Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama Terhadap Keterampilan Komunikasi Interpersonal
PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA
TERHADAP KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL
PESERTA DIDIK KELAS XI MIPA SMA NEGERI 1 SEMARANG
Chindy Novita Andiza 1)
Tri Suyati 2)
Tri Hartini 3)
1) Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling, Universitas PGRI Semarang
2) 3) Dosen Universitas PGRI Semarang
ABSTRACT
The background of this research is the lack of skills of students in communication, especially in interpersonal communication in the environment. Interpersonal communication skills of students usually with peers, teachers, staff or school employees which include openness, empathy, support, positive attitudes and equality. This study aims to explain the level of influence of group guidance services with sociodrama techniques on interpersonal communication skills of students in class XI MIPA SMA Negeri 1 Semarang. This study used a descriptive method with a True Experiment approach using a Pretest-Posttest Control Gruup Design. The sample used in this study was 36 students, namely students who have inability in interpersonal communication using a questionnaire through Likert scale measurement in the form of a checklist on the research instrument. The results showed that the level of influence of group guidance services with sociodrama techniques on interpersonal communication skills of students of class XI MIPA SMA Negeri 1 Semarang which showed a positive and significant effect through statistical data analysis by obtaining data from hypothesis testing with the acquisition of t count> t table. (2,179> 1,746) which shows that group guidance services with sociodrama techniques have a positive influence on interpersonal communication skills. This means that the better the group guidance services with sociodrama techniques, the more interpersonal communication skills of students will be increased.
Keywords: Group Guidance, Sociodrama, Interpersonal Communication Skills
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah ketidaktrampilan peserta didik dalam berkomunikasi, terutama dalam komunikasi interpersonal di lingkungan. Ketidaktrampilan komunikasi interpersonal peserta didik biasanya dengan teman sebaya, guru, staf atau karyawan sekolah yang meliputi Keterbukaan, Empati, Dukungan, Sikap Positif dan kesetaraan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tingkat pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama terhadap keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Semarang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan True Eksperimen dengan menggunakan desain Pretest-Posttest Control Gruup Desain. Sampel yng digunakan dalam penelitian ini adalah 36 siswa yaitu para peserta didik yang memiliki ketidaktermpilan dalam komunikasi interpersonal dengan menggunakan angket melalui pengukuran skala Likert dalam bentuk ceklist pada instrument penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama terhadap keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Semarang yang menunjukkan adanya pengaruh positif dn signifikan melalui analisis data statistic dengan perolehan data hasil uji hipotesis dngan perolehan nilai t hitung > t tabel (2,179 > 1,746) yang menunjukkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama memiliki pengaruh positif dengan keterampilan komunikasi interpersonal. Artinya semakin baik layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama, maka semakin meningkat pula ketermpilan kominukasi interpersonal peserta didik.
Kata Kunci: Bimbingan Kelompok, Sosiodrama, Keterampilan Komunikasi Interpersonal
PENDAHULUAN
Dunia pendidikan merupakan ujung tombak dalam menciptakan generasi muda yang berkualitas sebagai dasar majunya suatu bangsa dan negara. Pendidikan adalah wadah untuk mengembangkan keterampilan akademik maupun nonakademik peserta didik, yang sebagian besar telah menghabiskan waktunya dalam lingkungan sekolah. Pendidikan secara formal dapat diperoleh melalui proses belajar dan mengajar di sekolah. Saat berada dalam lingkungan sekolah tentunya peserta didik akan banyak berinteraksi antar individu yang sesama peserta didik, guru, maupun segenap tenaga kependidikan yang sedang menjalankan kewajibannya. Untuk itu, supaya tercipta interaksi dalam mencapai tujuan pendidikan diperlukan keterampilan dalam berkomunikasi.
Keterampilan komunikasi merupakan hal yang diperlukan dalam proses belajar dan mengajar. Keterampilan komunikasi mencakup keahlian atau kecakapan dalam melakukan komunikasi secara efektif, menyenangkan, menarik, dan berdampak. Santrock (2007) mengungkapkan bahwa keterampilan komunikasi yaitu keterampilan yang diperlukan guru dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi nonverbal dari murid dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif. Keterampilan komunikasi dalam penelitian ini mencakup keterampilan komunikasi interpersonal.
Komunikasi merupakan penyampaian pesan kepada penerima yang menghasilkan suatu respon terhadap apa yang disampaikannya. Biasanya dalam komunikasi, informasi yang disampaikan berifat umum serta tidak harus langsung mendapatkan timbal balik atau feedback (Widjaja: 2008:4).. Komunikasi intererpesonal merupakan proses penukaran informasi antara seseorang dengan paling kurang seseorang lainnya yang biasanya dilakukan oleh dua individu atau lebih dan dapat langsung diketahui timbal baliknya (Muhammad Arni, 2007: 158-159). semakin bertambahnya individu yang melakukan komunikasi maka semakin banyak presepsi yang akan didapatkan oleh individu lain dalam menyerap suatu informasi, sehingga semakin kompleks juga informasi yang akan diperoleh. Komunikasi Interpersonal bersifat persuasif, yakni memiliki tujuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau penerima pesan. Dikutip dari laman TribunSolo.com 16 Juni 2020 menyatakan bahwa pembelajaran daring saat masa pandemi menjadikan peserta didik kurang dalam memahami materi.
Kondisi tersebut sejalan dengan hasil AKPD (Angket Kebutuhan Peserta Didik) yang telah diisi oleh XI MIPA di SMA Negeri 1 Semarang pada tanggal 4 November 2019 mendapatkan hasil bahwa 40% peserta didik SMA N 1 Semarang mengalami masalah komunikasi Interpersonal, hal tersebut dibenarkan oleh guru BK di SMA Negeri 1 Semarang sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan pada 7 November 2019 bahwa peserta didik masih ragu dalam menyampaikan pendapatnya dalam kelas, adanya laporan dari guru mata pelajaran bahwa peserta didik kurang aktif, malu atau sering menunduk apabila diajak orang lain untuk berbicara, adanya peserta didik yang masih kurang dapat menghargai pendapat temannya serta peserta didik yang mengalami kecemasan.
Upaya untuk meningkatkan keterampilan komunikasi Interpersonal dapat dilakukan dengan cara mengadakan kegiatan bimbingan kelompok. Dalam memberikan layanan tersebut dapat didukung dengan menggunakan teknik teknik tertentu untuk meningkatkan komunikasi interpersonal peserta didik. Maliki (2016: 175) menyatakan bahwa layanan Bimbingan kelompok merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok, dan ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada peserta didik dan mengembangkan potensi peserta didik.
Upaya meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik melalui bimbingan kelompok dapat didukung dengan menggunakan teknik yang tepat untuk meningkatkan komunikasi peserta didik yaitu menggunakan teknik sosiodrama. Mufarrokah (2009: 90) menyebutkan Sosiodrama adalah suatu teknik penyajian bahan pengajaran dengan mendramakan atau memerankan tingkah laku dalam hubungan sosial oleh para peserta didik. Metode sosiodrama ini diharapakan peserta didik mampu memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Penggunaan sosiodrama ini akan menimbulkan interaksi antar anggota kelompok sehingga akan timbul rasa saling percaya untuk mengungkap suatu masalah.
KAJIAN TEORI
Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi sangat popular digunakan dalam semua kesempatan, baik dalam pembahasan maupun membicarakan berbagai masalah yang sudah sewajarnya menjadi kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan interaksi secara sepihak atau timbal balik. Terkadang komunikasi terjadi namun tidak tercapai sasaran tentang apa yang dikomunikasikan tersebut. Terlaksanannya komunikasi dengan baik akan melalui banyak rintangan yang akan dihadapi yang bersifat fisik, individual, bahasa hingga perbedaan arti yang disampaikan pengirim pesan kepada penerima pesan. Widjaja (2008: 8) istilah komunikasi dalam bahasa inggris disebut dengan communication, berasal dari kata communication yang berasal dari kata communis yang berati ‘Sama’ atau ‘Sama Maknanya’ atau ‘pengertian bersama’. Komunikasi dapat dikatakan komunikatif apabila penerima ataupun pemberi dapat sama – sama memahami gagasan tersebut. Komunikasi tidak hanya dilakukan dari individu kepada individu lainnya, namun komunikasi dapat dilakukan antar manusia dengan alam, manusia dengan binatang, manusia dengan mesin dan manusia dengan sang pencipta ( Aw, 2011: 2).
Pengertian Komunikasi Interpersonal
Dalam Suratno (2011: 3) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka, sifat komunikasi ini adalah Spontan dan Formal, saling menerima feedback secara maksimal, partisipan bersifat fleksibel. Burhan Bugin (2014: 266) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan hubungan dengan memahami antar pribadi. interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.
Muhammad Arni (2005: 158) mengatakan komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui baliknya (komunikasi langsung). Komunikasi interpersonal dilakukan secara tatap muka, interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan nonverbal, serta saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antarindividu di dalam kelompok kecil.
Berdasarkan beberapa pendapat, disimpulkan bahwa komunikasi Interpersonal merupakan proses penyampaian dan peneriman pesan maupun informasi secara tatap muka dengan penyampaian verbal nonverbal antara dua rang atau lebih secara langsung ataupun tidak langsung. Komunikasi dikatakan langsung apabila pihak pihak yang terlibat komunikasi dapat saling berbagi informasi tanpa melalui media, sedangkan komunkasi tidak langsung dicirikan oleh adanya penggunaan media tertentu.
Menurut Devito (dalam Dasrun 2014: 43) ciri-ciri komunikasi interpersonal adalah: (a) keterbukaan, (b) empati, (c) dukungan, (d) perasaan positif, dan (d) memiliki kesamaan atau kesetaraan
Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Sosiodrama
Menurut Sri Narti (2014: 17-18) layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara memberikan bantuan atau bimbingan kepada individu atau peserta didik melalui kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok, aktivitas dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah individu atau peserta didik yang menjadi peserta layanan.
Menurut Mufarrokah (2009: 90) menyebutkan Sosiodrama adalah suatu teknik penyajian bahan pengajaran dengan mendramakan atau memerankan tingkah laku dalam hubungan sosial oleh para peserta didik. Bermain peran lebih menekankan pada kenyataan dimana peserta didik dilibatkan atau diikutkan dalam memainkan peranan dalam dramatisir masalah-masalah hubungan sosial.
Konflik yang di dramakan adalah konflik konflik yang tidak begitu mendalam yang tidak menyangkut gangguan kepribadian. Misalnya pertentangan antar kelompok sebaya, perbedaan nilai individu dengan nilai lingkungan, perbedaan nilai anak dengan orangtua, dan sebagainnya. Sosiodrama merupakan permainan peran atau dramatisasi yang ditunjukkan untuk memecahkan masalah sosial dan peserta didik dapat mendramatisasikan sikap, tingkah laku, atau ungkapan gerak gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama adalah suatu proses pemberian bantuan oleh pembimbing kepada yang terbimbing (peserta didik) dengan memanfaatkan permainan peranan dalam mendramatisasikan tingkah laku yang digunakan sebagai alat bantu untuk menyampaikan materi dengan drama yang dimainkan oleh peserta didik untuk melatih hubungan sosial.
Menurut Hartinah dalam Sri Narti (2014: 30) menyatakan pada umumnya terdapat 4 tahap perkembangan, yaitu:
Tahap Pembentukan
Pada tahap pembentukan temannya adalah perkenalan, pelibatan dan pemasukan diri kedalam suatu kelompok. Tahap pembentukan meliputi:
- Mengungkapkan pengertian dan tujuan maupun harapan harapan yang ingin dicapai baik masing masing, sebagian atau seluruh kelompok
- Menjelaskan cara-cara dan asas-asas bimbingan kelompok
- Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri
- Teknik khusus
- Permainan penghangatan/pengakraban
Tahap Peralihan
Tahap peralihan ini meliputi:
- Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya
- Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya.
- Membahas suasana yang terjadi
- Meningkatkan kemampuankeikutsertaan anggota
- Kalau perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama atau pembentukan
Tahap Kegiatan
Pada tahap ini meliputi:
- Pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah atau kelompok untuk tugas sedangkan untuk kelompok bebas yang dilakukan adalah mengemukakan permasalahan kemudian pemilihan permasalahan atau topik
- Tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau permasalahan yang dikemukakan oleh pemimpin kelompok atau yang sudah dipilih oleh anggota kelompok
- Anggota membahas permasalahan atau topic tersebut secara mendalam dan tuntas
- Kegiatan selingan
Tahap Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran yang dilakukan adalah pemberitahuan bahwa kegiatan akan segera diakhiri, pengambilan kesimpulan oleh anggota kelompok, refleksi tentang kegiatan yang baru saja dilakukan, membicarakan rencana pertemuan selanjutnya, doa penutup.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang dilakukan dalam sekolah yang sebenarnya digunakan untuk menemukan realitas apa yang tengah terjadi mengenai masalah tertentu. Pendekatan penelitian ini menggunkan metode True Eksperimen dengan menggunakan desain Pretest-Posttest Control Gruup Desain yang ditujukan untuk mengetahui hubungan antar variable. Data yang diperoleh akan menggambarkan karakteristik dari populasi berdasarkan variable yang sudah ditentukan jumlah sampel yang peneliti gunakan adalah 36 siswa yang mengalami ketidaktrampilan komunikasi interpersonal. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode statistik deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Deskripsi jawaban responden tentang keterampilan komunikasi interpersonal dapat dijelaskan bahwa perolehan skor nilai maksimal 80 dan skor minimal adalah 20. Selanjutnya, variable keterampilan komunikasi interpersonal digolongkan dalam 4kategori kecenderungan variable, yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. Adapun pengkategorian kecenderungan keterampilan komunikasi interpersonal dengan ketentuan sebagai berikut:
Distribusi Frekuensi Pretest Tingkat Keterampilan
komunikasi interpersonal (Eksperimen)
|
|||
Interval | Kategori | Frekuensi | Persentase |
68-80 | Sangat Tinggi | 0 | 0% |
52-67 | Tinggi | 0 | 0% |
36-51 | Rendah | 8 | 80% |
20-35 | Sangat Rendah | 1 | 10% |
Jumlah | 9 | 90% |
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sebelum dilakukannya kegiatan layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama terhadap keterapilan komunikasi interpersonal peserta didik kelompok eksperimen adalah 8 peserta didik mendapatkan skor rendah, dan 1 peserta didik mendapatkan skor sangat rendah.
Distribusi Frekuensi Pretest Tingkat Keterampilan komunikasi interpersonal (Kontrol)
|
|||
Interval | Kategori | Frekuensi | Persentase |
68-80 | Sangat Tinggi | 0 | 0% |
52-67 | Tinggi | 1 | 10% |
36-51 | Rendah | 8 | 80% |
20-35 | Sangat Rendah | 0 | 0% |
Jumlah | 9 | 90% |
Berdasarkan tabel tersebut diketaui bahwa sebelum dilakukannya kegiatan layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama terhadap keterapilan komunikasi interpersonal peserta didik kelompok Kontrol adalah 1 peserta didik mendapatkan skor tinggi 8 peserta didik mendapatkan skor rendah. Maka hasil setelah dilakukannya layanan adalah sebagai berkut:
Distribusi Frekuensi Posttest Tingkat keterampilan komunikasi interpersonal (Eksperimen)
|
|||
Interval | Kategori | Frekuensi | Persentase |
68-80 | Sangat Tinggi | 3 | 30% |
52-67 | Tinggi | 5 | 50% |
36-51 | Rendah | 1 | 10% |
30-35 | Sangat Rendah | 0 | 0% |
Jumlah | 9 | 90% |
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi posttest pada kelompok eksperimen di atas pada interval 30-35 dengan kategori rendah ada 1 siswa dengan persentase 10% , pada interval 52-67 dengan kategori tinggi ada 5, dan pada interval 68-80 dengan kategori sngat tinggi ada 3 siswa. Setelah dilakukannya layanan, didapatkan hasil sebagai berikut:
Distribusi Frekuensi Posttest Tingkat keterampilan komunikasi interpersonal (Kontrol)
|
|||
Interval | Kategori | Frekuensi | Persentase |
68-80 | Sangat Tinggi | 0 | 0% |
52-67 | Tinggi | 4 | 40% |
36-51 | Rendah | 5 | 50% |
30-35 | Sangat Rendah | 0 | 0% |
Jumlah | 9 | 90% |
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi pretest pada kelompok kontrol di atas pada interval 36-51 dengan kategori rendah ada 5 siswa dengan persentase 50% dan pada interval 52-67 dengan kategori tinggi ada 4 siswa dengan persentase 40%.
Berdasarkan data diatas maka diperoleh pada kedua hasil posttest untuk mengetahui seberapa besar perbedaannya yang diharapkan posttestt antara kelompok eksperimen dan kelompok control.
Dilihat dari hail mean terdapat peningkatan yang signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukannya layanan pada kelompok eksperimen dan kelompok control. erdasarkan output Pair 1 diperoleh Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan ada perbedaan rata rata keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik untuk Pre-test kelompok eksperimen dengan Post-test kelompok eksperimen.
Berdasarkan Pair 2 diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,009 > 0,05, maka dapat disimpulkan tidak adanya perbedaan rata rata keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik untk Pre-test kelompok kontrol dengan post-test kelompok kontrol.
Pada pembahasan output Pair 1 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh perubahan keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik dengan teknik sosiodrama pada peserta didik siswa kelas XI SMA Negeri 1 Semarang.
PEMBAHASAN
Pada data analisis menunjukan bahwa nilai t > 0,05 yaitu 20,636 > 0,05 yang berati Ho ditolak dan Ha diterima bahwa bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama berpengaruh terhadap keterampilan komunikasi Interpersonal peserta didik kelas XI SMA N 1 Semarang. Yang telah dinyatakan pada tabel yang menunjukkan adanya perubahan yang signifikan saat sebelum dan sesudah dilakukannya layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama terhadap keterampilan komunikasi interpersonal.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil skor Pre-test menunjukan skor rata rata kelompok eksperimen 42,2% dan kelompok kontrol 43,8%, sedangkan pada hasil post-test menunjukan rata rata kelompok eksperimen 68,2% dan rata rata pada kelompok kontrol 49,7% sehingga terjadi peningkatan pada kelompok eksperimen sebesar 26%. Dari hasil perhitungan Uji-t diperoleh hasil hitung Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05, dengan nilai t > 0,05 yakni 20,636 > 0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan rata rata keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik untuk Pre-test kelompok eksperimen dengan Post-test kelompok eksperimen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Hipotesis Ha diterima yang dinyatakan “Ada Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok teknik Sosiodrama terhadap Keterampilan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Semarang”.
DAFTAR PUSTAKA
Aw, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bugin, Burhan. 2014. Soiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Harjanto, T., & Sumunar, D.S.E.W. (2018). Tantangan dan peluang pembelajaran dalam jaringan: Studi kasus implementasi elok (E- Learning: open for knowledge sharing) pada mahapeserta didik profesi ners. Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 5, 24-28.
Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi antarpribadi dan mediannya. Yogyakarta: Geraha ilmu.
Maliki. 2016. Bimbingan konseling sekolah dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Mufarokah, Anissatul. 2009. Strategi belajar mengajar. Yogyakarta: Suksess offset.
Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Munawaroh, Sya’datul dan Rajab Lubis. 2015. Meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik melalui layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama kelas VIII MTSN 2 Medan. 1 (2): 80-81.
Narti, Sri. 2014. Metode bimbingan kelompok berbasis ajaran islam untuk meningkatkan konsep diri peserta didik. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Rakhmat. 2005. Psikologi komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Romlah. 2006. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang: UM.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.
Syaimi, Khairina Ulfa. 2019. Pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama untuk meningkatkan keterampilan komunikasi intrpersonal peserta didik X SMK Triguna. Jurnal Ikatan Alumni bimbingan dan konseling (IKABKI). 1 (1): 64.
Tohirin. 2015. Bimbingan dan Konseling di sekolah dasar. Jakarta: Kencana.
Widjaja. 2008. Komunikasi dan hubungan masyarakat. Jakarta. PT Bumi Aksara.
Zuhura, Evi. 2015. Efektivitas Teknk Sosiodrama untuk Meningkatkan Komunkasi Interpersonal Siswa. Jurnal Ilmiah Edukasi Vol. 1, No. 1. Diakss pada tanggal 11 Maret 2020.