Hypnosis Untuk Dikjartih Guru
HYPNOSIS UNTUK DIKJARTIH GURU
R. Haryadi PR
Widyaiswara Muda PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta
ABSTRAK
Hypnosis merupakan teknik yang memudahkan untuk memotivasi seseorang secara cepat dan efisien. Dalam kondisi hypnosis, ada sebuah kondisi pada saat seseorang mudah menyerap informasi secara cepat, tanpa adanya tekanan, ego, dan kecemasan. Kondisi yang dimaksud adalah kondisi hypnosis. Semakin masuk ke dalam kondisi hypnosis semakin orang itu masuk ke kondisi sugestif. Itulah kondisi ketika seseorang mudah menerima saran, masukan, informasi, data bahkan pengetahuan tertentu. Dengan demikian, secara otomatis, seseorang bisa mengoptimalkan daya serap, daya ingat, dan daya pikirnya. Dikjartih adalah proses belajar mengajar dalam diklat baik secara klasikal dan atau non klasikal, dalam kegiatan dikjartih tentunya ada peserta dan fasilitator/widyaiswara sebagai sumber belajar. Widyaiswara adalah PNS yang diangkat sebagai pejabat fungsonal dengan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk melakukan kegiatan dikjartih PNS, evaluasi dan pengembangan diklat dalam lembaga diklat pemerintah. Guru harus selalu mengupdate diri untuk menghasilkan perubahan ke arah yang lebih baik, pada aspek pengetahuan, ketrampilan maupun bentuk sikap dan perilaku sehari-hari untuk peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Hypnosis merupakan kondisi ketika seseorang mudah menerima saran, informasi, dan sugesti tertentu yang mampu mengubah seseorang dari hal yang kurang baik menjadi hal yang lebih baik.
Kata kunci : Hypnosis, Dikjartih Guru
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat penting dalam usaha untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan diri baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Belajar sebagai suatu kebutuhan yang tidak bisa diabaikan supaya kita dapat mengikuti pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menimbulkan berbagai perubahan yang melanda segenap aspek kehidupan manusia. Tidak terkecuali bagi guru yang harus selalu mengupdate diri untuk menghasilkan perubahan ke arah yang lebih baik, pada aspek pengetahuan, ketrampilan maupun bentuk sikap dan perilaku sehari-hari untuk peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.
Hypnosis merupakan kondisi ketika seseorang mudah menerima saran, informasi, dan sugesti tertentu yang mampu mengubah seseorang dari hal yang kurang baik menjadi hal yang lebih baik. Hypnosis merupakan teknik yang memudahkan untuk memotivasi seseorang secara cepat dan efisien. Dalam kondisi hypnosis, ada sebuah kondisi pada saat seseorang mudah menyerap informasi secara cepat, tanpa adanya tekanan, ego, dan kecemasan. Kondisi yang dimaksud adalah kondisi hypnosis. Semakin masuk ke dalam kondisi hypnosis semakin orang itu masuk ke kondisi sugestif. Itulah kondisi ketika seseorang mudah menerima saran, masukan, informasi, data bahkan pengetahuan tertentu. Dengan demikian, secara otomatis, seseorang bisa mengoptimalkan daya serap, daya ingat, dan daya pikirnya.
PERMASALAHAN
Hypnosis atau yang lebih dikenal oleh masyarakat hipnotis adalah fenomena yang alamiah. Hypnosis bisa dilatih sehingga berguna dalam kehidupan manusia. Manfaat hypnosis dapat berguna untuk kesehatan sebagai anesthesia, untuk terapi yang dapat membantu mereka yang depresi, untuk mereka yang dibidang hukum dapat berguna sebgai alat bantu forensik. Dibalik manfaat sebagaimana pedang bermata dua, hypnosis dapat pula digunakan untuk perbuatan melanggar hukum. Permasalahan dalam tulisan ini mengupas tentang bagaimana mengaplikasikan hypnosis dalam kegiatan dikjartih guru, sehingga diharapkan kegiatan diklat tersebut dapat berhasil?
PEMBAHASAN
PENGERTIAN
Dikjartih adalah proses belajar mengajar dalam diklat baik secara klasikal dan atau non klasikal, dalam kegiatan dikjartih tentunya ada peserta dan widyaiswara sebagai sumber belajar. Widyaiswara adalah PNS yang diangkat sebagai pejabat fungsonal dengan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk melakukan kegiatan dikjartih PNS, evaluasi dan pengembangan diklat dalam lembaga diklat pemerintah.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hypnosis adalah suatu kondisi yang menyerupai tidur, yang ditimbulkan orang lain dengan menggunakan cara-cara sugesti mental. Hypnosis (berasal dari kata hypnotism) adalah ilmu atau seni komunikasi, sedangkan hipnotis adalah orang yang menggunakan atau mempraktekkan hypnosis. Pikiran manusia terdiri dari concious mind (pikiran sadar) dan subconcious mind (pikiran bawah sadar). Semua informasi yang kita terima, masuk melalui panca indera kita. Selanjutnya akan akan tersimpan dalam bentuk file-file memori kita pada subconcious mind. Untuk menggali potensi yang ada pada file-file memori tersebut sangat efektif dilakukan melalui media hypnosis. Jadi hypnosis dapat dikatakan suatu ilmu berkomunikasi dengan memanfaatkan pikiran bawah sadar.
Kita sering melakukan self talk (berbicara dengan diri sendiri), atau sering membangkitkan semangat diri sendiri dengan berkata “yes†atau “kamu bisaâ€, karena pada hakekatnya kita telah dan pernah merasakan suatu moment semangat tersebut, yang filenya tersimpan pada subconcious mind. Satu hal penting lagi yang perlu dipahami bahwa hypnosis ini hanya bisa dilakukan kepada orang lain/teman bicara kita, bila yang bersangkutan bersedia atau menyetujuinya. Juga ada tahapan untuk menguji tingkat kemudahan bagi seseorang yang akan dijadikan subyek dalam praktek hypnosis tersebut, karena hanya berkisar 5 % orang yang bersedia tapi sulit dihypnosis, 10 % mudah, sedang 85 % adalah moderat. Bila yang bersangkutan tidak bersedia maka praktek hypnosis tidak dapat dilakukan.Tentu sangat berbeda dengan gendam yang sudah pasti tidak akan meminta persetujuan korbannya.
HYPNOSIS UNTUK DIKJARTIH GURU
Hypnonis dalam kegiatan diklat merupakan hypnosis dalam pembelajaran, tetapi ada hal yang sangat berbeda yaitu peserta, dalam diklat peserta adalah orang dewasa. Hypnosis dalam pembelajaran adalah suatu metode menstranformasikan ilmu kepada peserta diklat dengan memanfaatkan alam bawah sadar. Dalam kegiatan dikjartih terdapat beberapa perbedaan, terutama dalam hal peserta diklat yang sangat bervariasi dari segi umur yang merupakan orang dewasa, tingkat pengetahuan, pendidikan yang rata-rata S1, S2 dan bahkan ada yang S3.
Guru merupakan orang yang memberikan pembelajaran, yang dalam bahasa sansekerta guru adalah pengajar suatu ilmu, dalam bahasa Indonesia dengan merujuk Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) kata guru mempunyai arti orang yang kerjanya mengajar. Dalam arti yang lebih luas umumnya merujuk pada pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Seorang guru harus berhati-hati terhadap segala tingkah laku baik di sekolah maupun di luar sekolah. Setiap tingkah laku guru akan menjadi contoh oleh anak didiknya, guru harus dapat menjadi model untuk anak didiknya, bukan hanya model tetapi keteladanannya.
Namun pada prinsipnya guru peserta diklat yang memiliki karakteristik orang dewasa yang memiliki tanggung jawab, memiliki pengalaman yang sangat bervariasi, dan memilih pendekatan proses pembelajaran orang dewasa. Kegiatan diklat guru diadakan sebagai upaya peningkatan kemampuan pengetahuan dan ketrampilan, serta ada hal yang penting juga yaitu peningkatan sikap guru untuk lebih baik, karena akan menjadi teladan peserta didiknya.
Hypnosis merupakan teknik yang memudahkan untuk memotivasi seseorang secara cepat dan efisien. Dalam kondisi hypnosis, terdapat kondisi pada saat seseorang mudah menyerap informasi secara cepat, tanpa adanya tekanan, ego, dan kecemasan. Semakin masuk ke dalam kondisi hypnosis semakin orang itu masuk ke kondisi sugestif. Itulah kondisi ketika seseorang mudah menerima saran, masukan, informasi, data bahkan pengetahuan tertentu. Dengan demikian, secara otomatis seseorang bisa mengoptimalkan daya serap, daya ingat, dan daya pikirnya sehingga usaha memaksimalkan proses dikjartih akan tercapai.
IMPLIKASI
Diklat adalah unit pengembangan sumber daya manusia yang strategis, karena memiliki peran yang sentral dalam mendukung kemampuan daya saing organisasi/perusahaan. Diklat adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan peserta. Pendidikan mencakup aktivitas yang lebih luas yakni meliputi kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan untuk meningkatkan profesional dan kompetensi menyeluruh seseorang. Pelatihan meliputi aktivitas-aktivitas yang berfungsi meningkatkan unjuk kerja dan keterampilan seseorang dalam pekerjaan yang sedang dijalani atau pekerjaan yang akan dijalaninya.
Pendekatan pembelajaran diklat adalah pendekatan andragogi (pembelajaran orang dewasa). Hubungan dengan penerapan hypnonis, karena statusnya adalah belajar meskipun dari segi umur peserta adalah orang dewasa. Dalam konteks dikjartih dengan peserta diklat, seorang widyaiwasara/instruktur/fasilitator pada saat memasuki ruang kelas biasanya mendapat perhatian penuh dari para peserta diklat. Semua mata tertuju padanya dengan penuh harap apa gerangan yang akan disampaikan oleh widyaiswara tersebut. Pada pandangan pertama itulah yang akan menentukan keberhasilan mengajar untuk waktu-waktu berikutnya. Karena itu kesan pertama harus ditunjukkan oleh seorang widyaiswara bagaimana menarik perhatian peserta diklat guru tersebut.
Dari sisi pisik seorang widyaiswara harus berpenampilan rapih dan menarik. Pakaian bersih, kombinasi warna celana dengan baju serasi, menggunakan baju batik lengan panjang, apabila menggunakan baju berlengan panjang alangkah baiknya menggunakan dasi, akan lebih baik apabila memakai jas, sepatu disesuaikan dengan warna celana. Intonasi suara diatur, tidak terburu-buru, dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kurangi humor-humor yang tidak ada manfaatnya.
Seorang widyaiswara berdiri di tengah kegiatan pembelajaran dengan pandangan ke depan menatap mata seluruh peserta. Dari persiapan pisik yang tidak kalah penting adalah persiapan materi ajar, mulai dari bahan ajar, bahan tayang, bahan peraga, RBPMD dan RP. Penguasaan materi sangat perlu, supaya widyaiswara bertambah percaya diri (self confidence). Persiapan fisik sebaik apapun, apabila penguasaan materi tidak menjadi perhatian utama maka hasilnya tidak akan optimal. Sebaliknya apabila penguasaan materi baik, meskipun peralatan mengajar seadanya tentunya widyaiswara dapat menampilkan hasil yang baik.
Widyaiswara harus menguasai berbagai metode pembelajaran dan menggunakan metode yang terbaik, widyaiswara tidak terpaku pada satu metode. Begitu suasana kelas berubah secara drastis, maka widyaiswara segera bermanuver mengubah metode lainnya yang dikuasai. Dalam arti metode bisa berubah setiap saat sesuai dengan kondisi peserta diklat. Beberapa langkah yang bisa dijadikan tips dalam kegiatan pembelajaran dalam diklat, adalah :
1. Menyapa peserta. Setelah mengucapkan salam, maka terdapat beberapa ucapan antara widyaiswara di awal kegiatan.
Widyaiswara : “Selamat Pagi†meskipun wakunya sudah siang atau sore. Hal ini untuk mencari perhatian bahwa waktu boleh siang atau sore hari, tetapi semangat selalu masih pagi. Karena waktu pagi adalah waktu yang baik untuk belajar. Lanjutkan lagi dengan kata : “Apa Kabar?â€
Peserta : “Baik!†Maka segera dikoreksi oleh widyaiswara, kata baik adalah kata biasa. Peserta : “Yang Tidak Biasa Bagaimana Pak?â€
Widyaiswara: “Yang Tidak Biasa adalah Luarrr Biasa!†Sekali lagi : “Apa Kabar?â€
Peserta : “Luaarr Biasaâ€
Widyaiswara melanjutkan pertanyaan dengan berkata : “Untuk Apa Bapak/Ibu Datang Kesini?†Dijawab peserta : “Untuk Mencari Ilmu?’’
Kata widyaiswara : “Mencari Ilmu Itu Sudah Biasaâ€.
Peserta bertanya : “Yang Tidak Biasa Itu Apa Pak?â€
Dijawab widyaiswara : “Untuk Bersenang-senangâ€. Maksudnya adalah supaya terkesan datang ke kelas tidak perlu serius sehingga menimbulkan stress. Jika dijawab untuk bersenang-senang semua materi ujian dapat dicerna dengan mudah.
Untuk membangun konsentrasi peserta agar selalu menghidupkan otak kiri dan otak kanan, maka ada hal yang harus disepakati, yaitu kalau widyaiswara mengatakan “Setujuâ€, dijawab peserta : “Sepakatâ€. Kalau widyaiswara berkata : “Sepakat†dijawab peserta : “Setujuâ€.
2. Pembagian kelompok dalam kelas. Tergantung jumlah peserta per kelas, misalkan satu kelas yang terdiri dari 30 peserta, apabila dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing 10 peserta. Setiap kelompok dibentuk ketua kelas, sekretaris, presenter, dan sisanya sebagai anggota. Setiap kelompok diberi nama sesuai dengan kesepakatan seluruh anggota, misalnya kelompok 1,2,3, atau A, B, C atau nama-nama tumbuhan atau nama-nama binatang, nama-nama alam, atau nama-nama tokoh, dan sebagainya.
3. Pemberian penghargaan (reward), pada saat widyaiswara menjelaskan materi ajar, di tengah-tengah uraian dan pembahasan, dipersilahkan untuk menanyakan atau mendiskusikan jika ada hal-hal yang menurut peserta perlu ditanyakan. Apabila ada yang menanyakan, maka widyaiswara memberikan kepada peserta lain untuk menjawab. Yaitu dengan mencoba melempar kepada peserta lain yang mau menjawab pertanyaan. Penghargaan diberikan dengan banyak cara, baik yang menjawab pertama kali dan yang menambahkan atau yang menjawab untuk membenarkan dari jawaban yang pertama. Salah satu cara, misal bagi yang bertanya diberi satu bintang, dan yang menjawab diberi satu bintang yang ditulis pada white board atau flip chart. Begitu seterusnya setiap yang bertanya, menjawab, menyanggah, berkomentar diberikan masing-masing satu bintang. Di akhir sesi jumlah bintang dijumlah, yang paling banyak jumlahnya dinyatakan secara berurutan sebagai juara 1, 2 dan 3. Dengan diberikan reward seperti itu, suasana kelas menjadi hidup dan dinamis.
4. Ice Breaker, arti “ice breaker†adalah pemecah kebekuan dalam sebuah kegiatan diklat. Ice breaker pada awal kegiatan dimulai, sebagai hal yang menarik, memikat dan mengundang peserta diklat agar tertarik pada materi yang disampaikan. Sedangkan pada pertengahan kegiatan penyampaian materi, digunakan untuk membangkitkan suasana sera menghilangkan kejenuhan. Bentuk ice breaker bisa berupa game-game selingan. Pada saat suasana kelas mulai lesu, peserta kurang bergairah dan mungkin mengantuk, widyaiswara menghidupkan kelas dengan memainkan game-game ringan. Juga bentuk yang lain adalah musik, untuk menambah suasana kelas tidak monoton, ada baiknya diselingi dengan alunan musik. Musik bisa menstimulus otak yang sudah mulai jenuh. Karena tidak seorangpun yang tidak menyukai musik atau lagu. Jika tidak tersedia, widyaiswara meminta seorang peserta untuk memimpin lagu-lagu nasional atau perjuangan untuk membangkitkan semangat dan persatuan, misalnya lagu : Halo-halo Bandung, Dari Sabang sampai Merauke, dan sebagainya. Bentuk-bentuk yang lain, adalah : pertanyaan aneh, pertanyaan mengejutkan, kutipan menarik, humor segar, movie asyik, studi kasus, pengalaman luar biasa, hasil penelitian heboh, kisah menyentuh hati, fakta penggugah jiwa, cerita/lukisan penyingkap tabir. Untuk menampilkan ice breaker, widyaiswara/instruktur harus yakin, percaya diri dan humoris.
Sebenarnya, inti dalam mengajar adalah memberikan informasi ke pikiran bawah sadar seseorang untuk memahami sebuah nilai dan pemahaman baru. Hal itu akan menambah pemahaman yang telah ada atau mengganti pemahaman yang belum sempurna. Terkadang, sebuah informasi sulit dipahami oleh pikiran seseorang disebabkan adanya pikiran-pikiran lain yang mengganggu pada saat proses penyerapan sebuah informasi ke pikiran bawah sadar seseorang. Dalam hal ini, pikiran bawah sadar menyimpan berbagai macam memori jangka panjang manusia, baik seluruh informasi yang berasal dari pengalaman empiris (pengalaman yang dirasakan secara langsung) maupun informasi yang berasal dari pengalaman induktif (pengalaman yang diperoleh dari ucapan, tulisan, maupun tayangan yang diperoleh dari sumber-sumber di luar diri). Informasi yang masuk melalui pancaindra tidak langsung diserap oleh pikiran bawah sadar seseorang. Proses ini membutuhkan daya analisis dari pikiran sadar yang telah membentuk critical area atau wilayah kritis yang bertujuan menyaring seluruh informasi yang masuk dari berbagai sumber.
Hal itu terjadi karena pikiran bawah sadar seseorang bersifat netral dan sugestif. Oleh karena itu, sangatlah logis jika untuk menuju ke pikiran bawah sadar yang menyimpan memori jangka panjang manusia, informasi harus disekat oleh sebuah dinding penyekat yang biasa disebut dengan critical area (CA) atau reticular activating system (RAS). CA atau RAS merupakan tempat penampungan sementara sebelum informasi benar-benar terkirim ke pikiran bawah sadar seseorang. Critical area diperlukan dalam kehidupan sehari-hari sebagai filter informasi untuk menyeleksi hal-hal yang membahayakan dan bertentangan dengan diri kita.
Critical area sering dibutuhkan sebagai benteng/pelindung, misalnya untuk mengan-tisipasi seseorang terhadap penipuan dan semacamnya. Namun, terkadang, critical area juga menyeleksi seluruh hal yang tidak diinginkan oleh diri seseorang. Hal itu termasuk memberi anggapan bahwa mata diklat ini susah, mata diklat ini membosankan, dan sebagainya. Untuk mengatasi critical area yang terlalu aktif pada diri seseorang, hypnosis merupakan cara untuk menonaktifkan dan mengistirahatkan critical area seseorang. Dengan demikian, informasi yang dibutuhkan pada pikiran seseorang bisa terserap dengan mudah dan tersimpan di pikiran bawah sadar seseorang.
Teknik terbaik dan tercepat menembus CA atau RAS adalah dengan menggunakan hypnosis. Rahasia untuk menembus CA atau RAS, dengan memahami kinerja dari konsep hypnosis terlebih dahulu. Ada 4 (empat) “kata kunci†dalam hypnosis, setelah memahami keempat kata kunci tersebut, kita akan memahami dengan mudah bagaimana mengajar sehingga dapat langsung menembus pikiran bawah sadar orang yang dihypnosis. Teknik ini bukanlah bersifat magis, mistis, atau menggunakan unsur-unsur roh tertentu. Namun, teknik hypnosis merupakan teknik komunikasi persuasif dan menekankan pada pemilihan pola bahasa, baik si pemberi informasi maupun penerima informasi. Kata kunci dalam hypnosis untuk pembelajaran, adalah :
1. Relaxation, setiap proses diklat sebaiknya dimulai dengan kesan pertama yang menyenangkan. Suasana yang relaks, menyenangkan, dan menyegarkan membuat CA atau RAS juga beristirahat. Dengan demikian, informasi bisa masuk dengan mudah ke pikiran bawah sadar seseorang. Untuk menuju ke kondisi relaksasi peserta diklat, berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu penampilan seorang widyaiswara, ingat penampilan memegang peranan dalam proses belajar-mengajar. Dengan demikian, sesaat sebelum melaksanan proses diklat, sebaiknya widyaiswara mempersiapkan diri untuk bercermin terlebih dahulu, pastikan semuanya dalam keadaan baik.
2. Mind Focus & Alpha State, sebenarnya, pikiran fokus bukan sekedar memperhatikan dan mendengar apa yang sedang pelajari oleh peserta diklat. Dalam hal ini, diperlukan juga strategi jitu memindahkan gelombang pikiran seseorang dari level pikiran beta menuju ke level pikiran alpha.
Pikiran Beta
Gelombang pikiran beta berada pada frekuensi 14-30 Hz. Pada kondisi ini, seorang mampu melakukan aktivitas dan penggunaan pikiran lebih dari satu fokus. Bagaimana jika dalam proses belajar-mengajar gelombang pikiran masih berada dalam level beta? Hal yang terjadi adalah saat belajar, seseorang masih terbayang bagaimana asyiknya dalam aktivitas sehari-hari, perasaan mencekam karena masih ada tugas yang belum selesai dikerjakan, dan sebagainya.
Pikiran Alpha
Gelombang pikiran alpha berada pada frekuensi 8-13,9 Hz. Pada kondisi ini, seseorang benar-benar dalam kondisi rileks dan fokus. Kondisi inilah yang dimaksud dengan kondisi hypnosis, yaitu saat seseorang mudah menyerap informasi secara maksimal tanpa adanya pikiran-pikiran lain yang mengganggu.
Pikiran Theta
Gelombang pikiran Theta berada pada frekuensi 4-7,9 Hz. Pada kondisi ini, seseorang telah berada dalam kondisi setengah tidur atau sering disebut kondisi meditatif. Dalam kondisi ini ide-ide kreatif muncul dan jika kita tidak mengendalikan diri, kita bisa langsung memasuki kondisi tidur pulas. Pikiran theta bukan merupakan kondisi hypnosis yang diperuntukkan dalam proses pembelajaran klasikal.
Pikiran Delta
Gelombang pikiran delta berada pada frekuensi 0,1-3,9 Hz. Pada kondisi ini, seseorang dikatakan dalam keadaan tidur pulas atau dengan kata lain, kita memasuki area tidak sadarkan diri.
Hypnosis dalam dikjartih/diklat bekerja pada level pikiran alpha. Dalam level ini, kita mengkondisikan seseorang agar masuk dalam hypnosis state (kondisi hypnosis). Dengan demikian, diharapkan setiap informasi bisa dengan mudah masuk ke dalam memori jangka panjang murid tanpa adanya distorsi dari pikiran-pikiran lain yang membebaninya. Seorang widyaiswara sangat berperan dalam membuat peserta diklat agar memasuki gelombang pikir alpha. Berikut ini beberapa hal penting yang perlu dilakukan, adalah (a) Mendapatkan perhatian sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, seorang widyaiswara/instruktur bisa memulainya dengan berdoa, bernyanyi bersama-sama, atau kegiatan lain yang dapat menyenangkan peserta diklat. Tujuannya adalah agar pikiran bawah sadar peserta diklat tertarik dengan mata pelajaran yang akan disampaikan. (b) Membangun tema, menentukan sebauh tema yang menarik dalam setiap proses diklat. Tema-tema ini nantinya dapat memancing pikiran bawah sadar. Tema ini merupakan pancingan kepada pikiran bawah sadar peserta diklat untuk memudahkan masuk gelombang pikir alpha-nya masing-masing. (c) Membangun Hubungan (Building Rapport) Rapport adalah suatu hubungan (relationship) yang ditandai dengan keharmonisan, kesesuaian, kecocokan, dan saling tarik menarik. Rapport dimulai dengan persetujuan, kesejajaran, kesukaan, dan persamaan. Jika sudah terjadi persetujuan dan rasa persamaan, timbullah saling memperhatikan terhadap satu sama lain.
3. Komunikasi Bawah Sadar, komunikasi terkadang kurang efektif dan efisien. Hal itu disebabkan tidak adanya komunikasi bawah sadar yang mendukung tejadinya “two way communication, heart-to-heartâ€â€ atau “komunikasi dua arah dari hati ke hatiâ€. Berikut ini beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam berkomunikasi agar terjalin sebuah komunikasi bawah sadar antara widyaiswara dan penerima informasi. Informasikan hal yang ingin anda sampaikan sesering mungkin. Itulah yang membuat CA menjadi aktif untuk siap melakukan analisis dan kebingungan tentang informasi apa yang akan ia terima dan apa manfaat yang akan dirasakan. Oleh karena itu, setiap kali proses pembelajaran dimulai, widyaiswara perlu menginformasikan sebuah outline tentang apa yang akan ia ajarkan kepada peserta diklat. Cara penyampaian informasi harus menghindari kesalahan dalam berkomunikasi, seperti ketidaksesuaian pola bahasa yang digunakan antara pemberi informasi dan penerima informasi, merupakan hal yang perlu menjadi perhatian. Ingat, pikiran bawah sadar seseorang hanya tertarik terhadap sebuah kesamaan dan akan tersimpan di pikiran bawah sadar seseorang.
Kelebihan hypnosis dalam kegiatan diklat adalah untuk membantu widyaiswara untuk lebih dapat berinteraksi dengan peserta diklat. Apabila melihat implikasi dari asumsi-asumsi kegiatan pembelajaran orang dewasa adalah ingin mengetahui, konsep diri pembelajar, pengalaman belajar, kesiapan belajar, orientasi belajar dan motivasi. Adapun kelebihan yang dimiliki pembelajaran dalam diklat degan hypnosis, adalah : proses pembelajaran yang beragam sehingga tidak membosankan bagi peserta diklat, proses pembelajaran akan lebih dinamis, terciptanya interaksi yang baik, kemudahan menguasai materi pada peserta diklat, pembelajaran bersifat aktif, pembelajaran menyenangkan dan membangun konsentrasi pada peserta diklat.
Kekurangan hypnosis, tidak bisa dipungkiri terdapat pula kekurangan di dalamnya, adalah : hypnosis bukanlah sesuatu yang instan, sehingga widyaiswara perlu untuk berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang. Hal ini sangat penting dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
KESIMPULAN DAN SARAN
Tugas widyaiswara dalam dikjartih guru, harus bisa mengembangkan hasil diklat untuk membentuk guru yang profesional dan kompeten, serta mendorong guru harus lebih kreatif lagi dalam memotivasi para peserta didik agar semangat belajarnya tumbuh dan potensi yang ada pada diri peserta didik.
Dalam menjalankan langkah-langkah hypnosis dalam diklat perlu di adakannya penerapan-penerapan yang menarik agar pembelajaran lebih dinamis tidak monoton. Penerapan hypnosis dalam kegiatan diklat dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti di bawah ini, adalah (1) Berteriak (yelling) dipakai untuk mengembalikan konsentrasi peserta didik ke materi pelajaran dengan meneriakkan sesuatu bersama-sama. Sebaiknya yelling telah disepakati bersama antara widyaiswara/instruktur dan guru peserta diklat pada awal pembelajaran dimulai agar terjadinya satu kesepahaman yang baik. (2) Apresiasi, dilakukan dengan memuji sangat dibutuhkan untuk menimbulkan rasa percaya diri dan semangat pada diri peserta diklat. (3). Pertanyaan Khusus, berikan pertanyaan yang dapat memancing rasa penasaran peserta diklat, guna untuk meningkatkan motivasi dan potensi peserta diklat.
Hypnosis dalam dikjartih, peran widyaiswara atau instruktur bertindak sebagai penghipnotis, sedangkan peserta diklat berperan sebagai orang yang dihipnotis. Dalam pembelajaran, sebenarnya tidak perlu menidurkan peserta diklat ketika memberikan sugesti. Widyaiswara cukup menggunakan bahasa yang persuasif sebagai alat komunikasi yang sesuai. Adapun unsur-unsur yang perlu diketahui dalam hypnosis, adalah sebagai berikut : (1) penampilan widyaiswara/instruktur (2) Rasa simpati terhadap guru peserta diklat. (3) Sikap empatik widyaiswara untuk membantu dan membimbing peserta diklat yang sedang merasa kesulitan. (4) Penggunaan Bahasa, bahasa lisan merupakan refleksi dari bahasa hati. Sebab, yang keluar dari lisan seseorang, akan melambangkan hati dan perasaan dari orang tersebut. (5) Motivasi, dengan memberikan cerita atau kisah dapat menjadi salah satu faktor, keberhasilan dalam penggunaan metode hypnosis. (6) Peraga, memperagakan menjadi salah satu hypnosis, ketika sedang mengajar, sebaiknya widyaiswara berusaha untuk menggunakan gaya bahasa tubuh yang baik agar apa yang disampaikanya menjadi semakin mengesankan bagi para peserta diklat. (7) Kuasai hati, memahami peserta diklat dengan menguasai hatiya, sebelum menguasai alam pikirannya. Dalam hal diklat widyaiswara bukanlah sebagai guru yang Salah satu cara menguasai hati anak peserta diklat adalah mengajarkan mata pelajaran tertentu, tetapi widyaiswara berperan sebagai pemberi bantuan kepada peserta diklat.
Berdasarkan uraian di atas, kesimpulan bahwa kelebihan model hypnosis dalam dikjartih guru, dapat menjadikan proses pembelajaran diklat menjadi lebih aktif dan menyenangkan dan sangat berkualitas meski terdapat sedikit sekali kekurangan. Dan akhirnya setelah dalam kegiatan diklat atau pasca diklat para guru sebaiknya guru juga memakai metode pembelajaran hypnosis pada para peserta didik, disesuaikan dengan kondisi dan usia peserta didik. Metode ini menghilangkan mental block dan memberikan berbagai sugesti positif pada diri peserta didik, sehingga semua prasangka negatif yang tertanam pada diri peserta didik tersebut bisa hilang dan proses pembelajaran bisa berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Nggermanto. 2001, Quantum Quotient, Cara Praktis Melejitkan IQ, EQ, dan SQ yang Harmonis, Jakarta : Penerbit Nuansa
Ahmadi, Abu, dan Supriyono, Widodo. 2004, Psikologi Belajar, Jakarta : PT Rineka Cipta
Novian Triwidia. 2010, Hypno Teaching Bukan Sekedar Mengajar. Bekasi : D Brain
Muhammad Noer. 2010, Hypno Teaching For Succes Learning. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani
Andri Hakim. 2011, Hypnosis in Teaching, Cara Dahsyat Mendidik & Mengajar, Jakarta : Visi Media
LAN. 2011, Pembelajaran Orang Dewasa, Modul Diklat Calon Widyaiswara
Yustisia. 2012, Hypno Teaching Seni Ajar mengeksplorasi Otak Peserta Didik. Yogyakarta : Ar ruz Media
Kunto Purwo Widagdo. 2014, Implementasi Hypnosis Teaching Pada Pendidikan dan Pelatihan, Widyaiswara BDI Yogyakarta
www.bakharuddin.net/2012
http://binhakim.blogspot.co.id/2011/06/hipnotisme-di-dunia-pendidikan-hypnosis.html
http://edutaka.blogspot.com/2015/03/model-pembelajaran-hypnoteaching.html