KARAKTERISTIK KEBAHASAAN SOAL CERITA

MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VII SMP N 1 WELERI

 

Romanda Bagus Ardiatma 1)

Nanik Setyawati 2)

Rawinda Fitrotul M. 3)

1) Mahasiswa PBSI, FPBS, Universitas PGRI Semarang

2) 3) Dosen Universitas PGRI Semarang

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik kebahasaan soal cerita Matematika yang berpengaruh terhadap kemampuan penyelesaikan soal cerita tersebut oleh siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Subjek penelitian adalah siswa SMP dan lembar kerja mata pelajaran Matematika. Teknik yang digunakan adalah catat, wawancara dan dokumentasi. Alat pengumpulan data adalah hasil teknik catat, wawancara, dokumentasi, dan hasil kerja siswa mata pelajaran matematika. Hasil penelitian ini, karakteristik kebahasaan soal cerita Matematika mempunyai kebahasaan tersendiri, di dalam soal cerita Matematika mempunyai kalimat yang efektif, namun ada beberapa kalimat yang memiliki kerancuan.

Kata kunci: karakteristik bahasa, Bahasa soal cerita, soal Matematika

 

PENDAHULUAN

Menurut hasil survai yang dilakuan Programme for International Student Assessment (PISA), diketahui bahwa kemampuan menyelesaikan soal Matematika siswa yang rendah. Hasil survai Indonesia menempati peringkat ke-63 dari 70 negara. Hasil ini di bawah Vietnam yang menempati peringkat ke-12 dan Singapura diperingkat pertama (dikutip dari laman news.okezone.com).

Pandangan terhadap Matematika dunia sudah berubah. Namun, sebagian guru dan siswa masih terpaku dengan menghafal rumus, bukan berpikir cara memahami soal tersebut. Hal tersebut berlawanan arah dengan soal cerita yang merupakan bentuk soal mencari problem to find, yaitu mencari, mendapatkan nilai atau objek tertentu yang tidak diketahui dalam soal dan memenuhi kondisi atau syarat yang sesuai dengan soal (Depdiknas, 2003:11). Dengan demikian perlu dilakukan upaya untuk mengedepankan soal cerita dan pemecahan masalah dalam pengajaran Matematika. Hal ini kemampuan menyelesaika soal cerita Matematika oleh siswa cukup rendah.

Penelitian yang dilakuan oleh Hartini (2008) soal cerita merupakan salah satu bentuk soal yang menyajikan permasalahan terkait dengan kehidupan sehari-hari dalam bentuk cerita. Dalam Matematika, soal cerita terdapat pada aspek penyelesaian masalah, dimana siswa harus mampu memahami maksud soal, dapat menyusun model matematikanya serta mampu mengaitkan dengan materi pembelajaran yang telah dipelajari sehingga mereka dapat menyelesaikannya dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki. Penelitian yang dilakukan Hartini mengacu pada penyelesaian soal cerita dan tidak menyinggung kebahasaan yang terdapat di dalam soal cerita tersebut.

Hill (dalam Pateda, 1991:19) menyatakan bahwa karakteristik bahasa ada lima yakni 1) bahasa merupakan seperangkat bunyi bahasa bersistem, 2) hubungan antara bunyi Bahasa atau urutan bunyi bahasa dengan objek bersifat arbiter dan tidak dapat diramalkan, 3) bahasa bersistem 4) bahasa seperangkat lambang, dan 5) bahasa bersifat sempurna. Karakteristik kebahasaan soal cerita berpengaruh terhadap penyelesaian soal cerita. Kemampuan penyelesaian soal cerita Matematika oleh siswa cukup rendah. Dibandikan dengan menyelesaian soal Matematika yang lain, seperti menyelesaian soal dengan rumus pitagoras dan lain sebagainya. Fenomena ini perlu adanya pembuktian lebih lanjut. SMP N 1 Weleri sebagai sampel untuk mengetahui karakteristik kebahasaan soal Matematika berpengaruh terhadap kemampuan penyelesaan terhadap soal cerita. Dengan dibandingkan soal Matematika yang lainnya, pada akhirnya dapat disimpulkan hasil pembuktian tersebut.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan, diketahui bahwa soal cerita Matematika memiliki bahasa tersendiri. Seperti soal cerita di dalam soal ujian nasional tahun ajaran 2015/2016 di SMP N 1 Weleri.

Gambar.1 Contoh Soal

Dalam teks tersebut, kalimat yang digunakan berupa kalimat yang efektif. Pengunaan kalimat efektif diharapkan bisa dipahami dengan mudah oleh siswa. Namun demikian, yang terjadi sebagian siswa masih sukar memahami teks tersebut.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan karakteristik kebahasaan pada soal cerita Matematika dan kebahasaan soal cerita mempengaruhi penyelesaian soal cerita yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita di kelas VII SMP. Dengan tujuan tersebut maka metode yang sesuai adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan suatu subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain sebagainya) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang terlihat, atau sebagaimana adanya (Nawawi 2012: 67). Adapun bentuk penelitian yang digunakan adalah observasi dengan subjek penelitiannya 32 siswa. Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu: 1) tahap persiapan, 2) tahap pelaksanaan, dan 3) tahap akhir.

Langkah-langkah persiapan yang dilakukan pada tahap persiapan, meliputi: penyusunan desain. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan, meliputi: menganalisis            soal cerita, jawaban siswa, dan melakukan wawancara kepada siswa. Tahap akhir langkah-langkah yang dilakukan pada tahap akhir, meliputi: penyusunan laporan penelitian dengan cara mendeskripsikan hasil dari pengolahan data dan menyimpulkan sebagai jawaban dari masalah dalam penelitian ini. Teknik pegumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat, wawancara dan dokumentasi. Setelah selesai analisis tes dan wawancara, kemudian dilakukan penyusunan laporan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data temuan dari analisis dalam penelitian ini disajikan dengan mendeskripsikan. Data-data tersebut akan dijabarkan kembali dalam bentuk penjelasan. Data yang didokumentasikan meliputi fotokopi soal cerita matematika dari sekolah, foto kopi jawaban siswa, dan transkrip hasil wawancara siswa.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa soal cerita Matematika mempunyai kebahasaan tersendiri, kalimat yang digunakan dalam soal cerita yaitu kalimat efektif. Adapun pengaruh kemampuan penyelesaian siswa menyeleaikan soal cerita Matematika, siswa melakukan kesalahan memahami masalah dalam soal cerita, Penjelasan dari kesalahan yang dilakukan siswa adalah sebagai berikut:

  1. Kesalahan Membaca Soal Cerita (Reading Errors)

Kesalahan mambaca soal ini dapat diketahui melalui proses wawancara. Walaupun kalimat pada soal cerita sudah efektif, kesalahan membaca soal ini dapat terjadi ketika siswa tidak dapat memahami kalimat, simbol, dan siswa tidak mengetahui rumus yang digunakan pada soal cerita. Hasil wawancara terhadam kesalahan siswa memahami soal cerita terdapat beberapa ambiguitas pada soal cerita diantaranya tidak ada pemengalan atau tanda baca yang membantu siswa untuk lebih memahami soal cerita tersebut. Berikut transkip wawancara yang dilakukan dengan siswa:

P     :    “Kesulitan apa yang kamu temui atau kamu alami ketika menyelesaikan soal cerita.

S     :    “Saya menemukan beberapa soal yang sulit saya pahami, di dalam otak saya, saya ragu-ragu, saya menemukan dua maksud yang berbeda dalam stu soal yang sama.

P     :    “Setelah kamu menemukan atau menjumpai sosal seperti itu, apa yang kamu lakukan?

S     :    “Saya membacanya berulang kali sampai saya menemukan jawabannya atau saya jawab sepemahaman saya.

  1. Kesalahan Penulisan Soal Cerita (Writing Error)

Gambar. 2. Kesalahan Penulisan Soal Cerita

 

Bedasarkan sampel pada gambar 2 dapat ditemukan ada kerncuan pada kalimat (1) “Bapak dan paman menanami padi pada satu bidang sawah.” dan kalimat (2) “Bapak dapat mengerjakan sawah tersebut selama 12 hari sementara paman dalam 6 hari.” Dua kalimat tesebut jika dibaca tidak ada masalah yang terjadi. Namun, jika ditelisik kembali terdapat kerancuan pada kalimat (1) dan (2). Pada kaliamat (1) dan (2) dapat diketahui bahwa, satu bidang sawah dikerjakaan dua orang, dengan waktu yang berbeda. Hal tersebut mustahil dilakukan, kecuali ada dua bidang sawah yang yang ditanami padi.

  1. Kesalahan Mentransformasikan Masalah (Transformation Errors)

Kesalahan mentransformasikan masalah yaitu siswa tidak dapat mengidentifikasi rumus atau operasi hitung yang digunakan untuk menyelesaikan soal. Pada tahap transformasi ini, sebenarnya siswa sudah dapat mentransformasikan masalah pada soal yang disajikan, akan tetapi ada soal yang belum dapat ditransformasikan siswa dengan benar. Dalam hal ini siswa kesulitan untuk menetukan rumus yang dapat digunakan dalam soal cerita tersebut.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diketahui bahwa karakteristik kebahasaan pada soal Matematika mempengaruhi kemampuan penyelesaian siswa dalam menyelesaikan soal cerita adalah (1) kesalahan membaca soal/masalah (Reading errors) hal ini terjadi karena ketidak mampuan membaca soal ini dapat terjadi ketika siswa tidak dapat memahami kalimat, simbol, dan siswa tidak mengetahui rumus yang digunakan pada soal cerita; (2) kesalahan Penulisan soal (Writing Error) terjadi karena adanya ambiguitas dan kerancuan pada penulisan soal cerita; dan (3) kesalahan mentransformasikan masalah (Transformation errors) terjadi karena ketidakmampuan siswa dalam menentukan rumus atau operasi yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Hartini. (2008). “Analisis Kesalahan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita pada Kompetensi Dasar Menemukan Sifat dan Menghitung Besaran-Besaran Segi Empat Siswa Kelas VII Semester II SMP It Nur Hidayah Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007”. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Diunduh dari laman: https://eprints.uns.ac.id/9590/1/72070707200901451.pdf. Pada tanggal 24 Februari 2020. Pukul 19:15.

Nawawi, Hadari. 2012. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Pateda, Mansoer. 1991. Linguistik Terapan. Yogyakarta: Offset KANISIUS Yogyakarta.

Sus. 2017. “Waduh! Kemampuan Matematika Siswa Indonesia Memprihatinkan”. Diakses dari laman: https://news.okezone.com/read/2017/10/18/65/1797678/waduh-kemampuan-matematika-siswa-indonesia-memprihatinkan. Pada tanggal 24 Februari 2020. Pukul 19:30.