Efektivitas Model Mind Mapping Dalam Pembelajaran Menulis
EFEKTIVITAS MODEL MIND MAPPING
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS SISWA SD INPRES WARI
Paltiman Lumban Gaol
Dosen PGSD, FKIP Universitas Halmahera
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya efektivitas model mind mapping dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis di kelas IV SD Inpres Wari. Metode Penelitian menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan analisis statistik infrensial untuk uji perbedaan rata-rata hasil belajar. Sampel dalam penelitian ini merupakan sampel populasi berjumlah 24 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan tes uraian. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas, uji homogenitas. Uji Hipotesis menggunakan analisis paired sample test. Hasil penelitian pada Uji t beda rata-rata (paired sample test) bahwa: pada kedua uji yang dilakukan yaitu uji t beda rata-rata aktivitas belajar siswa dan uji t beda rata-rata kemampuan menulis siswa, masing-masing menerima H1 bahwa terdapat peningkatan pencapaian belajar (efektifitas) aktivitas belajar siswa dan kemampuan menulis siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis data aktivitas belajar siswa menggunakan paired sample t test dengan bantuan program SPSS versi 20 yang menunjukkan bahwa thitung>tabel (10,284 > 1,714) dan nilai signifikansi kurang dari 0,05 (0,00 < 0,05). Ada perbedaan kemampuan menulis siswa pada pre-test dengan post-test. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis data kemampuan menulis siswa menggunakan paired samples t test dengan bantuan program SPSS versi 20 yang menunjukkan bahwa nilai thitung>Ttabel (11,072 > 1,714) dan nilai signifikansi kurang dari 0,05 (0,000<0,05).
Kata kunci: Efektivitas, Mind Mapping, Kemampuan Menulis
PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai pengaruh besar untuk memperbaiki dan memajukan kualitas sumber daya manusia (SDM) baik secara intelektual maupun moral melalui proses pembelajaran. Peranan pendidikan yaitu untuk memberikan pengalaman belajar dan mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam diri manusia secara optimal.
Menurut Aunurrahman (2013: 5), pendidikan harus memiliki keseimbangan dalam peranannya membangun siswa sebagai warga dunia, bangsa dan masyarakat”. Sumaatmadja (2002) dalam Aunurrahman (2013: 12) mengemukakan bahwa, proses pendidikan melalui pelaksanaan kegiatan pembelajaran harus memberikan kesempatan yang seluasnya bagi siswa untuk mengembangkan sense of interest (rasa ketertarikan), sense of curosity (rasa penasaran), sense of reality (rasa realitas) dan sense of discovery (rasa penemuan) dalam mempelajari fakta untuk mencari kebenaran.
Salah satu aspek yang penting bagi ketercapaian tujuan pembelajaran yaitu terciptanya komunikasi yang baik antara guru dengan siswa. Rosdiana (2012:1-18) menyatakan bahwa, fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Faisal, dkk (2009: 3-19) menjelaskan kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut:
(1) bahasa resmi kenegaraan; (2) bahasa pengantar dalam dunia pendidikan; (3) bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah; dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Menulis dapat dijadikan sebagai sarana mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu.
Tarigan (2008: 3) mengemukakan bahwa, menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menurut Akhadiah (1988) dalam Slamet (2007: 209), “Menulis dapat diartikan sebagai aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran, atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan tulisâ€.
Seperti halnya pada pembelajaran membaca, pembelajaran menulis di sekolah dasar juga dikelompokkan menjadi dua, yaitu menulis permulaan di kelas rendah dan menulis lanjutan di kelas tinggi. Menulis permulaan di kelas rendah menekankan siswa dalam merealisasikan simbol-simbol bunyi menjadi huruf-huruf yang dapat dikenali sesuai dengan tata cara menulis yang baik.
Pada kegiatan menulis lanjutan di kelas tinggi, siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan menulisnya dalam bentuk tulisan yang lebih beragam. Salah satu aspek yang menentukan keberhasilan siswa dalam menulis yaitu kreativitas yang dimiliki oleh guru. Guru memiliki tugas dan tanggung jawab untuk membelajarkan siswanya memahami berbagai konsep, termasuk konsep menulis.
Umumnya siswa mengalami kendala pada saat menulis, seperti: kesulitan dalam menentukan tema, menggunakan pilihan kata yang menarik, dan kurang bisa mengembangkan gagasan yang dimilikinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV SD Inpres Wari didapat permasalahan yang terjadi pada kelasnya yaitu aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kurang optimal. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan data nilai hasil ujian akhir semester genap tahun ajaran 2017/2018, sebanyak 14 siswa (70%) mendapat nilai di bawah KKM. KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD Inpres Wari adalah 65.
Pembelajaran yang baik hendaknya tidak lagi berorientasi pada guru, namun lebih menekankan pada keaktifan siswa. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Oleh karena itu, guru perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup mengenai model pembelajaran yang akan diterapkan. Pada saat memilih model, guru juga perlu memperhatikan materi yang akan diajarkan.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka diperlukan suatu upaya perbaikan agar aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia khusunya pada aspek menulis menjadi optimal.
Pada pembelajaran menulis, guru tidak hanya membacakan salah satu puisi dalam buku paket, dan menyuruh siswa untuk menulisnya kembali, kemudian dibacakan di depan kelas. Pembelajaran tersebut dianggap kurang tepat jika diajarkan pada siswa kelas IV SD, karena aktivitas dan kreatifitas siswa kurang dikembangkan. Penerapan model pembelajaran yang kreatif, inspiratif, menyenangkan, dan memotivasi siswa agar dapat berperan aktif dalam pembelajaran merupakan salah satu upaya agar aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi menulis menjadi optimal.
Model pembelajaran yang dianggap bisa menjadi alternatif dari pemecahan masalah yang dihadapi oleh siswa kelas IV SD Inpres Wari yaitu dengan menerapkan model Mind Mapping. Menurut Silberman (1996) dalam Shoimin (2014: 105), “Mind mapping atau pemetaan pikiran merupakan cara kreatif bagi tiap pembelajar untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari, atau merencanakan tugas baruâ€. Model pembelajaran mind mapping akan membantu siswa dalam mengatasi kesulitan-kesulitan pada saat menulis.
Pembelajaran dengan menerapkan model mind mapping memiliki ciri aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Pembelajaran tersebut sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yakni aktif, suka dengan hal-hal baru, dan senang berimajinasi. Siswa selama proses pembelajaran diberi kebebasan dalam mengembangkan kreativitasnya sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Pembelajaran ini membebaskan siswa dalam mengembangkan imajinasinya dan menggali ide-ide kreatifnya dalam bentuk peta pikir (bagan), gambar, ataupun simbol-simbol. Berpedoman pada mind mapping yang telah dibuat, siswa dapat dengan mudah merangkai dan mengembangkan kata kunci menjadi larik puisi.
Salah satu kelebihan dari model pembelajaran mind mapping yaitu mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif siswa dalam mengorganisasikam ide-ide yang muncul dalam pemikiran. Kelebihan model mind mapping akan lebih optimal jika digabungkan dengan media gambar. Media gambar dapat merangsang imajinasi siswa dalam memunculkan ide-ide kreatif dalam pemikirannya. Penggunaan media gambar diharapkan dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, sehingga membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis.
Penelitian mengenai penerapan model mind mapping pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Nurroeni (2012), melakukan penelitian dengan judul “Keefektifan Penggunaan Model Mind Mapping terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Pokok Peristiwa Alam pada Siswa Kelas V di SDN Debong Kidul Kota Tegalâ€. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama sebesar 66,62 dan termasuk kriteria tinggi. Rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada pertemuan kedua yaitu 75,54 dan termasuk kriteria sangat tinggi. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai signifikannya sebesar 0,383. Berarti nilai signifikansinya > 0,05, sehingga Ho diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa tetapi tidak ada perbedaan hasil belajar IPA pada materi Peristiwa Alam yang signifikan antara siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran mind mapping dan yang tidak. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, model mind mapping termasuk model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Berpedoman pada penjelasan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui “Keefektifan Model Mind Mapping dalam Pembelajaran Menulis pada Siswa Kelas IV SD Inpres Wariâ€.
KAJIAN LITERATUR
Wawasan seseorang menjadi luas melalui kegiatan belajar tentang pengetahuan, nilai-nilai positif, tentang orang lain, serta tentang berbagai dinamika perubahan yang terjadi akan semakin luas. Dimiyati dan Mujiono (2013: 7) mengemukakan bahwa, belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Menurut Morgan et.al (1986: 140) dalam Rifa‟i dan Anni, (2011: 81), “Belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalamanâ€.
Slameto (2013: 2) menyatakan bahwa, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Adanya perubahan tingkah laku dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti: berubahnya pengetahuan, sikap, dan kebiasaan sebagai bekal dalam berpikir dan bertindak.
Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2009: 35), belajar adalah usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu. Kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor perlu dikembangkan oleh individu melalui kegiatan belajar dengan mengalami, mengolah, dan memperolehnya sendiri.
Menurut Wragg (1994) dalam Aunurrahman (2009: 35-37), ciri umum kegiatan belajar yaitu sebagai berikut: (1) belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja; (2) belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya; (3) hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Ketiga ciri-ciri kegiatan belajar memiliki keterkaitan satu sama lain.
Berdasarkan pengertian belajar menurut para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa belajar ialah proses perubahan tingkah laku yang bersifat relatif tetap (permanen) akibat dari aktivitas dan interaksi yang dilakukan oleh individu. Oleh karena itu, seseorang dikatakan belajar apabila dalam diri seseorang terjadi perubahan tingkah laku yang bermanfaat bagi proses belajar selanjutnya.
Strategi pembelajaran merupakan pola yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikin, untuk menentukan strategi pembelajaran guru hendaknya mempertimbangkan tujuan, karakteristik siswa, dan materi pelajaran agar berfungsi secara maksimal. Penggunaan media pembelajaran membantu guru untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Komponen penunjang yang dimaksud yaitu fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, serta bahan pelajaran.
Proses pembelajaran merupakan suatu sistem. Tujuan sistem adalah menghasilkan belajar atau memberikan sarana penting untuk mencapai tujuan pembelajaran (Rifa‟i dan Anni, 2011:194). Cara yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu diperlukan adanya komunikasi yang baik antara guru dan siswa, meningkatkan keterampilan dan model dalam proses belajar yang dilaksanakan.
Sumaatmadja (2002) dalam Aunurrahaman (2012: 12), proses pendidikan melalui pelaksanaan pembelajaran harus memberikan kesempatan yang seluasnya bagi siswa untuk mengembangkan sense of interest, sense of curosity, sense of reality dan sense of discovery dalam mempelajari fakta untuk mencari kebenaran. Maksud dari pernyataan tersebut yaitu pada dasarnya siswa memiliki minat, rasa ingin tahu yang tinggi, dorongan untuk melihat kenyataan, dan memiliki potensi untuk mencari dan menemukan sendiri baik fakta maupun data/informasi. Tugas guru dalam mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki siswanya dilakukan melalui proses pembelajaran.
Berdasarkan pengertian pembelajaran yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses komunikasi yang terjadi antara siswa dan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Komunikasi dalam pembelajaran ditunjukkan untuk membantu proses belajar siswa yang diharapkan dapat menghasilkan suatu sikap, pengetahuan, dan keterampilan setelah mengikuti proses pembelajaran.
Menurut Gagne (1977) dalam Dimyati dan Mudjiono (2013: 11-12) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kapabilitas siswa yang berupa: (1) informasi verbal; (2) keterampilan intelektual; (3) strategi kognitif; (4) keterampilan motorik; (5) sikap.
Informasi verbal merupakan kemampuan untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. Kemampuan tersebut memungkinkan seseorang untuk menyampaikan informasi dengan jelas.
Contoh informasi verbal antara lain kemampuan siswa dalam berbicara maupun kemampuan siswa dalam menuangkan ide, gagasan dan pemikirannya dalam bentuk tulisan.
Pernyataan yang telah dijelaskan oleh Gagne (1977) sejalan dengan taksonomi instruksional Bloom, dkk (1961) dalam Aunurrahman (2013: 49) terdapat tiga ranah yang merupakan jenis perilaku hasil belajar yaitu: (1) ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. keenam jenis perilaku tersebut bersifat hirarkis sesuai dengan tingkatan kemampuan yang dimiliki seseorang; (2) ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup; (3) ranah psikomotor, berkenaan dengan keterampilan yang berangkaian sesuai dengan fase–fase dalam proses belajar motorik. Ada enam ranah psikomotoris, yakni persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan biasa, gerakan kompleks, dan penyesuaian.
Berdasarkan penjelasan mengenai hasil belajar dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar merupakan proses perubahan perilaku yang meliputi pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor). Ketiga kemampuan hasil belajar tersebut saling berkaitan satu sama lain. Pada penelitian ini diharapkan hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran mind mapping lebih baik daripada yang menerapkan model pembelajaran model konvensional.
Mind mapping merupakan model pembelajaran pencatatan kreatif yang dibuat menjadi bagan dengan mengkombinasikan warna, garis lengkung, simbol, kata, dan gambar yang selaras dengan cara kerja otak.
Nurroeni (2012), melakukan penelitian dengan judul “Keefektifan Penggunaan Model Mind Mapping terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Pokok Peristiwa Alam pada Siswa Kelas V di SDN Debong Kidul Kota Tegalâ€. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama sebesar 66,62 dan termasuk kriteria tinggi. Rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada pertemuan kedua yaitu 75,54 dan termasuk kriteria sangat tinggi. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai signifikannya sebesar 0,383. Berarti nilai signifikansinya > 0,05, sehingga Ho diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa tetapi tidak ada perbedaan hasil belajar IPA pada materi Peristiwa Alam yang signifikan antara siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran mind mapping dan yang tidak.
Ratnawati (2011), melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Siswa Kelas IV SDN 08 Kepahiang melalui Media Gambarâ€. Penelitian dilaksanakan sebanyak tiga siklus. Hasil siklus 1 diketahui bahwa 65% siswa mendapat skor di bawah target (70) dengan skor rata-ratan 6,13. Hasil siklus 2 sebanyak 35% siswa masih mendapat skor di bawah target (70), dengan skor rata-rata 6,87. Hasil siklus 3 sebanyak 5% siswa yang mendapat skor di bawah target (70). Hasil penelitian membuktikan bahwa media gambar, terbukti dapat meningkatkan imajinasi, kreativitas menulis siswa, dan kemampuan siswa dalam menulis.
Berdasarkan dua penelitian yang telah dijelaskan, model mind mapping dan penggunaan media gambar efektif diterapkan pada kegiatan pembelajaran. Penelitian-penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti kali ini, yakni sama-sama menerapkan model pembelajaran mind mapping dengan menggunakan media gambar. Namun perbedaanya terletak pada kelas yang akan diuji dan materi yang akan dikaji. Peneliti menerapkan model mind mapping sebagai alternatif dari pemacahan masalah yang dihadapi oleh siswa kelas IV SD Inpres Wari pada materi menulis berdasarkan gambar. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan jenis penelitian eksperimen pada kelas IV SD. Peneliti akan membuktikanefektivitas penerapan model mind mapping terhadap pembelajaran menulis pada siswa kelas IV SD Inpres Wari.
Penggunaan model pembelajaran mind mapping ini, diharapkan hasil belajar siswa dalam menulis akan lebih baik. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Adapun rumusan masalah penelitian dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2014: 99). Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H0 : μ1 = μ2 Tidak ada efektivitas Model Mind Mapping dalam Pembelajaran Menulis pada Siswa Kelas IV SD Inpres Wari (Aktivitas dan Hasil belajar).
Ha : μ1 ≠μ2 Ada efektivitas Model Mind Mapping dalam Pembelajaran Menulis pada Siswa Kelas IV SD Inpres Wari (Aktivitas dan Hasil belajar).
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan bentuk eksperimen. Sugiyono (2014: 109), “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikanâ€. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian kuantitatif.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Eksperimental Design tipe one shot disign. Sugiyono (2014: 116), “Desain ini tidak mempunyai kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang diberi perlakuan. Perlakuan tersebut berupa penerapan model Mind Mapping dalam pembelajaran menulis.
Berdasarkan kolom corrected Item-Total Correlation diperoleh rhitung untuk keseluruhan aspek > 0,3. Sehingga ditarik kesimpulan bahwa instrumen valid.
Selanjutnya diperoleh reliabilitas instrumen diperoleh koefisien alpha (α)> 0,6. Sehingga disimpulkan instrumen reliabel.
Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas IV SD Inpres Wari. Anggota populasi berjumlah 24 siswa. Jumlah sampel pada penelitian ini sama dengan jumlah populasi yaitu 24 siswa.
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu penerapan model Mind Mapping pada materi menulis. Pada penelitian ini, model pembelajaran Mind Mapping hanya diterapkan pada kelas eksperimen. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui dampaknya terhadap variabel terikat, yaitu aktivitas dan hasil belajar menulis. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu aktivitas dan hasil belajar siswa menulis.
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu penerapan model Mind Mapping pada materi menulis. Pada penelitian ini, model pembelajaran Mind Mapping hanya diterapkan pada kelas eksperimen. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui dampaknya terhadap variabel terikat, yaitu aktivitas dan hasil belajar menulis. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu aktivitas dan hasil belajar siswa menulis.
Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan model pembelajaran yang memberikan kebebasan pada siswa untuk menuangkan gagasan/ide-ide kreatif dari apa yang siswa pelajari dan apa yang siswa rencanakan ke dalam bentuk catatan yang berupa diagram. Model Mind Mapping menyajikan pembelajaran lebih bermakna, karena siswa dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif mendorong aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi lebih optimal. Oleh karena itu, model Mind Mapping dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk diterapkan pada pembelajaran. Proses pembelajaran terjadi apabila ada aktivitas belajar didalamnya. Aktivitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Aktivitas belajar menunjukkan seberapa besar keberhasilan belajar siswa. Pada penelitian ini aktivitas belajar siswa dinilai berdasarkan indikator yang dijabarkan dalam deskriptor penilaian aktivitas belajar siswa. Indikator aktivitas belajar siswa pada penelitian ini yakni: (1) kesiapan dalam kegiatan pembelajaran; (2) keseriusan dalam mengikuti pelajaran; (3) keaktifan dalam kegiatan pembelajaran; (4) ketukunan dalam menyelesaikan tugas; dan (5) aktif dalam kegiatan apresiasi puisi.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi ada diri siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah siswa mengalami kegiatan pembelajaran. Pada penelitian ini, hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan instrumen tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif.
Pada penelitian ini, observasi yang digunakan yaitu observasi nonpartisipan. Observasi nonpartisipan dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa dan pelaksanaan model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti. Observer pada penelitian ini yaitu guru kelas IV SD Inpres Wari.
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati secara spesifik, semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2014: 148). Instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data yang berasal dari lapangan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: (1) lembar observasi; dan (2) soal tes. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskripsi data, uji prasyarat dan analisis akhir uji paired sample t test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran aktivitas belajar siswa ditentukan berdasarkan kategori pilihan jawaban yaitu 4 alternatif pilihan. Jumlah item sebanyak 5. Jawaban responden diberikan bobot atau skor 1-4, sehingga skor total tertinggi adalah 5×4=20, dan skor total terendah adalah 5×1=5.
maka: =
= 3,75
Hasil analisis deskriptif mean atau rata-rata skor aktivitas belajar awal siswa sebesar 11 dan rata-rata aktivitas akhir belajar siswa sebesar 16,17. Kedua rata-rata aktivitas belajar siswa dibandingkan dengan kategori Rata-rata skor aktivitas siswa tabel 4.2, maka tingkat aktivitas siswa sebelum perlakuan sebesar 11 berada pada kategori aktivis yang rendah sedangkan aktivitas sesudah perlakukan (aktivitas_2) dengan rata-rata 16,17 berada pada kategori tinggi, sehingga diperoleh efektivitas berupa pencapaian hasil berlajar adanya peningkatan aktivitas belajar siswa sebesar 16,17 – 11 = 5,17 poin dalam skala skor 5 sampai 20.
Pengukuran kemampuan menulis siswa ditentukan berdasarkan kategori pilihan jawaban yaitu 4 alternatif pilihan. Jumlah item sebanyak 5. Jawaban responden diberikan bobot atau skor 1-4, sehingga skor total tertinggi adalah 5×4=20, dan skor total terendah adalah 5×1=5. Untuk menentukan ukuran kategori Peranan orang tua, perlu ditentukan terlebih dahulu lebar interval skor, dengan rumus:
maka: =
= 3,75
Hasil analisis deskriptif mean atau rata-rata skor Kemampuan menulis awal siswa sebesar 12 dan rata-rata kemampuan menulis akhir siswa sebesar 16,12. Kedua rata-rata kemampuan menulis siswa dibandingkan dengan kategori Rata-rata skor kemampuan menulis siswa tabel 4.4, maka tingkat kemampuan menulis siswa sebelum perlakuan sebesar 12 berada pada kategori yang kurang mampu sedangkan kemampuan menulis sesudah perlakukan (post-test) dengan rata-rata 16,12 berada pada kategori Cukup Mampu, sehingga diperoleh efektivitas berupa pencapaian hasil berlajar adanya peningkatan Kemampuan menulis siswa sebesar 16,12 – 12 = 4,12 poin dalam skala skor 5 sampai 20.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Inpres Wari diperoleh data hasil temuan penelitian; 1) Tingkat aktivitas belajar siswa adalah mean atau rata-rata aktivitas siswa sebelum perlakuan sebesar 11 berada pada kategori aktivistas belajar yang rendah sedangkan aktivitas sesudah perlakukan (aktivitas_2) dengan rata-rata 16,17 berada pada kategori tinggi, sehingga diperoleh efektivitas berupa pencapaian hasil berlajar adanya peningkatan aktivitas belajar siswa sebesar 16,17 – 11 = 5,17 poin dalam skala skor 5 sampai 20; 2) Kemampuan Menulis siswa adalah kemampuan menulis siswa sebelum perlakuan sebesar 12 berada pada kategori yang kurang mampu sedangkan kemampuan menulis sesudah perlakukan (post-test) dengan rata-rata 16,12 berada pada kategori Cukup Mampu, sehingga diperoleh efektivitas berupa pencapaian hasil berlajar adanya peningkatan Kemampuan menulis siswa sebesar 16,12 – 12 = 4,12 poin dalam skala skor 5 sampai 20; dan 3) Pada Uji t beda rata-rata (paired sample test) bahwa: pada kedua uji yang dilakukan yaitu uji t beda rata-rata aktivitas belajar siswa dan uji t beda rata-rata kemampuan menulis siswa, masing-masing menerima H1 bahwa terdapat peningkatan pencapaian belajar (efektifitas) aktivitas belajar siswa dan kemampuan menulis siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dari penelitian yang berjudul “Keefektifan Model Mind Mapping dalam Pembelajaran Menulis pada Siswa Kelas IV SD Inpres Wari†dapat dikemukakan simpulan penelitian adalah ada perbedaan aktivitas belajar siswa antara sebelum dan pada pelaksanaan pembelajaran model mind mapping. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis data aktivitas belajar siswa menggunakan paired sample t test dengan bantuan program SPSS versi 20 yang menunjukkan bahwa thitung>tabel (10,284 > 1,714) dan nilai signifikansi kurang dari 0,05 (0,00 < 0,05). Ada perbedaan kemampuan menulis siswa pada pre-test dengan post-test. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis data kemampuan menulis siswa menggunakan paired samples t test dengan bantuan program SPSS versi 20 yang menunjukkan bahwa nilai thitung>Ttabel (11,072 > 1,714) dan nilai signifikansi kurang dari 0,05 (0,000<0,05).
Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, bahwa model pembelajaran mind mapping terbukti memilikiefektivitas terhadap aktivitas dan kemampuan menulis siswa kelas IV SD Inpres Wari pada pembelajaran bahasa Indonesia tema keindahan alam.
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa model mind mapping lebih efektif daripada awal sebelum penerapan model mind mapping dalam proses pembelajaran. Guru dapat mengolaborasikan model mind mapping dengan model atau metode pembelajaran yang mendukung, serta disesuaikan dengan karakteristik materi dan kondisi siswa. Guru sebelum menerapkan model mind mapping hendaknya memahami langkah-langkah dalam model mind mapping dan merencanakan pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga proses pembelajaran optimal dan sesuai dengan harapan.
DAFTAR RUJUKAN
Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Faisal, M, dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas.
Nurroeni. 2012. Efektivitas Penggunaan Model Mind Mapping terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Pokok Peristiwa Alam pada Siswa Kelas V di SDN Debong Kidul Kota Tegal. Skripsi: Universitas Negeri Semarang. Online. http://lib.unnes.ac.id/17731/1/1402408047.pdf. diakses pada 07/09/18.
Ratnawati. 2011. Peningkatan Kemampuan Menulis Siswa Kelas III SDN 08 Kepahiang Melalui Media Gambar. J-TEQIP. II/1: 63-68. Online. http://teqip.com/wp-content/uploads/2013/11/hal-63-68.pdf. Diakses pada 07/09/18.
Rifa‟i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press.
Rosdiana, Yusi. 2012. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Shoimin, Aris. 2014. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Slamet, St. Y. 2007. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
______. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.