DAMPAK PENGINJILAN RASUL PAULUS

BAGI PERTUMBUHAN GEREJA

 

Yusuf Sugito Raharjo

Jason Marbun

Markus Suparno

Benny Markus

Jesaja Pingastono S.

STT APOLLOS Jakarta

 

ABSTRAK

Penulisan ini membahas secara singkat tapi menyeluruh tentang bagaimana pola penginjilan Rasul Paulus pada waktu itu, dan relevansinya bagi pertumbuhan gereja pada masa kini. Ada banyak pelajaran, pola dan manfaat yang dapat diambil dengan mempelajari cara-cara Rasul Paulus menginjil, terutama dalam hubungannya dengan pertumbuhan gereja. Disamping menginjil Rasul Paulus juga mendirikan banyak gereja/jemaat di berbagai kota. Sekaranglah saatnya Gereja harus bertumbuh dan Injil harus diberitakan ke seluruh penjuru dunia, seperti yang tertulis dalam Matius 24:14 Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.”[46]

Kata kunci: penginjilan Rasul Paulus, pertumbuhan gereja

 

PENDAHULUAN

Penginjilan merupakan salah satu tugas esensial dalam gereja yang pada hakikatnya adalah wujud nyata dari Amanat Agung yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya sebelum Ia terangkat ke sorga.

Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:18-20)[47].

Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia. Kisah Para Rasul 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Masehi. dari keluarga Yahudi suku Benyamin Roma 11:1; Filipi 3:5 dan menjadi warga negara Roma. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhab Farisi Kisah Para Rasul 22:3; 26:4 ; Galatia 1:14; Filipi 3:5.

Pada tahun 34 Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik diubah oleh penampakan Yesus. Yesus yang bangkit menyatakan kepada Paulus bahwa tugasnya ialah mewartakan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi (Kisah Para Rasul 9:3-16; Galatia 1:12,15 ; Efesus 3:2).

Sejak saat itu Paulus melayani Kristus yang secara pribadi telah “menangkapnya” untuk menjadi pengikutNya (Filipi 3:12). Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik (Galatia 1:17), dan mulai mewartakan Injil Kristus. Sesudah mengunjungi Yerusalem dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia.

Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia (Kisah Para Rasul 13-14), Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul (Kisah Para Rasul 13:9). Dalam tahun 49 jadi empat belas tahun sesudah bertobat Galatia 2:1, Paulus ke Yerusalem untuk ikut serta dalam “Konsili Para Rasul”. Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kisah Para Rasul 15; Galatia 2:3-6.

Misi Paulus yang kedua ini, kurang lebih dilakukan pada tahun 49-52 AD. Perjalanan misi Paulus yang kedua dilakukan bersama dengan Silas setelah sebelumnya didahului dengan perselisihan yang tajam terjadi antara Paulus dan Barnabas mengenai keikut sertaan Markus (Kisah Para Rasul 15:35-41) yang diakhiri dengan terbentuknya dua tim misi, yaitu Barnabas dengan Markus dan Paulus dengan Silas. Misi yang kedua ini dimulai kurang lebih sekitar tahun 50 AD, setelah diselingi pengajaran di Antiokhia. Mula-mula Paulus dan Silas mengelilingi Siria dan Kilikia (Kisah Para Rasul 15:41). Dengan jalan ini mereka mengunjungi kembali jemaat-jemaat yang telah mereka dirikan sebelumnya. Dan dilanjutkan dengan kunjungan ke Derbe dan ke Listra. Di Listra inilah Paulus mengajak Timotius, seorang percaya yang beribukan seorang Yahudi dan berayahkan seorang Yunani, untuk turut serta dalam perjalanan misi (Kisah Para Rasul 16:1-3)). Paulus melihat potensi Timotius sebagai pemimpin dan rekan yang berharga bagi pekerjaannya di wilayah itu.

Dalam perjalanan ini, Paulus menyebarluaskan hasil sidang di Yerusalem (Kisah Para Rasul 16:4). Dan kunjungan ini mententramkan jemaat-jemaat di Galatia, memang tidak ada data terperinci mengenai perjalanan ini, kecuali bahwa jemaat-jemaat diteguhkan dalam iman dan makin lama makin bertambah besar jumlahnya (Kisah Para Rasul 16:5).

Setelah kunjungannya di Galatia berakhir, Paulus memberitakan firman di sepanjang perbatasan barat Galatia yang berkebangsaan Frigia (“wilayah Frigia-Galatia”), dalam perjalanannya menuju Asia (Kisah Para Rasul 16:6). Paulus diperingatkan untuk tidak memasuki Asia, dan dia pergi ke Misia dan Bitinia. Tetapi propinsi-propinsi ini pun tertutup bagi Paulus. Akhirnya ia melanjutkan perjalanan ke Troas.

Dalam Kisah Para Rasul 18:21-22 diungkapkan bahwa setelah Rasul Paulus memohon diri dari Efesus, ia menuju ke Kaisarea dan selanjutkan meneruskan perjalanannya ke Antiokhia, dan setelah beberapa hari lamanya Paulus tinggal di situ, ia mulai kembali perjalanannya1 yang diperkirakan dimulai pada tahun 53 AD. Dimana perjalanan yang dilakukannya pada akhir musim panas dan awal musim ini mengambil pusat di Efesus, dengan tujuan untuk menguatkan murid-murid dan kawan-kawan sepelayanannya yang ia tinggalkan pada perjalanan sebelumnya.

Tahun 58 Paulus ditahan di Yerusalem, Kisah Para Rasul 21:27 – 23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma ditahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti bersalah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.[48] (Dr. Johanis Siahaya.blogspot.com)

Gereja Menurut Perspektif Firman Allah. Firman Allah menyatakan bahwa segala sesuatu dari Dia, dan melalui Dia, dan oleh Dia dan akhirnya Allah adalah segalanya (Roma 11:36; I Korintus 3:6; 15:28). Kita sekarang hidup dalam jaman Roh Kudus dan bahwa Dia adalah Parakletos (Penolong) dari Allah di zaman ini. Saat ini merupakan zaman dimana gereja bertumbuh, ekspansi, dan pelipatgandaan jumlah gereja telah menjadi obsesi para penginjil dan pemimpin gereja.

METODE PENELITIAN

Dalam menyusun jurnal menggunakan metode kepustakaan. Dengan cara memaparkan dan mengkaji apa yang sudah dikerjakan dan ditulis untuk memperoleh kesimpulan atau jawaban sementara dari masalah tersebut. Sumber pustaka yang digunakan adalah menggunakan dua sumber. Sumber primer yaitu Alkitab yang menjadi tolak ukur penginjilan, dalam meninjau dan mengkaji tentang model penginjilan dan penerapannya pada masa sekarang, sedangkan sumber sekunder yaitu literatur-literatur teologi yang dapat membantu dalam pembahasan ini, artikel-artikel yang dapat mendukung.

HASIL PENELITIAN DAN HASIL PEMBAHASAN

Tujuh Prinsip Pertumbuhan Gereja:

1.     Memiliki mimpi yang besar seperti Yusuf (Kejadian 37:7-9)

2.     Memiliki karakter yang sehat (penuh Roh Kudus).

3.     Meningkatkan kualitas kepemimpinan.

4.     Menciptakan persekutuan yang sehat, erat dan harmonis.

5.     Melakukan pembinaan dan pelatihan anggota jemaat.

6.     Mengadakan ibadah yang hidup dan berkuasa.

7.     Mendorong jemaat untuk melayani dan mempergunakan karunia-karunia (2 Timotius 1:6, 1 Timotius 4:14)

Gereja bertumbuh bila Gembala giat mengajar dan menjalankan penginjilan.

1.     Pemuridan.

Mengajar jemaat untuk menjadi saksi dan memenangkan jiwa-jiwa. Beberapa anggota jemaat terpanggil menjadi hamba Tuhan.

 

2.     Kunjungan.

Secara aktif mengadakan kunjungan kepada anggota jemaat yang dilakukan dengan berjalan kaki dengan maksud supaya dapat lebih dekat, mengenal dan dikenal oleh masyarakat. Melalui pelayanan tersebut menghasilkan buah dengan tumbuhnya jemaat baru.

3.     Pembinaan.

Pembinaan pertumbuhan kerohanian dalam jemaat merupakan strategi dalam pertumbuhan gereja. Pembinaan dalam bidang kerohanian dilakukan dalam bentuk ibadah dan pendalaman Alkitab.

4.     Memotivasi Jemaat Beribadah di Gereja.

Menanamkan sebuah pemahaman yang benar tentang beribadah. Ibadah bukan aturan yang dibuat oleh manusia, bukan aturan organisasi juga bukan keinginan gembala, tetapi ibadah adalah perintah Tuhan (Ibrani 10:25; 1 Timotius 4:8; Keluaran 4:23; 7:16; 8:1)

5.     Memiliki Visi dan Misi yang jelas.

VISI 3G:

G yang pertama   : Penginjilan (Gospel)

G yang kedua       : Pertumbuhan rohani (Grow)

G yang ketiga       : Mempertahankan kemuliaan Tuhan dalam gereja (Glory)

MISI OTW:

O adalah Out reach (penjangkauan/penginjilan)

T adalah Togethernes (tumbuh bersama)

W adalah Worship and Word (penyembahan dan Firman),

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Penginjilan dan pertumbuhan gereja tidak dapat dipisahkan karena sangat saling melengkapi. Penginjilan tanpa kuasa Roh Kudus akan sia-sia. Gereja tanpa penginjilan tidak dapat bertumbuh juga sebaliknya penginjilan tanpa adanya gereja akan sia-sia.

Sebuah gereja harus memiliki sebuah program pelatihan, didasarkan pada pelajaran individual dalam menjalani kehidupan sehari-hari, yang bertujuan untuk memperlengkapi setiap anggota dalam apapun pelayanan mereka, di kehidupan dalam gereja maupun dalam masyarakat.

Jadi penginjilan sangat penting bagi pertumbuhan gereja. Perintisan Gereja tidak akan berjalan dengan baik jika penginjilan tidak dilakukan dengan baik. Penginjilan yang efektif akan sangat menunjang bagi perintisan gereja.

SARAN.

1.     Gereja harus menjalankan fungsi pemuridan.

2.     Gereja harus aktif melakukan penginjilan yang dipimpin oleh Roh Kudus.

3.     Gereja harus bertumbuh dalam pengenalan Kitab Suci.

4.     Gereja harus memiliki strategi untuk pertumbuhan rohani jemaat.

5.     Gereja harus memotivasi jemaat untuk taat beribadah.

6.     Gereja harus mewujudkan fungsi Garam dan Terang dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Alkitab LAI, Terjemahan Baru

Emil. G. Kraeling, The Life of The Apostle Paul (Chicago:Rang Mc Nally,1965)162

George Ogg, The Cronology of Paul (London: Epworth Press 1963)133


 



[46].         Alkitab LAI, Terjemahan Baru.

47          ibid

48.         Emil. G. Kraeling, The Life of The Apostle Paul (Chicago:Rang Mc Nally,1965)162 George Ogg, The Cronology of Paul (London: Epworth Press 1963)133