seseorang membuat sesuatu, mengevaluasi, dan mengaplikasikan keputusan sesuai dengan apa yang dipercaya atau dilakukan. Beberapa ketrampilan berpikir yang berkaitan dengan berpikir kritis adalah membandingkan, membedakan, memperkirakan, manarik kesimpulan, mempengaruhi, generalisasi, spesialisasi, mengkalisifikasi, mengelompokkan, mengurutkan, memprediksi, memvalidasi, membuktikan, menghubungkan, menganalisis, mengevaluasi, dan membuat pola (Siswono, 2018: 7). Helpern dalam Siswono (2018: 8) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu istilah yang luas dengan mendiskripsikan penalaran dalam suatu cara terbuka (open-ended) dan dengan jumlah solusi yang tak terbatas yang melibatkan kontruksi suatu situasi dan bantuan penalaran yang menrah pada suatu kesimpulan.
Beberapa pakar ahli seperti Hanlie Murray, Alwyn Olivier, dan Piet Human (1998 dalam Miftahul Huda, 2013: 273-274) menjelaskan bahwa pembelalajaran menyelesaikan masalah Problem Solving merupakan salah satu dasar teoritis dari berbagai strategi pembelajaran yang menjadikan masalah (problem) sebagai isu utamanya, termasuk juga PBL (Problem-Based Learning) dan PPL (Problem-Possing Learning). Akan tetapi, dalam praktiknya, Problem Solving lebih banyak diterapkan untuk pelajaran matematika. Menurut mereka, pembelajaran muncul ketika siswa bergumul dengan masalah-masalah yang tidak ada metode rutin untuk menyelesaikan masalah. Dengan demikian harus disajikan pertama kali sebelum metode solusinya diajarkan. Guru seharusnya tidak terlalu ikut campur ketika siswa sedang mencoba menyelesaikan masalah. Malahan, guru sebaiknya mendorong siswa untuk membandingkan metode-metode satu sama lain, mendiskusikan masalah tersebut dan seterusnya. Model pembelajaran Problem Solving mengahadapkan siswa pada permasalahan yang membangkitkan rasa keingintahuan untuk melakukan penyelesaian masalah, selain itu siswa dipusatkan pada cara menghadapi masalah dengan langkah penyelesaian yang sistematis. Model Problem Solving adalah model pembelajaran yang mengajarkan penyelesaian masalah untuk menemukan solusi dari masalah. Dalam penelitian ini mengunakan langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya yaitu memahami masalah, membuat perencanaan, melaksanakan perencanaan, dan melaksanakan pengecekan kembali terhadap semua jawaban yang diperoleh.
Menurut Walker (dalam Rulandari,2017: 3) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan proses intelektual untuk membentuk suatu konsep agar dapat diaplikasikan, dianalisis, disintesis, dan dievaluasi dari berbagai sumber informasi yang sudah didapatkan dari hasil observasi di lapangan, pengalaman, refleksi, dimana hasil proses tersebut akan menjadi dasar untuk menentukan sebuah keputusan, yang berguna di kehidupan sehari-hari untuk membuat keputusan dan penyelesaian masalah. berpikir kritis adalah proses berpikir kearah yang lebih detail atau lebih mendalam. Berpikir kritis menuntut siswa untuk lebih meningkatkan kemampuan menganalisa suatu masalah, menemukan penyelesaian masalah serta memberikan ide-ide baru yang bisa memberikan gambaran baru atas pemecahan suatu masalah. Kemampuan berpikir kritis setiap orang berbeda-beda. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa adalah sebagai berikut: 1) Kondisi fisik, 2) Motivasi, 3) Kecemasan, 4) Perkembangan intelektual, dan 5) Interaksi. Indikator berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.
Seseorang dikatakan mempunyai kemampuan berpikir kritis apabila seseorang tersebut memenuhi indikator berpikir kritis. Dalam penelitian ini menggunakan indikator berpikir kritis yang diklasifikasikan menjadi lima aspek dan dua belas Indiaktor menurut Ennis. Dari dua belas indicator tersebut peneliti memilih sebanyak lima indikator, yaitu 1) Memfokuskan pertanyaan, 2) Menganalisis argument, 3) menjawab pertanyaan, 4) Mengidentifikasi asumsi, 5) Memutuskan suatu tindakan.
Kajian penelitian yang relevan adalah penelitian yang dilakukan Purwati Ratna dalam Jurnal Kadikma, Vol.7 No.1 Hal 84-93, April 2016. Yang berjudul “ Analisis Kemampuan Berpikir kritis Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Persamaan Kuadrat pada Pembelajaran Model Creative Problem Solving”. Selanjutnya penelitian yang relevan yang lainnya dilakukan oleh Widiantari,dkk dalam jurnal Mimbar PGSD Undiksha Universitas Pendidikan Ganesha, Vol 4 No.1, Tahun 2016. Yang berjudul “ Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV Dalam Pembelajaran Matematika”
Prosedur dalam penelitian yang akan dilakukan meliputi pemberian tes tertulis, analisis tes tertulis, wawancara, dan analisis hasil wawancara. Pada tes tertulis yang akan diberikan kepada siswa, tes kemampuan bangun ruang meliputi soal kubus dan balok untuk mengukur kemapuan siswa ditinjau dari indikator dalam proses berpikir kritis siswa. setelah proses analisis dilakukan, nantinya akan dilakukan klasifikasi terhadap siswa berdasarkan kemampuan berpikir kritis mereka. Klasifikasi tersebut terdiri dari tingkat tinggi, tingkat sedang, dan tingkat rendah. Dari sampel tersebut dilakukan analisis terhadap kemampuan berpikir kritis. Untuk menambah pemahaman peneliti, maka selanjutnya akan dilakukan wawancara terhadap sampel tersebut.
Analisis data wawancara yanga akan dilakukan meliputi kegiatan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data akan dilakukan dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Penyajian data meliputi pengklarifikasian data, menuliskan kumpulan data yang terorganisir dan terkategori sehingga dapat ditarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan yaitu membuat kesimpulan berdasrkan data yang telah dikumpulkan untuk menjawab permasalahan dari penelitian yang akan dilakukan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunkan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode diskriptif. Penelitian ini lebih menekankan pada sifat data yang diperoleh oleh penelitian kualitatif, yakni data alamiah. Data ini diperoleh berdasarkan dari hasil ungkapan langsung subyek peneliti yaitu siswa SD Negeri Klampok Lor.
Melalui penerapan metode penelitian deskriptif kualitatif yang meneliti keadaan atau masalah yang sedang berlangsung, diharapkan dapat diperoleh informasi yang tepat dan gambaran yang lengkap mengenai masalah yang diteliti, dalam hal ini adalah analisis tentang kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika menggunakan model problem solving siswa SD Negeri Klampok Lor.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah ditentukan subyek penelitian, dlakukan pembelajaran dengan model Problem Solving. Pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah pemecahan masalah menurut polya yaitu Memahami masalah pada fase ini siswa mencari apa yang diketahui dari soal, mencari apa yang ditanyakan. Pada fase menentukan rencana strategi pemecahan masalah, siswa harus menggunakan rumus yang sesuai. Setelah itu pada fase menyelesaikan strategi penyelesaian masalah, siswa harus memasukkan nilai yang diketahui dalam rumus dengan benar, dan selanjutnya pada fase memeriksa kembali jawaban yang diperoleh, siswa memberikan kesimpulan atau memeriksa kembali jawaban yang sudah dikerjakan. Setelah soal problem solving dikerjakan, maka dilakukan analisis kemampuan berpikir kritis dengan indikator berpikir kritis menurut Ennis yang diklasifikasikan menjadi lima aspek dan dua belas indikator. Dari dua belas indicator tersebut peneliti memilih sebanyak lima indikator, yaitu 1) Memfokuskan pertanyaan, pada fase ini siswa harus menjabarkan yang diketahui, ditanyakan dari soal 2) Menganalisis argument, pada fase ini menentukan rumus yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal 3) menjawab pertanyaan, pada fase ini siswa memasukkan yang diketahui kedalam rumus dengan benar dan runtur. 4) Mengidentifikasi asumsi, pad fase ini siswa menjumlahkan jawaban dengan benar, 5) Memutuskan suatu tindakan. Pada fase ini siswa memberikan keterangan penjelasan pada jawaban. Setelah tes kemudian dilakukan wawancara dengan subyek terpilih. Kemudian dilakukan analisis data problem solving atau kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis, dan wawancara, dan hasil triangulasi data masing-masing subyek.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui kemampuan pemecahan masalah. Subyek Tinggi Dalam pemecahan masalah yaitu pada materi kubus. Soal pertama dan kedua materi kubus Subyek tinggi mampu menyelsaikan masalah sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah menurut polya dan jawabannya benar. Sedangkan pada materi balok ada tiga soal, soal pertama materi balok subyek tinggi mampu menyelesaikan masalah sesuai dengan langkah-langkah polya dan jawabannya juga benar, pada soal nomor dua dan tiga subyek tinggi sedikit kurang teliti saat memasukkan nilai kedalam rumus sehingga di akhir jawabannya kurang tepat, tetapi sudah sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah. Subyek Sedang Dalam pemecahan masalah yaitu pada materi kubus ada dua soal, subyek sedang cara menyelesaikan masalah sudah sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah tapi kurang teliti ketika menjumlahkan diakhir jawaban. Sedangkan pad materi balok yang terdapat tiga soal, soal pertama materi balok subyek sedang mampu menyelesaikan masalah yang sudah sesuai dengan langkah-langkah penyelsaian maslaah menurut polya dan jawaban benar, pada soal yang kedua dan ketiga subyek sedang dalam menyelesaikan masalah sudah sesuai dengan langkah-langkah tapi sedikit kurang teliti saat menjumlahkan hasil diakhir jawaban. Subyek Rendah dalam pemecahan masalah pada materi kubus yang terdapat dua soal. Soal pertama subyek rendah dalam mengerjakan materi kubus cara menyelesaikan masalah sudah sesuai dengan langkah-langkah tetapi kurang teliti saat menjumlahkan diakhir jawaban. Pada soal nomor dua materi kubus subyek rendah dalam menjawab sesuai dengan langkah-langkah penyelesaian masalah sudah menggunakan rumus dengan tepat, tetapi dalam menjumlahkan kurang teliti sehingga diakhir jawaban salah. Sedangkan pada materi balok yang terdapat tiga soal, soal pertama subyek rendah dalam menyelesaikan masalah sudah sesuai dengan langkah-langkah tapi juga kurang teliti saat menjumlahkan. Soal kedua dan ketiga subyek rendah kurang sesuai dengan langkah-langkah penyelesaian masalah karena belum bisa menjabarkan yang diketahui, ditanyakan secara lengkap, tidak menuliskan rumus, hanya sebagian memasukkan nilai dan menuliskan jawaban tetapi juga kurang tepat.
Pada penelitian ini dapat diketahui kemampuan berpikir kritis siswa. Subyek Tinggi Dalam kemampuan berpikir kritis pada materi kubus, soal pertama dan kedua materi kubus subyek tinggi telah mampu menjawab secara runtut dan benar karena sudh sesuai dengan indikator berpikir kritis. Sedangkan pada materi balok yang terdapat tiga soal, soal pertama subyek tinggi juga sudah mampu menjawab secara runtut dan benar karena juga sudah sesuai dengan indikator. Tetapi pada soal kedua dan ketiga materi balok subyek tinggi kurang sesuai dengan indikator berpikir kritis karena hanya sebagian memasukkan nilai kedalam rumus, dalam menjumlahkan juga kurang tepat. Tetapi dari segi langkah-langkah sudah runtut. Subyek Sedang Dalam kemampuan berpikir ktitis pada materi kubus yang terdapat dua soal. Soal pertama dan kedua subyek sedang kurang sesuai dengan indikator berpikir kritis karena dalam menjumlahkan kurang tepat, tapi dari segi langkah-langkah sudah runtut. Sedangkan pada materi balom yang terdapat tiga soal. Soal pertama materi balok subyek sedang mampu menjawab secara runtut dan benar karena sesuai dengan indikator berpikir kritis. Tetapi pada soal kedua dan ketiga kurang sesuai dengan indikator karena hanya sebagian memasukkan nilai kedalam rumus, menjumlahkan kurang teliti sehingga jawaban diakhir salah, tetapi dari segi langkah-langkahnya sudah runtut. Subyek Rendah Dalam kemapuan berpikir kritis pada materi kubus yang terdapat dua soal. Soal pertama subyek rendah kurang sesuai dengan indikator karena kurang teliti dalam menjumlahkan sehingga diakhir jawaban salah. Pada soal yang kedua subyek rendah juga tidak sesuai dengan indikator berpikir kritis karena hanya sebagian menjabarkan yang diketahui, ditanyakan, dalam menggunakan rumus juga kurang tepat, hanya sebagian memasukkan nilai kedalam rumus, menjumlahkan jawaban juga kurang tepat dan membuat kesimpulan. Sedangkan pada materi balok yang terdapat tiga soal. Soal pertama subyek rendah kurang sesuai dengan indikator tidak teliti dalam menjumlahkan sehingga diakhir jawaban salah, tetapi langkah-langkahnya sudah runtut. Pada soal kedua dan ketiga subyek rendah tidaj sesuai dengan indikator berpikir kritis karena hanya sebagian menjabarkan yang diketahui, ditanyakan, tidak menggunakan rumus, menjumlahkan juga kurang teliti dan tidak membuat kesimpulan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan model Problem Solving yaitu:
- Subyek Tinggi dalam kemampuan berpikir kritis dilihat dari Problem Solving sebagai berikut: (a) telah memahami masalah dengan sangat baik, (b) telah menentukan rencana strategi pemecahan masalah dengan sangat baik, (c) telah menyelesaikan strategi penyelesaian masalah dengan baik, (d) telah memeriksa kembali jawaban yang diperoleh dengan baik.
- Subyek Sedang dalam kemampuan berpikir kritis dilihat dari Problem Solving sebagai berikut: (a) telah memahami masalah dengan sangat baik, (b) telah menentukan rencana starategi pemecahan masalah dengan baik, (c) telah menyelesaikan strategi penyelesaian masalah dengan cukup, (d) telah memeriksa kembali jawaban dengan cukup.
- Subyek Rendah dalam kemampuan berpikir kritis dilihat dari Problem Solving sebagai berikut: (a) telah memahami masalah dengan sangat baik, (b) telah menentukan rencana strategi pemecahan masalah dengan cukup, (c) dalam menyelesaiakan strategi penyelesaian masalah sangat kurang, (d) memeriksa kembali jawaban sangat kurang.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
- Model Problem Solving dapat digunakan sebagai salah satu alternatif guru dalam mengajar.
- Kemampuan berpikir kritis ditinjau dari Problem Solving harus dikembangkan secara berkelanjutan, karena kemampuan berpikir kritis dapat terus berkembang seiring banyaknya latihan soal-soal terbuka yang dikerjakan, maka diperlukan peran pendidik untuk membantu membiasakan siswa dalam mempelajari dan mengerjakan latihan soal yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis
- Bagi peneliti selanjutnya dapat dilanjutkan dengan penelitian yang lebih baik dengan mengembangkan instrumen dan perangkat lain yang mendukung dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Selain itu, sebaiknya mencari literature sebanyak-banyaknya untuk memperkuat teori.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Elva Pristy,dkk. 2019. “Efektivitas Problem Based Learning dan Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Dalam Pembelajaran Matematika”. Jurnal of Mathematics Education,Science and Technology. Vol.4, No. 1, hlm 95-107.
Hendiana Herris,M.D,dkk. 2017. Hard Skill dan Soft Skill. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwati, Ratna,dkk. 2016. “ Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Persamaan Kuadrat Pada Pembelajaran Model Creative Problem Solving”. KadikmA. Vol.7, No. 1. http://jurnal.unej.ac.id/index.php/kadikma/article/view/5471. (Di akses pada tanggal 1 Maret 2020).
Rulandari, Richa Ayu. 2017. “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis MatematikaSiswa SDN Kebon Anom Ditinjau Dari Prestasi Belajar Siswa”. ProgramStudi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Siswono, Tatag Yuli E. 2018. Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan danPemecahan Masalah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: PT Remaja Rosdakarya.
Zakiah,L. dan Ika L. 2019. Berpikir Kritis dalam Konteks Pembelajaran. Bogor: Erzatama Karya Abadi.