Analisis Pelaksanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM
PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SD
Tina Anggraeni1)
Iin Purnamasari2)
Veryliana Purnamasari3)
1)Mahasiswa PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Semarang
2) 3)Dosen Universitas PGRI Semarang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui informasi serta gambaran yang akurat sejauh mana pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter di SD Negeri Sendangmulyo 01 Semarang. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Data penelitian ini diperoleh melalui subyek penelitian yaitu kepala sekolah, guru dan 18 peserta didik yang terdiri dari kelas I-VI masing-masing 3 peserta didik setiap kelas. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter di SD Negeri Sendangmulyo 01 Semarang sudah berjalan secara baik. Hal ini dapat dilihat dari terintegrasinya nilai-nilai karakter peserta didik pada saat pembelajaran dan kegiatan sehari-hari. Pihak sekolah sudah melaksanakan hal-hal yang dapat meningkatkan dan membentuk karakter peserta didik menjadi lebih baik melalui kegiatan pembiasaan, yaitu kegiatan apel pagi dan pembiasaan sholat dzuhur serta kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler yang dapat mendukung proses pelaksanaan penguatan pendidikan karakter di sekolah. Selain itu dengan adanya budaya sekolah yang memiliki tema di setiap kelas membuat SD Negeri Sendangmulyo 01 Semarang berbeda dengan sekolah dasar yang lain.
Kata Kunci: Analisis, Pelaksanaan, Penguatan Pendidikan Karakter
PENDAHULUAN
Pelaksanaan penguatan pendidikan karakter saat ini sangat gencar dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk membenahi potret pendidikan yang semakin merosot. Program penguatan pendidikan karakter sendiri bukan merupakan program yang baru dicanangkan pemerintah, melainkan program ini sudah ada sejak tahun 2010. Maka pemerintah pada tahun 2016 menggaet kembali pendidikan karakter sebagai tiang pendidikan untuk menekan berbagai perilaku buruk generasi bangsa.
Menurut peraturan presiden (Perpres) No. 87 Tahun 2017 mengemukakan bahwa penguatan pendidikan karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olahraga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Jadi dapat disimpulkan penguatan pendidikan karakter adalah usaha untuk menanamkan nilai–nilai melalui kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation), seperti jujur, peduli, disiplin, toleransi, kerja keras, cinta damai, tanggung jawab, cinta tanah air dan sebagainya. Dengan demikian peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai dan norma–norma yang sesuai karakternya.
Ada berbagai cara yang ditempuh pemerintah untuk meningkatkan karakter melalui mutu pendidikan. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan bagi peserta didik dapat meningkatkan kemampuan pengetahuan, sikap serta ketrampilan yang dibutuhkan dalam masyarakat. Kemampuan ini harus dikembangkan lagi untuk meningkatkan taraf hidup dan kemajuan yang lebih baik bagi kehidupan peserta didik. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan bagi jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Pada proses pembelajaran terdapat karakter yang perlu ditekankan melalui berbagai program yang dicanangkan oleh pemerintah maupun pihak sekolah sendiri. Kemendiknas (2011), telah mengidentifikasi 18 nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada peserta didik yang bersumber dari Agama, Pancasila, Budaya, dan Tujuan Pendidikan Nasional. Kedelapan belas nilai tersebut adalah: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, (18) tanggung jawab.
Hal-hal yang melatar belakangi penelitian ini adalah nilai karakter yang masih rendah di SD Negeri Sendangmulyo 01 Semarang dan mengakibatkan banyak hal yang terjadi, diantaranya kurangnya rasa hormat pada orang tua dan guru di sekolah, adanya perkelahian antar teman sekelas karena saling mengejek, kurangnya kesadaran akan kebersihan, kurangnya nilai kejujuran dalam mengerjakan soal pembelajaran, kurangnya kedisiplinan saat akan berangkat sekolah yang mengakibatkan terlambatnya peserta didik serta dalam pembelajaran peserta didik belum menunjukkan terbentuknya karakter religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas yang diharapkan oleh sekolah. Pendidikan karakter diharapkan dapat menekan perkembangan hal-hal buruk yang akan terjadi terkait dengan pemerosotan karakter.
Berdasarkan observasi awal di dapat tujuan penelitian adalah untuk menganalisis dan mengetahui informasi serta gambaran yang akurat sejauh mana pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter. Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui bagaimana cara guru serta pihak sekolah lain menerapkan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter.
Ramli dalam Aqib (2011: 3-4) menyatakan bahwa pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri dalam rangka membina kepribadian generasi muda.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data deskriptif merupakan data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka-angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. (Ezmir, 2014: 3) Peneliti hadir sendiri di SD Negeri Sendangmulyo 01 Semarang karena dalam penelitian kualitatif peneliti adalah sebagai kunci dari penelitian. Hanya peneliti yang memahami hal-hal apa saja yang perlu dan tidak diperlukan dalam penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sendangmulyo 01 Semarang pada semester dua dan semester satu Tahun Pelajaran 2018/2019-2019/2020. Adapun subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan peserta didik SD Negeri Sendangmulyo 01 Semarang yang berjumlah 18 peserta didik masing-masing 3 peserta didik setiap kelas.
Pengumpulan data penelitian ini melalui hasil observasi kepada guru dan peserta didik saat pembelajaran di kelas dan saat kegiatan sehari-hari, wawancara kepada kepala sekolah dan guru, dokumentasi kegiatan peserta didik sehari-hari di sekolah dan pembagian angket bagi 3 peserta didik setiap kelas.
Tahapan penelitaian kulitatif terdiri dari empat tahap yaitu (1) Tahap pra lapangan yaitu peneliti membuat rancangan penelitian terlebih dahulu dan juga peneliti melakukan survei pendahuluan yakni dengan meminta izin terlebih dahulu ke SD yang akan dijadikan sebagai penelitian dan menyiapkan perlengkapan untuk penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan survei pendahuluan yakni dengan meminta izin terlebih dahulu ke SD Negeri Sendangmulyo 01 Semarang sebagai tempat pelaksanaan penelitian. (2) Tahap pekerjaan lapangan yaitu Dalam hal ini peneliti memasuki dan memahami latar penelitian dalam rangka pengumpulan data selama beberapa hari di SD Negeri Sendangmulyo 01 Semarang.
Selanjutnya (3) Tahap analsis data yaitu pada tahap ini peneliti menganalisis semua data yang telah peneliti dapatkan saat berlangsungnya pengamatan, adapun tahap pelaksanaan analisis data yang harus dilakukan oleh peneliti yaitu mengolah data observasi pada guru dan siswa saat pembelajaran dan kegiatan sehari-hari, wawancara kepada kepala sekolah dan guru serta pemberian angket bagi peserta didik yang diwakilkan 3 peserta didik setiap kelas yang sudah dikumpulkan dengan metode analisis data kualitatif yaitu data kualitatif deskriptif. (4) Tahap penulisan laporan yaitu adapun langkah terakhir yang harus dilakukan oleh peneliti adalah membuat laporan penelitian. Dalam tahapan yang terakhir ini peneliti melaporkan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan dengan menggunakan laporan secara tertulis yang rancangan penulisannya telah ditentukan. Peneliti menjelaskan segala hal yang telah dilakukan saat penelitian di sekolah dasar yaitu melaksanakan observasi pada guru dan siswa saat pembelajaran dan kegiatan sehari-hari, wawancara kepada kepala sekolah dan guru serta pemberian angket bagi peserta didik yang diwakilkan 3 peserta didik setiap kelas. (Moleong, 2017: 127)
PEMBAHASAN
Penelitian yang dilaksanakan mengenai penguatan pendidikan karakter di SD Negeri Sendangmulyo 01 Semarang dapat dijabarkan beberapa hal yaitu ada beberapa faktor yang mendukung proses terlaksananya penguatan pendidikan karakter di sekolah yaitu kepala sekolah yang sudah membuat program di SD Negeri Sendangmulyo 01 Semarang dengan membuat program-program pembiasaan yang dilaksanakan guna membentuk dan meningkatkan karakter peserta didik menjadi lebih baik, selain itu faktor lainnya di dapat dari guru kelas yang sudah mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam pembelajaran.
Faktor yang menghambat proses terlaksananya penguatan pendidikan karakter di sekolah yaitu di dapat dari guru yang masih belum terbiasa dengan adanya program pelaksanaan penguatan pendidikan karakter sehingga guru tersebut belum berubah gaya mengajarnya sesuai dengan buku pedoman pelaksanaan penguatan pendidikan karakter. Selain itu faktor lain yang menghambat adalah dari orang tua peserta didik yang masih tidak menganggap pentingnya pelaksanaan penguatan pendidikan karakter.
Selanjutnya dalam pengamatan/observasi kepada guru melalui kegiatan pembelajaran, guru sudah mengintegrasikan kelima nilai karakter utama SD Negeri Sendangmulyo 01 Semarang ke dalam pembelajaran dengan baik dan dapat merefleksikan pengalaman peserta didik terkait dengan nilai karakter peserta didik sesuai dengan pengalaman nyata peserta didik. Selain itu guru juga menjadi pendidik, pengajar serta evaluator bagi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar di kelas agar nila-nilai karakter peserta didik dapat dibentuk dan ditingkatkan melalui kegiatan pembelajaran. Hal ini sudah sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan karakter menurut Aqib (2010: 11) yaitu: (1) menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter, (2) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik dan (3) mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada peserta didik.
Pengamatan juga dilakukan oleh peneliti melalui kegiatan observasi kepada peserta didik saat kegiatan pembelajaran. Melalui kegiatan observasi tersebut peneliti menganalisis bahwa kegiatan yang dilakukan peserta didik sudah sesuai dengan pelaksanaan penguatan pendidikan karakter, dimulai dari berdoa sebelum pembelajaran, menyanyikan mars PPK setelah kegiatan apel hingga bekerja sama dalam hal kebersihan saat kegiatan jum’at bersih dengan teman. Pembiasaan melalui kegiatan-kegiatan tersebut memang efektif untuk membentuk nilai karakter peserta didik untuk menjadi lebih baik. Hal ini sudah sesuai dengan Kemendikbud (2016: 7-9) yang menyatakan bahwa kelima nilai utama karakter saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas gerakan PPK.
Selain dalam pengamatan, peneliti juga membagikan angket bagi peserta didik agar hasil data yang di dapat dari penelitian jenuh. Angket yang dibagikan pada peserta didik dari kelas I-VI memuat kelima karakter yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong dan integritas. Menurut peneliti pelaksanaan penguatan pendidikan karakter sudah terlaksana dengan baik dilihat dari hasil angket yang menunjukkan hasil yang memuaskan. Karakter religius mendapat rata-rata sebesar 91,9% yang artinya pihak sekolah sudah mengintegrasikan karakter religius ke dalam pembelajaran dan kegiatan-kegiatan keagamaan dengan baik. Seperti melaksanakan doa sebelum pembelajaran dimulai dan membaca asmaul husna bersama-sama bagi peserta didik muslim dan bagi non muslim untuk berkumpul ke dalam suatu ruangan untuk melaksanakan doa bersama setelah kegiatan apel pagi.
Karakter nasionalis mendapat rata-rata sebesar 63,5% yang artinya pengintegrasian nilai karakter nasionalis ke dalam pembelajaran dan kegiatan-kegiaatan nasionalis pelu ditingkatkan lagi. Dilihat dari jarangnya peserta didik untuk pergi ke perpustakaan dan tidak semua peserta didik pernah menjadi petugas upacara dikarenakan petugas upacara di SD Negeri Sendangmulyo 01 diambil dari petugas paskibra, hal ini menjadi faktor yang membuat nilai karakter nasionalis mendapat kriteria cukup.
Karakter mandiri mendapat rata-rata sebesar 89,5% yang artinya pelaksanaan penguatan pendidikan karakter terkait dengan nilai karakter mandiri sudah terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari peserta didik yang mengerjakan tugas sendiri dan peserta didik yang selalu meminta izin kepada guru untuk ke kamar mandi terutama untuk anak kelas I yang diajarkan untuk ke kamar mandi sendiri tanpa meminta bantuan kepada guru melalui kegiatan PLS (Pengenalan Lingkungan Sekolah).
Karakter gotong-royong mendapat rata-rata sebesar 77,7% yang berarti pengintegrasian nilai karakter gotong-royong ke dalam pembelajaran dan kegiatan-kegiatan di luar pembelajaran sudah terintegrasi dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari peserta didik yang saling bergotong-royong dengan teman membuang sampah di tempat sampah setelah melaksanakan kegiatan juma’at bersih. Selain itu peserta didik juga mengerjakan tugas secara berkelompok dan tidak memilih teman untuk dijadikan teman sekelompoknya.
Karakter integritas mendapat rata-rata sebesar 82,6%, yang berarti pelaksanaan penguatan pendidikan karakter terkait dengan karakter integritas sudah terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari peserta didik yang datang tepat waktu ke sekolah dan jarang ada yang terlambat. Selain itu sebagian peserta didik juga sudah pernah menjadi ketua kelas, artinya peserta didik sudah memiliki jiwa bertanggung jawab akan tugasnya dan mendapat kepercayaan dari teman maupun guru untuk memimpin teman-temannya. Jadi kelima karakter utama yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong dan integritas sudah terintegrasi dengan baik.
Berdasarkan penjabaran diatas mengenai hasil angket peserta didik hal ini sudah sesuai dengan nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam PPK menurut Kemendikbud (2016: 7-9). Ada lima nilai utama karkter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas gerakan PPK.
Terkait dengan pelaksanaan penguatan pendidikan karakter peneliti juga melakukan wawancara kepada kepala sekolah dan guru di SD Negeri Sendangmulyo 01 Semarang dan menganalisis hasil wawancara yaitu PPK di sekolah sudah berjalan sejak tahun 2018, dan penyuluhan serta sosialisasi mengenai pelaksanaan penguatan pendidikan karakter bagi guru sudah dijalankan oleh kepala sekolah melaluli rapat dan briefing. Karakter yang menjadi karakter utama di sekolah ada 6 yaitu (1) religius, (2) nasionalis, (3) mandiri, (4) gotong-royong, (5) integritas dan (6) berwawasan lingkungan. Selain itu kepala sekolah dan guru bermusyawarah mengenai budaya sekolah di SD Negeri Sendangmulyo 01 Semarang dengan hasil yaitu adanya tema di setiap kelas yang menjadi ciri khas sekolah yang dapat membedakan dengan sekolah lain. Dalam melaksanakan pembiasaan di sekolah kepala sekolah berpendapat bahwa kegiatan pembiasaan sudah terlaksana dengan baik melalui kegiatan apel, kegiatan ekstrkurikuler, dll.
Hasil penelitian melalui wawancara dengan guru sudah sesuai dengan basis pendidikan karakter menurut Muslich (2011: 160) yaitu (1) Desain pendidikan berbasis kelas. Desain ini berbasis pada relasi guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pembelajar di dalam kelas. Hal ini sesuai dengan guru selalu mengintegrasikan kelima nilai karakter dalam mata pelajaran sesuai dengan pembelajaran. (2) Desain pendidikan karakter berbasis kultur sekolah. Desain ini mencoba membangun kultur sekolah yang mampu membentuk karakter anak didik dengan bantuan pranata sosial sekolah agar nilai tertentu terbentuk dan terbatinkan dalam diri siswa. Hal ini sesuai dengan guru dan pihak sekolah menerapkan kultur sekolah yaitu 5S (senyum, sapa, salam, sopan dan santun)
Selanjutnya (3) Desain pendidikan berbasis komunitas. Masyarakat di luar lembaga pendidikan seperti keluarga, masayarakat umum dan dan negara juga memiliki tanggung jawab moral untuk mengintegrasikan pembentukan karakter dalam konteks kehidupan mereka. Hal ini sudah sesuai dengan pernyataan guru bahwa faktor yang mendukung proses terlaksananya penguatan pendidikan karakter di sekolah melalui dukungan dari orang tua untuk anaknya dengan cara mendukung mereka melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah guna mengasah ketrampilan dan membentuk karakter peserta didik agar mampu bersaing di masyarakat.
Para guru dan kepala sekolah mengintegrasikan kelima nilai karakter utama melalui kegiatan pembelajaran dan kegiatan/pembiasaan ekstrakulikuler. Melalui kegiatan pembelajaaran guru mengintegrasikan lewat muatan pembelajaran yang bermuatan nilai karakter sesuai dengan tema pembelajaran. Dan kegiatan pembiasaan melalui kegiatan apel pagi, membaca asmual husna serta kegiatan ekstrakulikuler seperti taekwondo, karate, paskibra, seni tari dan pramuka. Hal ini sangat mendukung dalam pelaksanaan penguatan pendidikan karakter di sekolah.
Selain itu demi mewujudkan sekolah berkarakter pihak sekolah memiliki budaya sekolah yang dapat menjadi ciri khas SD Negeri Sendangmulyo 01 Semarang, yaitu adanya tema di setiap kelas. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya tarik belajar siswa agar dalam mengikuti kegiatan pembelajaran lebih menarik. Menurut peneliti dengan adanya tema di setiap kelas akan membuat suasana kelas lebih menyenangkan. Terkait dengan pelaksanaan penguatan pendidikan karakter menurut kepala sekolah dan guru-guru sudah sesuai dengan harapan, namun alangkah baiknya untuk lebih ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di SD Negeri Sendangmulyo 01 Semarang terdapat beberapa kesimpulan dalam penelitian yaitu: (1) pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter di SD Negeri Sendangmulyo 01 Semarang sudah berjalan secara baik. Hal ini dapat dilihat dari terintegrasinya nilai-nilai karakter peserta didik pada saat pembelajaran dan kegiatan sehari-hari. Selain itu melalui kegiatan observasi pada saat pembelajaran, guru juga sangat berperan dalam pembentukan nilai-nilai karakter di kelas. (2) hasil penelitian tentang penguatan pendidikan karakter melalui angket bagi peserta didik juga sudah baik, hal ini terlihat dari hasil angket yang menunjukkan nilai yang beraneka ragam. Beberapa nilai karakter seperti religius, mandiri, gotong-royong dan integritas sudah menjadi nilai karakter utama yang tertanam di SD Negeri Sendangmulyo 01 Semarang, dan karakter-karakter lainnya seperti karakter nasionalis diharapkan akan lebih berkembang.
Selanjutnya (3) hasil data penelitian melalui wawancara dengan kepala sekolah dan guru tentang pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter sudah berjalan dengan sangat baik, kepala sekolah dan guru sudah mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang dapat meningkatkan dan membentuk karakter peserta didik menjadi lebih baik lewat kegiatan pembiasaan, yaitu kegiatan apel pagi dan pembiasaan sholat dzuhur serta kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler yang dapat mendukung proses pelaksanaan penguatan pendidikan karakter di sekolah. Selain itu dengan adanya budaya sekolah yaitu memiliki tema di setiap kelas membuat SD Negeri Sendangmulyo 01 Semarang berbeda dengan sekolah dasar yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal dan Sujak. (2011). Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Widya
Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah. (2017). Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta: Depdiknas
Ezmir. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Depok: PT RajaGrafindo Persada
Kemendikbud. (2016). Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Kemendiknas. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Kebukuan Kemendiknas
Moleong, Lexy J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Askara