Efektifitas In House Training Karya Ilmiah Dalam Meningkatkan Kemampuan
EFEKTIFITAS IN HOUSE TRAINING KARYA ILMIAH
DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS GURU-GURU SMPN 1 TEGAL SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Ries Murdiani
SMP 1 Kota Tegal
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan kemampuan menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas dapat ditingkatkan melalui In House Training Karya Ilmiah pada guru-guru di UPTD SMP Negeri 1 Tegal Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018. (2)Mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan In House Training berlangsung untuk meningkatkan kemampuanguru-guru di UPTD SMP Negeri 1 Tegal dalam menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018. Hasil penelitian ini kemampuan menyusun laporan PTK bagi guru-guru UPTD SMP Negeri 1 Tegal pada kegiatan In House Training tentang Penelitian Tindakan Kelas mengalami peningkatan cukup signifikan sejalan dengan meningkatnya jumlah laporan PTK dengan kriteria layak yang telah selesai disusun guru selama pelaksanaan IHT berlangsung. Jika pada kondisi awal tidak ada satupun guru yang telah menyusun laporan PTK, namun setelah dilakukan tindakan penelitian pada Siklus I jumlahnya meningkat sebanyak 8 orang guru atau 25% dan pada Siklus II juga meningkat kembali yaitu sebanyak 11 orang guru atau 34%.
Kata kunci: in house training, PTK, guru SMP Negeri 1 Tegal
PENDAHULUAN
Diterbitannya Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, merupakan bukti pengakuan terhadap profesionalitas pekerjaan guru dan dosen semakin mantap. Terlebih lagi di dalam pasal 14 dan 15 Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.
Bagi para guru pengakuan dan penghargaan di atas harus dijawab dengan meningkatkan profesionalitas dalam bekerja. Guru tidak selayaknya bekerja as usual seperti era sebelumnya, melainkan harus menunjukkan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi.
Dalam Kegiatan pembelajaran, guru juga harus melakukan peningkatan mutu pembelajaran secara terus menerus agar prestasi belajar peserta didik optimal disertai dengan kepuasan yang tinggi. Peningkatan mutu pembelajaran dimaksud dapat dilakukan manakala guru senantiasa mampu menganalisis masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran di kelas yang selanjutnya dicari upaya mengatasi masalah tersebut. Melalui penelitian tindakan reflektif atau Penelitian Tindakan Kelas yang hasilnya kemudian ditulis dalam naskah laporan hasil penelitian. Bisa juga naskah tersebut selanjutnya dipublikasikan secara luas maupun terbatas pada jurnal-jurnal ilmiah.
Namun kenyataan umum yang ada di lapangan, kompetensi dan kondisi guru jauh dari harapan. Banyak guru yang mengalami hambatan atau kesulitan dalam memulai kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena berbagai alasan.guru-guru di UPTD SMP Negeri 1 Tegal yaitu hampir semua guru belum pernah melakukan Penelitian Tindakan Kelas sehingga kenaikan pangkat mereka banyak yang berhenti pada pangkat pembina/golongan ruang IV/a. Berdasarkan hasil kajian kondisi awal penelitian, bukti berdasarkan studi dokumen kepengawaian diperoleh data dari 32 orang guru berstatus Pegawai Negeri Sipil pada UPTD SMP Negeri 1 Tegal Tahun Pelajaran 2016/2017 diperoleh data 1 orang berpangkat pembina Tk.1/golongan ruang IV b, sebanyak 15 orang berpangkat pembina/golongan ruang IV/a, 15 orang berpangkat/golongan ruang III/a sampai III/d dan 1 orang guru berpangkat guru muda Tk.I/golongan ruang II/d. Mereka yang berpangkat pembina/golongan ruang IV/a rata-rata sudah lebih dari empat tahun bahkan ada yang sudah 10tahunbelum dapat naik pangkat. Kendala utamanya adalah karena para guru belum mampu melaksanakan pengembangan profesi khususnya jenis karya tulis berbentuk Penelitian Tindakan Kelas.
Berpijak dari uraian di atas, perlunya peningkatan peran dan tugas kepala sekolah untuk dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan dan menyusun laporan PTK. Upaya yang dilakukan adalah mengadakan pelatihan berbentuk In House Training Karya Ilmiah. Bentuk pelatihan ini layak untuk dilakukan mengingat keterbatasan sekolah dalam hal waktu, tempat dan biaya yang dikeluarkan. In House Training adalah merupakan layanan pelatihan yang diselenggarakan menyesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan instansi atau sekolah baik dalam hal materi pelatihan, waktu serta tempat pelatihan. Diharapkan kondisi akhir melalui kegiatan In House Training dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas bagi guru-guru di UPTD SMP Negeri 1 Tegal Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal ini sesuai pendapat Rahman (2009) bahwa fungsi pelatihan dalam organisasi,adalah sebagai segala kegiatan yang dirancang untuk memperbaiki kinerja personil dalam suatu pekerjaan tertentu.
Rumusan masalah yang diajukan dalam Penelitian Tindakan ini antara lain: (1) Apakah kemampuan menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas dapat ditingkatkan melalui In House Training Karya Ilmiah pada guru-guru di UPTD SMP Negeri 1 Tegal Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018? (2) Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan In House Training berlangsung untuk meningkatkan kemampuan guru-guru di UPTD SMP Negeri 1 Tegal dalam menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 ?
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan kemampuan menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas dapat ditingkatkan melalui In House Training Karya Ilmiah pada guru-guru di UPTD SMP Negeri 1Tegal SemesterGenap Tahun Pelajaran 2017/2018. (2) Mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan In House Training berlangsung untuk meningkatkan kemampuan guru-guru di UPTD SMP Negeri 1 Tegal dalam menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018.
KAJIAN PUSTAKA
Landasan Teoretis
Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Karena merupakan penanggungjawab utama atas terselenggaranya kegiatan pendidikan dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah yang bersangkutan.Sehingga ketercapaian tujuan pendidikan tersebut sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah.
Pengertian kepala sekolah menurut Wahjosumidjo (2005: 83) adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah, tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar atau tempat terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Sedangkan menurut Rahman dalam Aedi, Nur (2016: 35) mengemukakan bahwa Kepala Sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (Kepala Sekolah) di sekolah.
Dalam melaksanakan pekerjaannya kepala sekolah mempunyai tugas pokok dan fungsi yang mencakup 7 (tujuh) macam sebagaimana disampikan Mulyasa, E (2007: 98) yaitu meliputi kepala sekolah sebagai Edukator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader,Inovator, Motivator atau sering disingkat EMASLIM.
Kemampuan Guru Menyusun Laporan Penelitian Tindakan Kelas.
Guru sebagai tenaga profesional harus terus meningkatkan profesionalitasnya melalui berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuannya.Kegiatan untuk meningkatkan profesionalitas guru dikembangkan melalui Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan atau PKB.Sesuai amanat Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor: 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, PKB diakui sebagai salah satu unsur utama setelah kegiatan pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan lain yang relevan dengan fungsi sekolah yang diberikan angka kredit untuk pengembangan karier guru khususnya dalam kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru. PKB adalah unsur utama yang kegiatannya juga diberikan angka kredit untuk pengembangan karier guru yang profesional dan PKB mencakup tiga hal; yaitu pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif.
Salah satu unsur PKB pada komponen publikasi ilmiah yang banyak digunakan guru sebagai modal angka kredit dalam kenaikan pangkat ke jenjang lebih tinggi adalah penyusunan karya ilmiah berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK),Jenis karya ilmiah tersebut kecuali mudah dilakukan sendiri oleh guru juga mempunyai angka kredit yang cukup besar, yaitu 4.
Hakikat Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar mengajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan siswa.Suharsimi, Suhardjono dan Supardi, (2008: 3). Sedangkan menurut Suyanto dalam Masnur Muslich (2011), “PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan – tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional.”
Dari dua pendapat dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang mencermati kegiatan belajar mengajar di kelas dengan melakukan tindakan tindakan tertentu untuk memperbaiki praktek pembelajaran.
Ditinjau dari karakteristiknya, PTK memiliki karakteristik antara lain: 1) didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional, 2) adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya, 3) penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi, 4) bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional, 5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus. Siklus PTK merupakan daur ulang tindakan yang dilakukan yang terdiri 4 tahap. Keempat tahap tersebut menurutKemmis & MC.Taggartdalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2008: 16) terdiri: 1) perencanaan,2) pelaksanaan tindakan,3) pengamatan dan4) refleksi.
Ada tiga bagian pokok yang perlu dilewati untuk berhasilnya suatu Penelitian Tindakan Kelas. Ketiga bagian tersebut menurut Supardi dan Suhardjono (2012: 33) meliputi menyusun proposal atau usulan penelitian, melaksanakan penelitian dan melaporkan hasil penelitian.
Setelah proposal penelitian disusun, peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Pelaksanaan PTK dilaksanakan berulang-ulang dalam wujud siklus penelitian. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Siklus berikutnya sangat dipengaruhi hasil, kelemahan, kekurangan siklus sebelumnya.
Selanjutnya setelah PTK selesai dilaksanakan, peneliti menyusun laporan PTK. Kerangka penulisan laporan PTK menurut Supardi dan Suhardjono (2012: 118) memuat komponen-komponen sebagai berikut: (1) Bagian pendahuluan, terdiri dari: halaman judul, lembaran persetujuan disertai tanggal/waktu persetujuan, kata pengantar disertai tanggal penyusunan, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran, serta abstrak atau ringkasan (bila diperlukan) (2) Bagian Isi, umunya terdiri: Bab I, Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan/manfaat penelitian.Bab II, Kajian Teori memuat teori-teori dan temuan dari peneliti terdahulu tentang variabel masalah, variabel tindakan serta kerangka berpikir. Bab III, Metode Penelitian, setidaknya memuat: setting penelitian, prosedur penelitian, pengumpulan data, analisis data dan indikator keberhasilan, langkah-langkah tahapan penelitian.Bab IV, Hasil Penelitian dan Diskusi Hasil Penelitian, setidaknya memuat gambaran subjek penelitian, sajian data dan pembahasan terhadap hasil seluruh siklus Bab V, Simpulan dan Saran, berisi simpulan dari pembahasan. (3) Bagian Penunjang, terdiri: sajian daftar pustaka dan lampiran
In House Training
In house trainingadalah pelatihan yang dilaksanakan secara internal di kelompok kerja guru, sekolah, atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan. Danim, S (2011: 94).Dalam kamus bahasa Inggris, “training” bermakna latihan. Latihan dalam ilmu pengetahuan perilaku adalah suatu kegiatan yang tujuannya untuk mengembangkan, meningkatkan, atau memperoleh efektivitas pekerjaan perseorangan yang lebih besar.
Jadi, pada dasarnya In House Training adalah merupakan proses pendidikan dan latihan jangka pendek yang diselenggarakan pada satuan pendidikan atau beberapa sekolah dengan tujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan warga sekolah khususnya para guru sehingga efektivitas dalam pelaksanaan tugasnya lebih besar karena memperoleh keterampilan operasional secara memadai.
Kerangka Berpikir
Kondisi awal penelitian menunjukkan masih rendahnya kemampuan guru di UPTD SMP Negeri 1 Tegal pada Tahun Pelajaran 2017/2018 dalam menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas. Hal ini dapat diamati bahwa mayoritas guru belum pernah melakukan kegiatan pengembangan profesi terutama Penelitian Tindakan Kelas sehingga kenaikan pangkat guru, banyak berhenti pada pangkat pembina/golongan ruang IV/a.Faktor penyebab terjadinyaadalah kurang maksimalnya pembinaan pengembangan profesi guru oleh kepala sekolah, ketidakcukupan pengetahuan dan motivasi gurudalam memulai penelitian serta menyusun laporanPenelitian Tindakan Kelas.
Upaya yang dilakukan kepala sekolah melalui pembinaan pengembangan profesi guru yaitu melalui pelatihan berbentuk In House TrainingKarya ilmiah utamanya tentang Penelitian Tindakan Kelas.Pelaksanaan In House Training ini dilakukan dengan 2 siklus. Siklus I dilakukan dengan memberikan bimbingan klasikal sesuai rumpun mata pelajaran sejenis dengan menyusun laporan PTK yaitu Bab I, Bab II dan Bab III, sedangkan Siklus II memberikan bimbingan individu tiap guru untuk Bab IV dan Bab V.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, hipotesis tindakan yang diajukan dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah: “MelaluikegiatanIn House Training Karya ilmiahdidugadapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas bagi guru-guru di UPTD SMP Negeri 1 TegalGenap Tahun Pelajaran 2017/2018”.
METODE PENELITIAN
Setting, Lokasi dan Subjek Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah bertempat di UPTD SMP Negeri 1 Tegal dengan alamat Jalan Tentara Pelajar no.32 Tegal.
Waktu pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah adalahpada Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 yaitu sejak tanggal 2 Januari 2018s.d.30 Mei 2018.
Subjek Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah peningkatan kemampuan menyusun PTK melalui In House Training Karya Ilmiah guru-guru di UPTD SMP Negeri 1 Tegal sebanyak 32 orang terdiri guru laki-laki dan perempuan. Semua subjek penelitian tersebut berstatus Pegawai Negeri Sipil sekaligus sebagai peserta In House Training.
Sumber Data
Dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini terdapat dua macam sumber data, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian yaitu guru peserta IHT tentang PTK, kepala sekolah/peneliti dan kolaborator, sedangkan sumber data sekunder berasal dari pihak-pihak yang secara tidak langsung berhubungan dengan subjek penelitian yaitu pejabat dinas Dinas Pendidikan Kota Tegal, dan staf Tata Usaha UPTD SMP Negeri 1 Tegal.
Teknik Pengumpulan Data
Pengamatan.
Teknik pengamatan dilakukan peneliti dan teman sejawat/kolaborator dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan untuk mengukur kelayakan laporan PTK yang telah selesai dibuat guru peserta In House Training. Penyusunan laporan PTK Bab I, Bab II dan Bab III merupakan materi IHT yang dilakukan pada Siklus I, sedangkan penyusunanlaporan PTK Bab IV dan Bab V merupakan materi IHT yang dilakukan pada Siklus II.
Instrumen lembar pengamatan kelayakan laporan PTK disusun berdasarkan kisi-kisi lembar pengamatan yang berisi aspek pengamatan, indikator pengamatan, kriteria penskoran dan skor.
Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini digunakan peneliti untuk memperoleh data tentang dokumen laporan Penelitian Tindakan Kelas yang disusun guru selama kegiatan In House Training berlangsung dan dokumen pendukung lain terkait dengan penelitian seperti dokumen perizinanPTS, bahan materi pelatihan In House Training serta foto-foto kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah.
Validasi Data
Teknik yang digunakan dalam rangka validasi data penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik triangulasi, yaitu penggunaan metode ganda dan perspektif teman sejawat/kolaborator untuk memperoleh gambaran yang lebih objektif. Sesuai dengan pendapat Suwarsih Madya (2007) dalam www.ktiguru.org ada empat jenis triangulasi yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas yaitu triangulasi waktu, triangulasi ruang, triangulasi peneliti, dan triangulasi teoretis.
Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisisdeskriptif komparatif dalam bentuk nilai kuantitatif dan nilai kualitatif. Nilai kuantitatif diperoleh dari data hasil pengukuran kelayakan dokumen laporan PTK yang telah selesai disusun guru peserta In House Training pada setiap siklus penelitian. Sedangkan nilai kualitatif diperoleh dari data hasil pengamatan terhadap proses pelaksanaan In House Training pada setiap siklus penelitian. Dengan demikian dalam penelitian ini terdapat dua data yang dikumpulkan dan dianalisis peneliti. Kedua data tersebut antara lain: data kelayakan laporan PTK dan data proses pelaksanaan In House Training
Indikator Kinerja
Dalam penelitian ini indikator kinerjanya adalah sekurang-kurangnya 10 orang atau 31% guru peserta In House Training telah selesai menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas dengan kriteria layak dari jumlah guru peserta In House Training sebanyak 32 orang.
Prosedur Penelitian
Penelitiandilakukan dengan dua siklus, masing-masing siklus terdapat empat tahapan, mengacu pada model siklus dari Kemmis &Taggart. Adapun model tersebut, dalam Suharsimi, Suhardjono dan Supardi (2008: 16) adalah empat tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan reflaksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Kemampuan menulis karya ilmiah terutama menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas bagi sebagaian besar guru masih sangat rendah. Bukti berdasarkan studi dokumen kepengawaian diperoleh data dari 32 orang guru berstatus Pegawai Negeri Sipil pada UPTD SMP Negeri 1 Tegal Tahun Pelajaran 2017/2018 hanya satu yang telah menyusun laporan PTK. Data kepegawaian secara rinci menunjukkan bahwa sebanyak 1 orang berpangkat pembina Tk 1 golongan ruang IV/b, 15 orang berpangkat pembina/golongan ruang IV/a, 15 orang berpangkat/golongan ruang III/a sampai III/d dan 1 orang guru berpangkat guru muda Tk.I/golongan ruang II/d. Mereka yang berpangkat pembina/golongan ruang IV/a rata-rata sudah lebih dari empat tahun bahkan ada yang sudah 10 tahun belum dapat naik pangkat.
Untuk mengatasi masalah di atas, peneliti sekaligus sebagai kepala berupaya meningkatkan kemampuan menyusun laporan PTK melalui In House TrainingKarya Ilmiah tentang penyusunan Laporan PTKbagiguru-guru di UPTD SMP Negeri 1 Tegal pada Tahun Pelajaran 2017/2018,
Deskripsi Siklus I
Pelaksanaan kegiatan In House Training dalam Penelitian Tindakan Sekolah pada Siklus I dilakukan melalui 5 (lima) kali pertemuan tatap muka, dengan materi pokok adalah: diawali dengan pembukaan kegiatan In House Training tentang Penelitian Tindakan Kelas oleh Pengawas SMP Kota Tegal sekaligus menyampaikan materi kebijakan umum pendidikan Dinas Pendidikan Kota Tegal. Pemberian materi selanjutnya adalah tentang peningkatan PKB dan Karya Ilmiah tentang konsep dasar Penelitian Tindakan Kelas oleh peneliti selaku kepala sekolah, sedangkan materi bimbingan yang dilakukan peneliti selama Siklus I adalah memberikan bimbingan secara klasikal sesuai rumpun mata pelajaran sejenis guru-guru peserta In House Training untuk menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas yang dimulai dari penyusunan Bab I sampai Bab III.
Hasil penelitian yang diperoleh pada Siklus I terdiri atas hasil pengamatan kemampuan guru menyusun laporan PTK dan hasil pengamatan kelayakan laporan PTK pada tindakan Siklus I berlangsung. Hasilnya adalah:
Hasil pengamatan kemampuan guru menyusun laporan PTK
Pengamatan kemampuan guru menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas yang diukur dan dianalisis dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan yang terdiri dari tujuhbelas aspek pengamatan laporan PTK penyusunan Bab I sampai Bab III memperoleh hasil pengamatan kemampuan menyusun laporan PTK setiap guru seperti berikut: diperoleh data bahwa indikator menyusun judul penelitian diperoleh skor sebesar 99 atau 77%, latar belakang masalah diperoleh skor sebesar 93 atau 73%, rumusan masalah diperoleh skor sebesar 80 atau 63%, tujuan penelitian diperoleh skor sebesar 73 atau 57%, manfaat penelitian diperoleh skor sebesar 53 atau 41%, kajian teori diperoleh skor sebesar 53 atau 41%, penelitian relevan diperoleh skorsebesar 28 atau 22%, kerangka berpikir diperoleh skor sebesar 34 atau 27%, hipotesis tindakan diperoleh skor sebesar 59 atau 46%, setting penelitian diperoleh skor sebesar 48 atau 38%, subjek penelitian diperoleh skor sebesar 50 atau 39%, sumber data diperoleh skorsebesar 32 atau 25%, teknik dan alat pengumpulan data diperoleh skorsebesar 46 atau 36%, validasi data diperoleh skor sebesar 39 atau 30%, analisis data sebesar skor sebesar 31 atau 24%, indikator kinerja diperoleh skor30 atau 23% dan prosedur penelitian diperoleh skor sebesar 24 atau 19%.
Dari ketujuhbelas indikator pengamatan tersebut di atas, skor perolehan terbesar terdapat pada indikator pengamatan menyusun judul penelitian yang mencapai skor sebesar 99 atau 77% dan skor perolehan terendah terdapat pada indikator menyusun prosedur penelitian yang hanya mencapai skor sebesar 24 atau 19%.
Hasil pengamatan kelayakan laporan PTK
Pengamatan kelayakan laporan PTK yang diukur dan dianalisis dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan dan mengacu pada empat kriteria kelayakan laporan PTK memperoleh hasil penelitian sebagai berikut: yang telah selesai dibuat guru dengan kriteria tidak layak sebanyak 16 orang guru atau 50%, laporan PTK dengan kriteria kurang layak sebanyak 3 orang guru atau 9%, kriteria cukup layak sebanyak 5 orang guru atau 16% dan kriteria layak sebanyak 8 orang guru atau 25%.
Deskripsi Siklus II
Tindakan penelitian Siklus II dilakukan melalui 4 (empat) kali pertemuan tatap muka, dengan materi tentang teori menganalisis, menyajikan data hasil penelitian, pembahasannya dan simpulan serta saran. Sedangkan bimbingan penyusunan laporan PTK dilakukan peneliti selama Siklus II adalah memberikan bimbingan secara individu kepada guru-guru peserta IHT untuk menyusun laporan PTK yang dimulai dari penyusunan Bab IV sampai Bab V. Pada tindakan Siklus II yang juga dilakukan peneliti adalah memberikankemudahan dalam mencari buku sumber dengan cara meminjamkan buku sumber yang dimiliki peneliti atau mencarikan judul buku sumber beserta pengarangnya.
Hasil pengamatan kemampuan guru menyusun laporan PTK
Pengamatan kemampuan guru menyusun laporan PTK pada Siklus II diukur dan dianalisis dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan yang terdiri dari lima aspek pengamatan laporan PTK pada penyusunan Bab IV sampai Bab V. Hasil pengamatan kemampuan menyusun laporan PTK setiap guru peserta IHT adalah sebagai berikut: kemampuan guru menyusun laporan PTK pada siklus II yang mengacu lima indikator pengamatan memperoleh hasil pengamatan sebagai berikut: indikator menyusun deskripsi kondisi awal diperoleh skor sebesar 47 atau 37%, deskripsi hasil per siklus diperoleh skor sebesar 46 atau 36%, pembahasan/diskusi diperoleh skor sebesar 42 atau 33%, simpulan diperoleh skor sebesar 32 atau 25% dan saran diperoleh skor sebesar 31 atau 24%.
Hasil pengamatan kelayakan laporan PTK
Pengamatan kelayakan laporan PTK yang diukur dan dianalisis dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan dengan mengacu pada empat kriteria kelayakan laporan PTK memperoleh hasil penelitian seperti berikut: kriteria tidak layak sebanyak 20 orang guru atau 63%, laporan PTK dengan kriteria cukup layak sebanyak 1 orang guru atau 3% dan kriteria layak sebanyak 11 orang guru atau 34%, sedangkan laporan PTK dengan kriteria kurang layak yang tidak ada.
Pembahasan
Deskripsi hasil penelitian yang dilakukan pada kedua siklus sebagaimana telah diuraikan di atas dapat disampaikan perbandingan hasil penelitian antar siklus sebagai berikut: pada Siklus I sebanyak 16 orang guru atau 50%, pada Siklus II sebanyak 20 orang guru atau 63% sehingga terdapat meningkatan sebanyak 4 orang guru atau 13%. Laporan PTK dengan kriteria kurang layak pada Siklus I sebanyak 3 orang guru atau 9% tetapi pada Siklus II tidak terdapat guru yang memiliki laporan PTK dengan kriteria kurang layak tersebut. Laporan PTK dengan kriteria cukup layak pada Siklus I sebanyak 5 orang guru atau 16%, pada siklus II sebanyak 1 orang guru atau 3% sehingga terdapat penurunan sebanyak 4 orang guru atau 13%, sedangkan laporan PTK dengan kriteria layak pada Siklus I sebanyak 8 orang guru atau 25%, pada Siklus II sebanyak 11 orang guru atau 34% sehingga terdapat peningkatan sebanyak 3 orang guru atau 9%.
PENUTUP
Simpulan
- Kemampuan menyusun laporan PTK bagi guru-guru UPTD SMP Negeri 1 Tegal pada kegiatan In House Training tentang Penelitian Tindakan Kelas mengalami peningkatan cukup signifikan sejalan dengan meningkatnya jumlah laporan PTK dengan kriteria layak yang telah selesai disusun guru selama pelaksanaan IHT berlangsung. Jika pada kondisi awal tidak ada satupun guru yang telah menyusun laporan PTK, namun setelah dilakukan tindakan penelitian pada Siklus I jumlahnya meningkat sebanyak 8 orang guru atau 25% dan pada Siklus II juga meningkat kembali yaitu sebanyak 11 orang guru atau 34%.
- Pelaksanaan kegiatan In House Training Karya Ilmiah tentang Penelitian Tindakan Kelas pada guru-guru di UPTD SMP Negeri 1 Tegal dilakukan dengan memberikan bimbingan penyusunan laporan PTK yaitu dimulai dari penyusunan judul PTK, Bab I sampai Bab V. Bimbingan pada Siklus I dilakukan secara klasikal sesuairumpun mata pelajaran sejenis yang diampu guru peserta IHT. Bimbingan yang dilakukan peneliti pada Siklus II adalah dengan cara individu kepada guru peserta IHT dan memberikan kemudahan dalam mencarikan atau meminjamkan buku sumber atau referensi tentang Penelitian Tindakan Kelas.
Saran
- Dokumen laporan PTK dengan kriteria layak yang telah selesai disusun guru-guru UPTD SMP Negeri 1 Tegal sebagai peserta kegiatanIn House Trainingtentang PTK perlu dilengkapi dengan lampiran-lampiran penunjang laporan PTK nya. Lampiran penunjang tersebut misalnya RPP setiap siklus penelitian, kisi-kisi dan instrumen penelitian, rekapitulasi hasil nilai/kerja siswa. contoh hasil nilai/kerja siswa, daftar hadir siswa, foto-foto kegiatan penelitian dan surat ijin penelitian.
- Laporan PTK dengan kriteria layak merupakan salah satu kebutuhan guru dalam hal kepemilikan dokumen Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan jenis publikasi ilmiah. Oleh karena itu, laporan PTK sebagai hasil kegiatan In House Training yang termasuk kriteria layak dapat dijadikan modal angka kredit kenaikan pangkat bagi guru yang bersangkutan.
- Bagi sekolah kegiatan In House Trainingtentang Penelitian Tindakan Kelasmerupakan upaya sekolah dalam rangka mengembangkan profesi guru, jenis kegiatan ini sesuai dengan petunjuk teknis penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), untuk itu pelaksanaan kegiatan tersebut perlu diprogramkan dan dianggarkan dalam Rencana Kerja Sekolah/Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Aedi Nur. 2016. Manajemen Pendidik & Tenaga Pendidikan. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Masnur Muslich, 2011. Melaksanakan PTK Itu Mudah,Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyasa, E, 2007, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,Bandung, Remaja Rosdakarya
Permenpan dan RB No.16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Jakarta, Depdiknas
Sudarwan Danim, 2011. Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: Kencana.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2008, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bumi Aksara
Supardi dan Suhardjono, 2012, Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Berdasarkan Permenpan dan Reformasi Birokrasi No.16 Tahun 2009, Edisi Revisi, Yogyakarta, Penerbit Andi
Wahjosumidjo, 2005, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, Jakarta, Rajawali Pers
Rahman, Arif.(2009).Pembinaan Profesional Guru SMK (Kajian Kualitatif pda SMK di Bandung).Jurnal TabularasaPPS UNIMED.(Nomor 1 Vol.6). Hlm14: 26.