EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE MAKE A MATCH PADA TEMA 9 SUB TEMA 2

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV

SDN TLOGOSARI KULON 01 SEMARANG

 

Reli Idya Wisnu1)

Rahmat Sudrajat2)

Arfilia Wijayanti3)

1) Mahasiswa PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Semarang

2) 3) Dosen Universitas PGRI Semarang

 

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipeMake a Match pada tema 9 sub tema 2 terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Tlogosari Kulon 01 Semarang. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen jenis kuantitatif. Penelitian ini menggunakan Posttest Only Control Design. Penelitian ini dilakukan di SDN Tlogosari Kulon 01 Semarang 2018/2019. Hasil dari penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada tema 9 sub tema 2 terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Tlogosari Kulon 01 Semarang. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t, terhadap perbedaan antara hasil Ulangan harian dan hasil posttest dengan hasil rata-rata nilai ualangan harian 61,2 dan rata-rata nilai posttest 82,2. Hal ini dibuktikan dengan diperoleh thitung 11,610 dk = 24, diperoleh ttabel 2,064. Karena thitung > ttabel maka Ho diterima. Untuk ketuntasan individu nilai posttest lebih baik dari nilai ulangan harian. Hal ini dibuktikana dengan nilai posttest tertinggi 100, nilai terendah 55 dan nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 82,5. Sedangkan untuk kelas kontrol nilai posttest tertinggi 90, nilai terendah 45 dan nilai rata-rata kelas kontrol adalah 72,0. Sedangkan pada ketuntasan klasikal, kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match diperoleh nilai ketuntasan sebesar 92%, karena ketuntasan belajarnya di atas 75% maka kelompok kelas tersebut dinyatakan telah tuntas belajarnya dibandingkan kelas kontrol hanya memperoleh 73%.

Kata kunci: Hasil Belajar, Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

 

PENDAHULUAN

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, Karena pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya, untuk mencapai tujuan pembelajaran proses pembelajaran dirumuskan secara terpadu, mengandung unsur kegiatan belajar mengajar, pengelolaan kelas materi dan penggunaan sarana dan prasarana. Salah satu upaya yang bisa dilakukan guru untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah dengan cara perbaikan pengajaran.

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

“Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Terkait dengan pelaksanaan pendidikan di Indonesia, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh. Berdasarkan uraian diatas, jadi dunia pendidikan pasti melibatkan guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai penerima ilmu yang diberikan dari guru. Guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan. Oleh karena itu, guru harus memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain guru, siswa juga merupakan faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan dengan tinggi rendahnya sumber daya yang dimiliki oleh siswa dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor eksternal juga mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu keluarga dan masyarakat. Dengan demikian dapat dipahami bahwa belajar siswa erat kaitannya dengan lingkungan belajar siswa.

Salah satu hal yang paling mendasar dalam dunia pendidikan adalah bagaimana usaha untuk menginovasi proses pembelajaran sehingga memperoleh hasil yang maksimal. Pendidikan harus diberi makna yang mendalam sebagai salah satu pengembangan utama dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Proses pembelajaran berkaitan erat dengan komponen-komponen pembelajaran, pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match hadir dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran di kelas memberikan suasana baru dalam kegiatan pembelajaran.

Dua hal yang perlu diketahui dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada proses pembelajaran, yaitu kelebihan dan kekurangan model kooperatif tipe Make a Macth. Kelebihan dari penggunaan model kooperatif tipe Make a Match adalah meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Sedangkan kekurangannya adalah jika strategi ini tidak di persiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang.

Masrita (2007)menyatakan bahwa model belajar kooperatif tipe Make a Match efektif dalam meningkatkan hasil belajar PKn siswa (mean pretest = 59,60; mean posttest = 79,20; 0,00 < 0,05). Hasil evaluasi terhadap metode Make a Match yang diterapkan juga menunjukkan bahwa seluruh siswa merasa terbantu dengan metode yang diterapkan.

Solehah (2014) menyatakan bahwa hasil penelitan pada model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terbukti dapat meningkatkan kinerja belajar diikuti dengan peningkatan hasil belajar siswa, antusias siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase hasi belajar siswa 41,6% pada siklus I menjadi 93,3% pada siklus II.

Noer A P, dan Sirait Makmur (2013) menyatakan bahwa aktivitas siswa pada saat pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match mengalami peningkatan mulai dari 72,84% (cukup baik) menjadi 82,98% (baik). Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match lebih tinggi.

Tobing LRLR (2012) menyatakan bahwa hasil penelitian dari 30 orang siswa pada saat prettest tingkat ketuntasan klasikal siswa kelas V dengan nilai rata-rata 38,0. Pada siklus I rata-rata siswa 64. Pada siklus II nilai rata-rata siswa 87,33. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Setyaningsih (2016) menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar IPA dilihat dari peningkatan pada data awal persentase jumlah siswa yang tuntas adalah 50,00% dengan rata-rata nilai 61, pada siklus I persentase jumlah siswa yang tuntas adalah 75,00% dengan rata-rata nilai 79, dan pada siklus II persentase jumlah siswa yang tuntas adalah 85,00% dengan rata-rata nilai 76,5.

Ernawati (2016) menyatakan bahwa pada siklus I prestasi belajar siswa adalah 61,70% dan menjadi 73,52% pada siklus II. Sementara itu presentase aktivitas belajar siswa adalah pada siklus I adalah 63,11% dan menjadi 80,81% pada siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan prestasi belajar dan kegiatan belajar siswa kelas IV SDN 17 Nan Sabaris Kabupaten Padang Pariaman.

Ananda, Dita., Sari V P., dan Untari, M F A (2018) menyatakan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar terutama dalam hal pemahaman berhitung siswa kelas III SDN 02 Sitemu sebelum dan sesudah perlakuan. Hal ini berdasarkan analisis data hasil penelitian dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung>ttabel yaitu 4,121576 > 2,093 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Kurnia, Rismadiani (2013) menyatakan bahwa diperoleh rata-rata hasil belajar kelas eksperimen sebesar 81,27, sedangkan kelas kontrol hanya 73,73. Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus independent samples t test melalui program SPSS versi 20, menunjukkan model kooperatif tipe Make a Match efektif dan signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini ditandai dengan nilai hasil thitung > ttabel (2,153 > 2,000).

Pujiati, S S (2018) menyatakan bahwa hasil penelitian diperoleh rata-rata kelas yang sebelum diberi perlakuan sebesar 68,472, dan setelah diberi perlakuan sebesar 83,056. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji t dengan menggunakan α = 0,05 serta dk = 36 – 1 = 35 di dapatkan nilai ttabel = 2,03.

Gayatri A N (2018) menyatakan bahwa pada pretest yang telah dilaksanakan diperoleh nilai rata-rata sebesar 65 dan tes akhir posttest nilai rata-rata sebesar 81. Hasil pengujian hipotesis pada hasil belajar Matematika siswa menunjukkan bahwa thitung 5,665 dan ttabel 2,060 dngan taraf signifikan 5% = 2,060. Karena thitung dan ttabel, yaitu 5, 665 > 2,060 maka Ha diterima.

Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satu diantaranya adalah proses pemahaman terhadap materi pelajaran. Kondisi pembelajaran di indonesia kini lebih diwarnai dengan pendekatan yang menekankan pada model pembelajaran konvensional seperti ceramah, sehingga pembelajarannya masih berpusat pada guru (teacher centered) dan kurang merangsang siswa untuk terlibat secara aktif dalm proses belajar mengajar. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dalam kegiatan pembelajaran dapat menimbulkan rasa bosan atau rasa jenuh dalam diri siswa sehingga dampaknya siswa kurang termotivasi untuk belajar.

Berdasarkan hasil observasi/wawancara ditemukan permasalahan permasalahan yang terjadi di SDN Tlogosari Kulon 01 Semarang tersebut bahwa hasil belajar siswa pada tema 9 sub tema 2 tergolong tidak memenuhi KKM 70% dan yang memenuhi KKM 30%, siswa kurang antusias dan kurang termotivasi untuk belajar, siswa belum terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena guru masih menggunakan ceramah. sehingga pembelajaran kurang menarik. Hal ini menyebabkan guru untuk senantiasa berusaha semaksimal mungkin meningkatkan hasil belajar siswa. Maka dari itu model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match digunakan sebagai alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Untuk itu dalam proses pembelajaran pada tema 9 Subtema 2 guru harus lebih inovatif dalam menyampaikan pembelajaran menarik dan bermakna agar siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa lebih baik.

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yaitu: (1) Siswa kurang antusias dan kurang termotivasi untuk belajar. (2) Siswa belum terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Pembatasan masalah, antara lain: masalah mengenai Efektivitas Model Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada Tema 9 Sub Tema 2 Pembelajaran 1 dan 2 Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Tlogosari Kulon 01 Semarang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen jenis kuantitatif. Penelitian ini menggunakan Possttest Only Control Design. Penelitian dilaksanakan di SDN Tlogosari Kulon 01 Semarang. pada bulan april 2018. Pada siswa kelas IV SDN tlogosari kulon 01 Semarang tahun pembelajaran 2018/2019.

Desain eksperimen yang digunakan adalah Posttest Only Control Design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara acak (R). Lalu kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. (Sugiyono, 2017: 112). Selanjutnya dari kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model kooperatife tipe Make a Match serta kelompok kontrol tidak diberi perlakuan menggunakan model kooperatife tipeMake a Match.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Tes, Non tes, dan Dokumentasi. Wawancara digunakan peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, sikap terhadap sesuatu.

Teknik wawancara digunakan peneliti untuk memperoleh informasi tentang kesulitan guru dalam menerapkan kurikulum dalam proses pembelajaran. Di sini peneliti menggunakan tehnik wawancara intervieu bebas, di mana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan. Jenis tes dalam penelitian yaitu posttest yang digunakan untuk mengukur kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa sebelum dan setelah diberi perlakuan. Tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda, pemilihan ini diambil karena dapat memudahkan pekerjaan siswa. Kriteria peningkatan hasil belajar dapat dilihat berdasarkan nilai pengetahuan, nilai keterampilan, dan nilai sikap.

Dalam penelitian ini dilakukan uji coba penelitian yang berbentuk tes. Penyusunan perangkat tes di antaranya: (1) Melakukan pembatasan materi yang diujikan. (2) Menentukan tipe soal. (3) Menentukan jumlah butir soal. (4) Menentukan waktu pengerjaan soal. (5) Membuat kisi-kisi soal. (6) Menulis petunjuk mengerjakan soal, kunci jawaban, dan penentuan skor. (7) Menulis butir soal. (8) Menguji cobakan soal. (9) Menganalisis hasil uji coba dalam hal validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. (10) Memilih item soal yang sudah teruji berdasarkan analisis yang sudah dilakukan.

Teknik analisis data dalam penelitian menggunakan uji normalitas, Uji homogenitas, dan uji hipotesis (uji-t). Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data yang dianalisis. Data yang telah diuji normalitas selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Adapun hipotesis penelitian yang akan diuji yaitu sebagai berikut:

= Hasil belajar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match mengalami perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol di SDN Tlogosari Kulon 01 Semarang.

= Hasil belajar menggunakan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match mengalami perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol di SDN Tlogosari Kulon 01 Semarang.

Kriteria pengujian adalah H0 diterima jika<dan H0 ditolak jika mempunyai harga-harga lain. Untuk melihat harga  jika varian homogen (α1 = α2) digunakan dk= n1 + n2 – 2 dengantarafkesukaran 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini di lakukan di SDN Tlogosari Kulon 01 Semarang, di Jl. Kembang Jeruk Raya, Tlogosari Kulon, Pedurungan Kota Semarang, Jawa Tengah. SD ini merupakan SD yang berlokasi di daerah perkotaan dan SD ini termasuk dalam SD dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai. SDN Tlogosari Kulon 01 Semarang ini berada di lingkungan sekolah yang sangat nyaman untuk berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar. Penelitian ini dilaksanakan di sekolah yang telah ditentukan yaitu SDN Tlogosari Kulon 01 Semarang setelah perangkat pembelajaran terpenuhi, perangkat tersebut meliputi silabus, RPP, kisi-kisi soal, soal possttest, dan media kartu. Namun sebelum penelitian, peneliti melakukan persiapan terlebih dahulu agar penelitian dapat berlangsung dengan baik, persiapan diantaranya sebagai berikut.

Pertama, peneliti mengumpulkan informasi data yang berhubungan dengan penelitian, mulai dari jumlah siswa, dan keadaan kelas yang akan dipakai untuk penelitian. Pada penelitian ini menggunakan metode True Experimental Desaign (eksperimen yang betul-betul) dimana bentuk desain eksperimen yang digunakan adalah posttest only control  design, dimana dalam desain terdapat dua kelompok yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dalam penelitian yang dilakukan di SDN Tlogosari Kulon 01 Semarang yang menjadi kelas kontrol yaitu kelas IVB dengan jumlah 24 siswa dan kelas ekperimen IV A dengan jumlah 24 siswa. Antara kelas kontrol dan kelas eksperimen diberi perlakuan yang berbeda. Pada eksperimen yaitu kelas IVA diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match sedangkan pada kelas kontrol yaitu kelas IVB hanya menggunakan model pembelajaran konvensional atau tanya jawab, ceramah, dan gambar atau disebut saat ini model pembelajaran Picture and Picture.

Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match digunakan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match pada tema 9 Sub tema 2 terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Tlogosari Kulon 01 Semarang.

Adapun data penulis dapat dilihat pada tabel berikut.

Hasil Belajar Siswa

Keterangan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
UH Postest UH Postest
Nilai Tertinggi 60 90 90 100
Nilai terendah 25 50 45 55
Rata-rata 42,5 78,6 61,2 82,2

 

Data hasil penelitian di uji normalitas dengan menggunakan uji Chi-kuadrat untuk mengetahui data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan data hasil perhitungan, Berdasarkan data hasil perhitungan, yaitu uji normalitas data sampel pada kelas IVA sebagai kelas eksperimen didapatkan nilai x2 sebesar 10,913. Dengan dk = interval kelas-1 (9-1=8). Bila dk% dan taraf nyata α = 5% diperoleh harga x2 = 12,59. Berarti x2hitung 10,913< 12,59 x2tabel, maka H0 diterima. Hal ini berarti sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Dan Berdasarkan data hasil perhitungan, yaitu uji normalitas data sampel pada kelas IVA sebagai kelas eksperimen didapatkan nilai x2 sebesar 9,209. Dengan dk= interval kelas-1 (8-1=7). Bila dk% dan taraf nyata α = 5% diperoleh harga x2 = 9,209. Berarti x2hitung 9,209 < 11,209 x2tabel, maka H0 diterima. Hal ini berarti sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil uji t untuk kelas kontrol diperoleh thitung = 9,315. Dari daftar distribusi dengan dk = 24+24 = 48 diperoleh 2,064. Karena thitung 9,315 > 2,064 ttabek maka Ho ditolak. Sedangkan untuk kelas eksperimen diperoleh thitung = 11,610. Dari daftar distribusi dengan dk = 24+24 = 48 diperoleh 2,064. Karena thitung 11,610 > 2,064 ttabel maka Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol.

Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 75% siswa yang telah tuntas belajarnya. Berdasarkan hasil perhitungan ketuntasan belajar klasikal pada kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan menggunakan model Kooperatif Tipe Make a Match diperoleh nilai ketuntasan sebesar 92%, karena ketuntasan belajarnya diatas 75% maka kelompok kelas tersebut dinyatakan telah tuntas belajarnya dibandingkan kelas kontrol hanya memperoleh 73%. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe make a match pada tema 9 sub tema 2 efektif terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Tlogosari Kulon 01 Semarang.

Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match pada kelas eksperimen dapat menumbuhkan semangat belajar bagi siswa sedangkan pada kelas kontrol siswa kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran dikarenakan pembelajaran berlangsung secara monoton dan siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Sesuai pendapat Hamalik dalam Arsyad (2013: 19) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektivan proses pembelajaran penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.

Lebih lanjut lagi menurut Sudjana dalam Arsyad (2013: 28) bahwa manfaat kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan tidak kehabisan tenaga, apalagi ketika guru mengajar pada setiap jam pelajaran; (d) siswa dapat benyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. Penggunaan model pembelajaran Koopertife Tipe Make a Match juga dapat hasil belajar siswa kelas IV SDN Tlogosari Kulon 01 Semarang. media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu: (a) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; (b) bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa yang memungkinkan menguasai mencapai tujuan pembelajaran; (c) metode belajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui pemutaran

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match efektif terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Tlogosari Kulon 01 Semarang. Rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini diuji dengan menggunakan uji keefektifan yang terdiri dari empat meliputi uji t satu pihak, uji t dua pihak, uji ketuntasan belajarindividu, dan uji ketuntasanbelajarklasikal.

Hipotesispenelitianiniadalah “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match pada tema 9 sub tema 2 Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Tlogosari Kulon 01 Semarang”. Maka indikator keefektifan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a). TerdapatperbedaanhasilbelajarpadasiswakelasIV di SDN Tlogosari Kulon 01 Semarang antarapembelajaran yang menggunakan model kooperatif Tipe Make a Match danpembelajaran yang menggunakanmetodekonvensionalyaitu tanya jawab, ceramah, dan gambar atau disebut saat ini model pembelajaran inovatif picture and pictureataudapatdikatakanthitung>ttabelpadauji T duapihak. b). 70% jumlahsiswa yang adadikelasmampumencapainilaidiatas KKM yaitu 60 atauketuntasanhasilbelajarklasikal 70%.

Jadi dapat disimpulkan bahwa “Model pembelajaranKooperatif Tipe Make a Match efektif terhadap hasil belajar siswa pada tema 9 sub tema 2 kelasIV SD Tlogosari Kulon 01 Semarang”.

Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang bisa dipaparkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1). Model pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match efektif terhadap hasil belajar Pada tema 9 subtema 2 siswa kelas IV, sehingga model Kooperatif Tipe Make a Match dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran Tema 9 Sub tema 2. 2). Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dapat dijadikan inovasi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan serta dapat meningkatkan aktivitas belajarnya pada kegiatan pembelajaran yang berlangsung. 3). Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaranKooperatif Tipe Make a Match dapat dijadikan referensi bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tema 9 sub tema 2.

DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Dita., Sari, V P., dan Untari M F A (2018). “Keefektifan Model Pembelajaran Make a Match Menggunakan Media Paperku Terhadap Keaktifan Siswa Kelas III SDN 02 Sitemu pemalang”. Tersedia pada http://jurnal.unw.ac.id/index.php/janacitta/article/view/49

(diunduh pada 06-03-2018 17.59)

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, A. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Depdikbud. 2003.Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdikbud.

Ernawati. 2016. “Model Kooperatif Tipe Make aMatchUntuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar IPS Siswa Kelas IV”. Tersedia pada http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-pgsd/article/view/15662

(diunduh pada 02-12-2018 10.35)

Gayatri, A N., Saputra, H J., dan Untari M F A. (2018). “Keefektifan Model Make a Match Berbantu Media Kartuling Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”. Tersedia pada https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISD/article/view/16198

(diunduh pada 06-03-2019 18.01)

Huda, M. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Huda, M. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kurnia, R. (2013). “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match di Kelas III Sekolah Dasar”. Tersedia pada

https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/js/article/view/10679

(diunduh pada 06-03-2019 18.15)

Masrita, 2017. “Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV Melalui Pembelajaran Kooperatif Make A Match di SDN 15 Batipuh, Kabupaten Tanah Datar” tersedia pada

http://dx.doi.org/10.24235/al.ibtida.snj.v4i2.1526

(diunduh pada 17-10-2018 17:57)

Mudjiono, Damayanti. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Mudjiono dan Dimayati dkk. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.