Mengoptimalkan Hasil Belajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Make a Match
MENGOPTIMALKAN HASIL BELAJAR PKn
MATERI SISTEM EMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA, DAN PROVINSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE a MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 KEDALON KEC. KALIKAJAR KAB. WONOSOBO SEMESTER I TAHUN 2017/2018
Suhardi
SD Negeri 1 Kedalon Kec. Kalikajar Kab. Wonosobo
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn materi sistem pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Kedalon Kecamatan Kalikajar Kabupaten wonosobo Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif dengan tehnik prosentase. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar mata pelajaran PKn materi sistem pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa dari rata-rata nilai pada data awal siswa 68 dan memiliki ketuntasan belajar sebesar 44,44%. Pada akhir siklus pertama nilai rata-rata siswa menjadi 79 dengan ketuntasan belajarnya menjadi 72,22% dan pada akhir siklus kedua nilai rata-rata siswa naik menjadi 89 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 100%. Selain dari meningkatnya hasil belajar siswa antusiasme dan motivasi siwa dalam mengikuti pembelajaranpun juga mengalami kenaikan.
Kata kunci: Hasil belajar Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
PENDAHULUAN
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (KKn) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1). Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, 2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat berbangsa dan bernegara serta anti korupsi, 3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter – karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa bangsa lainya, 4). Berinteraksi dengan bangsa – bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Permendiknas No 22 Tahun 2006: 271). Dari uraian tersebut terlihat bahwa Mata Pelajaran PKn sangat penting untuk dikuasai siswa, salah satu materi yang harus dikuasai siswa dengan baik adalah materi: Sistem pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi, begitu pentingnya materi tersebut maka peneliti menetapkan target ketuntasan belajar siswa padaa setiap materi mata pelajaran PKn sebesar 90% siswa tuntas dalam belajarnya dengan KKM sebesar 75.
Pada proses pembelajaran mata pelajaran PKn Kelas IV materi Sistem pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi yang penulis laksanakan, hasilnya tidak sesuai target pencapakaian ketuntasan belajar siswa yang peneliti tetapkan, karena dari 18 orang siswa yang mengikuti pembelajaran hanya 8 (44, 44%) orang siswa yang mencapai ketuntasan belajarnya dan selebihnya 10 (55, 56%) orang siswa belum tuntas atau belum mencapai nilai minimal sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Belajar yang telah ditentukan yaitu 75.
Dari hasil pengamatan dan wawancara penulis dengan siswa kelas IV ternyata selama kegiatan pembelajaran Sistem pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi berlangsung, siswa tidak antusias dan kurang tertarik terhadap pembelajaran yang peneliti lakukan. Tidak antusias dan kurang tertariknya siswa mengikuti proses pembelajaran karena model pembelajaran yang penulis lakukan tidak menggugah antusiasme dan ketertarikan siswa mengikuti pembelajaran, hal tersebut merupakan penyebab rendahnya hasil belajar siswa. Ini senada dengan pendapat Hamzah B Uno (2007: 17).yang mengatakan bahwa: Seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dapat ditunjukan oleh peserta didiknya.
Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagi berikut: (1) Bagaiana Model Pembelajaran kooperatif Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar sistem pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi pada siswa Kelas IV SD Negeri 1 Kedalon Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018 ? (2) Seberapa besar Model Pembelajaran kooperatif Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar sistem pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi pada siswa Kelas IV SD Negeri 1 Kedalon Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018 ?
Tujuan penelitian ini adalah: Meningkatkan hasil belajar sistem pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi pada siswa Kelas IV SD Negeri 1 Kedalon Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018.
KAJIAN PUSTAKA
Pendidikan Kewarganegaraan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Nasional No 26 Tahun 2006, bahwa Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Pembelajaran Kooperatif
Roger dalam Miftakhul Huda (2015: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan aktifitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok – kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajaranya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota – anggota yang lain. Sedang Slavin dalam (H. Isjoni, (2013: 14) mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok. H. Isjoni sendiri, (2013: 14) mengatakan: Pembelajaran kooperatif adalah suatu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis, merupkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuanya berbeda.
Model Pembelajaran Kooperatif Make a Match.
Menurut Rusman (2016: 223). Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match adalah model pembelajaran dengan bermain mencari pasangan sambil belajar mengenal suatu konsep atau topik, metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (Rusman, 2016: 223). Penerapan model ini dimulai dengan teknik yaitu: siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban / soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokan kartunya diberi poin.
Hasil Belajar
Menurut Purwanto (2010: 45) bahwa: Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Perubahan tingkah laku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar, pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan, hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikhomotorik. Banyak hal yang mempengaruhi hasil belajar, menurut Nana Sudjana (2005: 38) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.
Berdasarkan uraian diatas hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku individu yang mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar juga merupakan suatu perubahan tingkah laku dari belum bisa menjadi bisa dan dari yang belum tahu menjadi tahu. Hasil belajar pada penelitian ini menitikberatkan pada hasil belajar yang berupa kognitif. Hasil belajar kognitif dapat diukur melalui tes dan dapat dilihat dari nilai yang diperoleh. Dalam penelitian ini hasil belajar dikhususkan pada tingkat pengetahuan sampai tingkat analisis. Hasil belajar kognitif berkaitan dengan penguasaan materi yang telah diajarkan oleh guru selama proses pembelajaran yang diukur melalui tes hasil belajar. Dalam penelitian ini, hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) materi sistem pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif Make a Match. Nilai tersebut berupa angka yang menyangkut ranah kognitif.
Kerangka Berfikir
Beberapa komponen penting dalam proses kegiatan belajar mengajar antara lain: guru, media belajar, metode belajar, kurikulum/standar kompetensi dan lingkungan belajar, dimana ini merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan akan berpengaruh terhadap hasil belajar ssiswa. Model pembelajaran yang diterapkan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar sangat berpengaruh terhadap situasi dan kondisi proses kegiatan belajar mengajar. Menciptakan suasana proses kegiatan belajar mengajar yang dapat meningkatkan motivasi dan peran aktif sera menyenangkan siswa merupakan tugas guru dalam mencapai tujuan proses kegiatan belajar mengajar. Model yang digunakan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar akan berpengaruh terhadap minat dan motivasi serta peran aktif siswa dalam belajar, apabila minat dan motivasi serta peran aktif siswa rendah maka hasil belajar siswa rendah pula.
Salah satu proses kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif Make a Match. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif kreatif, kerjasama dan saling menghargai pendapat teman sejawat. Dengan kondisi siswa yang aktif kreatif, kerjasama dan saling menghargai pendapat teman sejawat maka pemahaman siswa terhadap materipun akan meningkat karena siswa bisa mengikuti proses pembelajaran dengan senang. Model pembelajaran kooperatif Make a Match dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa karena model pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif berpikir dan bertanya serta dapat juga memberi tanggapan atas pendapat temanya sendiri. Dengan cara demikian diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga hasil belajar siswa juga akan meningkat.
METODE PENELITIAN
Seting Peneltian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Kedalon Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo pada semester I tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas IV dengan jumlah siswa 18 orang yang terdiri dari 10 orang siswa laki–laki dan 8 orang siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2017.
Data Dan Sumber Data
1. Data dalam penelitian ini antara lain: Data Primer. Dan Data Skunder.
2. Sumber data dalam penelitian ini adalah: Siswa.
Tehnik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data penelitian, dilakukan dengan cara menentukan sumber data terlebih dahulu, kemudian jenis data, tehnik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Tehnik pengumpulan data secara lengkap adalah sebagai berikut: Tes, Observasi, Dokumentasi.
Validitas Data.
Validitas adalah ukuran yang menyatakan ketepatan tujuan tes (media ukur) dan memenuhi persyaratan pembuatan tes. Validitas data merupakan jaminan bagi kemaantapan kesimpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian, jadi validitas memegang peranan penting dalam pembuatan simpulan dalam suatu penelitian.
Analisis Data
Data yang terkumpul pada setiap kegiatan dari pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif stastitik dengan menggunakan teknik prosentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Adapun data tersebut untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran PKn materi sistem pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Make a Match yang diperoleh melalui pengamatan langsung dengan menggunakan lembar observasi. Hasil pengamatan dikategorikan dalam klasifikasi skor yang telah ditentukan.
Indikator Kinerja
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi akhir adalah ketuntasan dalam mempelajari materi. Dengan kriteria siswa yang dinyatakan lulus belajar jika mendapat nilai minimal sama dengan KKM yang ditentukan yaitu 75. Untuk mengukur keberhasilan tindakan dalam penelitian maka ditentukan kriteria keberhsasilan. Penelitian dinyatakan berhasil jika 90% dari jumlah siswa mencapai batas kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Prosedur Penelitian.
Terdapat beberapa model penelitian tindakan kelas yang dipaparkan oleh beberapa ahli. Model penelitian tindakan kelas memberikan gambaran visualisasi tentang langkah–langkah yang dilakukan dalam prosedur penelitian ini. Prosedur penelitian yang terdapat pada model–model yang dijelaskan oleh beberapa ahli terdapat beberapa perbedaan, tetapi pada intinya perbedaan tersebut merupakan sebuah revisi yang menyempurnakan model yang ditawarkan terdahulu. Adapun desain penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Hopkins, dalam Supardi (2011: 105) adalah sebagai berikut, bahwa secara singkat, PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Prasiklus.
Dari daftar nilai harian diketahui bahwa dari 18 orang siswa yang mengikuti pembelajaran PKn materi sistem pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi hanya 8 orang siswa (44, 44%) yang mendapatkan nilai minimal sama dengan KKM yang ditentukan yaitu 75. Untuk lebih jelasnya hasil belajar PKn materi sistem pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi siswa kelas IV SD Negeri 1 Kedalon Kecamatan Kalkajar seperti terlihat pada hasil berikut ini.
Adapun gambaran umum hasil belajar mata pelajaran PKn materi Sistem pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi pada prasiklus di tunjukan pada laporan dibawah ini: Tuntas 8 siswa (44,44%), belum tuntas 10 siswa (55,55%).
Rendahnya hasil belajar mata pelajaran PKn materi sistem pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi menurut pengamatan peneliti, disebabkan oleh pembelajaran yang dilakukan kurang merangsang minat dan motifasisi siwa dalam mengikuti pembelajaran dan tidak meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima konsep materi yang disampaikan. Ini terjadi karena model pembelajaran yang diterapkan peneliti dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar kurang tepat, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan menjadi tidak efektif., hal ini mempengaruhi pada penerimaan konsep materi akibatnya hasil belajar siswapun rendah.
Deskripsi Siklus I
Dari kegiatan pembelajaran pada siklus satu, peneliti menyimpulkan ada peningkatan terhadap hasil hasil belajar siswa. Hal itu terlihat dari hasil observasi yang dilakukan peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dari 18 orang siswa yang mengikuti pembelajaran mata pelajaran PKn materi pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi, yang mendapatkan nilai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan yaitu 75, dari 8 orang siswa (44, 45%) pada prasiklus meningkat menjadi 13 orang siswa (72, 22%). Untuk lebih jelasnya hasil belajar mata pelajaran PKn materi pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi, siswa kelas IV SD Negeri 1 Kedalon Kecamatan Kalikajar terlihat pada hasil dibawah ini.
Adapun gambaran umum hasil belajar mata pelajaran PKn materi Sistem pemerintahan kabupaten / kota, dan provinsi pada siklus I di tunjukan pada hasil berikut ini: Tuntas 13 siswa (72,22%), belum tuntas 5 siswa (27,78%).
Refleksi Siklus I
Walaupun sudah ada peningkatan hasil belajar mata pelajaran PKn materi pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi namun peneliti masih menemukan beberapa masalah yang terlihat dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga belum semua siswa bisa mencapai status tuntas. Masalah- masalah tersebut, diantaranya:
1. Siswa masih canggung melaksanakan pembelajaran menggunakan Model pembelajaran kooperatif Make a Match. Hal ini dapat dimaklumi karena baru pertama kali peneliti melaksanakan pembelajaran menggunakan Model pembelajaran kooperatif Make a Match di kelas IV yang notabenya peneliti sebagai guru mata pelajaran PKn di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Kedalon.
2. Selama observasi terlihat kemampuan siswa mengikuti pembelajaran menggunakan Model pembelajaran kooperatif Make a Match masih kurang maksimal.
3. Ada beberapa orang siswa yang masih pasif dalam mengikuti pembelajaran.
4. Waktu pembelajaran yang terbatas sehingga tidak semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama dalam melaksanakan perintah atau tugas guru.
5. Percaya diri siswa masih kurang dalam melaksanakan perintah atau tugas guru.
Deskripsi Siklus II
Dari kegiatan pembelajaran pada siklus satu, peneliti menyimpulkan ada peningkatan terhadap hasil hasil belajar siswa. Hal itu terlihat dari hasil observasi yang dilakukan peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dari 18 orang siswa yang mengikuti pembelajaran mata pelajaran PKn materi pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi, yang mendapatkan nilai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan yaitu 75, dari 13 orang siswa (72, 22) pada siklus I meningkat menjadi 18 orang siswa (100%). Untuk lebih jelasnya hasil belajar mata pelajaran PKn materi pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi, siswa kelas IV SD Negeri 1 Kedalon Kecamatan Kalikajar.
Adapun gambaran umum ketuntasan belajar PKn materi pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi pada siklus I di tunjukan pada hasil dibawah ini: Tuntas sebanyak 18 siswa (100%), belum tuntas 0 siswa (0%).
Refleksi Siklus II
Terjadi peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran PKn materi pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi yang sangat tinggi karena dari total 18 orang siswa yang mengikuti pelaksanaan proses pembelajaran mata pelajaran PKn materi pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi semuanya (100%) mencapai ketuntasan dalam belajarnya, namun peneliti masih menemukan sedikit masalah yang terlihat di dalam kelas di antaranya:
1. Beberapa siswa masih bingung dengan Model pembelajaran kooperatif Make a Match yang digunakan peneliti sebagai guru mata pelajaran PKn. Hal ini terjadi karena beberapa siswa tersebut kurang memperhatikan guru.
2. Selama observasi terlihat kemampuan menerima konsep materi pembelajaran masih kurang.
3. Beberapa siswa tersebut memang kelihatan pasif dalam mengikuti pembelajaran.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan observasi pada tindakan siklus I dan siklus II, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Kedalon Kecamatan Kalikajar Kabupaten tahun ajaran 2017/2018 pada pembelajaran mata pelajaran PKn materi pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi.
Setelah melihat hasil observasi yang dilakukan peneliti di atas, maka peneliti, menyimpulkan bahwa tindakan kelas yang dilakukan berhasil sangat baik karena dari hasil observasi awal anak yang tuntas belajar 8 orang siswa (55,55%). Setelah dilakukan tindakan siklus I siswa yang berhasil mencapai Ketuntasan dalam belajarnya meningkat menjadi 13 (72, 22%) orang siswa, yang belum berhasil tinggal 5 (27,78%) orang siswa. Selanjutnya pada tindakan siklus II siswa yang berhasil mencapai ketuntasan belajarnya meningkat lagi menjadi 18 (100%) orang siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran mata pelajaran PKn materi pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi siswa kelas IV SD Negeri 1 Kedalon dengan menggunakan Model pembelajaran kooperatif Make a Match, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
1. Pembelajaran mata pelajaran PKn materi pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi dengan Model pembelajaran kooperatif Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dimana dapat dilihat dari hasil uji kompetensi pada akhir siklus I bahwa 13 orang siswa (72,22%) tuntas dan 5 orang siswa (27,78%) belum tuntas dengan rata-rata 77, dan setelah diadakan siklus II mengalami peningkatan menjadi 18 orang siswa (100%) tuntas dengan rata-rata 88.
2. Model pembelajaran kooperatif Make a Match dapat meningkatkan antusiasme dan motivsi siswa mengikuti pembelajaran mata pelajaran PKn materi pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi.
3. Model pembelajaran kooperatif Make a Match dapat meningkatkan antusiasme siswa mengikuti pembelajaran mata pelajaran PKn materi pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi hal ini dibuktikan dari hasil pembelajaran yang meningkat tajam.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa saran dari peneliti yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran dengan menggunakan Model pembelajaran kooperatif Make a Match yaitu:
1. Dalam pembelajaran mata pelajaran PKn materi pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi dengan menggunakan Model pembelajaran kooperatif Make a Match, guru dapat memperbaiki kualitas pembelajaran yang dapat menunjang pencapaian hasil belajar yang optimal.
2. Dalam proses pembelajaran, guru diharapkan dapat memilih media dan model pembelajaran yang tepat sehingga siswa tidak merasa jenuh dan bosan dalam belajar dan nantinya dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Jihad & Abdul Haris. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta. Multi Presindo.
Aunurahman. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta.
Djamarah. (2002). Pshikologi Belajar. Jakarta. PT Rienika Cipta.
M Dalyono. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta. Bumi Akcara
Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Depdiknas. (2006). Setandar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Tanpa Penerbit.
Purwanto (2010). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Supardi (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Akcara.