KIAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA
DALAM MEMAHAMI KEBEBASAN BERORGANISASI
MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA PELAJARAN PKn
SISWA KELAS VI SD NEGERI TRITUNGGAL KABUPATEN REMBANG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Moch. Eko Santoso
Guru PKn Kelas VI SD Negeri Tritunggal, Kec. Rembang, Kab. Rembang

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami Kebebasan Berorganisasi melalui Metode Bermain Peran pada pelajaran PKn siswa Kelas VI SD Negeri Tritunggal Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tindakan dalam penelitian ini adalah Metode Bermain Peran dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tentang Kebebasan Berorganisasi. Tempat dalam penelitian adalah Kelas VI SD Negeri Tritunggal, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang. Waktu dalam penelitian ini adalah periode awal Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VI SD Negeri Tritunggal, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang pada Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Subyek penelitian sebanyak dua puluh tiga anak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik nontes dan teknik tes. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan, aplikasi kamera pada hand phone dan alat evaluasi hasil belajar. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif, yaitu membandingkan data hasil penelitian dengan indikator keberhasilan tindakan. Prosedur penelitian ini adalah Model Siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Hasil penelitian ini adalah 1) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tentang Kebebasan Berorganisasi dengan Metode Bermain Peran melibatkan peserta didik secara aktif dengan berperan dan mengamati, sehingga pembelajaran konkrit dan menarik, 2) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tentang Kebebasan Berorganisasi dengan Metode Bermain Peran membutuhkan kesesuaian pemeran dengan naskah dan alur cerita, fokus dalam pengamatan, seting meja-kursi melingkar yang teatrikal, penggunaan atribut dalam bermain peran, pemotongan permainan peran permasalahan dalam permainan peran dan dan tindak lanjut dengan tugas individual, 3) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tentang Kebebasan Berorganisasi dengan Metode Bermain Peran meningkatkan hasil belajar.
Kata Kunci: Organisasi, Metode Bermain Peran, PKn.

PENDAHULUAN
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran dengan visi utama sebagai pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional. Ia merupakan pendidikan demokrasi, pendidikan moral, pendidikan sosial dan pendidikan politik. Proses pembelajaran menuntut terlibatnya emosional, intelektual dan sosial dari guru dan siswa, sehingga nilai-nilai itu bukan hanya dipahami (bersifat kognitif), tetapi juga dihayati (bersifat obyektif) dan dilaksanakan (bersifat perilaku).
Mengingat tujuan dari pembelajaran PKn adalah meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan kemampuan memahami, menghayati dan meyakini nilai-nilai Pacasila dan budaya bangsa sebagai pedoman berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara agar menjadi warga negara yang bertanggung jawab, maka idealnya pembelajaran yang diterapkan harus mampu menciptakan pembelajaran yang kondusif. Pembelajaran yang kondusif akan mampu mencapai tujuan pengajaran dan membantu perkembangan siswa dalam internalisasi nilai-nilai secara optimal. Supaya pembelajaran itu kondusif, maka diperlukan pemanfaatan pendekatan, strategi, metode, media dan model pembelajaran yang tepat dan memadai dalam pengelolaan pembelajaran PKn.
Dalam pembelajaran PKn tentang Kebebasan Berorganisasi di Kelas VI SD Negeri Tritunggal, siswa tidak berminat mengikuti pembelajaran karena pembelajaran membosankan. Selain itu, siswa tidak memperhatikan keterangan guru dan membuah gaduh, sehingga kelancaran pembelajaran terganggu. Hal tersebut disebabkan karena pembelajaran masih berlangsung abstrak dan klasikal, sehingga tidak menarik dan tidak efektif. Selain itu, pembelajaran hanya berpusat pada buku teks dan guru sebagai sumber belajar.
Penulis melakukan ulangan harian setelah menyampaikan materi tentang Pemilu. Siswa mengerjakan sepuluh soal isian singkat dengan waktu selama tiga puluh lima menit dan dilanjutkan dengan koreksi bersama. Sesuai dengan analisis hasil belajar diketahui nilai rata-rata sebesar 61,72 dan ketuntasan sebesar 48,27%. Hasil belajar termasuk kategori tidak memuaskan .
Hasil belajar yang tidak memuaskan sesuai dengan kualitas pembelajaran dan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran yang abstrak dan tidak melibatkan siswa secara aktif menyebabkan penguasaan materi menjadi lemah dan hasil belajar tidak memuaskan.
Sesuai dengan kualitas pembelajaran dan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran, maka penulis melakukan tindakan dalam pembelajaran dengan Metode Bermain Peran. Dalam pembelajaran tersebut, siswa menjadi pemeran sesuai dengan naskah dan alur cerita yang relefan dengan materi dan siswa lainnya menjadi pengamat. Pembelajaran menjadi aktif, nyata dan menarik, sehingga siswa berminat dan menguasai materi. Pembelajaran dengan Metode Bermain Peran diharapkan meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VI SD Negeri Tritunggal pada Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 dalam pembelajaran PKn tentang Kebebasan Berorganisasi.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tindakan dalam penelitian ini adalah Metode Bermain Peran dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tentang Kebebasan Berorganisasi.
Tempat dalam penelitian adalah Kelas VI SD Negeri Tritunggal, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang. Waktu dalam penelitian ini adalah periode awal Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VI SD Negeri Tritunggal, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang pada Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Subyek penelitian sebanyak dua puluh tiga anak.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik nontes dan teknik tes. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan, aplikasi kamera pada hand phone dan alat evaluasi hasil belajar. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif, yaitu membandingkan data hasil penelitian dengan indikator keberhasilan tindakan. Prosedur penelitian ini adalah Model Siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Siklus I
Pembelajaran pada Siklus I dengan bermain peran di depan kelas. Siswa bermain peran sesuai dengan pemahaman dan penghayatan peran menurut naskah dan alur cerita dan siswa lainnya cukup fokus mengamati dalam bermain peran. Sesuai permasalahan dalam bermain peran, guru menghentikan permainan peran tersebut.
Pada pertemuan pertama, siswa masih canggung dan malu, namun, permainan peran tersebut cukup sesuai. Sedangkan diskusi kelas belum aktif karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang berbeda ini. Pada pertemuan kedua, siswa menjadi lebih berani dan percaya diri dengan pemahaman dan penghayatan peran, bahkan melakukan improvisasi peran tersebut, sehingga permainan peran tersebut sesuai. Begitu juga dengan diskusi kelas cukup aktif karena siswa memahami bermain peran yang konkrit dan menarik di depan kelas seperti permasalahan yang benar-benar terjadi dalam kehidupan.
Sesuai dengan analisis data hasil pengamatan, aktivitas belajar siswa dalam bermain peran termasuk kategori sesuai. Pembelajaran menjadi konkrit dan menarik dengan bermain peran sesuai permasalahan yang relefan dengan materi.
Sesuai dengan analisis data hasil pengamatan, aktivitas belajar siswa dalam diskusi kelas termasuk kategori cukup aktif. Frekuensi menjawab dan bertanya hanya termasuk kategori cukup aktif dan frekuensi berpendapat hanya termasuk kategori kurang aktif. Hanya beberapa siswa yang terlibat, sehingga siswa lainnya cukup memperhatikan.
Hasil belajar pada Siklus I termasuk kategori memuaskan. Hal tersebut sesuai hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata sebesar 68,96 dan ketuntasan sebesar 79,31%.
Deskripsi Siklus II
Pembelajaran pada Siklus II dengan bermain peran di tengah kelas dengan seting meja-kursi melingkar dan dilengkapi dengan beberapa atribut, yaitu tulisan yang ditempel pada dada dan punggung pemeran, gambar ilustrasi dan meja kursi. Pembelajaran dilanjutkan dengan mengerjakan tugas individual sebagai materi dalam diskusi kelas.
Pada pertemuan pertama, siswa lebih percaya diri, sehingga permainan peran tersebut sangat sesuai. Sedangkan diskusi kelas termasuk aktif karena siswa belum terbiasa dengan perbedaan pendapat dan permasalahan yang serius. Pada pertemuan kedua, siswa semakin percaya diri, sehingga permainan peran tersebut sangat sesuai. Begitu juga dengan diskusi kelas termasuk sangat aktif karena siswa memahami perbedaan pendapat dan menghargai perbedaan pendapat benar-benar terjadi dalam kehidupan.
Sesuai dengan analisis data hasil pengamatan, aktivitas belajar siswa dalam bermain peran termasuk kategori sangat sesuai. Pembelajaran menjadi konkrit dan menarik dengan seting kelas yang kondusif, dilengkapi beberapa atribut dan improvisasi dalam bermain peran sesuai permasalahan yang relefan dengan materi.
Sesuai dengan analisis data hasil pengamatan, aktivitas belajar siswa dalam diskusi kelas termasuk kategori aktif. Frekuensi menjawab termasuk kategori sangat aktif karena siswa menjelaskan hasil tugas individual tersebut. Sedangkan frekuensi bertanya dan berpendapat termasuk kategori aktif. Siswa yang terlibat semakin banyak dan merata.
Hasil belajar pada Siklus II termasuk kategori memuaskan. Hal tersebut sesuai hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata sebesar 80 dan ketuntasan sebesar 89,65%.
Pembahasan
Pembelajaran dengan Metode Bermain Peran melibatkan siswa secara aktif dengan berperan dan mengamati permainan peran sesuai permasalahan yang relefan dengan materi. Dalam pembelajaran tersebut, guru berwenang untuk memotong jalannya permainan peran ketika mendekati akhir, sehingga menarik untuk didiskusikan dalam pembahasan.
Aspek penting dalam pembelajaran dengan Metode Bermain Peran adalah kesesuaian pemeran menurut naskah dan alur cerita, fokus dalam pengamatan, pemotongan permainan peran dan permasalahan dalam permainan peran. Seluruh aspek tersebut berkaitan dengan karakteristik siswa, kompetensi guru dan materi pelajaran yang disampaikan. Keberhasilan dalam mengelola aspek-aspek tersebut menjadikan pembelajaran aktif, konkrit dan menarik.
Pembelajaran dengan Metode Bermain Peran sangat sesuai dengan kehidupan nyata yang melibatkan banyak pihak dalam penyelesaian masalah. Sesuai dengan materi tentang Kebebasan Berorganisasi, meliputi organisasi di sekolah dan di masyarakat, terdapat banyak permasalahan.
Pembelajaran dengan Metode Bermain Peran menjadi konkrit dan menarik serta melibatkan siswa secara aktif. Penyelesaian masalah dalam pembelajaran dengan diskusi kelas juga aktif karena siswa memahami permasalahan dalam permainan peran tersebut.
Pembelajaran pada Siklus I berlangsung klasikal di depan kelas. Pemeran hanya berdiri dan memerankan sesuai dengan pemahaman dan penghayatan peran menurut naskah dan alur cerita. Siswa lainnya kurang fokus dalam pengamatan karena kondisi kelas yang tidak kondusif. Pembahasan dalam diskusi kelas juga berlangsung kurang aktif karena seting kelas dan karakteristik siswa.
Pembelajaran pada Siklus II berlangsung teatrikal di tengah kelas dengan seting meja-kursi melingkar dan dilengkapi dengan beberapa atribut, yaitu tulisan yang ditempel pada dada dan punggung pemeran, gambar ilustrasi dan meja kursi. Siswa lainnya fokus dalam pengamatan karena kondisi kelas yang kondusif. Pembahasan dalam diskusi kelas juga berlangsung aktif karena permainan peran yang sangat sesuai, seting kelas yang teatrikal dan tindak lanjut dengan tugas individual.
Sesuai dengan data hasil pengamatan aktivitas belajar dan pembahasan, penulis menganalisis aktivitas belajar sebagai berikut:
Tabel 4.1. Analisis Pengamatan pada Siklus I dan Siklus II.
No Aspek Pengamatan Siklus I Siklus II
1 Kesesuaian pemahaman dan penghayatan peran dengan naskah dan alur cerita 65 (B) 87,5 (A)
2 Fokus dalam mengamati bermain peran 57,5 (C) 80 (B)
Rata-rata / Kategori 61,25 (B) 83,75 (A)
3 Menjawab dalam diskusi kelas 5,5 (C) 8,5 (A)
4 Bertanya dalam diskusi kelas 4,5 (C) 7,5 (B)
5 Berpendapat dalam diskusi kelas 2,5 (D) 6,5 (B)
Rata-rata / Kategori 4,16 (C) 7,5 (B)

Sesuai dengan tabel di atas, aktivitas belajar siswa bermain peran dengan sangat sesuai dengan mengikuti diskusi kelas dengan aktif. Peningkatan aktivitas belajar sesuai dengan perbaikan tindakan dengan seting meja-kursi melingkar yang teatrikal, penggunaan atribut dalam bermain peran dan tindak lanjut dengan tugas individual sebagai materi dalam diskusi kelas.
Pembelajaran dengan Metode Bermain Peran merupakan deskripsi materi secara konkrit dan menarik dengan melibatkan siswa secara aktif. Diskusi kelas sebagai tindak lanjut semakin memperkuat penguasaan materi. Diskusi kelas dikembangkan untuk materi lainnya, sehingga pembelajaran menarik dan efektif. Siswa memahami materi sesuai dengan permainan peran dan hasil diskusi kelas, sehingga hasil belajar memuaskan.
Sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan, penulis menganalisis hasil belajar sebagai berikut:
Tabel 7. Analisis Hasil Belajar pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.
No Aspek Analisis Kondisi Awal Siklus I Siklus II
1 Nilai terendah 40 50 60
2 Nilai rata-rata 61,72 68,96 80
3 Nilai tertinggi 75 85 100
4 Ketuntasan 48,27% 79,31% 89,65%

PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam memahami Kebebasan Berorganisasi melalui Metode Bermain Peran pada pelajaran PKn siswa Kelas VI SD Negeri Tritunggal Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2016/2017 meningkat sesuai dengan peningkatan hasil belajar.

Saran
Saran dalam penelitian ini adalah 1) guru supaya mengembangkan tugas individual dengan mengelompokan penyelesaian masalah, sehingga mendapat penyelesaian masalah yang disepakati oleh semua pihak, dalam hal ini siswa, 2) siswa supaya percaya diri dalam berimprovisasi peran dan aktif berpendapat dalam diskusi kelas, sehingga permainan peran semakin konkrit dan menarik dan diskusi kelas semakin berkembang dan berbobot, 3) sekolah supaya menggunakan Metode Bermain Peran dalam pembelajaran lainnya dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan materi, sehingga kualitas pembelajaran meningkat dan tujuan belajar tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Media.
Atmadja, Rochiyati Wira. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Baharuddin dan Wahyuni, Esa Nur. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, dkk. 2006. Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Winataputra, Udin. 2011. Pembelajaran PKn di SD. Jakarta: Universitas Terbuka Press.