Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Karangan Deskripsi
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KARANGAN DESKRIPSI KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 02 PULOSARI KEBAKKRAMAT KARANGANYAR SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Suyatno
Program Pascasarjana Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan 1) mendeskripsikan kesalahan berbahasa dari segi morfologi 2) mendeskripsikan kesalahan berbahasa dari segi sintaksis Rancangan penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 02 Pulosari Kebakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2019/2020. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan metode dokumentasi dengan membaca dan menandai data makalah siswa berupa membaca dan menandai kesalahan berbahasa dari segi morfologi dan kesalahan berbahasa dari segi sintaksis, kesahihan data triangulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan ada beberapa bentuk kesalahan berbahasa yaitu kesalahan berbahasa dari segi morfologi dan kesalahan berbahasa dari segi ejaan. Kesalahan berbahasa dari segi morfologi yaitu kesalahan afiksasi berupa prefiks, prefiks ter, sufiks -i, sufiks -an, preposisi, kaidah penulisan menjadi bahasa Indonesia yang baku,. Kesalahan berbahasa dari segi sintaksis yaitu kesalahan pada kata yang berlebihan, paragraf tidak padu pada makalah karya siswa. Akibat kesalahan berbahasa pembaca tidak memahami ide atau gagasan dalam menulis makalah.
Kata kunci: Kesalahan Berbahasa, Ejaan dan Morfologi
PENDAHULUAN
Pada penelitian ini yang dibahas kesalahan berbahasa dari segi morfologi dan kesalahan berbahasa dari segi sintaksis. Kesalahan berbahasa dari segi morfologi yaitu pada prefiks di-, prefiks ter-, preposisi, sufiks-i, sufiks pe-an, kesalahan berbahasa dari segi sintaksis yaitu pada kesalahan berbahasa yang berlebihan atau mubazir, hiperkorek, kaidah bahasa inggris menjadi bahasa Indonesia.
Corder dalam bukunya (Introducing Applied Lnguistics) mengatakan bahwa baik penutur asli maupun bukan penutur asli sama-sama mempunyai kemugkinan berbuat kesalahan berbahasa. Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian kesalahan berbahasa yang telah disebutkan di atas, dapatlah dikemukakan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah –pemakaian bentuk bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Adapun sistem kaidah bahasa Indonesia yang digunakan sebagai standar acuan atau kriteria untuk menentukan suatu bentuk tuturan salah atau tidak adalah sistem kaidah bahasa baku. Kodifikasi kaidah bahasa baku dapat kita lihat dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Makalah adalah karya ilmiah yang pembahasannya berdasarkan data lapangan yang bersifat empiris objektif. Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah tertentu. Makalah merupakan bentuk karya ilmiah yang memiliki jumlah halaman 15-25 halaman. Selain itu, makalah ditulis untuk disampaikan kepada kelompok tertentu dalam suatu pertemuan ilmiah seperti seminar, simposium, dan lokakarya.
Manfaat bagi pembaca sebagai inovasi ilmiah dan memperbanyak ilmu pengetahuan selain itu, makalah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam melakukan kebijakan yang berkaitan dengan kajian ini.
Ruang lingkup dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada kesalahan berbahasa meliputi kesalahan berbahasa dari segi morfologi dan kesalahan berbahasa dari segi sintaksis pada makalah siswa SDN 02 Pulosari Kebakkramat Karanganyar. Subjek penelitian ini adalah tugas mengarang siswa yang berjumlah 20 karangan.
Setiap keterampilan itu erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara di pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan kompetensi berbahasa.
Selanjutnya setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih keterampilan berpikir (Tarigan, 1980:27).
Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menulls biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena arau pensil. Pada awal sejahteranya, menulis dilakukan dengan menggunakan gambar, contohnya tulisan hieoraglif (hieroglyph) pada zaman mesir kuno.
Penyampaian informasi melalui penulisan laporan dan beberapa karya ilmiah lainnya berarti penciptan komunikasi antara penulis dan pembaca. Penulis harus memperhatikan bahasa yang benar (komunikatif), tulisan atau karangannya dapat dipahami orang lain. Sebelum menulis sebuah karya tulis, maka terlebih dahulu memahami teori-teori tentang kata, kalimat, paragraf, dan teori-teori lainnya agar mampu menulis dengan baik. Selain itu, harus mengetahui aturan dalam Ejaan Yang Disempurnakan.
Terjadinya kesalahan berbahasa di kalangan siswa yang sedang belajar bahasa terutama belajarar bahasa kedua, merupakan fenomena yang mendorong para ahli pengajaran bahasa untuk mempelajari kesalahan berbahasa. Dari studi tentang kesalahan berbahasa itu dapat diketahui bahwa proses terjadinya kesalahan berbahasa berhubungan erat dengan proses belajar bahasa. Kesalahan berbahasa merupakan gejala yang intern dengan proses belajar bahasa. Oleh karena itu, untuk memahami proses terjadinya kesalahan berbahasa, terutama di kalangan siswa yang sedang belajar bahasa, diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep belajar bahasa.
Kesalahan morfologi yang ditemukan dalam makalah karya siswa tersebut adalah kesalahan pada prefiks di-, prefiks ter-, sufiks-i, sufiks-an, preposisi, hiperkorek, kaidah bahasa Inggris menjadi bahasa Indonesia. Kesalahan berbahasa dari segi sintaksis yaitu kesalahan pada kata yang berlebihan, paragraf tidak padu pada makalah siswa.
Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan kesimpulan adalah bagi guru bahasa Indonesia, hendaknya memberikan latihan-latihan menulis kepada siswa. Bagi siswa hendaknya juga lebih serius dan terus berlatih menulis makalah dengan memperhatikan kaidah penulisan makalah yang ditulis dalam makalah, agar pembaca mengetahui dan bervariasi dalam menulis makalah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebelum menulis sebuah karya tulis, maka terlebih dahulu memahami teori-teori tentang kata, kalimat, paragraf, dan teori-teori lainnya agar mampu menulis dengan baik. Selain itu, harus mengetahui aturan dalam Ejaan Yang Disempurnakan.
Terjadinya kesalahan berbahasa di kalangan siswa yang sedang belajar bahasa terutama belajarar bahasa kedua, merupakan fenomena yang mendorong para ahli pengajaran bahasa untuk mempelajari kesalahan berbahasa. Dari studi tentang kesalahan berbahasa itu dapat diketahui bahwa proses terjadinya kesalahan berbahasa berhubungan erat dengan proses belajar bahasa. Kesalahan berbahasa merupakan gejala yang intern dengan proses belajar bahasa. Oleh karena itu, untuk memahami proses terjadinya kesalahan berbahasa, terutama di kalangan siswa yang sedang belajar bahasa, diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep belajar bahasa.
Tujuan pembahasan makalah ini untuk memperbaiki kesalahan berbahasa dengan jalan memahami proses terjadinya kesalahan berbahasa, terutama di kalangan siswa yang sedang belajar bahasa, diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep belajar bahasa.
Sedangkan manfaat dari kesalahan morfologi yang ditemukan dalam makalah karya siswa tersebut adalah kesalahan pada prefiks di-, prefiks ter-, sufiks-i, sufiks-an, preposisi, hiperkorek, kaidah bahasa Inggris menjadi bahasa Indonesia, begitu pula kesalahan berbahasa dari segi sintaksis yaitu kesalahan pada kata yang berlebihan, paragraf tidak padu pada makalah siswa.
Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan kesimpulan adalah bagi guru bahasa Indonesia, hendaknya memberikan latihan-latihan menulis kepada siswa. Bagi siswa hendaknya juga lebih serius dan terus berlatih menulis makalah dengan memperhatikan kaidah penulisan makalah yang ditulis dalam makalah, agar pembaca mengetahui dan bervariasi dalam menulis makalah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
LANDASAN TEORI
Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa
“Kesalahan merupakan bagian-bagian konversasi atau komposisi yang „menyimpang‟ dari norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa” (Tarigan dan Tarigan, 2011:126). Menurut Ellis (Tarigan dan Tarigan, 2011:60) “analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu
Tujuan Analisis Kesalahan Berbahasa
Tarigan dan Tarigan (2011:127) mengatakan bahwa mengetahui kesalahan pelajar mengandung beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui penyebab kesalahan itu; (2) Untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh para pelajar; (3) Untuk mencegah atau menghindari kesalahan yang sejenis pada waktu yang akan datang, agar para pelajar dapat menggunakan bahasa dengan baik dan benar.
Kesalahan Ejaan
Kesalahan ejaan adalah kesalahan dalam pemenggalan kata menuliskan kata atau kesalahan menggunakan tanda baca. Di dalam ejaan itu diatur hal-hal sebagai berikut.
Pemenggalan Kata
- Pemenggalan Kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut; (a) Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya: au-la bukan a-u-la, sau-dara bukan sa-u-da-ra, am-boi bukan am-bo-i
- Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya: ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang,
- Jikan di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya: man-di, som-bong, swas-ta, ca-plok Ap-ril, bang-sa, makh-luk
- Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih,pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya: In-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok ikh-las
- Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris. Misalnya: makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah
Catatan:
- Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
- Akhiran -i tidak dipenggal. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, pasal E, Ayat 1.)
- Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut. Misalnya: te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi
- Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c dan 1d di atas. Misalnya: Bio-grafi, bi-o-gra-fi,; Foto-grafi, fo-to-gra-fi; Intro-speksi, in-tro-spek-si; Kilo-gram, ki-lo-gram; Pasca-panen, pas-ca-pa-nen.
Keterangan:
Nama orang, badan hukum, dan nama dari yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.
Penggunaan Huruf Kapital (Huruf Besar)
- Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal kalimat
Misalnya: Dia mengantuk; Apa maksudnya?
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya: Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”; Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”; “Kemarin engkau terlambat,” katanya
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, K
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertetu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo, Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara.
- Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya: Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?; Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jendral
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman,
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa dan bahasa. Misalnya: Bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,, dan peristiwa sejarah. Misalnya: tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat, hari Galungan ; Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama. Misalnya: Soekarno dan Hatta emproklamasikan kemerdekaan bangsanya; Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang d
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya: Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab, Kali Brantas, Lembah Baliem, Ngarai Sianok, Pegunungan Jayawijaya, Selat Lombok, Tanjung Harapan, Teluk B Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya: berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberabangi selat, pergi ke arah tenggara. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis. Misalnya: garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata seperti Misalnya: Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak; Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972.
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar Repulik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma; Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.; Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan dan Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya: doctor; M.A. master of arts; S.E. sarjana ekonomi; S.H. sarjana hokum; S.S. sarjana sastra; Prof. professor; Tn. Tuan; Ny. Nyonya dan Sdr. Saudara.
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Misalnya: Sudahkah Anda tahu?; Surat Anda telah kami terima.
Penulisan Huruf Miring
Huruf miring digunakan sebagaiberikut: (1) Menuliskan nama buku, majalah, surat kabar yang dikutip dalam karangan; (2) Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata; dan (3) Menuliskan istilah ilmiah, atau ungkapan asing, kecuali kata yang diseaikan ejaanya.
Penulisan Kata
Ada empat macam kata yang harus diperhatikan penulisanya, yaitu kata dasar, kata beimbuhan, dan kata gabung.
- Penulisan Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan atau belum mengalami proses morfologi, ditulis sebagainsatu kesatuan, terlepas dari kesatuan lainya. Contoh: Kita semua anak Indonesia.
- Penulisan Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata yang dibentuk dari kata dasar dengan imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis dengan aturan sebagai berikut: Imbuhan ditulis serangkai. Contoh: membangun, pembangunan.
- Penulisan Kata Gabung
Kata gabung adalah bentuk dasarnya berupa gabungan kata, maka awalan atau akhiran ditulis serangkai. Contoh: bertanggung jawab, Garis bawahi
Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. (Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.) Misalnya: Kain itu terletak di dalam lemari; Bermalam sajalah di sini; Di mana Siti sekarang?
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yaitu Pebruari, Maret, April tahun 2020. Adapun pembagian waktunya sebagai berikut: (1) Bulan Pebruari 2020, penyusunan proosal tindakan bimbingan konseling dan penyusunan instrumen oleh peneliti serta memberikan layanan bimbingan kelompok dengan jumlah lelompok yaitu 27 siswa atau secara klasikal; (2) Bulan Maret sampai April 2020, mengumpulkan data dan atau melakukan analisis hasil karangan siswa dan menyusun laporan.
Sumber data
Arikunto (2006: 129) berpendapat bahwa, “Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh”.Sumber data dalam penelitian ini meliputi: (a) Sumber data primer yaitu hasil tes siswa berupa nilai dan hasil wawancara guru terhadap siswas kelas V SD Negeri 02 Pulosari, serta hasil observasi berupa data pengamatan terhadap siswa dan guru; (b) Sumber data sekunder yaitu dokumentasi berupa arsip pendukung seperti silabus pembelajaran dan daftar siswa kelas VI SD Negeri 02 Pulosari, Kebakkramat, Karanganyar tahun 2019/2020..
Teknik pengumpulan
Teknik pengumpulan data yaitu dengan wawancara dan kajian dokumen.
Menurut Miles dan Huberman (Pawito, 2007:104), analisis data kualitatif terdiri dari tiga komponen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Selain itu, penelitian ini menggunakan pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dimana peneliti dapat memanfaatkan sesuatu yang lain. Dalam hal ini peneliti menggunakan triangulasi data.
Tabel 1. Contoh format anlisis kesalahan berbaasa
Anlisis Kesalahan Berbaasa | Kesalahan Berbahasa Sebelum Diperbaiki | Kesalahan Berbahasa Setelah Diperbaki |
1. Ejaan | ||
2. Afiks | ||
3. Pemenggalan |
Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan agar data yang diperoleh berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Analisis data adalah proses menyeleksi, memfokuskan, mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematik dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang digunakan untuk menyusun jawaban atas tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian. Data mentah yang dikumpulkan perlu dipecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakan ketegorisasi, manipulasi, serta diperas sedemikian rupa sehingga data yang diperoleh mempunyai makna untuk menjawab masalah dan bermanfaat untuk menguji hipotesis (Nazir, 2005).
Penelitan tindakan kelas ini meliputi data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif yaitu data yang diambil dari hasil tes belajar siswa dianalisis dengan teknik statistik deskriptif komparatif. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan hasil hitung dari statistik deskriptif pada nilai tes kondisi awal, nilai tes siklus I dan nilai tes siklus II.
Sedangkan analisis data non tes atau data kualitatif mencakup data hasil pengamatan (observasi), wawancara, dan angket menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif meliputi tiga alur kegiatan yang secara bersamaan dan terus menerus selama dan setelah pengumpulan data, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Miles & Huberman, 2007): (1) Data Reduction (Reduksi Data). Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya jika diperlukan; (2) Data Display (Penyajian Data) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Melalui penyajian data yang dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, pictogram, dan sejenisnya, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah dipahami. Selain itu juga memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasakan apa yang telah dipahami tersebut; (3) Verification (Verifikasi atau Penarikan Kesimpulan) Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian ini dapat menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal.
Validitas Data
Data yang telah diperoleh harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Untuk itu data yang telah diperoleh memerlukan uji validitas data agar dapat dipertanggungjawab-kan kebenarannya. Basrowi dan Suwandi (2008) menyatakan bahwa, “Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan”.Lebih lanjut Basrowi dan Suwandi (2008) menyatakan bahwa teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data adalah triangulasi.
Menurut Moleong (1995), “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau perbandingan data itu”.Selanjutnya menuurut Sugiyono (2012) terdapat tiga triangulasi diantaranya triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu.
Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Penjelasan mengenai kedua teknik triangulasi tersebut adalah sebagai berikut: (1) Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Untuk menguji kredibilitas data tentang pada siswa kelas V SD Negeri 02 Pulosari , maka sumber data pada penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Negeri 02 Pulosari; (2) Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Peneliti menggunakan teknik tes, observasi, dan wawancara untuk menguji data tentang materi analisis kesalahan berbahasa pada karangan deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri 02 Pulosari. Data yang diperoleh peneliti dengan wawancara kemudian dicek dengan observasi saat kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia tentang analisis kesalahan berbahasa pada karangan deskripsi dan selanjutnya melalui tes untuk mengukur kemampuan siswa kelas V SD Negeri 02 Pulosari. Dari data yang diperoleh melalui beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut dibandingkan dan ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal hingga akhir. Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah analisis kesalahan berbahasa pada karangan deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri 02 Pulosari, Kebakkramat, Karanganyar menerapkan analisis kesalahan berbahasa. Untuk memperoleh indikator yang ingin dicapai, prosedur penelitian ini mencakup beberapa tindakan. Setiap tindakan tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap sebagai berikut: (1) perencanaan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (action); (3) observasi dan evaluasi tindakan (observation and evaluation); dan(4) refleksi tindakan (reflecting).
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Tes Hasil Belajar. Menurut Peters dan Shertzer mengartikan tes sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengobservasi (mengamati) tingkah laku individu, dan menggambarkan (mendeskripsikan) tingkah laku itu melalui skala angka atau sistem kategori (Kartadinata, 2002: 24). Hasan dan Zainul (1991) menyatakan bahwa “tes adalah suatu alat untuk mengukur kemampuan” (hlm. 21).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar merupakan suatu prosedur sistematis untuk mengobservasi serta mengukur atau mengetahui kemampuan atau keberhasilan seseorang dalam kegiatan pembelajaran. Pada penelitian ini, tes hasil belajar digunakan oleh peneliti untuk mengukur hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Setelah dilakukan analisis kesalahan berbahasa pada karangan deskripsi. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa yaitu tes kognitif. Tes kognitif yang digunakan yaitu post test. Post test berfungsi untuk mengukur kemampuan hasil belajar siswa pada akhir pembelajaran dan mengetahui berkurangnya kesalahan berbahasa.
Lembar observasi digunakan peneliti untuk melakukan pengamatan terhadap perilaku dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan yang akan dicatat adalah perhatian siswa dalam menerima pelajaran, antusias siswa dalam kegiatan pembelajaran, partisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan tingkat pemahaman siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian ini ditandai dengan adanya perubahan yang ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar siswa terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia setelah analisa kesalahan berbahasa pada karangan deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri 02 Pulosari. Dengan prosentase 20% siswa mengalami kesalahan dalam kesalahan berbahasa pada karangan deskripsi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan beberapa kesalahan berbahasa Indonesia dalam karangan siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Pulosari Kebakkramat Karanganyar. Dari sampel yang diambil, kesalahan berbahasa yang paling sering ditemukan adalah kesalahan ejaan. Selain itu, kesalahan afiks, reduplikasi, pemborosan kata, dan diksi juga ditemukan dalam karangan siswa.
Berikut ini adalah hasil analisis kesalahan berbahasa dalam karangan dari 27 siswa kelas V SDN 02 Pulosari Kebakkramat Karanganyar
Tabel. 2 Bentuk Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa Kelas V SDN 02 Pulosari Kebakkramat Karanganyar
DATA | BENTUK KESALAHAN |
1. | a. Kesalahan Ejaan:
– Kesalahan penulisan huruf kapital – Kesalahan penggunaan tanda baca b. Kesalahan pemenggalan kata |
2 | a. Kesalahan Ejaan:
– Kesalahan penulisan huruf kapital – Kesalahan penggunaan tanda baca b. Kesalahan afiks yaitu penulisan awalan di- c. Kesalahan pemenggalan kata |
3 | a. Kesalahan Ejaan:
– Kesalahan penulisan huruf kapital dalam judul karangan – Kesalahan penggunaan tanda baca b. Pemenggalan kata c Kesalahan afiks, yaitu kesalahan penggunaan prefiks me- dan prefiks di- |
4 | a. Kesalahan ejaan, yaitu kesalahan penulisan lambang bilangan dan penulisan kata.
b. Kesalahan afiks, yaitu kesalahan penggunaan konfks se- -nya |
5 | a. Kesalahan ejaan, yaitu kesalahan penulisan kata, huruf kapital dan tanda baca
b. Kesalahan afiks, yaitu kesalahan penggunaan prefiks me- |
6 | Kesalahan ejaan, yaitu kesalahan penulisan kata, huruf kapital, tanda baca, dan lambang bilangan |
7 | Kesalahan afiks, yaitu kesalahan penggunaan konfks di- -kan |
8 | Kesalahan ejaan, yaitu kesalahan penulisan tanda baca dan penulisan huruf kapital |
9 | a. Kesalahan ejaan, yaitu kesalahan penulisan kata, huruf kapital dan tanda baca
b. Kesalahan afiks, yaitu kesalahan penggunaan prefiks me- |
10 | a. Kesalahan Ejaan:
– Kesalahan penulisan huruf kapital – Kesalahan penggunaan tanda baca b. Kesalahan pemenggalan kata |
11 | a. Kesalahan ejaan, yaitu kesalahan penulisan kata dan penulisan huruf kapital
b. Kesalahan afiks, yaitu kesalahan penggunaan konfks me- -kan |
12 | Kesalahan ejaan, yaitu kesalahan penulisan kata, huruf kapital, tanda baca, dan lambang bilangan |
13 | Kesalahan ejaan, yaitu kesalahan penulisan huruf kapital |
14 | a. Kesalahan ejaan, yaitu kesalahan penulisan kata dan penulisan huruf kapital
b. Kesalahan afiks, yaitu kesalahan penggunaan konfks me- -kan |
15 | Kesalahan penulisan kata depan di, ke, dari |
16 | a. Kesalahan ejaan, yaitu kesalahan penulisan kata, huruf kapital dan tanda baca
b. Kesalahan afiks, yaitu kesalahan penggunaan prefiks be- |
17 | a. Kesalahan Ejaan:
– Kesalahan penulisan huruf kapital – Kesalahan penggunaan tanda baca b. Kesalahan pemenggalan kata |
18 | Kesalahan ejaan, yaitu kesalahan penulisan kata dan penulisan lambang bilangan |
19 | a. Kesalahan ejaan, yaitu kesalahan penulisan huruf kapital dan penulisan kata
b. Kesalahan afiks, yaitu kesalahan penggunaan konfks se- -nya |
20 | a. Kesalahan Ejaan:
– Kesalahan penulisan huruf kapital – Kesalahan penggunaan tanda baca b. Kesalahan pemenggalan kata |
21 | Kesalahan afiks, yaitu kesalahan penggunaan konfks me– -kan |
22 | a. Kesalahan ejaan, yaitu kesalahan penulisan kata, huruf kapital dan tanda baca
b. Kesalahan afiks, yaitu kesalahan penggunaan prefiks me- |
23 | Kesalahan ejaan, yaitu kesalahan penulisan tanda baca
– Kesalahan afiks, yaitu kesalahan penggunaan prefiks me- dan prefix di- |
24 | a. Kesalahan afiks, yaitu kesalahan penggunaan prefiks me- dan prefiks di-
b. Kesalahan afiks, yaitu kesalahan penggunaan prefiks me- dan prefiks di- |
25 | a. Kesalahan Ejaan:
– Kesalahan penulisan huruf kapital – Kesalahan penggunaan tanda baca b. Kesalahan pemenggalan kata |
26 | Kesalahan ejaan, yaitu kesalahan penulisan kata, huruf kapital, tandabaca, dan lambang bilangan |
27 | a. Kesalahan ejaan, yaitu kesalahan penulisan kata, huruf kapital dan tanda baca
b. Kesalahan afiks, yaitu kesalahan penggunaan prefiks ke- |
Dua puluh tujuh kesalahan berbahasa yang ditemukan dalam analisis kesalahan berbahasa dalam karangan deskripsi anak kelas V SD Negeri Pulosari, Kebakkramat, Karanganyar Semester II tahun 2019/2020 dapat dirangkum dalam tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3. Format Anlisis Kesalahan Berbahasa
Anlisis Kesalahan Berbaasa | Kesalahan Berbahasa Sebelum Diperbaiki | Kesalahan Berbahasa Setelah Diperbaki |
1. Ejaan | 60% | 18% |
2. Afiks | 65% | 20% |
3. Pemenggalan | 70% | 21% |
Rata-rata | 65% | 19,7% |
PENUTUP
Simpulan
Hasil penelitian analisis kesalahan berbahasa dalam karangan siswa kelas V SDN 02 Pulosari Kebakkramat Karanganyar semester II Tahun Pelajaran 2019/2020 dapat disimpulkan sebagai berikut.
- Kesalahan berbahasa yang sering ditemukan dalam karangan siswa adalah kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan terjadi karena penulisan kata, huruf kapital, lambang bilangan, dan tanda baca yang tidak tepat.
- Kesalahan afiks ditemukan dalam penggunaan prefiks me-, prefiks di-, konfiks se- -nya, konfiks di- -kan, dan konfiks me- -kan.
- Kesalahan pemenggalan kata.
Saran
- Bagi guru kelas harus memahami betul bahasa Indonesia sehingga dapat membimbing proses menulis karangan dengan menggunakan ejaan yang sesuai dengan pedoman EYD.
- Bagi para siswa agar membaca buku yang berhubungan dengan kaidah menulis bahasa Indonesia yang benar.
- Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini dapat menganalisis bentuk kesalahan berbahasa yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2001. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Renika Cipta.
Chaer, A. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2009. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya.
Tarigan, H.G. dan Djago Tarigan. 2011. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa.