Membentuk Perilaku Sosial Positif
MEMBENTUK PERILAKU SOSIAL POSITIF
Nova Ristya W. P.
SMK Negeri 1 Purbalingga
ABSTRAK
Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatia terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai control sosial. Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam-macam obyek sosial dan nonsosial. Perilaku sosial positif merupakan sikap seseorang yang dilakukan atas kemauan sendiri dengan tujuan untuk kebaikan orang lain. Ciri orang yang memiliki perilaku sosial antara lain: meniru, sikap ramah, kerjasama, simpati, empati, kemurahan hari, kelekatan. Perilaku sosial positif terbentuk akibat adanya interaksi sosial antar individu yang mengakibatkan hubungan timbal balik, salah satu metode yang digunakan dalam meningkatkan perilaku sosial positif adalah dengan menggunakan permainan karena dengan permainan tercipta suasana yang santai dan menyenangkan yang akan dapat mempermudah dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, merencanakan sesuatu dan berkomunikasi dengan baikdalam arti memperkuat kepribadian
Kata Kunci: Perilaku Sosial, Pembentukan Perilaku Sosial
Pendahuluan
Salah satu tugas perkembangan yang paling kompleks pada masa remaja adalah penyesuaian sosial. Penyesuaian ini harus dilakukan terhadap jenis kelamin yang berlainan dalam suatu relasi yang sebelumnya tidak pernah ada dan terhadap orang dewasa diluar keluarga dan lingkungan sekolah. Saat ini anak remaja paling banyak menghabiskan waktu mereka di luar rumah bersama dengan teman sebaya mereka, sehingga bisa dipahami apabila teman sebaya sangat berpengaruh terhadap sikap, cara bicara, minat, penampilan, dan perilaku remaja.
Perilaku sosial adalah aktivitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam rangka memenuhi diri atau orang lain yang sesuai dengan tuntutan sosial. (Hurlock, 1995:262).
Perilaku sosial merupakan perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatii terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai control sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka piñatalaksana yang holistic dan komprehensif.
Konsep dasar dari teori ini adalah penguat/ganjaran (reward). Teori ini lebih menitikberatkan pada tingkah laku actor dan lingkungan. Asumsinya, manusia pada dasarnya tidak mencari keuntungan maksimal, tapi senantiasa ingin mendapatkan keuntungan dari interaksi tersebut. Manusia tidak bertindak rasional sepenuhnya, tapi senantiasa berpikir untung rugi pada saat berinteraksi. Walaupun manusia tidak memiliki informasi yang cukup untuk mengembangkan alternatif, tapi dapat menggunakan informasi yang terbatas tersebut untuk mengembangkan alternative guna memperhitungkan untung rugi. Manusia terbatas, tapi dapat berkompetisi untuk mendapat keuntungan. Walaupun manusia senantiasa berusaha mendapat keuntungan dari hasi interaksi, tapi mereka dibatasi oleh sumber-sumber yang tersedia. Manusia berusaha memperoleh wujud materi, tapi mereka melibatkan dan menghasilkan sesuatu yang nonmateri (benci, suka, dll).
Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam-macam obyek sosial dan nonsoial. Pokok persoalan sosiologi menurut paradigm ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan factor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam factor lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku. Bagi paradigm perilaku sosial, individu kurang sekali memiliki kebebasan. Tanggapan yang diberikannya ditentukan oleh sifat dasar stimulus yang datang dari luar dirinya. Jadi, tingkah laku manusia lebih bersifat mekanik.
Perilaku sosial positif dapat terjadi apabila remaja tersebut memiliki kesadaran yang tinggi. Upaya persuasif, preventif, maupun kuratif sangatlah diperlukan dalam pola pembentukan perilaku remaja yang ideal, sehingga perilaku yang kurang baik dapat terkendali. Pemberian dukungan bagi terciptanya perilaku sosial yang positif dapat mendorong remaja usia sekolah untuk dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan agar menjauhi perilaku yang dilarang oleh sekolah, sehingga remaja tersebut belajar hidup dengan kebiasaan- kebiasaan yang baik bagi mereka dan lingkungannya.
Perubahan dalam perilaku sosial terlihat dengan adanya perubahan dalam sikap dan perilaku dalam relasi heteroseksual, mereka yang tadinya tidak menyukai keterlibatan lawan jenis menjadi menyukai pertemanan dengan lawan jenis. Secara umum dapat dikatakan bahwa minat terhadap lawan jenis meningkat. Selain itu, perubahan sosial yang terjadi dengan adanya nilai-nilai baru dalam memilih teman, dimana sekarang anak remaja lebih memilih yang memiliki minat dan nilai-nilai yang sama, bisa memahami dan membuat merasa aman, dapat dipercaya dan bisa diskusi mengenai hal-hal yang tidak bisa dibicarakan dengan guru atau orang tua.
Oleh karena itu, perilaku sosial positif merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu terutama untuk menjalin sosialisasi dengan lingkungan masyarakat di mana pun berada. Perilaku yang baik dan positif dapat terjadi apabila remaja tersebut memiliki kesadaran yang tinggi. Hal tersebut diperlukan dalam pola pembentukan perilaku remaja yang ideal, sehingga perilaku yang kurang baik dapat terkendali.
Perilaku Sosial Positif
Pengertian Perilaku Sosial Positif
Perilaku sosial digolongkan menjadi dua yaitu perilaku sosial positif dan perilaku sosial negative. Perilaku sosial yang baik (positif) disebut sebagai perilaku prososial. Sedangkan perilaku sosial yang buruk (negatif) disebut sebagai perilaku antisosial (Kusuma, 2003: para.5).
Menurut Wispe (dalam Mulyana dan Ibrahim, 1997: 146), perilaku prososial merupakan suatu bentuk perilaku yang memiliki konsekuensi sosial yang positif. Beberapa perilaku yang tercakup dalam definisi ini antara lain, tidak mementingkan diri sendiri, menolong, pemakaian bersama, kehangatan, bekerjasama, empati, memuji, menasihati, penyesalan, dan kesopanan. Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku antisosial menurut Bandura (dalam Mulyana dan Ibrahim, 1997: 146), merupakan suatu perilaku yang tidak hanya mengakibatkan luka atau perusakan secara fisik, tetapi juga mencakup psikologis. Misalnya perilaku yang mengakibatkan luka atau perusakan secara kasar.
Sikap prososial menurut William (Syafriman dan Yapsir Gandi Wirawan, www.depsos.go.id) adalah tingkah laku seseorang yang bermaksud merubah keadaan psikis atau fisik penerima sedemikian rupa, sehingga si penolong akan merasa bahwa si penerima menjadi lebih sejahtera atau puas secara material ataupun psikologis. Pengertian tersebut menekankan pada maksud dari perilaku untuk menciptakan kesejahteraan fisik maupun psikis.
Dengan demikian perilaku sosial positif merupakan sikap seseorang yang dilakukan atas kemauan sendiri dengan tujuan untuk kebaikan orang lain.
Ciri-Ciri Perilaku Sosial Positif
Menurut Hurlock (1991: 262), ciri-ciri perilaku sosial positif pada umumnya terjadi antara lain:
Meniru
Individu akan meniru sikap dan perilaku orang yang dia kagumi. Dengan meniru seseorang yang diterima baik oleh kelompok sosial, individu akan mengembangkan sifat yang menambah penerimaan kelompok terhadap diri mereka. Dengan catatan sikap dan perilaku yang ditiru oleh individu di sini adalah sikap dan perilaku yang positif.
Contoh perilaku meniru siswa di sekolah antara lain mencontoh gaya belajar teman yang mendapat juara satu di kelas sehingga akan mendapat prestasi belajar yang sama, meniru perilaku teman-teman yang positif dan tidak melanggar norma yang ada.
Sikap Ramah
Ramah tamah tidaklah berarti bahwa kita harus kehilangan kepribadian kita ataupun tidak tegas dalam menentukan sesuatu keputusan. Ramah, merupakan watak dan budaya bangsa Indonesia pada umumnya, yang selalu menghormati tamunya dan dapat menjadi tuan rumah yang baik.
Hurlock (1991: 262) menyatakan bahwa individu akan memperlihatkan sikap ramah melalui kesediaan melakukan sesuatu untuk atau bersama orang lain dengan mengekspresikan kasih sayang kepada mereka.
Contoh perilaku ramah dari siswa di sekolah antara lain berkata sopan kepada siapapun baik guru maupun teman, mengetuk pintu serta mengucapkan salam saat akan masuk ruang guru, mengucapkan permisi saat lewat di depan orang.
Kerja Sama
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat dipisahkan dari komunitasnya dan setiap orang di dunia ini tidak ada yang dapat berdiri sendiri melakukan segala aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya, tanpa bantuan orang lain. Secara alamiah, manusia melakukan interaksi dengan lingkungannya, baik sesama manusia maupun dengan makhluk hidup lainnya.
Begitupun Anda, dalam aktivitas usahanya setiap orang selalu membutuhkan kehadiran dan peran orang lain. Tidak seorang pengusaha atau wirausaha yang sukses karena hasil kerja atau usahanya sendiri. Karena dalam kesuksesan usahanya, pasti ada peran orang atau pihak lain. Oleh karena itu, salah satu kunci sukses usaha adalah sukses dalam kerja sama usaha. Kerja sama pada intinya menunjukkan adanya kesepakatan antara dua orang atau lebih yang saling menguntungkan, sebagaimana dua pengertian kerja sama di bawah ini.
Moh. Jafar Hafsah menyebut kerja sama ini dengan istilah “kemitraan”, yang artinya adalah “suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.”
Dari pengertian kerja sama di atas, maka ada beberapa aspek yang terkandung dalam kerja sama, yaitu dua orang atau lebih, artinya kerja sama akan ada kalau ada minimal dua orang/pihak yang melakukan kesepakatan. Oleh karena itu, sukses tidaknya kerjasama tersebut ditentukan oleh peran dari kedua orang atau kedua pihak yang bekerja sama tersebut.
Aktivitas, menunjukkan bahwa kerja sama terjadi karena adanya aktivitas yang dikehendaki bersama, sebagai alat untuk mencapai tujuan dan ini membutuhkan strategi (bisnis/usaha). Tujuan/target, merupakan aspek yang menjadi sasaran dari kerja sama usaha tersebut, biasanya adalah keuntungan baik secara financial maupun nonfinansial yang dirasakan atau diterima oleh kedua pihak. Jangka waktu tertentu, menunjukkan bahwa kerjasama tersebut dibatasi oleh waktu, artinya ada kesepakatan kedua pihak kapan kerja sama itu berakhir. Dalam hal ini, tentu saja setelah tujuan atau target yang dikehendaki telah tercapai.
Hurlock (1991: 250) menyatakan bahwa kegiatan kooperatif dan kegiatan kelompok mulai berkembang dan meningkat baik dalam frekuensi maupun lamanya berlangsung, bersamaan dengan meningkatnya kesempatan untuk bersama dengan teman yang lain.
Kegiatan di atas akan menumbuhkan perilaku suka bekerja sama dengan teman dan sesame yang akhirnya akan menjadi kepribadian yang akan diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh kerjasama dari siswa di lingkungan sekolah antara lain membantu teman mendirikan tenda saat kegiatan pramuka, membantu teman yang kurang paham pada pelajaran dengan belajar bersama, membersihkan lingkungan sekolah bersama-sama sehingga akan terasa ringan.
Simpati
Dalam simpati, perasaan memegang peranan penting. Simpati akan berlangsung apabila terdapat pengertian pada kedua belah pihak Simpati lebih banyak terlihat dalam hubungan persahabatan, hubungan bertetangga, atau hubungan pekerjaan.
Seseorang merasa simpati dari pada orang lain karena sikap, penampilan, wibawa, atau perbuatannya. Misalnya, mengucapkan selamat ulang tahun pada hari ulang tahun merupakan wujud rasa simpati seseorang.
Semakin banyak kontak dengan teman, semakin cepat simpati akan berkembang, karena simpati membutuhkan pengertian tentang perasaan- perasaan dan emosi orang lain. Simpati sangat dibutuhkan individu dalam bergaul dengan orang lain.
Contoh perilaku simpati dari siswa antara lain mencari tahu tentang keadaan teman saat salah satu temannya tidak masuk sekolah tanpa kabar, membantu teman mencarikan barangnya yang hilang di kelas, mengajak teman yang sakit saat di sekolah untuk dibawa ke dokter, menghargai pendapat teman yang lain walaupun berbada pendapat dengan kita.
Empati
Menurut Aryatmi Siswohardjono (1991: 195) empati dapat berupa kemampuan mendengarkan orang lain, kemampuan memahami, kemampuan menerima dan menyampaikan pemahaman, ikut merasakan apa yang dialami oleh orang lain.
Contoh perilaku empati siswa antara lain ikut merasa senang jika temannya menjadi juara kelas, menghibur teman yang sedang bersedih, memberikan selamat kepada teman yang meraih juara pada perlombaan, ikut menjenguk orang tua teman yang dirawat di rumah sakit.
Kemurahan Hati
Kemurahan hati yang diwujudkan dalam perilaku dalam kegiatan sehari-hari adalah peduli terhadap orang lain dan sikap mau menolong. Peduli (tanggap) berarti mau memikirkan orang lain, menghiraukan atau memperhatikan kepada orang lain dan berusaha untuk ikut mengatasinya. Sehingga akan membantu memperingan beban atau penderitaan orang lain (Imron, 2003: 25).
Contoh perilaku murah hati siswa di sekolah antara lain selalu siap membantu teman yang membutuhkan pertolongan, menata kursi kelas yang berantakan, membantu mencarikan bengkel saat ban motor temannya bocor, ikut membantu teman menghias ruang kelas agar terlihat lebih indah, menengahi taman-teman yang berselisih pendapat saat ada diskusi kelompok.
Berbagi
Dalam kehidupan sehari-hari individu selalu berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya. Dengan demikian banyak pula peristiwa-peristiwa yang dialami individu dalam kehidupannya. Dengan pengalaman yang terus bertambah kian hari tentulah akan berkembang pula pengetahuan sosial yang didapatnya sehingga akan mempengaruhi perilaku sosialnya.
Hurlock (1991: 118) menyatakan bahwa dari pengalaman bersama orang-orang lain, individu mengetahui bahwa salah satu cara untuk memperoleh persetujuan sosial adalah dengan membagi miliknya terutama yang dibutuhkan oleh temannya. Lambat laun sifat mementingkan diri sendiri berubah menjadi sifat murah hati.
Dalam kehidupan belajar di sekolah, siswa diarahkan untuk bersikap dan berlaku saling menghargai, saling menghormati antar sesama sehingga masing-masing punya tanggung jawab sosial kepada orang lain yang akan menumbuhkan sikap suka berbagi kepada teman, kepada sesama sesuai dengan kemampuan kognisi dan rasa kebersamaannya.
Contoh perilaku berbagi siswa antara lain membantu mengumpulkan baju bekas untuk disumbangkan korban bencana alam, meminjamkan buku pada teman yang sedang membutuhkannya, meminjamkan uang pada teman yang sedang benar-benar membtuhkannya, tidak mengharapkan balasan atas bantuan yang diberikan pada teman.
Perilaku Kelekatan (Attachment Behavior)
Individu yang memperoleh kepuasan dari hubungan yang hangat dan erat dengan orang lain, berangsur-angsur memberikan kasih sayang kepada orang di luar seperti teman, atau benda mati seperti kegemarannya. Benda- benda ini disebut objek kesayangan (Hurlock, 1991: 118).
Contoh perilaku kelekatan (attachment behavior) siswa antara lain menyambut teman yang baru dengan gembira, mau memaafkan kesalahan yang dibuat oleh teman, meminta maaf terlebih dahulu jika sedang berselisih dengan teman, tidak membenci teman yang sudah merusak barang yang kita suka, menjaga baik-baik persahabatan dengan teman-teman.
Struktur dan Pembentukan Perilaku Sosial Positif
Perilaku sosial positif tidak tersusun dan terjadi dengan sendirinya, melainkan ada struktur yang menunjang dan ada proses untuk pembentukannya. Di bawah ini akan dijelaskan bagaimana struktur dan pembentukan perilaku sosial positif.
Struktur Perilaku Sosial Positif
Struktur perilaku sosial positif tersusun atas tiga komponen yang ada pada sikap umumnya yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Seperti yang dijelaskan oleh Azwar (2000: 23-27) “bahwa struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif”.
Berdasarkan struktur perilaku sosial positif yang sudah disebutkan, maka akan diuraikan mengenai komponen-komponen penunjang perilaku sosial positif.
Komponen Kognitif
Secara umum komponen kognitif berkaitan dengan pengetahuan atau kepercayaan seseorang terhadap suatu hal, seperti pendapat Azwar (2000: 24-25) “bahwa komponen kognitif berisi kepercayaan orang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap”.
Kepercayaan individu terhadap suatu objek tidak akan lepas dari pengetahuan yang telah dimiliki individu terhadap objek tersebut. Dengan pengetahuan yang dimiliki individu akan diolah dan dibentuk menjadi sebuah ide atau pandangan mengenai karakteristik suatu objek.
Komponen Afektif
Komponen afektif berisi tentang segala perasaan yang ada pada diri individu, menurut Azwar (2000: 26-27) “komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimilki terhadap sesuatu”.
Perasaan seseorang terhadap suatu hal akan terbentuk bila individu tersebut mempunyai kepercayaan terhadap objek tersebut sebelumnya baik tentang kebenaran maupun apa yang berlaku terhadap objek sikap tersebut.
Komponen Konatif
Komponen konatif bias diartikan sebagai perilaku atau predisposisi dari perilaku seseorang terhadap suatu objek. Seperti pendapat Azwar (2000: 27-28) “bahwa komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya”.
Kecenderungan berperilaku seseorang akan terbantuk bila orang tersebut sudah mampu mempercayai dan mampu merasakan objek sikap yang dihadapinya. Jadi bias dikatakan factor kepercayaan dan perasaan seseorang terhadap sutau objek sikap mempengaruhi kecenderungan orang tersebut untuk berperilaku.
Pembentukan Perilaku Sosial Positif
Perilaku individu terbentuk ketika individu melakukan interaksi dengan suatu objek baik dengan lingkungannya maupun dengan individu lainnya. Interaksi tersebut akan mengakibatkan hubungan timbal balik yang bisa mempengaruhi pola pikir masing-masing individu, sehingga akan berdampak pada perilaku yang dihasilkan masing-masing akibat hubungan timbal balik tadi.
Jadi perilaku sosial positif terbentuk akibat adanya interaksi sosial antar individu yang mengakibatkan hubungan timbal balik. Hubungan itu berpengaruh pada kepercayaan dan perasaan masing-masing individu yang akan menghasilkan perilaku masing-masing individu. Dalam hal ini perilaku sosial positif dibatasi pada hal-hal yang positif karena harus sesuai dan dikehendaki oleh masyarakat yaitu harus sesuai nilai dan norma yang berlaku.
Game atau permainan merupakan metode yang sesuai untuk belajar keterampilan sosial, karena dengan permainan diciptakan suasana yang santai dan menyenangkan, dengan suasana yang santai dan menyenangkan tersebut maka akan dapat mempermudah dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, merencanakan sesuatu dan berkomunikasi dengan baikdalam arti memperkuat kepribadian.
Adapun game yang akan di gunakan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:
Game ”Nama berderet”
Tujuan game ini adalah untuk mengakrabkan antar anggota kelompok, cara memainkan siswa duduk melingkar lalu anak ke 1 menyebut namanya, sendiri, anak ke 2 menyebut nama anak ke 1 dan namanya sendiri, anak ke 3 menyebut nama anak ke 1, 2 dan nama sendiri dan seterusnya sampai semua anak hafal nama anggota kelompok.
Game ”Kata Berkait”
Alat yang di perlukan kertas dan alat tulis, tujuannya merangkai kata menjadi kalimat yang lucu , Cara memainkannya: semua peserta dibagi kertas, kemudian konselor meminta peserta menulis nama salah satu anggota kelompok, kertas dilipat dua kali dan di putar, kemudian konselor meminta konseli menulis kata kerja, kertas dilipat dan di putar lagi, konselor meminta konseli menulis nama benda, kerta dilipat dan di putar lagi terakhir konselor meminta konseli menulis nama tempat dan kertas di lipat dan di putar lagi. Setelah itu konseli diminta membaca. Maka kata yang tertulis dalam kertas mungkin akan berbunyi seperti ini: Anton – mencangkul — gajah – di atas genteng.
Game ”Kata Konselor”
Tujuan game ini adalah melatih otak kanan konseli, juga melatih konsentrasi. Cara memainkannya konselor memberikan perintah pada konseli, jika perintahnya didahului ”kata Konselor” maka wajib di laksanakan tetapi jika perintahnya tidak di dahului ”kata Konselor” tidak boleh di laksanakan.
Game ” Pesan berantai”
Game ini bertujuan untuk melatih anak berkomunikasi dengan baik, bisa mendengar pesan dan menyampaikan pesan dengan baik. Cara memainkannya anak konseli duduk berjajar setengah melingkar, lalu konselor menyampaikan pesan berupa kalimat yang agak panjang apa orang yang duduk paling ujung, selanjutnya secara bergantian konseli menyampaikan pesan secara berantai. Setelah semua menerima pesan maka konseli diminta menulis dan membacakan pesan, maka akan kelihatan siapa penyampai dan penerima pesan dengan baik.
Game ” Coba Tebak ”
Tujuan game ini melatih siswa memperagakan sesuatu, membaca bahasa isyarat dan melakukan komunikasi dengan cara terbatas. Cara memainkanya yaitu: Konselor meminta 2 konseli maju kemudian konselor menunjukan kata pada satu orang dan di suruh memperagakan, lalu 1 orang di minta menebak berdasarkan peragaan.
Game ” Strip Three”
Tujuan game ini untuk melatih konsentrasi, cara memainkannya siswa duduk melingkar, konselor menunjuk salah satu siswa untuk berhitung 1, kemudian teman di sebelahnya menyebut 2 dan teman disebelahnya lagi mengganti angkat 3 dengan bunyi ”dor”, dan seterusnya setiap angka kelipatan 3 diganti kata ”dor”
Game ” Membuat menara dari gelas aqua”
Game ini bertujuan untuk melatih kerjasama kelompok, taat pada satu pimpinan, kerja serius dan konsentrasi. Alat yang digunakan 20 gelas bekas aqua dan karet gelang 10 untuk 2 kelompok. Masing-masing kelompok berlomba untuk bisa membuat menara lebih cepat dari kelompok lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2000. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Gerungan. 2000. Psikologi Sosial. Bandung: P.T. Eresco.
Hurlock, B. Elizabeth. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga, Gelora Aksa Pratama.
. 1991. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
. 1995. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Ibrahim, Y. (2003). Menumbuhkan Rasa Empati pada Anak-Anak. Jurnal Ilmu Pendidikan. 1, 61-68.
Walgito, Bimo. 1990. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.