OPTIMALISASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI SIMETRI LIPAT DAN SIMETRI PUTAR MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF

TIPE STAD

(STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION)

Munawar HM

SDN Kecandran 01 Salatiga

ABTRACT

Classroom action research aims to: 1. Improve achievement of students studying mathematics class V SD N Kecandran 01 Salatiga, on the second half of the school year 2011/2012. 2. Improve the skills of teachers in the use of cooperative learning approaches in class V STAD model SDN Kecandran 01 Salatiga on the second of the school year 2011/2012. The collection of data obtained from the results of preliminary tests, the test cycle I and cycle II. Instrument used to measure achievement test results to learn mathematics is learning achievement. Preparation of the test set with respect to the lattice problem involves evaluating the cognitive level of memorizing, understanding, applying, analyzing, synthesizing, and evaluating. The subject matter is chosen according to the math curriculum and semester 2 class V based on the books for math resources. Assessment of achievement tests consist of 5 items in the form of questions about the description. The results I obtained that the value of the completeness of individual cycles of 54. 16% and 60. 62% grade completeness, thoroughness in the second cycle of individuals reached 83. 33%, which means learning achieved exhaustiveness. While classroom learning exhaustiveness 79. 37%, exceeding the thoroughness of individual learning. Thus the study of this class action have been able to improve the performance of elementary school students learn mathematics Kecandran 01 Salatiga in resolving questions fold symmetry and rotational symmetry.

Keywords: Cooperative, STAD (Student Team Achievement Division)

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas V semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 di SDN Kecandran 01 Salatiga dengan pertimbangan bahwa hasil belajar siswa pada waktu semester 1 nilai rata-tara matematika mencapai 5,8 kurang dari 7,0. Artinya masih banyak siswa yang belum bisa mencapai KKM. Penyebab kurang optimalnya hasil pembelajaran antara lain karena siswa kurang diberi kesempatan bersama-sama untuk membukti­kan kebenaran rumus-rumus yang sudah disampaikan guru. Guru kurang tepat menerapkan pembelajaran dan kurang kreatif dalam menyampaikan pelajaran, kurang kesiapan guru maupun siswa dalam proses belajar mengajar. Dari pengalaman peneliti selama memberikan pembelajaran, ternyata lebih kurang 50% siswa tidak memperhatikan guru pada waktu guru sedang mengajar, siswa kurang tertarik terhadap mata pelajaran matematika, karena guru banyak menggunakan model ceramah dan tidak kreatif dalam menyampaikan pelajaran, dan tidak menggunakan model pembelajaran yang mengembangkan kerjasama antar siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan prestasi siswa di Kelas V SDN Kecandran 01 Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2011/20112 nilai rata-tara matematika mencapai 7,0 atau lebih, sehingga semua siswa bias mencapai ketuntasan belajar

Guru tepat dalam menerapkan pembelajaran dan kreatif dalam menyampaikan pelajaran, kesiapan guru maupun siswa dalam proses belajar mengajar meningkat. Guru tidak hanya menggunakan model ceramah dan kreatif dalam menyampaikan pelajaran, guru mampu menggunakan model pembelajaran yang berfariasi dan mengembangkan kerjasama antar siswa. Antara lain dengan menggunakan pendelatan kooperatif model STAD (Student Team Achievement Division)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah dapat diungkapkan sebagai berikut: (1) Bagaimana kelancaran dalam pembentukan kelompok? (2) Bagaimana diskusi kelompok dilaksanakan? (3) Bagaimana ketepatan siswa dalam menentukan simertri lipat?(4) Bagaimana ketepatan siswa dalam menentukan simetri putar? (5) Bagaimana ketepatan siswa dalam lelakukan persiapan dan penggunaan alat peraga?(6) Seberapa jauh kesanggupan siswa yang pandai mau membimbing siswa yang kurang pandai? (7) Bagaimana keaktifan siswa dalam kerja kelompok? (8) Bagaimana hasil belajar siswa setelah menerapkan model belajar dengan menerapkan diskusi kelompok? Dalam penelitian tindakan kelas ini tidak semua permasalahan akan dibahas penulis hanya melakukan batasan masalah pada: pembelajaran matematika pokok bahasan menentukan simetri lipat dan simetri putar dengan menggunakan pendekatan kooperatif model STAD bagi siswa kelas V SDN Kecandran 01 Salatiga pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah melalui pendekatan kooperatif model STAD dapat meningkakan hasil belajar matematika simetri lipat dan simetri putar bagi siswa kelas V SDN Kecandran 01 Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.

Tujuan penelitian ini adalah: ,(1) Meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD N Kecandran 01 Salatiga, pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. (2) Meningkatkan ketrampilan guru dalam menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD di kelas V SDN Kecandran 01 Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Manfaat yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah: (a) Jika penelitian ini me-nunjukkan adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN Kecandran 01 Salatiga yang disebabkan karena guru menggunakan pendekatan kooperatif model STAD maka pendekatan kooperatif model STAD merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika, atau pengajaran mata pelajaran lain. (b) dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

LANDASAN TEORI

Hasil Belajar

Hasil belajar mencerminkan sejauh mana siswa telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan disetiap mata pelajaran. Gambaran hasil siswa bisa dinyata­kan dengan angka 0 sampai dengan 10 (Arikunto, 2003: 140). Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor intern dan faktor ekstern Slameto (2003: 20). Faktor intern terdiri aras faktor jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Faktor ekstern yaitu faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor sekolah mencakup model mengajar, kurikulum, hubungan guru siswa dan sarana. Model mengajar harus tepat, efisien dan efektif sehingga siswa dapat menerima, memahami, menguasai, dan mengembang­kan bahan pelajaran. Menurut Zaenal (2007: 58) hasil belajar mempunyai lima fungsi utama yaitu: (1) sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik, (2) sebagai lambang kepuasan hasrat ingin tahu, (3) sebagai inovasi dalam pendidikan,(4) sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. (5) hasil belajar dapat dijadikan indikator terhadap adanya daya serap siswa.

Pembelajaran Matematika di Sekolah

Menurut Achmad (2006) , matematika adalah salah satu ilmu dasar yang sukar berkembang, baik menyangkut materi maupun kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika sekolah adalah yang diajarkan di pendidikan dasar atau menengah. Materi matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian yang dipikir dengan maksud untuk menumbuhkan kemampuan dan memben-tuk pribadi siswa sehingga mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurur KTSP, pelajaran matematika mempunyai fungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola piker dan model matematika serta sebagai alat komonikasi melalui simbul, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Di SD diutamakan agar siswa mengenal, memahami, serta maher mengguna­kan bilangan dalam kaitanya dengan praktek kehidupan sehari-hari. Sedangkan tujuan pembelajaran matematika adalah melatih cara berfikir secara sistimatis, logis, kritis, kreatif dan konsisten. Disamping itu juga mempersiap­kan siswa agar dapat mempergunakan matematika dan pola piker matematika dalam kehidupan sehari-hari dan mempelajari berbagai iptek (KTSP,Kurikulum 2006)

Pedekatan Kooperatif

Menurut Lie (2002: 30) pembelajaran bisa dibedakan menjadi tiga pendekatan belajar yaitu pembelajaran kompetisi, pembelajaran individual, dan pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kompetisi, siswa dikondisikan untuk bersaing dengan siswa lain. Tujuan pembelajaran pada umumnya hanya dapat dicapai oleh satu, beberapa, atau sedikit siswa saja. Sebagian kecil siswa akan berada dalam status sebagai siswa berHASIL, sebagian besar siswa dalam status rata-rata, dan selebihnya masuk dalam kelompok siswa yang gagal. Dengan kondisi pembelajaran semacam itu, disadari atau tidak, dalam diri siswa akan terbentuk sikap negatif antar teman dalam mencapai tujuan pembelajaran. Mereka akan beranggapan bahwa mereka hanya dapat mencapai tujuan pembelajaran bila siswa lain gagal. Akibatnya, sebagian kecil siswa akan bekerja keras untuk bisa menjadi yang terbaik dari antara teman-teman mereka. Sedangkan sebagian besar akan “tenang-tenang saja”, karena mereka tidak percaya bahwa mereka bisa menang dalam persaingan itu. Ironisnya, kondisi semacam itu harus dialami oleh sebagian besar siswa paling tidak selama dua belas tahun (SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA/SMK 3 tahun). Tentu, hal ini memiliki efek kurang baik terhadap perkembangn kepribadian siswa.

Dalam pembelajaran individualistik, para siswa bekerja sendirian dalam mencapai tujuan pembelajaran, tanpa ada relasi dari teman sekelasnya. Pencapaian tujuan belajar siswa dilakukan secara mandiri. Karena­nya, dalam diri para siswa akan terbentuk pandangan bahwa pencapaian tujuan belajar mereka tidak ada hubungannya dengan apa yang dikerjakan oleh siswa lain. Pada gilirannya, kehidupan mereka akan terfokus pada kepentingan dan keberhasilan pribadi belaka, serta mengabaikan anggota/te-man yang lain.

Pembelajaran Kooperatif merupakan salah satu pende-katan pembelajaran yang menjanjikan pencapaian standar akademik bagi siswa yang dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil dan diasuh oleh guru yang tergabung dalam staf pengajar. Staf pengajar terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang bekerja sama untuk memberikan suatu materi atau konsep-konsep pembelajaran kepada kelompok siswa. Ada unsur ketergantungan positif antar guru dan mempunyai rasa tanggung jawab bersama dalam membantu satu sama lain diantara guru dalam upaya peningkatan kemampuan secara terus menerus. Guru dalam satu kelompok tersebut merasa memiliki tujuan yang sama dan masukan pendidikan bagi semua siswa dalam kelompok dan melibatkan proses secara keseluruhan terhadap upaya yang akan dikontribusikan kepada kelompok siswa yang selanjutnya secara bersama-sama bertanggung jawab terhadap kelompok siswa tersebut untuk waktu yang tidak terbatas. (Johnson & Johnson dalam Priyatni, 2001)

Fase-fase dalam Pembelajaran Kooperatif

Menurut Arends, (2004) terdapat 6 Fase utama dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti guru dengan menyajikan informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerjasama menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir dalam pembelajaran kooperatif yaitu penyajian hasil akhir kerja kelompok, dan memberikan tes apa yang mereka pelajari, serta memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Keenam Fase pembelajaran kooperatif dapat dirangkum pada Tabel berikut ini.

Tabel Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

FASE

KEGIATAN GURU

FASE 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

FASE 2 Menyajikan in-formasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan (demonstrasi) atau teks

FASE 3 Mengorganisasi kan siswa kedalam kelom pok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien.

FASE 4 Membantu ker-ja kelompok dalam belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

FASE 5Mengetes materi

Guru mengetes materi pelajaran atau kelompok menyajikan hasil-hasil pekerjaan mereka.

FASE 6 Memberikan penghargaan

Guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

(Sumber Arend dikutip Karuru: 2006)

Agar Pembelajaran Kooperatif dapat berjalan dengan efektif, guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) Pembentukan kelompok. Guru perlu mengenali dengan baik keragaman siswa dalam hal kemampuan, gaya belajar, kemampuan sosial, perilaku di kelas, dan yang berpengaruh terhadap kegiatan kelompok. Berdasarkan pengenalan tersebut, guru mengusahakan pembentukan kelompok dengan keragaman siswa yang ada dikelas itu. Guru sebaiknya menghindari pembentukan kelompok yang asal-asalan atau pembentukan kelompok yang homogen, karena homoginitas bertentangan dengan gagasan dasar dalam pembelajaran kooperatif. (b) Membangun semangat gotong-royong Agar dinamika kelompok bisa berjalan dengan baik, guru perlu menumbuhkan semangat gotong-royong diantara seluruh anggota kelompok. Untuk itu guru perlu: (a) menggunakan berbagai kegiatan pencair suasana, sehingga masing-masing anggota kelompok memiliki kesempatan untuk mengenal satu sama lain secara lebih akrab. (b) meminta masing-masing kelompok untuk membuat identitas kelompok yang unik, misalnya dalam bentuk nama, asesoris, salam, sapaan atau sorak kelompok. (c) Penataan ruang kelas. Pembelajaran kooperatif mensyaratkan penataan ruang kelas secara khas. Guru perlu mengubah setting meja dan tempat duduk. Prinsipnya, masing-masing kelompok bisa berinteraksi dengan mudah, keberadaan satu kelompok tidak mengganggu kelompok lain, dan tersedia sedikit ruang untuk kegiatan lain. Atas dasar prinsip tersebut, guru dapat memodifikasi setting kelas, sesuai dengan kondisi kelas dan siswa. (d) Pemberian tugas khusus dan materi. Tidak bisa tidak, guru perlu mempersiapkan tugas khusus yang perlu dikerjakan dan bahan yang akan dipelajari dalam tiap-tiap kelompok secara jelas. Kejelasan mengenai hal itu setidaknya meyangkut, bahan apa yang harus tersedia, siapa yang harus menyediakan, tugas apa yang harus dikerjakan, bagaimana mereka harus mengerjakan tugas tersebut, berapa lama waktu yang harus diperlukan, peran dan tanggung jawab apa yang diharapkan dari kelompok dan individu anggotanya, hadiah apa yang akan diberikan kepada kelompok dan individu anggota kelompok. Kejelasan mengenai materi akan sangat membantu kelancaran dan efektifitas pembelajaran. (e) Interaksi guru-siswa. Salah satu tujuan interaksi antara guru dan siswa selama berlangsungnya pembelajaran kooperatif adalah pengembangan kemandirian bepikir siswa. Sebaiknya guru tidak melakukan interaksi perorangan dengan siswa. Interaksi guru sebaiknya hanya dilakukan dengan kelompok. Guru lebih berperan membantu kelompok agar semakin menyadari bahwa mereka mampu untuk mengerjakan tugas-tugas kelompok secara gotong royong. (f) Interaksi siswa-siswa. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah terbentuknya interaksi antar siswa secara lebih intensif. Karena itu anggota kelompok harus dimotivasi untuk lebih intensif berinteraksi satu sama lain, dengan saling memberikan tanggap-an, penguatan, dan dorongan. Sebagian besar waktu dalam pembelajaran kooperatif haruslah berisi interaksi antar siswa yang terfokus pada kegiatan untuk mengerjakan tugas yang telah disiapkan. (g) Harapan mengenai peran dan tanggung jawab masing-masing. Berhasil atau gagalnya pembelajaran kooperatif sedikit banyak tergantung pada bagaimana guru mengkomu-nikasikan mengenai peran dan tanggung jawab yang diharapkan dari masing-masing siswa. Jika tugas dari seseorang siswa tidak jelas atau tugas kelompok mendua arti, dapat dipastikan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut akan segera berubah menjadi diskusi yang tidak jelas arahnya. Akan muncul pihak-pihak yang menarik diri dari fokus persoalan, bersikap pasif dan berperilaku sesuai dengan keinginan sendiri. Karena itu guru perlu mengkomuikasikan dengan jelas peran dan tanggung jawab masing-masing siswa. Peran dan tanggung jawab siswa dapat ditulis dan ditampilkan di depan kelas selama kerja kelompok berlangsung.

STAD (Student Team Achievement Division)

Model STAD ini dikembangkan oleh Slavin. Yang merupakan salah satu model pembelajaran yang paling sederhana dan sangat cocok digunakan bagi guru yang baru mengenal model pembelajaran Kooperatif tersebut. Dalam model STAD ini, ada lima komponen yaitu: (a). presentasi, (b). belajar kelompok (c). tes individu (d). nilai perkembangan individu (e). perkembangan kelompok. Lima komponen tersebut harus urut didalam pelaksanaanya. Penjabaranya sebagai berikut: (1) Presentasi, adalah presentasi kelas yang disampai­kan oleh guru, dapat berupa informasi, pelajaran atau suatu materi dengan menggunakan audio-visual. (2) Belajar kelompok. Tiap kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang siswa yang berbeda jenis kelamin, ras dan kemampuan akademik. Setiap anggota kelompok ikut bertanggung jawab atas maju mundurnya kelompok tersebut. Didalam pelaksanaan belajar kelompok siswa dapat melakukan kegiatan berupa mengerjakan LKS (lembar kerja siswa) atau tugas lain yang diberikan oleh guru. Jawaban LKS harus didiskusikan oleh semua siswa didalam kelompok­nya masing-masing. Bila ada kesulitan, maka siswa yang mampu harus mau membantu anggota kelompoknya. Apabila kesulitan tersebut tidak bisa diatasi kelompok, maka perlu minta bantuan kepada guru. Guru berkeliling di tiap kelompok bila memerlukan bantuannya sewaktu-waktu. (3) Tes Individu. Pada akhir pelajaran, setelah kegiatan belajar mengajar berlangsung baik 1 jam atau 2 jam pelajaran, maka setiap siswa diwajibkan untuk mengikuti tes individual tertulis. Selama tes berlangsung, setiap siswa mengerjakan sendiri-sendiri, dan tidak boleh bekerja sama walaupun dengan teman kelompoknya sendiri. Dengan demikian setiap siswa secara individual bertanggung jawab mengenai pemahaman semua materi pelajaran. Hasil pekerjaan tes siswa selanjutnya diberi nilai (boleh dengan cara dicocokkan bersama atau dengan di silang dengan kelompok lain). (4) Nilai perkem-bangan individu. Nilai yang didapat oleh tiap individu dari hasil tes, selanjutya dicatat dan untuk dibadingkan dengan hasil belajar siswa pada pokok bahasa/materi sebelumnya. Bagi siswa bisa terjadi dua hal, yaitu peningkatan nilai, atau penurunan nilai. Guru harus menghitung besarnya perkembangan nilai setiap siswa. Jika dibandingkan dengan nilai tes pembahasan materi yang lalu dengan nilai yang baru saja diikuti, Nilai hasil perkembangan setiap siswa, akan digunakan untuk menyusun posisi kelompok siswa yang baru, pada pokok bahasan materi baru. Apabila ada anggota kelompok yang masih belum saling kenal, guru dapat memotivasi dengan cara membuat logo, bendera atau semboyan kelompoknya.

Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Menurut Kagan (2004) pembelajaran kooperatif bagi siswa berbakat telah memberi banyak faedah seperti berikut: a). Memperbaiki hubungan social. b). Meningkatkan pencapaian hasil. c). Meningkatkan kecakapan social. d). Meningkatkan kema-hiran kepemimpinan. e). Meningkatkan tahap pemikiran tinggi. f). Meningkatkan percaya diri. Pembelajaran kooperatif telah banyak digunakan dalam pengajaran matematika dan sains yaitu dua mata pelajaran utama sekolah, terutama dalam kete rampilan pemecahan masalah, dan hubungan sosial, (Bassarear, 1994). Dari penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1987) diuraikan tentang pembelajaran koopera tif dapat meningkatkan hasil akademik, relatif lebih mudah diimplementasikan dan tidak mahal. Hasilnya bahwa perbaikan perilaku dan kehadiran siswa lebih nyata dan ada peningkatan perhatian dan perhatian positif pada sekolah. Pembelajaran kooperatif selain memberikan hasil-hasil yang positif, juga meningkat kan motivasi siswa, mendorong proses-proses kelom pok, membantu perkembangan sosial dan interaksi akademik antara siswa-siswa serta meng hargai parti sipasi kelompok yang berhasil. Dalam penelitian (Glasser dalam Priyanti, 2001) terhadap siswa Sekolah Dasar dalam pembela-jaran kooperatif menunjukkan, bahwa motivasi siswa yang belajar di Sekolah Dasar sangat bergantung pada sejauh mana kebutuhan psikologis dasar mereka terpenuhi. Pembelajaran koo peratif meningkatkan motivasi siswa dengan membe ri kan dukungan kawan sebaya sebagai bagian dari tim, siswa dapat meraih keberhasilan dengan bekerjasama secara baik dengan teman-temanya. Siswa didorong un tuk mempelajari materi yang lebih mendalam, dari yang mungkin telah mereka kerjakan dan berpikir dengan cara yang kreatif untuk menyakinkan guru bahwa mereka telah menguasai materi yang telah diberikan.

Langkah-langkah Penerapan Model STAD

a). Menentukan Nilai Dasar Awal. Nilai dasar memberikan siswa pada tugas masa lampau. Jika sedang mulai model STAD setelah banyak tugas, menggunakan siswa nilai rata-rata tes sebagai nilai dasar. Cara lainnya, memberikan pada para siswa nilai akhir dari tahun yang sebelumnya. b). Pembentukan Kelompok. Sebelum permulaan kerja sama dalam belajar dibentuk kelompok 4-5 anggota dan setiap kelompok diberi kesempatan untuk menciptakan suatu ciri khas kelompok, simbol, komentar, atau kecaman. c). Jadwal Aktivitas. STAD terdiri dari suatu langkah-langkah aktivitas intensif kelompok, sebagai berikut: 1). Pendidikan dan pengajaran. Guru memberikan pelajaran. 2). Kelompok belajar. Para siswa bekerja pada lembar kerja di dalam terminologi mereka untuk menguasai materi. 3). Test. Para siswa mengambil tugas individu. 4).

Pengenalan Kelompok. Nilai kelompok dihitung didasar-kan pada nilai peningkatan anggota kelompok, dan sertifikat individu, suatu laporan kelas berkala, atau buletin kelompok yang membuat angka tinggi. (1). Pembukaan (a). Menceritakan kepada para siswa apa yang mereka pelajari dan penting. Membangun keingintahuan siswa, masalah hidup nyata, yang bermakna. (b). Para siswa bekerja di dalam kelompok mereka untuk “menemukan” konsep atau apa yang selama ini dipelajari. (c). Singkatnya meninjau ulang ketrampilan prasyarat yang dimiliki siswa. (2). Pengembangan. (a). Mendekati sasaran hasil yang diinginkan dari para siswa untuk lebih dipelajari. (b). Memusatkan pada pemahaman, bukan peng­hafalan. (c) Dengan aktif mempertunjukkan konsep atau ketrampilan, menggunakan alat peraga visual, manipulatif, dan banyak contoh. (d). Yang sering menilai pengertian siswa dengan memberikan banyak pertanyaan. (e). Menjelaskan mengapa suatu jawaban benar atau salah. (f). Berikutnya para siswa sudah menyerap gagasan yang utama. (g). Daya gerak dengan penghapusan gangguan, menanyakan banyak pertanyaan, dan dengan cepat melalui pelajaran. Pada kelompok yang pertama bekerja di dalam STAD, perlu menjelaskan pada para siswa apa yang berarti untuk bekerja di dalam kelompok. Khusus­nya, sebelum permulaan pekerjaan kelompok mendiskusi­kan aturan kelompok yang berikutnya. a). Para siswa mempunyai suatu tanggung jawab untuk meyakinkan bahwa teman sekelompok mereka sudah mempelajari materi itu. b). Tak seorangpun selesai belajar sampai semua teman sekelompok sudah menguasai pokok materi. c). Bertanya pada teman sekelompok untuk meminta bantuan sebelum menanyakannya pada guru. d). Teman sekelompok bertemu dengan satu sama lain. (3). Penghargaan Kelompok. Gagasan utama: menghitung kelompok dan nilai peningkatan hasil individu dan memberikan penghargaan misalnya berupa sertifikat atau penghargaan kelompok lainnya. (4). Menghitung nilai individu dan kelompok. Setelah mengadakan tes, menggambarkan pada kelompok dan nilai peningkatan individu yang mencetak hasil dan memberikan penghargaan misalnya berupa sertifikat atau penghargaan lain pada kelompok yang membuat nilai tinggi. Jika mungkin mengumumkan pada kelompok yang mencetak hasil di dalam periode yang pertama setelah tes. Ini membuat hubungan yang maju dan lancar serta menerima pengenalan para siswa. Dan pada gilirannya meningkatkan motivasi mereka untuk berbuat yang terbaik untuk diri mereka sendiri (Slavin: 2003). Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatifI adalah sebagai berikut:

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN KOOPERATIF

NO

FASE

AKTIVITAS GURU

1

Fase-1 Pretest

Guru menyiapkan seperangkat alat test sesuai dengan materi yang akan disampaikan

2

Fase-2 Menyampaikann tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pengajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa untuk memusatkan perhatian dan kegiatan.

3

Fase-3 Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

4

Fase-4 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan bersama orang tua membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien baik dikelas maupun diluar kelas

5

Fase-5 Membimbing kelom pok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas dikelas dan dilanjutkan orang tua di rumah (luar kelas)

6

Fase-6 Post tes (evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau setiap kelompok mempresentasikannya

7

Fase-7 Tindak lanjut

Guru mencari cara untuk menghargai upaya dan hasil belajar individu dan kelompok serta memberikan rekomendasi sesuai dengan hasil yang diperoleh.

Kerangka Berfikir

Supaya berhasil dengan baik dalam pembelajaran matematika perlu dilakukan suatu tindakan yang tepat dalam penelitian ini dilakukan tindakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a). Mengetahui kondisi awal. Guru pada saat mengajar tidak menggunakan model pembelajaran dengan pendekatan kooperatif nilai rata-rata siswa rendah. b). Guru menggunakan pendekatan kooperatif pada siklus pertama dengan menggunakan kelompok setiap kelompoknya beranggotakan 5-6 siswa. c). Guru menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD pada siklus kedua dengan menggunakan kelompok setiap kelompoknya beranggotakan 3-4 siswa. d). Setelah proses belajar mengajar matematika dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD hasil belajar siswa meningkat lebih baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka berfikir sebagai berikut:

Skema kerangka berfikir

 

KONDISI

AWAL

Guru:

Belum mengguna-kan pendekatan ko-operatif

Siswa:

Hasil belajar matematika rendah

TINDAKAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOOPERATIF

SIKLUS I

Penggunaan kelompok 5-6

SIKLUS II

Penggunaan kelompok 3-4

KONDISI

AKHIR

HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENINGKAT

 

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas. Maka disusun hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: Melalui pendekatan kooperatif model STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan simetri lipat dan simetri putar bagi siswa kelas V SDN Kecandran 01 Salatiga pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.

METODELOGI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2011/2012 selama lebih kurang empat bulan efektif dengan perincian: Siklus pertama dilaksanakan pada minggu pertama dan kedua bulan Pebruari 2010 untuk satu pokok bahasan: “Bangun datar dan bagun ruang”. Siklus kedua dilaksanakan pada minggu ketiga dan keempat bulan Mater 2012 untuk pokok bahasan: Kesebangunan dan simetri pada bangun datar. Penyusunan laporan pada awal bulan April 2012. Adapun alasan dilaksanakan waktu tersebut adalah pada awal semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 yaitu bulan Januari, kondisi pembelajaran di kelas tetap dilaksanakan seperti biasa sebagai kondisi awal yang akan digunakan untuk pembanding setelah penelitian dilaksanakan. (1) Bulan pertama digunakan oleh peneliti untuk menyusun proposal penelitian dan menyusun instumen penelitian. (2) Bulan kedua digunakan untuk mengumpulkan data atau melakukan tindakan kelas. (3) Bulan ketiga digunakan untuk menganalisis data dan membahas hasil analisis data. Dan (4) Bulan keempat penulis gunakan untuk menyusun laporan hasil penelitian. a) Penelitian ini dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Kecandran 01 Salatiga. b) Penelitian dilaksanakan di tempat tersebut dengan alasan peneliti bekerja di sekolah tersebut sehingga akan tersedia banyak waktu dan kesempatan dalam melakukan penelitian tanpa harus meninggalkan pekerjaan.

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V Semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 di SDN Kecandran 01 Salatiga berjumlah 25 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Pereliti memilih kelas V semester 2 karena hasil belajar siswa pada waktu semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 nilai rata-rata matematika paling rendah. Nilai rata-rata matematika kurang dari 60 yaitu baru mencapai nilai rata-rata 5,7.

Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: a) Sumber primer yaitu data yang diperoleh dari siswa nilai tes baik pada siklus pertama maupun siklus yang kedua. b) Sumber sekunder yaitu data yang diperoleh dari nilai ulangan sebelum diadakan penelitian yang akan digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal yang dimiliki siswa sebelum diadakan penelitian tindakan kelas. Teknik Pengumpulan Data a) Teknik pemberian tes: untuk mengukur kemampuan siswa baik kemampuan awal, perkembangan maupun peningkatan kemampuan setelah dikenai tindakan dan kemampuan siswa pada akhir siklus. b) Teknik pemberian angket; untuk mengumpulkan data tentang kerjasama kelompok. c) Teknik wawancara: untuk mengumpulkan data tentang kerjasama kelompok d) Teknik observasi: untuk mengumpulkan data tentang kerjasama kelompok. d) Teknik dokumentasi: untuk mengumpulkan data tentang kondisi awal. Alat Pengumpulan Data: Butir soal tes,Lembar angket, Pedoman wawancara, Pedoman observasi, Dokumen

Kondisi awal siswa diketahui dari hasil belajar sebelum dikenai tindakan penelitian. Hasil belajar tersebut diperoleh melalui hasil test yang didapatkan melalui studi dokumenter. Butir test yang digunakan untuk mengetahui kondisi awal tersebut dipersiapkan bersama antara guru kelas, pemandu mata pelajaran dan peneliti untuk pokok bahasan bangun datar dan bangun ruang. Kondisi akhir siswa diketahui dari hasil belajar siswa pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Hasil belajar tersebut diperoleh melalui hasil test dengan butir soal yang dibuat oleh guru kelas, pemandu mata pelajaran dan peneliti. Soal tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan dicobakan pada kelas lain yang tidak dikenai tindakan penelitian. Data tentang kerjasama antar siswa dalam kelompok dan partisipasi orang tua yang diperoleh melalui wawancara,observasi dan angket dilakukan analisis diskriptif kualitatif. Data tentang hasil belajar yang diperoleh dari hasil tes dan dokumen dilakukan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes pada kondisi awal dengan kondisi setelah dilakukan PTK. Indikator Proses. Proses pelaksanaan pembelajaran kooperatif model STAD dianggap berhasil jika: a) Tim kerja Penelitian Tindakan Kelas terbentuk sebelum penelitian dilaksanakan. b) Instrumen yang akan dipergunakan dalam penelitian telah dilakukan try out sehingga validitas dan reliabilitasnya terjamin. c) Telah dipersiapkan Rencana Pembelajaran yang memungkinkan terjadinya kooeratif model STAD. d) Proses pembelajaran yang dilaksanakan guru sesuai dengan rencana pembelajaran yang dipersiapkan. e) Siswa memiliki catatan mengenai pembelajaran yang diikuti.

Indikator Hasil. a) Penelitian dapat terlaksana sesuai dengan jadwal yang telah disusun. b) Adanya peningkatan keterampilan guru menerapkan model pembelajaran kooperatif model STAD dalam pembelajaran matematika. c) Adanya peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa yang ditunjukkan dari hasil belajar siswa setelah penelitian lebih baik dari pada sebelum penelitian. d) Dapat ditemukan kendala-kendala pelaksanaan pembelajaran kooperatif model STAD dalam pembelajaran matematika. e) Dapat ditemukan saran-saran yang menunjang keberhasilan pelaksanaan pembelajaran kooperatif model STAD dalam pembelajaran matematika.

Indikator Kinerja untuk hasil belajar adalah rata-rata hasil belajar siswa pada akhir penelitian lebih baik dari rata-rata pada kondisi awal. Rata-rata hasil belajar pada akhir siklus II lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar pada akhir siklus II. Indikator kinerja untuk kerjasama kelompok ditunjukkan dengan terbentuknya kelompok belajar aktif diantara siswa.

Prosedur penelitian tindakan kelas tentang penerapan pembelajaran kooperatif model STAD dalam pembelajaran matematika. di sekolah dasar ini didesain dengan siklus sebagai berikut: Siklus 1,Siklus ini bertujuan untuk membentuk kelompok belajar siswa serta mengatasi permasalahan dengan belajar kelompok dalam pembelajaran. Lebih lanjut dengan terbentuknya kelompok belajar danadanya belajar secara kelompok kecil dalam pembelajaran diharapkan proses dan hasil pembelajaran akan meningkat pula. a) Persiapan. Pada masa persiapan ini peneliti, guru pemandu mata pelajaran dan kepala sekolah membantu peningkatan penguasaan materi oleh guru kelas, menyediakan dan mempersiapkan rencana pembelajaran, mempersiapkan pembentukan kelompok belajar yang terdiri dari 5-6 siswa, mempersiapakan teknik pembentukan kelompok dalam pengelolaan kelas. b) Tindakan dan observasi. Guru melaksana-kan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa bekerja kelompok semua anggota kelompok bekerja secara aktif. Selama pembelajaran berlangsung dan pada akhir pembelajaran dilakukan observasi oleh peneliti maupun fihak lain. c) Refleksi. Diadakan evaluasi mengenai pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama berdasarkan hasil test, angket, wawancara dan observasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan penelitian dan untuk menemukan faktor-faktor penunjang serta kendala-kendala yang timbul. Siklus 2Berdasarkan hasil siklus I dilakukan perbaikan pada perencanaan siklus II dengan memperhatikan faktor-faktor penunjang serta menghindarkan kendala-kendala yang pernah terjadi pada pelaksanaan siklus I. Langkah – langkah pada Siklus II ini pada dasarnya sama dengan langkah-langkah pada siklus I yaitu sebagai berikut: a) Persiapan. Pada awal siklus II ini mendiskusikan faktor-faktor penunjang dan kendala-kendala yang timbul pada siklus I agar pelaksanaan siklus II lebih baik. Peneliti, guru pemandu mata pelajaran dan kepala sekolah membantu peningkatan penguasaan materi oleh guru kelas, menyediakan dan mempersiapkan alat peraga yang dibutuhkan sesuai rencana pembelajaran, , mempersiapkan pembentukan kelompok belajar yang terdiri dari 3-4 siswa, mempersiapakan teknik pembentukan kelompok dalam pengelolaan kelas. 1) Tindakan dan observasi. b) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dilakukan. Kelompok belajar siswa bekerja serta dilibatkannya secara aktif orang tua dalam pembelajaran.. Selama pembelajaran berlangsung dan pada akhir pembelajaran dilakukan observasi oleh peneliti maupun fihak lain. Refleksi. Diadakan evaluasi mengenai pelaksanaan pembelajaran pada siklus kedua berdasarkan hasil test, angket, wawancara dan observasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan penelitian dan untuk menemukan faktor-faktor penunjang serta kendala-kendala yang timbul. Berdasarkan hasil pada siklus I dan siklus II para kolaborator merumuskan saran-saran yang dapat dipergunakan untuk menunjang keberhasilan penerapan pembelajaran kooperatif model STAD dalam pembelajaran matematika. di sekolah dasar.

HASIL PENELITIAN

Perbaikan pembelajaran memfokuskan pada permasalah-an yang ada pada pembelajaran sebelumnya. Dari hasil analisis tes formatif sebelum di adakan perbaikan pembelajaran menunjukkan bahwa dari 24 anak yang mengikuti tes ditemukan hasil sebagai berikut:

Kondisi Awal

No

Rentang Nilai

Banyak Siswa

1

< 41 – 50

15

2

51 – 60

1

3

61 – 70

3

4

71 – 80

3

5

81 – 90

2

6

91 – 100

Jumlah

24

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil evaluasi mata pelajaran matematika dengan materi operasi hitung campuran bilanagn bulat di kelas V semester 2 SDN Kecandran 01 Salatiga, pra perbaikan pembelajaran bahwa dari 24 siswa yang mendapat nilai 41-50 sebanyak 15 siswa, nilai 51-60 sebanyak 1 siswa, nilai 61-70 sebanyak 3 siswa, nilai 71-80 sebanyak 3 siswa, nilai 81-90 sebanyak 2 siswa dan nilai 91-100 belum ada siswa yang mendapatkannya. Apabila hasil pra perbaikan pembelajaran disajikan dalam diagram, maka akan terlihat seperti Grafik berikut.

Grafik Hasil Evaluasi Kondisi Awal

Di sini guru menyusun strategi yang tepat dan pemberian belajar serta menggunakan media yang sesuai agar siswa dapat aktif dalam mengikuti perbaikan pembelajaran siklus I diharapkan siswa dapat mengerjakan soal-soal yang ada kaitanya dengan pengerjaan operasi hitung campuran bilangan bulat. Pada kegiatan pembelajaran mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir dalam pelaksanaanya sesuai dengan perencanaan yang telah di susun.

Hasil Pelaksanaan: Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 1 Pebruari 2012 Dari hasil analisa data prestasi belajar yang telah dicapai siswa pada perbaikan pembelajaran siklus I, maka hasil evaluasi formatif pada akhir siklus I, mengalami peningkatan hasilnya dapat dilihat pada table bawah ini

Hasil Evaluasi Perbaikan Pelajaran Matematika Siklus I

No

Rentang Nilai

Banyak Siswa

1.

< 41 – 50

4

2.

51 – 60

10

3.

61 – 70

4

4.

71 – 80

2

5.

81 – 90

4

6.

91 – 100

Jumlah

24

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil evaluasi mata pelajaran matematika dengan materi operasi hitung cam-puran bilangan bulat semester 2 SDN Kecandran 01 Salatiga pada akhir siklus I dari 24 siswa yang mendapat nilai < 41-50 hanya 4 siswa, yang mendapat nilai 51-60 sebanyak 10 siswa, nilai 61-70 sebanyak 4 siswa, nilai 71-80 sebanyak 2 siswa, nilai 81-90 sebanyak 4 siswa dan nilai 91-100 belum ada siswa yang mendapatkannya. Apabila hasil evaluasi mata pelajaran matematika siklus I disajikan dalam diagram, maka akan terlihat seperti gambar berikut.

Grafik Hasil Evaluasi Pembelajaran Siklus I

Dari diagram di atas terlihat bahwa dari 24 siswa, nilai terendah 40 dan tertinggi 90, siswa yang mendapat nilai 70 ke atas ada 10 siswa dan yang kurang dari 70 ada 14 siswa serta nilai rata-rata 65,83. Maka dapat disimpulkan bahwa pada perbaikan pembelajaran siklus I ada peningkatan, namun ketuntasan baru mencapai 58,33 %. Hasil Pengamatan. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer diketahui bahwa guru dalam mengajar sudah memberikan motivasi dan menggunakan model pembelajaran artikulasi serta media/peraga garis bilangan. Siswa sudah ada peningkatan dalam keberanian bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru, siswa lebih aktif, berani, dan percaya diri, yang dapat dilihat dari hasil pengamatan observer sebagai berikut

Hasil Pengamatan Siklus I

No

Aspek

Hasil

Rata-rata Kelas

Ket

Kurang

Sedang

Baik

1

Motivasi

3

14

7

Sedang

2

Keaktifan

2

18

4

Sedang

3

Kreatifitas

3

15

6

Sedang

4

Kerjasama

5

14

5

Sedang

Dari tabel di atas pengamat menyimpulkan bahwa aspek-aspek motivasi, keaktifan, kreatifitas dan kerja sama belum dioptimalkan selama perbaikan pembelajaran berlangsung. Hasil Refleksi, Setelah selesai melakukan kegiatan perbaikan pada siklus I dan pengamatan atas tindakan pembelajaran di kelas maka selanjutnya diadakan refleksi atas segala tindakan yang telah dilakukan. Dari hasil refleksi diketahui bahwa selama guru mengajar pada perbaikan pembelajaran siklus I, suasana kelas masih seperti kurang minat dalam mengikuti pelajaran, masih ada siswa yang takut untuk bertanya atau menjawab pertanyaan guru, guru sudah menggunakan model pembelajaran artikulasi kepada siswa, serta banyak memberi contoh dan latihan soal, sehingga pemahaman siswa pada materi mulai meningkat, dengan peningkatan pada hasil tes formatif.

Siklus II. Dari hasil analisa prestasi belajar siswa diketahui bahwa prestasi belajar siswa mengalami kemajuan yang signifikan. Pada siklus I, nilai rata-rata kelas mencapai 65,83 dan standar ketuntasan belajar mencapai 58 %. Meskipun sudah ada kemajuan, tetapi belum menuntaskan hasil belajar siswa. Oleh karena itu peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran siklus II. Hasi Perencanaan. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II, pada mata pelajaran matematika kompetensi dasar operasi hitung campuran bilangan bulat akan dilakukan pada hari Rabu, 15 pebruari 2012 pada siswa kelas V SD Negeri Kecandran 01 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Berdasarkan data awal hasil siklus I sebagai berikut: Dari 24 siswa, nilai terendah 40 dan tertinggi 90 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas ada 10 siswa dan yang kurang dari 70 ada 14 siswa serta nilai rata-rata 65,83. Pada akhir pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II juga akan diakhiri atau dilaksanakan tes formatif yang bertujuan untuk mengetahui apakah upaya perbaikan pembelajaran tersebut sudah berhasil atau belum. Hasil Pelaksanaan. Pada pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 15 pebruari 2012 pada siswa kelas V SD Negeri Kecandran 01 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Pada akhir pelaksanaan siklus II diakhiri dengan pelaksanaan tes formatif dan hasilnya dianalisis untuk menentukan apakah upaya perbaikan pembelajaran tersebut sudah berhasil atau belum. Berdasarkan hasil analisis tes formatif diakhir siklus II dapat dilihat dalam table berikut:

Hasil Evaluasi Pembelajaran Matematika Siklus II

No

Rentang Nilai

Banyak Siswa

1

41 – 50

1

2

51 – 60

1

3

6 1 – 70

6

4

71 – 80

7

5

81 – 90

2

6

91 – 100

7

Jumlah

24

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil evaluasi mata pelajaran matematika dengan materi operasi hitung campuran bilangan bulat semester 2 SDN Kecandran 01 Salatiga pada akhir perbaikan pembelajaran siklus II dari 24 siswa yang mendapat nilai 41-50 hanya 1 siswa, yang mendapat nilai 51-60 sebanyak 1 siswa, nilai 61-70 sebanyak 6 siswa, nilai 71-80 sebanyak 7 siswa, nilai 81-90 sebanyak 2 siswa dan nilai 91-100 sebanyak 7 siswa. Apabila hasil evaluasi mata pelajaran matematika dengan materi operasi hitung campuran bilangan bulat perbaikan pembelajaran siklus I disajikan dalam diagram, maka akan terlihat seperti grafik berikut.

Grafik Hasil Evaluasi Pembelajaran Matematika Siklus II

Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II telah menunjukkan peningkatan tetapi masih ada 2 siswa yang masih mendapat nilai dibawah 60 dan memerlukan bimbingan khusus. Hasil Pengamatan. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer diketahui bahwa guru sudah mengungkapkan materi prasyarat dan memanfaatkan motivasi belajar. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap siswa dapat disajikan sebagai berikut

Hasil Pengamatan Siklus II

No

Aspek

Hasil

Rata-rata Kelas

Ket

Kurang

Sedang

Baik

1

Motivasi

5

6

13

Baik

2

Keaktifan

7

6

11

Baik

3

Kreatifitas

5

6

13

Baik

4

Kerjasama

4

8

12

Baik

Dari hasil pengamatan observer terhadap proses kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II, bahwa dengan memanfaatkan motifasi, keaktifan, kretifitas, kerja sama dan mengungkap materi prasyarat hasil evaluasi pada akhir siklus II mengalami peningkatan yang cukup memuaskan. Hasil Refleksi. Dari hasil refleksi diketahui bahwa selama dalam kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II, guru sudah menggunakan media yang cocok, mengungkap materi prasyarat dan memanfaatkan motifasi belajar serta memperbanyak contoh-contoh. Siswa menjadi lebih aktif, siswa lebih berani dan percaya diri dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan. Siswa berusaha mendapat kesempatan. untuk menjawab pertanyaan dan maju mengerjakan soal sehingga membuat pembelajaran lebih hidup, aktif, dan menyenangkan. Dari analisa prestasi belajar siswa diketahui bahwa prestasi belajar siswa mengalami kemajuan pada siklus II yaitu nilai rata-rata kelas mencapai 82,08 dan standar ketuntasan belajar dapat mencapai 92 %. Hal ini berarti telah berhasil dengan baik oleh karena itu proses perbaikan pembelajaran dianggap selesai.

Berdasarkan tabel hasil perolehan nilai mata pelajaran matematika di kelas V semester 2 SDN Kecandran 01 Salatiga ternyata ada peningkatan baik nilai dan ketuntasan hasil belajar dari sebelum dilakukan perbaikan pembelajaran, siklus I dan Siklus II. Siswa yang tuntas adalah siswa yang mendapatkan nilai 70 atau 70 keatas. Dalam kegiatan pembelajaran sebelum diadakan perbaikan ada 8 siswa dari 24 siswa dapat tuntas atau sekitar 33%. Pada perbaikan pembelajaran siklus I meningkat menjadi 10 siswa atau sekitar 42% dan pada perbaikan pembelajaran siklus II meningkat menjadi 22 siswa atau sekitar 92%. Dan proses perbaikan dicukupkan pada siklus II. Apabila hasil perolehan data tersebut disajikan dalam bentuk table dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar

No

Ketutasan

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Jum lah

%

Jum lah

%

Jum lah

%

1.

Tuntas

8

33

10

42

22

92

2.

Belum Tuntas

16

67

14

58

2

8

Dengan melihat data diatas dapat diuraikan sebagai berikut: a). Sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang tuntas hanya 8 siswa dari 24 siswa atau sama dengan 33%. b). Pada siklus I, siswa yang tuntas mencapai 10 siswa dari 24 siswa atau sama dengan 42%. c). Pada siklus II, siswa yang tuntas mencapai 22 siswa dari 24 siswa atau sama dengan 92%. Sedangkan siswa yang belum tuntas sebagai berikut: a). Sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang belum tuntas 16 siswa dari 24 siswa atau sama dengan 67%. b). Pada siklus I, siswa yang belum tuntas mencapai 14 siswa dari 24 siswa atau sama dengan 58%. c). Pada siklus II, siswa yang belum tuntas mencapai 2 siswa dari 24 siswa atau sama dengan 8%.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pra siklus, siklus I dan siklus II terbukti bahwa pembelajaran matematika memerlukan kompetensi yang tinggi dari seorang guru, banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pembelajaran. Dari beberapa kajian teori mengenai pembelajaran, yang paling menentukan adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran itu meliputi cara memilih strategi, metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran.

Siklus I

Pembelajaran pada siklus I masih banyak hal-hal yang belum dilaksanakan oleh guru secara optimal seperti penggunaan metode dan alat peraga sehingga tingkat pemahaman siswa terhadap materi ajar masih rendah. Pelaksanaan model pembela-jaran ari masih kurang menarik minat siswa dalam menyelesaikan tugas sehingga siswa tampak ragu-ragu dalam menyelesaikan tugas. Hasil analisis penilaian menunjukkan masih rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Dari 24 siswa yang mendapat nilai tuntas baru 13 siswa dan 11 siswa belum mencapai ketuntasan, nilai rata-rata 60,52, dengan demikian penulis merencanakan perbaikan pembelajaran siklus II.

Siklus II

Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II peneliti merancang pembelajaran dengan persiapan yang lebih matang. Analisis penilaian menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada siklus I. Keberhasilan pembelajaran ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran guru menggunakan alat peraga secara efektif disertai penjelasan penggunaan metode inkuiri dan metode penunjang berupa metode pemberian tugas, sehingga dengan tugas yang dirancang akan memperjelas informasi guru. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas kelompok akan meningkatkan pemahaman terhadap materi pembelajaran. Dengan demikian seperti yang dikemukakan pada kajian teori bahwa pembelajaran akan menyenangkan apabila dalam proses guru terampil dalam memilih dan menentukan metode dan media pembelajaran yang disesuaikan dengan materi ajar. Sebagai bukti bahwa pembelajaran itu berhasil adalah adanya hasil evaluasi yang mencapai nilai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan. Pada pembelajaran matematika ini siswa yang tuntas ada 20 siwa dari 24 siswa. Nilai rata-rata kelas mencapai 83,33. Hal ini terbukti dari perolehan tes formatif yang dilaksanakan guru setelah proses pembelajaran selesai.

Kesimpulan

Kesimpulan Secara Teoritik. Berdasarkan kajian teori maka kesimpulan secara teoritik dapat dirumuskan sebagai berikut: Melalui pendekatan kooperatif model STAD dapat ditingkatkan prestasi belajar matematika bagi siswa kelas V SDN Kecandran 01 Salatiga pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Kesimpulan Secara Empirik. Dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD pembelajaran Matematika simetri lipat dan simetri putar dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa kelas V SD Negeri Kecandran 01 Salatiga pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 terbukti nilai rata-rata pada tes awal sebelum dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD 40. 41, dan nilai rata-rata pada siklus 1, 60. 62, dan nilai rata-tara pada siklus 2 meningkat menjadi 79. 37.

Implikasi Penelitian

Implikasi dari penelitian tindakan kelas ini adalah: 1). Meningkatkan prestasi belajar matetatika siswa kelas V SD N Kecandran 01 Salatiga, pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. 2). Meningkatkan ketrampilan guru dalam mengguna-kan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD di kelas V SDN Kecandran 01 Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.

SARAN-SARAN

Berdasarkan pengalaman selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas di kelas V SD N Kecandran 01 salatiga pada semester 2 ini, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi guru, khususnya guru yang mengajar matematika SD Negeri Kecandran 01 Salatiga: a). Hendaknya dapat diterapkan pendekatan kooperatif model STAD dan metode lain yang relevan dalam pembelajaran, untuk lebih memahami akan kekurangan yang ada pada diri siswa itu sendiri. Karena dengan diterapkanya Pembela-jaran kooperatif model STAD siswa akan termotifasi oleh teman dan berani bertanya dari hal-hal yang belum diketahui/dipahami. b). Dalam pembelajara dengan pendekatan kooperatif guru harus selalu mengadakan pengawasan dan memonetor kegiatan didalam pembelajaran. agar dapat mencapai tujuan seperti apa yang diinginkan.

2. Bagi siswa, dengan menggunakan pembelajaran kooperatif lebih meningkatkan penguasaan siswa terhadap mata pelajaran matematika dan ketrampilan sosial mengingat masyarakat kita majemuk.

3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian lanjutan pembelajaran kooperatif terhadap mata pelajaran selain matematika.

4. Bagi sekolah dapat menerapkan pembelajaran kooperatif untuk semua mata pelajaran pada pelaksana-kan kegiatan belajar mengajar, dan perlu dilengkapi dengan strategi pengajaran lain yang relevan.

DAFTAR PUSTAKA

Agung Iskandar. 2010. Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru, Jakarta: Bestari Buana Murni

Ahmadi. 2004. The impact of cooperative learning in teaching matematics. Primus, 10, 225-240.

Arikunto. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta.

Johnson & Johnson. 2004 structuring cooperate Learning: The Method of lesson plans for teacher. Edina, MN: Interaction.

Kagan, 2003 Cooperative Learning, A Source book of Lesson Plans for Teachers Education’s. Singapore: SEAMEO Regional Language Center.

Lie, Anita 2002. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta.

Slameto, 2002. Belajar dari factor-faktor yang mempe ngaruhinya. Jakarta: Rineksa Cipta.

Slavin, Robert E. 2005 Cooperative Learning Theory, Research, and Practice The United States of Amirica.

Suhardjono, 2009. Pertanyaan dan Jawaban di Sekitar Penelitian Tindakan Kelas dan Tindakan Sekolah, Penerbit Cakrawala Indonesia (LP3 Universitas Negeri Malang)

Zaenal. 2007. Evaluasi intruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja Rasda Karya.