Hubungan Keyakinan Diri Bahasa Inggris dan Jenis Kelamin Dengan Prestasi Belajar
HUBUNGAN KEYAKINAN DIRI BAHASA INGGRIS
DAN JENIS KELAMIN DENGAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS PESERTA DIDIK KELAS 12 DI MAN SALATIGA
Nurjadid
Guru MA Negeri Salatiga
ABSTRACT
The aim of this research is to find out the relation of, English self efficacy and sex with English Learning Achievement Motivation of Student Grade 12th at MAN Salatiga. The population in this research is the whole students of grade 12th which amounts 295 students, while the number of the samples that has been used in this research were 100 students. To measure the variable of English self efficacy it has been used questionnaire by Corsini (dalam Siregar, 2012), while the student’s achievement has been measured by using the mid test in the second semester period 2016/2017. Before testing the hypothesis, first, it is measureed the validity and reliability of measuring instruments by using a standard p<0.05 for validity and p<0.05 for reliability. After the researcher test the hypothesis, then there are some research results as follows: there is no a significant relationship of English self efficacy with student achievement, there is no interaction effect of sex with student achievement, there is no interaction effect of English self efficacy and sex with student achievement, the population rates there was no difference in the student learning achievement in terms of gender.
Key words: English self efficacy, sex, Student learning achievement.
PENDAHULUAN
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam era yang semakin mengglobal ini, tak dapat dipungkiri bahwa kemampuan dalam berbahasa asing, terutama bahasa Inggris sangat penting. Namun demikian tidak sedikit siswa yang prestasi belajar bahasa Inggrisnya belum memadai, hal tersebut juga tidak terlepas dari sebuah keyakinan diri dalam berbahasa Inggris (English self efficacy),keyakinan akan kemampuan dirinya dalam mengungkapkan kemampuan bahasa Inggris dengan baik dan benar perlu ada dalam diri individu. Terdapat dua buah variabel psikologis, yakni motivasi dan keyakinan akan kemampuan dirinya dalam melakukan aktiitas berbahasa Inggris dengan baik dan benar (self-efficacy) merupakan salah satu pendorong adanya prestasi belajar bahsa Inggris.
Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional yang dipakai dalam kancah pergaulan dunia internasional merupakan salah satu sarana yang sangat penting untuk mengadopsi dan mengadaptasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah perlu diperkenalkan mulai dari pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi. Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran yang memilki karakteristik yang berbeda dari mata pelajaran yang lain yaitu dilihat dari fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, Halliday (dalam Depdiknas, 2003).
Masalah yang dihadapi oleh peserta didik MAN Salatiga adalah hasil prestasi ujian nasional khususnya pada mata pelajaran Bahasa Inggris yang cenderung tidak konstan. Dengan adanya penjelasan tentang fenomena-fenomena tersebut ada dua variabel dari sekian banyak variabel yang dapat menunjukkan prestasi belajar siswa. Ada beberapa temuan yang menyatakan bahwa prestasi belajar di pengaruhi oleh faktor penting yang menjadi pendorong bagi seseorang atau siswa untuk dapat menjadi berkualitas atau memiliki prestasi tinggi adalah dengan dimilikinya self-efficacy yang tinggi. Bandura (dalam Putra, 2012) menyatakan bahwa efikasi diri sebagai pertimbangan seseorang terhadap kemampuanya mengorganisasi dan melaksanakan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai prestasi tertentu.
Menurut pendapat Matlin (dalam sulistyawati, 2010) seseorang yang mamiliki self efficacy kuat, mampu mengatur kehidupan untuk lebih berhasil. Seseorang yang self efficacy tinggi ketika awanya kurang berhasil mereka akan mencoba cara yang baru, dan mereka lebih keras. Ketika masalah muncul, seseorang dengan self efficacy yang kuat tetap tenang dalam menghadapi masalah dan mencari solusi, bukan memikirkan kekurangan dari dirinya. self efficacy yang rendah dapat menghalangi usaha meskipun individu memiliki keterampilan dan menyebabkan mudah putus asa sehingga mengurangi prestasinya
Berdasarkan berbagai fenomena dan hasil penelitian yang ada, maka penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut terhadap hubungan motivasi berprestasi dan English self efficacy terhadap prestasi belajar Bahasa Inggris Peserta didik kelas XII MAN Salatiga,
TINJAUAN PUSTAKA
PRESTASI BELAJAR
Dalam proses pendidikan prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni, penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu (Abdullah, 2008). Koster (2001) menyatakan bahwa pretasi belajar siswa adalah pencapaian siswa setelah mengalami proses belajar yang terwujud dalam bentuk pengetahuan (kognitif) maupun konsep diri (afektif) serta ketrampilan tertentu (psikomotorik) seperti persepsi, respon siswa, dan adaptasi. Prestasi belajar adalah hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar yang diberikan berdasarkan atas pengukuran tertentu (Ilyas, 2008). Prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta, dan rasa maupun yang berdimensi karsa (Syah, 2006). Sementara itu, Gagne (1977) & Elliot (1999) dalam Patty (2014) menyatakan bahwa prestasi belajar menunjuk pada kinerja belajar seseorang yang umumnya ditunjukkan dalam bentuk nilai rata-rata yang diperoleh. Prestasi belajar terwujud karena adanya perubahan selama beberapa waktu yang tidak disebabkan oleh pertumbuhan, tetapi karena adanya situasi belajar. Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah pencapaian seseorang setelah mempelajari materi pelajaran dalam satu kurun waktu tertentu. Pencapaian prestasi tersebut dapat berpengaruh pada perubahan perilaku. Perstasi biasanya ditunjukkan dengan nilai tes (ujian) atau angka nilai yang diberikan oleh guru, dosen,tutor dan sebagainnya.
ENGLISH SELF EFFICACY
Berkaitan dengan English Self efficacy, keyakinan diri khususnya dalam hal Bahasa Inggris merupakan suatu kepercayaan diri pencitraan yang membayangkan sesuatu secara mental bukan dengan menunjukkan diri secara fisik, sehingga kepercayaan diri itu ada dalam pikiran, Pernyataan tersebut dijelaskan oleh Metlin (2014, h.20) sebagai berikut:“definition which stated that imagery is simply mentally imagining something not physically presentâ€
Self-efficacy) merupakan hal penting penentu keberhasilan mereka. mengemukakan self–efficacy adalah suatu keyakinan individu bahwa dirinya mampu mengelola dan memutuskan tindakan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dengan baik. Keyakinan terhadap diri sendiri amat diperlukan oleh siswa. Keyakinan ini akan membawa siswa kepada pemilihan tindakan, pengerahan usaha, serta keuletan. Keyakinan siswa yang didasari oleh keterbatasan kemampuan akan menuntut siswa berperilaku secara mantap dan efektif. Sehingga, apabila siswa mendapatkan tugas ataupun tantangan mereka tidak akan menyerah atau patah semangat atau bahkan cuma diam tidak melakukan apapun.
Pernyataan tersebut dijelaskan oleh Albert Bandura (1977, h.64) sebagai berikut: “Self-efficacy is the belief in one’s effectiveness in performing specific tasks “People who regard themselves as highly efficacious act, think, and feel differently from those who perceive themselves as inefficacious. They produce their own future, rather than simply foretell it.”
Ada dua jenis self-efficacy menurut Bandura yaitu self efficacy tinggi dan Self-efficacy rendah. Seseorang yang memiliki self–efficacy tinggi memiliki usaha yang kuat menyelesaikan tugas-tugas yang relatif sulit dan mereka tidak memiliki perasaan gagal terhadap kemampuannya. Siswa yang memiliki Self-efficacy tinggi memiliki harapan yang kuat untuk sukses. Tingginya self-efficacy yang dimiliki siswa akan memotivasi mereka secara kognitif untuk bertindak lebih bertahan dan terarah terutama apabila tujuan yang hendak dicapai merupakan tujuan yang jelas. Sedangkan siswa yang memiliki self– efficacy rendah pada umumnya dihinggapi perasaan gagal yang akhirnya menuju kepada hasil yang kurang memuaskan dan menjadikan kepercayaan dirinya rendah.
Sementara itu Corsini (1994, h.84), self efficacy dimana ditunjukkan dengan aspek- aspek: kognitif, motivasi, afeksi dan seleksi, Jadi harapan seseorang dari hasil suatu perilaku, keyakinan bahwa seseorang akan sukses di dalam bertindak sesuai dengan yang diharapkannya, serta makna yang didapat oleh individu tersebut, maka akan mempengarui motif dari individu untuk memperoleh kesuksesan yang sama. Beberapa aspek menurut Corsini (dalam Siregar, 2012) ada beberpa aspek dari self efficacy,yaitu:
Kognitif Yaitu kemampuan seseorang untuk memikirkan cara-cara yang digunakan dan merancang tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Motivasi Yaitu kemampuan seseorang untuk memotivasi diri melalui pikiranya untuk melakukan tindakan dan keputusan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Afeksi Yaitu kemampuan individu untuk untuk mengatasi perasaan emosi yang timbul dari dalam diri untuk mencapai tujuan yang diinginkan.afeksi berperan pada pengaturan diri seseorang terhadap pengaruh emosi. Seleksi Yaitu kemampuan seseorang untuk mempertimbangkan secara matang untuk memilih perilaku dan lingkunganya.seseorang akan menghindari aktifitas dan situasi yang diyakini melebihi kemempuan yang ereka miliki. Tetapi mereka siap utuk melakukan kegiatan yang menantang dan keadaan yang dirasa mampu mengendalikanya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dimana Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan subjek penelitian Arikunto (2006). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan peserta didik MA Negeri Salatiga yang berjumlah 295 siswa. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Sugiyono (Patty,2014). Di dalam menentukan jumlah sampel yang representative dari populasi yang diketahui jumlahnya Supramono dan Haryanto (2005). Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan sebanyak 75 siswa.
Untuk mengukur variabel pengukuran variabel English self efficacy menggunakan metode pengisian kuesioner. Subjek diminta untuk mengisi kuesioner English self efficacy yang disusun oleh Corsini (dalam Siregar, 2012). Berdasarkan perhitungan validitas diperoleh 2 item yang gugur dan 48 item yang valid, dengan rentang nilai antara 0,309 sampai dengan 0,708 Coefisien alpha cronbach dari 48 item valid adalah 0,945, untuk itu reliabilitas alat ukur English self efficacy berada pada kategori dapat diandalkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alat ukur English self efficacy valid dan reliabel. Sedangkan untuk variabel prestasi belajar siswa pada penelitian ini dikumpulkan melalui data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber (guru mata pelajaran bahasa Inggris maupun kurikulum) berupa nilai ulangan tengah semester genap tahun pelajaran 2012/2013.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi klasik. Dalam penelitian ini terdapat dua uji asumsi klasik yakni uji normalitas dan uji homogenitas. Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat hasil uji one sample kolmogorov smirnov.
Berdasarkan tabel uji one sample Kolmogorov-Smirnov, diketahui bahwa nilai untuk self efficacy p= 0,495 hal ini berarti data self efficacy terdistribusi normal. Nilai untuk prestasi belajar F= 0,812; p> 0,05 hal ini berarti data prestasi belajar terdistribusi normal. Dengan demikian dapat disimulkan bahwa data, English self efficacy dan prestasi belajar terdistribusi normal sehingga dapat digunakan untuk pengujian lebih lanjut.
Sedangkan uji homogeneity of variance merupakan salah satu uji asumsi klasik yang harus dilakukan sebelum melakukan uji statistik ANOVA. Ghozali (2006) menyatakan bahwa uji homogeneity of variance yakni variabel dependent harus memiliki varian sama dalam setiap kategori variabel independent. Kriteria pengujian ini yaitu nilai levene test di atas 5%. Hasil pengujian diketahui bahwa nilai p = 0,180. Oleh karena nilai Levene’s test sebesar 0,180 > 0,05, maka data dinyatakan homogen atau memiliki varian yang sama. Dengan demikian asumsi homogeneity of variance terpenuhi untuk melanjutkan ke uji Two Way ANOVA. Untuk hipotesis, terdapat tiga bentuk pengujian yang dilakukan yakni Analisis korelasi multivariate, analisis Two-Way Anova, dan analisis independen sampel t-test. Untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan analisa korelasi multivariate, analisis korelasi dilihat dari nilai koefisien korelasi.
Table 1 Hasil Uji Two Ways Anova Hubungan Interaksi English self efficacy dan Jenis Kelamin dengan Prestasi Belajar
Tests of Between-Subjects Effects |
|||||
Dependent Variable:PB |
|
|
|
|
|
Source |
Type III Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
Corrected Model |
220.687a |
7 |
31.527 |
.659 |
.706 |
Intercept |
167330.734 |
1 |
167330.734 |
3.496E3 |
.000 |
Motivasi |
77.732 |
1 |
77.732 |
1.624 |
.206 |
SE |
116.839 |
1 |
116.839 |
2.441 |
.122 |
JK |
2.377 |
1 |
2.377 |
.050 |
.824 |
Motivasi * JK |
63.192 |
1 |
63.192 |
1.320 |
.254 |
SE * JK |
87.429 |
1 |
87.429 |
1.827 |
.180 |
Motivasi * SE * JK |
43.712 |
2 |
21.856 |
.457 |
.635 |
Error |
4403.043 |
92 |
47.859 |
|
|
Total |
604717.198 |
100 |
|
|
|
Corrected Total |
4623.731 |
99 |
|
|
|
a. R Squared =.048 (Adjusted R Squared = -.025) |
|
|
Berdasarkan hasil uji anova di atas menunjukkan bahwa hasil interaksi antara variabel English self efficacy dan jenis kelamin memberikan nilai F = 1,827; p > 0,05. Hal ini berarti bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara English self efficacy dan jenis kelamin terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini berarti H0 diterima.
Hal ini menjelaskan bahwa:Pertama, siswa yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan mempunyai anggapan bahwa English self efficacy merupakan satu hal yang wajar untuk dimiliki mereka dalam berjuang mencapai prestasi belajar bahasa Inggris. Karena memang pada dasarnya setiap individu perlu adanya English self efficacy dalam dirinya sehingga mampu memiliki kepercayaan diri, termasuk percaya diri dalam belajar bahasa Inggris (Tangney dkk, 2004). Kedua ada kecenderungan bahwa setiap siswa yang telah memiliki English self efficacy yang sama untuk meraih prestasi belajar
Pengujian selanjutnya dilakukan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Untuk melakukan pengujian ini menggunakan analisis independen sampel t-test.
Table 2 Analisa Independen Sampel t-test Prestasi Belajar Berdasarkan Jenis Kelamin
Group Statistics |
|||||
|
JK |
N |
Mean |
Std. Deviation |
Std. Error Mean |
PB |
Wanita |
80 |
77.1921 |
6.34687 |
.70960 |
Laki |
20 |
78.5600 |
8.61901 |
1.92727 |
Tabel di atas menunjukkan bahwa perempuan memiliki rata-rata prestasi belajar hampir sama daripada laki-laki, dimana perempuan memiliki rata-rata sebesar 77, 1921 sedangkan laki-laki sebesar 78,5600. Tetapi perbedaan tersebut tidaklah begitu signifikan. Tidak adanya signifikan prestasi belajar siswa juga terlihat jelas dari tabel berikut:
Tabel 3 Hasil Uji Signifikansi Prestasi Belajar Ditinjau dari Jenis Kelamin
|
Levene’s Test for Equality of Variances |
t-test for Equality of Means |
|||
|
F |
Sig. |
t |
df |
Sig. (2-tailed) |
|
|||||
Equal variances assumed |
3.785 |
.055 |
-.799 |
98 |
.426 |
Equal variances not assumed |
|
|
-.666 |
24.393 |
.512 |
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa t=-0,799; p > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa rata-rata populasi prestasi belajar pada siswa laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan. Dengan demikian H0 diterima. Perempuan memiliki rata-rata prestasi belajar lebih rendah daripada laki-laki, dimana perempuan memiliki rata-rata sebesar 77, 1921 sedangkan laki-laki sebesar 78,5600. Tetapi perbedaan tersebut tidaklah begitu signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang menjadi pengamatan penulis selama ini di MAN Salatiga; Pertama, siswa perempuan memiliki prestasi belajar yang lebih rendah dibandingkan dengan siswa laki-laki. Siswa laki-laki terlihat lebih serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan sedangkan siswa perempuan juga serius tetapi lebih pendiam dan sulit ditebak paham atau tidak. Kedua, hal yang menarik untuk dilihat adalah keaktifan siswa ketika pelajaran sedang berlangsung. Mereka cenderung menunjukkan antusias yang sama dalam mencapai prestasi belajar dengan cara dan ditunjukkan melalui prestasi belajar ketika berlangsung dikelas mereka aktif dan berani dalam bertanya serta berpendapat.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji statistik dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Tidak ada pengaruh interaksi English self efficacy dan jenis kelamin dengan prestasi belajar bahasa inggris siswa MAN Salatiga.
2. Tidak ada perbedaan prestasi belajar bahasa inggris ditinjau dari jenis kelamin pada siswa di MAN Salatiga.
Secara umum, dapat penulis simpulkan bahwa English self efficacy tidak ada korelasi dengan prestasi belajar bahasa Inggris siswa di MAN Salatiga. Hal ini berarti bahwa ada faktor-faktor lain selain English self efficacy yang memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar siswa. Sedangkan hal kedua yang ditemukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa laki-laki dan siswa perempuan di MAN Salatiga, dimana siswa laki-laki memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi daripada siswa perempuan.
SARAN
Berikut ini saran yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketiga faktor tersebut:
1. Pihak sekolah memberikan penyuluhan kepada orang tua sehubungan dengan pentingnya dukungan sosial orang tua terhadap perkembangan atau kemajuan belajar siswa. Dukungan sosial orang tua dapat diberikan kepada siswa melalui berbagai cara, misalnya orang tua aktif menanyakan perkembangan belajar siswa melalui guru bidang studi/wali kelas, guru BK, serta orang tua memeriksa hasil belajar siswa secara berkala di rumah.
Selain bagi pihak sekolah dan siswa, peneliti juga memberikan beberapa saran praktis bagi peneliti selanjutnya, yakni:
1. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadikan variabel lain selain English self efficacy sebagai prediktor terhadap prestasi belajar siswa, misalnya English self regulated learning, dukungan sosial guru dan orang tua, self esteem, serta menjadikan beberapa variabel lainnya seperti usia, peminatan jurusan, sebagai variabel moderasi.
2. Peneliti selanjutnya dapat juga melakukan penelitian dengan topik yang sama tetapi diperluas bukan hanya pada tingkat Sekolah Menengah Atas tetapi dapat juga melakukan penelitian pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama baik yang ada di kota Salatiga maupun yang ada di beberapa Kota dan Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah
DAFTAR PUSTAKA
Abdullahi. (2003) Relationship among achievement motivation, Self- Esteem, Locus of Control and Academic Performance of Nigerian University Student. Department of Education Al Foundations University of Ilorin.
Abdullah. N. A. (2006). The attitude and motivation of English language toward the use of Malaysian online. Journal instructional technology (MOJT), 3,1,16-20.
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Bandura, A. (Putra,2012), Definition of Self efficacy. Diakses dari http://edutechwiki.unige.ch/en/Self-efficacy_theory
Corsini,R.J.1994. Encyclopedia of Psychology. 2nd edition vol 8. NEWYORK: Jhon Willey Sons
Depdiknas, (2003). Penilaian Tingkat Kelas. Jakarta: Deprtemen Pendidikan Nasional.
Patty, S. (2014) hubungan dukungan sosial teman sebaya dan kontrol diri dengan prestasi belajar siswa di SMA Kristen YPKPM Ambon Tesis yang tidak dipublikasikan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
Putra, A.K. (2012). Pengaruh Orientasi pada Kesempurnaan dan Efikasi diri terhadap Prokastinasi Skripsi pada Mahasiswa Psikologi UKSW. Fakultas Psikologi UKSW.
Santrock, J.W. (2003) Adolescence perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J.W. (2006) Educational Psychology: update: preparing for PRAXIS and Practice America, Newyork: McGraw-Hills.
Sulistyowati, I. (2010). Relationship Between Social Support with student efficacy in constructing thesis. Jurnal Psikologi Social, 1(1),1-12.
Winkel. (1996) Psikologi belajar. Jakarta: Raja Grasindo Persada
Winkle, W.S.2005. Psikologi Pengajaran. Jogjakarta: Media Abadi.
Wiramihardja, S. 2003. Keeratan Hubungan antara Kecerdasan , Kekuatan, Kemauan, dan Prestasi Belajar. Jurnal Psikologi- Vol 11 no 1.Hal. 70-81
Yusuf. (2003) Motivasi dalam belajar. Jakarta. P2LPTK.
Zenzen, T.G. (2002). Achievement Motivation: A Research Paper Submitted in Partial Fulfillment of the Requirements for the Master of Science Degree Industrial/Technology Education. Diakses pada tanggal 22 Juli 2011 dari www.achievement motivation.com
Zarkasyi, S.W. (2006). Mahasiswa dan Motivasi Berprestasi. Orasi Ilmiah -Disampaikan pada Pembukaan Islamic Study Club Mahasiswa Baru Angkatan 2006 Program Studi Akuntansi, Manajemen Pemasaran, Perpajakan dan Bisnis Internasional.