Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Perilaku Bullying pada Siswa
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA PERILAKU BULLYING PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 SEMARANG
Nida Khofiyya Ardiani 1)
Heri Saptadi Ismanto 2)
Ismah 3)
1) Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas PGRI Semarang
2) 3) Dosen Universitas PGRI Semarang
ABSTRAK
Latar belakang yang mendorong penelitian ini adalah banyaknya perilaku bullying pada siswa kelas XI SMA Negeri 8 Semarang. Dengan adanya perilaku tersebut maka muncul keingintahuan dari peneliti terkait faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku bullying. Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan timbulnya perilaku bullying pada siswa kelas XI SMA Negeri 8 Semarang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan) melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Menggunakan pendekatan penelitian fenomenologi. Subjek utama dalam penelitian ini adalah 3 siswa kelas XI di SMA Negeri 8 Semarang dan subjek pendukung adalah orang tua, guru, dan teman dekat subjek. Hasil analaisis berdasarkan wawancara dengan subjek utama dan subjek pendukung menunjukkan bahwa faktor penyebab timbulnya perilaku bullying yang terjadi pada siswa yaitu dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, yang di mana faktor internal terdiri dari factor psikologis dan fisik, sedangkaneksternaldarifaktor social dan latar belakang ekonomi. Dalam penelitian ini faktor yang paling dominan adalah faktor internal yaitu factor psikologis. Berdasarkan hasil penelitian ini saran yang dapat disampaikan salah satunya guru harus lebih memperhatikan siswa, sering diadakannya pertemuan antara wali kelas dengan siswa maupun guru BK dengan siswa, dengan begitu siswa bisa mengungkapkan setiap permasalahannya dan guru bisa tahu setiap permasalahan yang terjadi kepada siswanya.
Kata Kunci: Perilaku, Bullying
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa di mana seseorang menemukan jati diri. Pencarian jati diri tersebut biasanya ditunjukkan melalui aktivitas berkelompok dan menunjukkan keegoannya. Pelajar yang pada umumnya adalah remaja yang di mana pada masa tersebut seseorang paling mendapat perhatian dari orang tua. Hal ini disebabkan karena banyaknya permasalahan yang terjadi pada masa remaja yang menyangkut pribadi dan sosialnya.
Masalah kenakalan di kalangan pelajar sekolah sedang hangat diperbincangkan, bahkan perilaku yang ditunjukkan sudah melampaui batas. Salah satunya adalah bullying, bully yang dilakukan sangat mengerikan, sampai bisa menyebabkan korban tewas akibat kekerasan yang dilakukan oleh seseorang. Banyak yang berpendapat bahwa mereka yang melakukan kekerasan adalah orang yang kurang mendapat perhatian dan perlu mendapat penanganan dari psikolog.
Bullying dikenal sebagai penindasan atau kekerasan yang dilakukan oleh seseorang yang merasa dirinya lebih kuat atau lebih berkuasa terhadap orang lain yang lebih lemah, dimana penindasan dilakukan oleh salah seorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus-menerus.
Olweus (dalam Novan, 2012: 12) mengatakan bahwa bullying adalah perilaku negatif yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman/terluka dan biasanya terjadi berulang-ulang, repeated during successiveencounters. Sementara itu Roland memberikan definisi bullying sebagai berikut “ Long standing violence, psysical or psychological, perpetrated by an individual or group directed against an individual who can not defend himself or herself”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya bullying adalah perilaku negatif yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dapat merugikan orang lain.
Bullying sangat berpengaruh pada kehidupan sosial siswa, terutama pada korban. Hal ini menyebabkan siswa tidak bersosialisasi dengan baik, merasa diasingkan dari lingkungan di sekitarnya. Lingkungan sekolah di mana karakteristik siswa yang berbeda-beda menyebabkan terjadinya bullying, contohnya seperti siswa yang pintar dan kurang pintar, kaya dan tidak kaya, dan adanya siswa yang berkelompok (geng) membuat siswa yang lainnya sulit untuk membaur.
Berita yang diterbitkan oleh Radar Banyumas 25 April 2019 Sejumlah anak harus mendapatkan perawatan intensif di Instalasi Kesehatan Jiwa Terpadu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas. Mereka dirawat lantaran menjadi korban bullying yang dilakukan oleh temannya. ”Korban bullying rawat inap sampai berhari-hari untuk bisa mengembalikan harga dirinya dan menjadi lebih percaya diri” jelas dokter Hilma Paramita, SpKj. Korban bullying mengalami beragam gangguan jiwa. Di antaranya depresi dengan gejala murung, sulit berkomunikasi dan menutup diri, bahkan korban sampai mengalami halusinasi. Korban selalu merasa ketakutan, terancam atau seperti ada yang mengawasi dan mengikuti gerak geriknya. Pada kondisi lain, korban bullying mengidap gangguan tidur. Pada malam hari, korban bisa berteriak dan menangis histeris. Mimpi buruk menjadi bagian hidup korban. Korban bullying terjadi pada anak rentang sekolah dasar hingga mahasiswa. Dokter Hilma menegaskan bullying tidak hanya sebatas pada kata-kata bernada penghinaan. Bullying merujuk pada beragam aktivitas yang melukai harga diri sesoeorang.
Dalam penelitian Lutfi Arya (2018: 31) di SMA “X” Surabaya disebutkan bahwa siwa kelas X paling banyak melakukan kekerasan verbal sebanyak 77%, seperti menghina dan memanggil dengan nama julukan. Kekerasan fisik berupa memukul, mendorong, njendul, menendang, menempati urutan terbanyak kedua sebanyak 57%. Sedangkan kelas XI hampir semua siswa pernah melakukan kekerasan fisik dan psikis, seperti memukul, mendorong, njendul, menghina dan dilakukan dari perspektif korban yang diberikan kepada siswa kelas X dan XI masing-masing sebanyak 35 orang. Data yang didapat menunjukkan bahwa siswa kelas X yang menjadi korban kekerasan verbal tertinggi, seperti dihina dan dipanggil dengan nama julukan sebanyak 91%. Korban kekerasan sosial seperti diasingkan, digosipkan, dan dipermalukan sebanyak 43%, sedangkan korban kekerasan fisik sebanyak 71%. Siswa perempuan adalah korban yang paling sering terkena kekerasan fisik, yaitu pernah dipukul, didorong, ditendang dan dijendul sebanyak 78% dan pernah mengalami kekerasan sosial, seperti dipermalukan, diasingkan dan digosipkan sebanyak 55%.
Selain itu, dalam penelitian Ria Damayanti dkk (2013: 88) mengatakan bahwa siswa tunarungu di SMK Negeri 30 Jakarta mengalami dampak psikologis pada aspek dikucilkan, reaksi emosional, dan kehadiran di sekolah. Akibat dikucilkan, dampak psikologis yang dialami siswa tersebut merasa kesepian dan merasa tidak diterima oleh teman-teman lain di kelasnya. Sebagai dampak psikologis bullying pada aspek reaksi emosional siswa tersebut sering menunjukkan sikap marah terhadap pelaku bullying kepadanya. Sedangkan pada aspek kehadiran, siswa tersebut pernah pura-pura sakit untuk tidak masuk sekolah karena sedang marah pada perlakuan bullying dari teman-temannya, meski mengalami perlakuan bullying dikucilkan, siswa tersebut tidak mengalami dampak psikologis pada aspek harga diri, efek domino, dampak dalam pendidikan, dan upaya bunuh diri.
Semantara berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru bk dan siswa SMA Negeri 8 Semarang pada bulan Agustus 2018 diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa ada beberapa kasus bullying yang terjadi pada kelas XI, bentuk bullying yang ditunjukkan antara lain, mengejek penampilan, menjauhi teman yang tidak disukai, memanggil dengan nama julukan (bukan nama asli), bahkan ada satu siswa yang mengaku dirinya menjadi korban bullying di lingkungan dia tinggal maupun di sekolah, dan biasanya siswa yang melakukan bullying adalah mereka yang membentuk sebuah geng (kelompok), maka yang bukan termasuk dalam geng tersebut akan diasingkan. Peneliti juga menemukan beberapa perilaku bullying yang terjadi di sekolah pada saat jam-jam tertentu, terutama saat jam pelajaran kosong dan jam istirahat, terlihat siswa membully secara verbal salah satunya yang sering terjadi yaitu memanggil dengan nama julukan. Terdapat pula siswa yang interaksinya rendah sehingga sulit untuk membaur dan tidak memiliki teman membuat siswa tersebut sering dijadikan bahan bullying.
Kemudian berdasarkan angket yang peneliti bagikan pada bulan Agustus 2018 kepada siswa kelas XI SMA Negeri 8 Semarang menunjukkan bahwa perilaku bullying yang terjadi di sekolah antara lain, memanggil nama dengan nama julukan, mengejek bentuk badan (kurus/gemuk), mengejek penampilan, menjauhi teman yang dianggap lebih lemah dan tidak bisa bersosialisasi dengan baik. Peneliti ingin mengetahui lebih mendalam apa saja faktor penyebab timbulnya perilaku bullying di SMA Negeri 8 Semarang. Alasan peneliti memilih tema bullying karena berdasarkan fakta yang ada di sekolah tersebut dan karena banyaknya anak yang mengalami bullying baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan bermainnya.
Adanya perilaku bullying di sekolah terkadang masih dianggap remeh oleh guru, banyak yang menganggap bahwa tindakan yang dilakukan oleh siswa hanya bercanda. Peran guru yang seharusnya memberikan sosialisasi tentang bullying ini masih terkesan minim, oleh karena itu peneliti mencoba untuk memberikan pengertian dan juga dukungan kepada mereka yang menjadi korban bullying. Peran guru disekolah sangatlah penting, terutama dalam membimbing peserta didiknya sehingga masalah bullying dapat teratasi.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul“Faktor-faktor Timbulnya Perilaku Bullying Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 8 Semarang”
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Afrizal (2014: 13) Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung atau mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh dan dengan demikian tidak menganalisis angka-angka. Strauss dan Corbin mendefinisikan bahwa metode penelitian kualitatif sebagai “jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya”. Definisi ini dapat dipahami oleh orang yang telah belajar metode penelitian kualitatif atau orang yang telah mengenal secara umum metode penelitian kualitatif, akan tetapi definisi itu dapat membingungkan orang yang baru belajar metode ini karena pernyataan “temuan-temuan tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya”.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi. Moleong (2017: 14) mengartikan Fenomenologi sebagai: 1) pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal, 2) suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Istilah ‘fenomenologi’ sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Dalam arti yang lebih khusus, istilah ini mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang menurut Husserl. Fenomenologi kadang-kadang digunakan sebagai perspektif filosofi dan juga digunakan sebagai pendekatan dalam metodologi kualitatif. Fenomenologi memiliki riwayat yang cukup panjang dalam penelitian sosial termasuk psikologi, sosiologi dan pekerjaan sosial. Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-nterpretasi dunia. Dalam hal ini, para fenomenologis ingin memahami bagaimana dunia muncul kepada orang lain.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan temuan dari peneliti terkait faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku bullying pada siswa yang telah di teliti dari beberapa sumber maka dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari dua yaitu psikologis dan fisik. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor sosial dan latar belakang ekonomi.
Faktor internal yang mempengaruhi terjadinya perilaku bullying antara lain, pertama faktor psikologis yaitu rendah diri dan ketidak berdayaan siswa. Merasa dirinya lemah dan tidak mampu melawan ketika dirinya di bully. Memiliki rasa rendah diri yang tinggi memicu terjadinya perilaku bullying pada siswa, rasa rendah diri setiap orang juga berbeda-beda, ada yang rendah diri karena memiliki sifat pemalu, canggung ketika bertemu dan berbicara dengan orang lain, memiliki kekurangan dan ada lagi yang lainnya. Yang kedua yaitu faktor fisik. Fisik yang lemah dan Ketidakberdayaan juga menjadi sumber terjadinya perilaku bullying. Ketidak berdayaan yang berlangsung lama dan tidak dapat diatasi atau bisa diatasi namun membutuhkan waktu yang lama tetapi bisa menimbulkan frustasi pada seseorang.
Faktor eksternal terdiri dari dua faktor yaitu faktor sosial dan latar belakang ekonomi. Pertama untuk faktor sosial sendiri meliputi ekonomi, hubungan teman sebaya dan lingkungan sosial. Faktor ekonomi menjadi pemicu terjadinya perilaku bullying pada siswa, keadaan ekonomi yang kurang, bahkan ekonomi yang mencukupi pun bisa memicu terjadinya perilaku bullying. Kedua faktor sosial, hubungan sosial yang kurang menjadikan seseorang minim informasi dan sulit untuk berkomunikasi dengan seseorang, ketika seseorang tidak paham dengan suatu hal dan malu untuk bertanya tentunya membuat seseorang tersebut tidak mengetahui apa yang harus dilakukan. Ketiga latar belakang ekonomi, latar belakang ekonomi mempengaruhi terjadinya perilaku bullying pada siswa, rata-rata siswa yang mengalami perilaku bullying adalah siswa yang ekonominya kurang, tetapi ada juga yang ekonominya bahkan mencukupi juga bisa memicu terjadinya perilaku bullying.
Kesimpulan dari uraian di atas menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku bullying pada siswa yang paling berpengaruh adalah faktor internal terutama faktor psikologis yang berkaitan dengan rendah diri dan faktor fisik yang berkaitan dengan bentuk badan dan warna kulit.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku bullying pada siswa kelas XI di SMA Negeri 8 Semarang yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Di mana faktor internal adalah faktor paling dominan yang menyebabkan siswa mengalami perilaku bullying, Faktor internal sendiri terdiri dari faktor psikologis dan fisik. Kemudian faktor eksternal terdiri dari faktor sosial dan latar belakang ekonomi. Faktor lain yang juga menjadi penyebab terjadinya perilaku bullying adalah ketenaran, di mana siswa-siswi yang mengikuti organisasi di sekolah dan dikenal banyak orang justru menjadi bahan bullying.
Saran
Hal utama yang paling berpengaruh terjadinya perilaku bullying adalah dari dalam diri sendiri, kepercayaan diri juga menjadi faktor terjadinya perilaku bullying, ketika rasa percaya diri kita rendah, maka dari situ adanya kesempatan untuk para pembully melakukan bullying. Dengan begitu perlu diadakannya sosialisasi mengenai bullying di sekolah, agar siswa-siswi yang menjadi pembully bisa tahu dampak yang terjadi jika mereka melakukan perilaku bullying. Mungkin perlu juga diadakan pertemuan antara wali kelas dengan murid agar terjadinya kedekatan antara murid dengan guru sehingga murid berani bercerita dan mengungkapkan permasalahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Arya, Lutfi. 2018. Melawan Bullying: Menggagas Kurikulum Anti Bullying di Sekolah. Mojokerto: Sepilar Publishing House.
Arofa, Isnaini Zakiyyah. 2018. “Pengaruh Perilaku Bullying Terhadap Empati Ditinjau dari Tipe Sekolah”. Dalam Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Vol 06, No 01.
Bulu, Yunita dkk. 2019. “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku BullyingPada Remaja Awal”. Dalam Jurnal Nursing News Volume 4, Nomor 1.
Damayanti, Ria dkk. 2013. Studi Kasus Dampak Psikologis Bullying Pada Siswa Tunarungu di SMK Negeri 30 Jakarta.
Moleong, Lexy J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prasetia, Danarjati Dwi dkk. 2013. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahmat, Hidayat Dede. 2011. Psikologi Kepribadian Dalam Konseling. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sugiariyanti. 2010. “Perilaku Bullying Pada Anak dan Remaja”. Dalam Jurnal Ilmiah Psikologi.
Sri Hertanjung, Wisnu dan Usmi Karyani. 2015. “Profil Pelaku dan Korban Bullying di Sekolah Dasar”. Dalam Jurnal University Research Coloqium.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
- Creswell, John. 2014. Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Sarwono, Sarlito. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Wiyani, Novan Ardy. 2012. Save Our Children From School Bullying. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Zakiyah Zain, Ela. 2017. “Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying. Padjadjaran”. Dalam Jurnal Penelitian dan PPM Vol 4, No 2.