MENGANALIS DATA BERDASARKAN NILAI RATA-RATA

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

DI SMP NEGERI 1 SURUH KABUPATEN SEMARANG

 

Murtinah

SMP Negeri 1 Suruh Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Pembelajaran matematika merupakan proses yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan peserta didik melaksanakan kegiatan belajar matematika, sehingga pemahaman konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dapat dipelajari dengan baik oleh peserta didik. Untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, peserta didik harus dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran berbasis masalah (PBL). Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning yang berorientasi HOTS terbukti dapat meningkatkan kemampuan pengetahuan, berpikir kritis, dan pemecahan masalah pada siswa. Dengan pelaksanaan pembelajaran yang sistematis dan cermat, pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning juga meningkatkan kemampuan literasi, dan kecakapan abad 21.

Kata kunci: nilai rata-rata, analisis data, PBL

 

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran matematika merupakan proses yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan peserta didik melaksanakan kegiatan belajar matematika, sehingga pemahaman konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dapat dipelajari dengan baik oleh peserta didik.

Dalam praktik pembelajaran Kurikulum 2013 yang penulis lakukan selama ini, penulis menggunakan buku siswa dan buku guru. Penulis meyakini bahwa buku tersebut sudah sesuai dan baik digunakan di kelas karena diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ternyata, dalam praktiknya, penulis mengalami beberapa kesulitan seperti materi dan tugas tidak sesuai dengan latar belakang peserta didik. Selain itu, penulis masih berfokus pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi. Dengan demikian proses berpikir peserta didik masih dalam level C1 (mengingat), C2 (memahami), dan C3 (aplikasi). Penulis hampir tidak pernah melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS). Penulis juga jarang menggunakan media pembelajaran. Dampaknya, suasana pembelajaran di kelas kaku dan peserta didik tampak tidak ceria. Pemberian ice breaking yang selama ini belum terpikirkan oleh penulis ternyata sangat bermanfaat untuk meningkatkan semangat peserta didik yang mulai menurun setelah pembelajaran berjalan sekian waktu. Ice breaking juga dapat mengembalikan keceriaan dan konsentrasi peserta didik dalam belajar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peserta didik diperoleh informasi bahwa:

(a) siswa malas mengikuti pembelajaran yang banyak dilakukan guru dengan cara ceramah

(b) selain ceramah, metode yang selalu dilakukan guru adalah penugasan atau Pekerjaan Rumah (PR). Sebagian peserta didik mengaku jenuh dengan tugas-tugas yang hanya bersifat teoritis. Tinggal menyalin dari buku teks atau mencontoh temanya.

Untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, peserta didik harus dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning/PBL. PBL merupakan model pembelajaran yang mengedepankan strategi pembelajaran dengan menggunakan masalah dari dunia nyata sebagai konteks siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi yang dipelajarinya. Dalam PBL siswa dituntut untuk mampu memecahkan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual). Dengan kata lain, PBL membelajarkan peserta didik untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mencari dan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Setelah melaksanakan pembelajaran matematika dengan model PBL, penulis menemukan bahwa proses dan hasil belajar peserta didik meningkat. Lebih bagus dibandingkan pembelajaran sebelumnya. Ketika model PBL ini diterapkan pada kelas VIII yang lain ternyata proses dan hasil belajar peserta didik sama baiknya. Praktik pembelajaran PBL yang berhasil baik ini penulis simpulkan sebagai sebuah best practice (praktik baik) pembelajaran berorientasi HOTS dengan model PBL.

PELAKSANAAN KEGIATAN

  1. Tujuan dan Sasaran

Tujuan penulisan best practice ini adalah untuk mendeskripsikan best practice penulis dalam menerapkan pembelajaran berorientasi higher order thiking skills (HOTS).

Sasaran pelaksanaan best practice ini adalah siswa kelas VIIIB Semester 2Tahun Pelajaran 2019/2020 di SMP Negeri 1 Suruh sebanyak 31 anak.

  1. Bahan/Materi Kegiatan

Bahan yang digunakan dalam best practice pembelajaran ini adalah materi kelas VIII Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020 pada Materi Pokok Mean Data, dengan rincian KD sebagai berikut:

3.10   Menganalisis data berdasarkan distribusi data, nilai rata-rata, median, modus dan sebaran data untuk mengambil kesimpulan, membuat keputusan dan membuat prediksi.

4.10   Menyajikan dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan distribusi data, nilai rata-rata, median, modus dan sebaran data untuk mengambil kesimpulan, membuat keputusan dan membuat prediksi.

  1. Metode/Cara Melaksanakan Kegiatan

Cara yang digunakan dalam pelaksanaan best practice ini adalah menerapkan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran problem based learning (PBL).

Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan best practice yang telah dilakukan penulis.

  1. Pemetaan KD

Kompetensi Dasar pada kegiatan ini adalah sebagai berikut:

3.10   Menganalisis data berdasarkan distribusi data, nilai rata-rata, median, modus dan sebaran data untuk mengambil kesimpulan, membuat keputusan dan membuat prediksi.

4.10   Menyajikan dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan distribusi data, nilai rata-rata, median, modus dan sebaran data untuk mengambil kesimpulan, membuat keputusan dan membuat prediksi.

  1. Perumusan Indikator Pencapaian Kompetesi

IPK Kunci:

3.10.2. Menganalisis data berdasarkan nilai rata-rata untuk mengambil kesimpulan, membuat keputusan dan membuat prediksi

4.10.1.  Menyajikan   Menyajikan dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan distribusi data, nilai rata-rata, median, modus dan sebaran data untuk mengambil kesimpulan, membuat keputusan dan membuat prediksi.

  1. Pemilihan Model Pembelajaran

Model pembelajaran yang dipilih adalah problem based learning (PBL).

  1. Merencanakan kegiatan Pembelajaran sesuai dengan Model Pembelajaran. Pengembangan desain pembelajaran dilakukan dengan merinci kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan sintak PBL.
  2. Penyusunan Perangkat Pembelajaran

Berdasarkan hasil kerja 1 hingga 4 di atas kemudian disusun perangkat pembelajaran meliputi RPP, bahan ajar, LKPD, dan instrumen penilaian. RPP disusun dengan mengintegrasikan kegiatan literasi, penguatan pendidikan karakter (PPK), dan kecakapan abad 21.

  1. Waktu dan Tenpat Kegiatan

Best Practice ini dilaksanakan pada tanggal 4 Desember Tahun 2019 bertempat di kelas VIIIB SMP Negeri 1 Suruh.

HASIL KEGIATAN

Hasil

Hasil yang dapat diilaporkan dari best practice ini diuraikan sebagai berikut.

  1. Proses pembelajaran matematika yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran PBL berlangsung aktif. Peserta didik menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Aktifitas pembelajaran yang dirancang sesuai sintak PBL megharuskan siswa aktif selama proses pembelajaran.
  2. Pembelajaran matematika yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran PBL meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer knowledge. Setelah membaca dan mendiskusikan cara menentukan nilai rata-rata melalui LKPD, peserta didik akan terlibat langsung proses menentukan nilai rata-rata dan peserta didik aktif bertanya, diskusi dan juga menulis. Dan semua itu dilakukan dengan senang dan gembira, semua peserta didik dalam kelompok aktif dan kreatif. Setelah selesai, peserta didik juga terlati untuk presentasi dari hasil diskusi kelompoknya serta kelompok yang lain menanggapi dengan aktif.
  3. Penerapan model pembelajaran PBL meningkatkan kemampuan peserta untuk berpikir kritis. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi peserta didik untuk bertanya dan menanggapi masalah yang dibahas dalam pembelajaran khususnya saat presentasi. Dalam pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis tanpa berorientasi HOTS suasana kelas cenderung sepi dan serius. Peserta didik cenderung bekerja sendiri-sendiri untuk berlomba menyelesaikan tugas yang diberikan guru atau bagi anak yang malas mengerjakan sendiri cenderung menyontek pekerjaan temannya. Fokus guru adalah bagaimana peserta didik dapat menyelesikan soal yang disajikan; kurang peduli pada proses berpikir siswa. Tak hanya itu, materi pembelajaran yang selama ini selalu disajikan dengan pola deduktif (diawali dengan ceramah teori tentang materi yang dipelajari, pemberian tugas, dan pembahasan), membuat peserta didik cenderung menghapalkan teori. Pengetahuan yang diperoleh siswa adalah apa yang diajarkan oleh guru. Berbeda kondisinya dengan praktik baik pembelajaran matematika berorientasi HOTS dengan menerapkan PBL ini. Dalam pembelajaran ini pemahaman siswa tentang menentukan luas tabung melalui sarana LKPD dan diskusi yang meuntut kemampuan siswa untuk berpikir kritis.
  4. Penerapan model pembelajaran PBL juga meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (problem solving). PBL yang diterapkan dengan menyajikan permasalahan atau contoh kontekstual mampu mendorong peserta didik merumuskan pemecahan masalah. Sebelum menerapkan PBL, penulis melaksanakan pembelajaran sesuai dengan buku guru dan buku siswa. Meskipun permasalahan yang disajikan dalam buku teks kadang kala kurang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa, tetap saja penulis gunakan. Jenis contoh yang digunakan juga hanya contoh dari buku teks. Dengan menerapkan PBL, peserta didik tak hanya belajar dari teks tulis, tetapi juga dari video serta diberi kesempatan terbuka untuk mencari data, materi dari sumber lainnya.

Masalah yang Dihadapi

Masalah yang dihadapi terutama adalah peserta didikbelum terbiasa belajar dengan model PBL. Dengan tujuan untuk mendapat nilai ulangan yang baik guru selalu mengguakan metode ceramah, siswa pun merasa lebih percaya diri menghadapi ulangan (penilaian) setelah mendapat penjelasan guru melalui ceramah.

Masalah lainnya adalah guru tidak mempunyai kompetensi yang memadai untuk membuat video pembelajaran. Padahal selain sebagai media pembelajaran,. Video juga merupakan bentuk teks audiovisual yang juga harus disajikan sesuai dengan rumusan KD.

 

 

Cara Mengatasi Masalah

Agar peserta didik yakin bahwa pembelajaran matematika dengan PBL dapat membantu mereka lebih menguasai materi pembelajaran, guru memberi penjelasan sekilas tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS). Pemahaman dan kesadaran akan pentingnya HOTS akan membuat peserta didik termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, kesadaran bahwa belajar bukan sekadar menghafal teori dan konsep akan membuat siswa mau belajar dengan HOTS.

Kekurangmampuan guru membuat video pembelajaran dapat diatasi dengan mengunduh video sesuai dengan KD yang akan dibelajarkan baik dari youtube maupun dari Rumah Belajar. Dengan demikian, selain menerapkan kegiatan literasi baca tulis, peserta didik juga dapat meningkatkan literasi digitalnya.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Simpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

  1. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learninglayak dijadikan best practicebaik pembelajaran berorientasi HOTS karena dapat meingkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan pemecahan masalah.
  2. Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara sistematis dan cermat, pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning yang dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad 21.

Rekomendasi

Berdasarkan hasil praktik baik pembelajaran tematik dengan model pembelajaran problem based learning (PBL), berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.

  1. Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan buku guru yang telah disediakan, tetapi berani melakukan inovasi pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan latar belakang peserta didik dan situasi dan kondisi sekolahnya. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan.
  2. Siswa diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam belajar, tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar dengan cara ini akan membantu siswa menguasai materi secara lebih mendalam dan lebih tahan lama (tidak mudah lupa).
  3. Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut melaksanakan pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif sekolah, seperti penyediaan sarana da prasarana yang memadai dan kesempatan bagi penulis utuk mendesiminasikan best practiceini akan menambah wawasan guru lain tentang pembelajaran HOTS.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Buku Siswa Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Buku Guru Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.