KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR DILIHAT

DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V

 

Andri Hermawan1)

Djoko Purnomo2)

Eka Sari Setianingsih3)

1) Mahasiswa PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Semarang

2)3)Dosen Universitas PGRI Semarang

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi agar siswa mampu mengaplikasikan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa, pembelajaran berpusat pada guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi antara kemampuan berpikir kritis siswa dengan hasil belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan yaitu Pre Eksperimental Design dengan desain One Group Pretest Posttest Desaign. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD N Kaliwiru Semarang tahun pelajran 2019/2020. Sampel yang diambil adalah 17 siswa kelas V dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara antara kemampuan berpikir kritis siswa dengan hasil belajar siswa dan berdasarkan uji regresi pengaruhnya sebesar 50,68%, serta terdapat perbedaan hasil belajar antara antar siswa yang kemampuan berpikir kritis tinggi dengan siswa yang kemampuan berpikir kritis rendah setelah mendapatkan model Problem Based Learning dengan dibuktikannya perhitungan hasil uji t diperoleh , sedangkan  dengan  pada signifikan , sehingga diperoleh  yaitu . Hal ini menunjukkan bahwa model Problem Based Learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dilihat dari kemampuan berpikir kritis siswa.

Kata kunci: model Problem Based Learning, hasil belajar, kemampuan berpikir kritis

 

PENDAHULUAN

Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan mutu kehidup manusia, baik sebagai individu maupun kelompok pada masyarakat. Selain itu, kemajuan pendidikan menjadi salah satu indikator kemajuan suatu bangsa.Hal ini sejalan dengan UNESCO yang menyatakan bahwa tujun pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas bangsa.Sementara menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 menyebutkan bahwa:Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.Hal ini menunjukkan bahwa fungsi pendidikan Indonesia secara umum adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar bisa menjadi bangsa yang memiliki adab yang baik. Untuk mencapai semua itu diperlukan adanya paradigma baru oleh para guru dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan pembelajaran yang interaktif seperti pembelajaran tematik

Pembelajaran yang dilakukan di SD N Kaliwiru Semarang, guru masih menngunakan model pembelajaran yang konvensional sehingga pembelajaran sangat monoton dan membosankan karena siswa tidak aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran berbasis masalah siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran karena siswa sendiri yang memecahkan masalah yang berhubungan dengan lingkungan siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V SD N Kaliwiru Semarang, di ketahui hal-hal berikut: Hasil belajar siswa masih rendah, terbukti dengan hasil UTS sekitar 60% siswa belum mencapai ketuntasan, berdasarkan ketuntasan KKM yang harus dicapai atau belum memenuhi belajar tuntas. Hal ini terjadi dikarenakan siswa masih belum dapat memahami soal tersebut dengan baik karena jauh dari kehidupan sehari-hari siswa.

Sehubungan dengan permasasalahan tersebut peneliti akanmemberikan perlakuan kepada kelas V SD N Kaliwiru Semarang yaitu dengan model Problem Based Learning.Dengan menggunakan model tersebut diharapkan mampu membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan kemaqmpuan berpikir kritis siswa.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara berpikir kritis siswa dengan hasil belajar siswa setelah mendapatkan perlakuan dengan model Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa, untuk mengetahui adanya perbedeaan hasil belajar ditinjau dari siswa yang kemampuan berpikir kritis tinggi dan siswa yang kemampuan berpikir kritis rendah setelah mendapatkan perlakuan.

KAJIAN PUSTAKA

Menurut Susanto (2014) “pembelajaran dapat diartikan sebagai proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar dari suatu lingkungan”. Dalam proses pembelajaran guru hanya sebagai pembimbing siswa, karena sumber belajar tidak hanya dari guru siswa dapat mencari sumber belajar lain yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan teori perkembangan kognitif, Piaget (Susanto, 2014), “ketika anak berada pada jenjang usia 7 – 11 tahun sudah berada pada tahap operasional konkrit”. Pada tahap ini pesert didik sudah mampu berpikir secara sistematik mengenai peristiwa-peristiwa dan benda-benda yang bersifat konkret (nyata). Siswa kesulitan dalam mengerjakan soal yang menuntut mereka untuk berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis siswa cukup rendah karena siswa kurang mampu mengerjakan soal-soal yang tingkat kesukarannya telah dikembangkan oleh guru.

Implementasi dalam kuriulum 13 pembelajaran di sekolah dasar dikemas dalam pembelajaran tematik. Daryanto (2014:3) mengatakan bahwa “pembelajaran tematik diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa”. Dengan adanya pembelajaran tematik ada perubahan dalam proses pembelajaran yang tadinya hanya teori di dalam kelas sekarang bisa dilakukan diluar kelas.

Pembelajaran tematik dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diajarakan guru memberikan kesan bermakna, karena pada pembelajaran tematik guru hanya sebagai fasilitator dan siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran. Sehingga guru harus lebih kreatif dalam memberikan pembelajaran dari penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi.

Menurut Dewey (dalam Sudjana, 2001: 19) Model Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, itu merupakan hubungan dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan system saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik.

Purwanto (2009: 54) berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Menurut suprijono (2015: 7) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran tidak dapat dilihat secara fragmantaris atau terpisah melainkan komperhensif. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Berpikir kritis adalah suatu kegiatan melalui cara berpikir tentang ide atau gagasan yang berhubung dengan konsep yang diberikan atau masalah yang dipaparkan, (Susanto 2016: 121). Berpikir kritis dapat dipahami sebagai kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna.

Menurut Anggelo dalam Susanto (2016: 122) berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi yang meliputi kegiatan menganalisis, menyintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan dan mengevaluasi.Berdasarkan pengertian berpikir kritis diatas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah cara berpikir megenai ide atau gagasan untuk memecahkan masalah seperti menganalisis, memecahkan msalah, menyimpulkan dan mengevaluasi.

METODE

Penelitian dilaksanakan di SD N Kaliwiru Semarang. Waktu penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020. Penelitian dilakukan pada tanggal 30 september 2019 sampai 2 oktober 2019.

Menurut Sugiyono (2015: 3) Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulanya. Adapun variabel penelitian yaitu sebagai berikut:

Variabel X merupakan variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel terikat Y. Variabel X pada peelitian ini adalah Berfikir kritis siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan X1 adalah Berfikir kritis siswa tinggi dan X2 adalah Berikir kritis siswa rendah. Untuk variabel Y adalah Hasil belajar siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan Y1 adalah Hasil belajar siswa berfikir kritis tinggi dan Y2 adalah Hasil belajar siswa berfikir kritis rendah.

Desain penelitian ini yaitu Pre-Experimental Design dengan bentuk one group pretest-posttest design. Pada desain ini diberikan pretes/tes awal sebelum diberi perlakuan. Setelah diberi perlakuan kemudian diberikan posttes/tes akhir untuk mengetahui efek dari perlakuan yang sudah diberikan. Melalui pretest-posttest design maka hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2015). Sampel dalam penelitian diambil dengan teknik sampel jenuh, dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, wawancara dan domentasi.

Dalam penelitian ini, tes yang diberikan kepada siswa berupa soal uraian. Tes ini dilakukan sebelum diberi tindakan (pretest) dan setelah diberi tindakan (posttest) atau tes intelegensi. Tes diberikan kepada siswa sebagai alat ukur untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Wawancara bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2016: 197). Wawancara dilakukan dengan guru kelas V SDN Kaliwiru Semarang untuk mengetahui permasalahan dan pembelajaran.

Pada penelitian ini, dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data peneliti serta mengetahui keadaan individu dan kelompok yang sebenarnya, yaitu mengenai daftar nama siswa dan kemampuan awal dari guru sebelum perlakuan.

Teknik analisis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji validitas, reliabilitas, dan taraf kesukaran. Kemudian untuk teknik analisis data menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, uji korelasi dan regresi, uji t serta uji ketuntasan belajar individu dan klasikal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini dilakukan dua pengambilan data yaitu pretest yang dilakukan sebelum perlakuan dan posttest dilakukan setelah perlakuan. Hasil sebelum diberi perlakuan yaitu nilai pretest menunjukkan rata-rata sebesar 52,235. Dari 17 siswa terdapat 15 siswa yang belum mencapai KKM dan terdapat 2 siswa yang sudah mencapai KKM. Setelah mendapat perlakuan yaitu nilai posttest menunjukkan rata-rata sebesar 76,941. Dari 17 siswa terdapat 3 siswa yang belum mencapai KKM dan terdapat 14 siswa yang sudah mencapai KKM. Dari hasil analisis nilai pretest dan posttest menunjukkan bahwa adanya peningkatan terhadap hasil belajar setelah mendapatkan perlakuan dengan menerapkan model Problem Based Learning dalam pembelajaran.

Pada penelitian terakhir, peneliti mengamati kemampuan berpikir kritis siswa sesuai dengan lembar observasi yang digunakan untuk penelitian. Hasil angket dengan jumlah pernyataan 25 item. Berikut hasil analisis lembar observasi kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat pada tabel:

Skor Indikator Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

No Indikator Skor
1 Kemampuan Menganalisis 244
2 Keterampilan Menyintesus 216
3 Keterampilan Mengenal dan Menyelesaikan Masalah 242
4 Keterampilan Menyimpulkan 252
5 Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai 244

 

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat kita ketahui bahwa skor paling tinggi pada indikator ke empat yaitu 252 dan skor paling sedikit pada indikator ke dua yaitu 2016.

Berdasarkan uji normalitas awal diperoleh nilai  dengan taraf signifikan 5%  maka diperoleh . Karena  maka artinya data berdistribusi normal. Jadi data pretest menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

Untuk uji homogenitas awal diperoleh nilai  dengan taraf  dengan dk = 4 maka diperoleh . Karena  maka artinya data kelima kelompok mempunyai varian yang sama (Homogen). Jadi data pretest menunjukkan bahwa data ke empat kelompok mempunyai varian yang sama (Homogen).

Normalitas data posttest diperoleh nilai  dengan taraf signifikan 5%  maka diperoleh . Karena  maka artinya data berdistribusi normal. Jadi data pretest menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

Homogenitas data posttest diperoleh nilai  dengan taraf kesukaran . Dari daftar  dengan db pembilangn = 8 dan db penyebut = 7 maka diperoleh . Karena  maka artinya data kedua kelompok mempunyai varian yang sama (Homogen). Jadi data nilai posttest menunjukkan bahwa data kedua kelompok mempunyai varian yang sama (Homogen).

Berdasarkan pengujian korelasi product moment diperoleh . Selanjutnya  tersebut dibandingkan dengan  taraf signifikan  dengan N = 17, sehingga diperoleh  yaitu . Dengan demikian  ditolak dan  diterima. Dapat disimpulkan bahwa ada korelasi antara kemampuan berpikir kritis siswa setelah mendapatkan pembelajaran model Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa.

Dari uji regresi linier sederhana diperoleh persamaan  artinya bahwa setiap perubahan kemampuan berpikir kritis  siswa satu satuan maka nilai hasil belajar siswa dengan Problem Based Learning akan bertambah sebesar 1,092.

Uji keberartian regresi linier sederhana diperoleh bahwa  dan dk (9,6) diperoleh karena  yaitu maka  diterima. Jadi kesimpulannya ada korelasi antara kemampuan berpikir kritis siswa dengan hasil belajar yang linier.

Perhitungan uji koefisien regresi linier diketahui  sedangkan  dengan taraf signifikan  dengan dk = (1,15), sehingga diperoleh  yaitu . Dengan demikian  ditolak dan  diterima (koefisien regresi berarti).

Koefisien determinasi diperoleh data bahwa . Jadi pengaruh modelProblem Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 50,68% dan dipengaruhi 49,32% faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Uji t diperoleh . Selanjutnya  tersebut dibandingkan dengan  dengan  pada signifikan , sehingga diperoleh  yaitu . Dengan demikian  ditolak dan  diterima. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar antar siswa yang kemampuan berpikir kritis tinggi dengan siswa yang kemampuan berpikir kritis rendah setelah mendapatkan model Problem Based Learning.

Ketuntasan belajar individu diketahui bahwa 17 siswa kelas V SD N Kaliwiru, hasil pretest sebelum diberikan perlakuan berupa model Problem Based Learning subtema cara tubuh mengolah udara bersih hanya 2 siswa yang tuntas dan 15 siswa yang tidak tuntas. Sedangkan hasil posttest setelah diberikan perlakuan berupa model Problem Based Learning didapatkan 14 siswa yang tuntas dan 3 siswa yang tidak tuntas.

Untuk ketuntasan belajar klasikal diperoleh  yaitu  maka pembelajaran dikatakan berhasil.

Peneliti melakukan observasi awal di SD N Kaliwiru ditemukan permasalahan dalam proses pembelajaran yaitu pembelajaran yang klasik dan kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa sehingga mengakibatkan hasil belajar tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran karena pembelajaran berpusat pada guru sehingga proses pembelajaran membosankan dan sebagian siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di SD N Kaliwiru Semarang dari 17 siswa yang diperoleh dari data pretest, terdapat 2 siswa diatas KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 65. Pada hasil pretest diperoleh rata-rata nilai sebesar 52,235 dengan nilai tertinggi 76 dan terendah 12.

Berdasarkan permasalahan yang ada kemudian peneliti dan guru memilih menggunakan model Problem Based Learning pada pembelajaran subtema cara tubuh mengolah udara bersih kelas V sekolah dasar. Peneliti ini mengacu pada pendapat Menurut Dewey (dalam Sudjana, 2001: 19) Model Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, itu merupakan hubungan dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan system saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik.

Peneliti melakukan penelitian 3 pertemuan pada tanggal 30 September – 2 Oktober 2019. Peneliti memberikan perlakuan berupa model Problem Based Learning dalam proses pembelajaran. Pada pertemuan pertama siswa belum antusias dalam mengikuti pembelajaran, siswa cenderung menunggu perintah dari guru untuk menjawab ataupun bertanya. Pada pembelajara kedua siswa sudah mulai antusias saat mengikuti pembelajaran terlihat siswa dapat berdiskusi dalam menyelesaikan masalah. Dengan demikian siswa mampu berpikir kritis dengan dibuktikan pada pembelajaran ketiga siswa mampu memnyelesaikan masalah yang berkaitan dengan lingkungan sekitar.

Pada hasil lembar observasi kemampuan berpikir kritis indikator kemampuan menganalisis diperoleh 244 skor, indikator keterampilan menyintesis diperoleh 216 skor, indikator keterampilan mengenal dan menyelesaikan masalah diperoleh 242 skor, indikator keterampilan menyimpulkan diperoleh 252 skor, dan indikator keterampilan mengevaluasi atau menilai diperoleh 244 skor.

Berdasarkan hasil analisis lembar observasi rata-rata sebesar 70,471 dengan nilai tertinggi 81 dan nilai terendah 59. Hasil analisis lembar observasi kemampun berpikir krtitis skor tertinggi pada indikator keterampilan menyimpulkan dengan skor 252. Hal itu dibuktikan dengan hasil saat siswa menyimpulkan jawabannya sangat baik dan dapat memaprkannya dengan baik. Sedangkan skor terendah pada indikator keterampilan menyintesis dengan skor 216, karena siswa sangat sulit untuk membuat ide-ide baru dari masalah yang ada.

Setelah diberikan perlakuan menggunakan model Problem Based Learning, peneliti melakukan penilaian menggunakan posttest. Hasil penelitian dari data posttest setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model Problem Based Learning diperoleh data dari 17 siswa terdapat 14 siswa telah mencapai KKM dan 3 siswa belum mencapai KKM. KKM yang ditentukan sekolah sebesar 65. Dalam melakukan penelitian ini tidak mengalami kendala yang begitu banyak. Siswa cenderung antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan peroleh skor rata-rata nilai posttest sebesar 76,941 maka pembelajaran dengan menggunakan model Peoblem Based Learning memberikan pengaruh yang baik terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan pengujian korelasi diperoleh  yaitu . Dengan demikian  ditolak dan  diterima. Dapat disimpulkan bahwa ada korelasi antara kemampuan berpikir kritis siswa setelah mendapatkan pembelajaran model Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa kelas V SD N Kaliwiru Semarang. Serta diperoleh koefisien determinasi  yang artinya pengaruh model Problem Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 50,68% dan dipengaruhi 49,32% faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Berdasarkan pengujian uji dua pihak diperoleh bahwa diperoleh . Selanjutnya  tersebut dibandingkan dengan  dengan  pada signifikan , sehingga diperoleh  yaitu . Dengan demikian  ditolak dan  diterima. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar antar siswa yang kemampuan berpikir kritis tinggi dengan siswa yang kemampuan berpikir kritis rendah setelah mendapatkan model Problem Based Learning.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui ada korelasi antara kemampuan berpikir kritis dengan hasil belajar. Korelasi tersebut dapat dilihat dari penggunaan model Problem Based Learning, sehingga siswa dapat optimal dalam pembelajaran, baik dari faktor internal yaitu kemampuan berpikir kritis siswa maupun faktor eksternal yaitu hasil belajar. Dengan demikian melalui model Problem Based Learning dapat mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif dan mengembangkan potensi dan hasil belajar siswa sesuai dengan amanat undang-undang sitem pendidikan nasional tahun 2003 nomor 20 bab 1 ayat 1.

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Model Problem Based Learning berpangaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V SD N Kaliwiru Semarang. Hal ini dapat dibuktikan dengan analisis korelasi diperoleh  yaitu . Dengan demikian  ditolak dan  diterima. Dapat disimpulkan bahwa ada korelasi antara kemampuan berpikir kritis siswa setelah mendapatkan pembelajaran model Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa kelas V SD N Kaliwiru Semarang.

SARAN

Guru memberikan pertanyaan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, agar kemampuan berpikir kritis siswa meningkat dapat mengkolaborasi model Problem Based Learning dengan pembelajaran lain, yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rienka Cipta

Soegeng, A.Y. 2007. Dasar-Dasar Penelitian. Semarang: IKIP PGRI Semarang Press.

Soegeng. 2016. Dasar-Dasar Penelitian. Semarang: Magnum.

Sudjana, Nana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsio.

Sugiyono, Dr. 2015. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Supinah, Titik Sutanti. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah Matematika di SD. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Matematika

Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

UU NO.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.