MENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG KPK DAN FPB MELALUI PENERAPAN DEMONSTRASI DAN LATIHAN INTENSIF PADA SISWA KELAS V SEMESTER I
SDN 2 SARIMULYO KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN BLORA TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Endang Sri Hartini
SDN 2 Sarimulyo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora
ABSTRAK
Perjalanan yang berliku-liku dan penuh tantangan semenjak proses terbentuknya sampai pada keadaan sekarang yang menghantarkan Matematika sebagai bahan kajian yang menarik. Apalagi akhir-akhir ini ada sekelompok orang yang meragukan eksistensi Matematika. Karena banyaknya penyelewengan dan pengkhianatan Pancasila, sehingga pembangunan manusia seutuhnya menjadi terhambat. Dan ada pula yang mempertanyakan keberhasilan pengajaran Matematika terhadap moral pelajar khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Matematika dengan diterapkannya pembelajaran Demonstrasi dan Latihan Intensif (b) Bagaimanakah pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran Demonstrasi dan Latihan Intensif terhadap motivasi belajar Matematika . Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Mengetahui peningkatan prestasi belajar Matematika setelah diterapkannya pembelajaran Demonstrasi dan Latihan Intensif . (b.) Mengetahui pengaruh motivasi belajar Matematika setelah diterapkan pembelajaran Demonstrasi dan Latihan Intensif . (c) Menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran Matematika . Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari 4 tahap, yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IV tahun pelajaran 2016/2017 Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi beljar siswa mengalami peningkatan dari Pra siklus 5 siswa 42%, siklus I: 9 siswa (75%), siklus II: 11 siswa (92%). Simpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif dapat berepengaruh positif terhadap prestasi dam motivasi belajar siswa Kelas V serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Matematika .
Kata Kunci: Matematika, Demonstrasi dan Latihan Intensif
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dalam rangka menciptakan sistem pendidikan nasional yang mantap, berorientasi pada pencapaian tujuan pendidikan nasional, serta mampu menjawab tantangan masa kini dan masa depan, pendidikan nasional kini terus ditata dan dikembangkan dengan memberikan prioritas pada aspek-aspek yang dipandang strategi bagi masa depan bangsa. Prioritas tersebut adalah pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang bersamaan dengan peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi pada semua jenis, jenjang, dan jalur pendidikan.
Pendidikan di Sekolah Dasar yang diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta pendidikan menengah.
Tujuan pendidikan di Sekolah Dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan pengetahuan kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Kegiatan belajar dan mengajar untuk pelajaran Matematika di Sekolah Dasar tidak perlu ditakuti atau menganggap sesuatu itu sulit sebelum dipelajari. Untuk menimbulkan semangat dalam belajar Matematika di Sekolah Dasar guru perlu menyampaikan materi efektif dengan tujuan mudah diterima oleh siswa secara nyata (realistis).
Identifikasi Masalah
1. Siswa kurang mampu mengalikan bilangan
2. Siswa kurang mampu membagi bilangan
3. Siswa kurang mampu cara mencari faktorirasi prima dengan pohon faktor
4. Guru kurang mampu menjelaskan cara mencari KPK dengan menggunakan faktorisasi prima
5. Guru dalam memilih metode kurang sesuai.
Analisis dan Perumusan Masalah
Berdasarkan beberapa masalah yang teridentifikasi tersebut yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “Bagaimana cara meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam mencari KPK dan FPB dengan menggunakan faktorisasi prima melalui penerapan metode demonstrasi dan latihan insentif dalam pembelajaran Matematika?â€.
Perumusan Masalah
1. Apakah melalui penggunaan metode demonstrasi dan latihan intensif Pada Pembelajaran Matematika Tentang KPK dan FPB dapat meningkatkan pemahaman dan ketrampilan siswa.
2. Apakah kreativitas guru dalam pembelajaran matematika dapat menggunakan metode secara tepat.
Cara Pemecahan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis meminta bantuan teman sejawat untuk melakukan penelitian tindakan kelas dan upaya memcahkan masalah dan kekurangan. Hasil pengamatan teman sejawat dapat beberapa pemecahan masalah yang terjadi dalam pembelajaran yaitu:
Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan penggunaan metode demonstrasi dan latihan insentif dalam proses pembelajaran Matematika pada kompetensi dasar menggunakan faktorisasi prima untuk mencari FPB dan KPK pada siswa kelas V SDN 2 Sarimulyo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora.
2. Untuk mendeskripsikan penggunaan alat peraga pohon faktor pada pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal pada Mata Pelajaran Matematika.
3. Untuk mencari penyebab yang menghambat keberhasilan proses belajar mengajar Mata Pelajaran Matematika.
4. Untuk mendeskripsikan prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas V SDN 2 Sarimulyo.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan minat belajar siswa, khususnya mata pelajaran Matematika
b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB
c. Meningkatkan prestasi hasil belajar siswa
2. Bagi Guru
a. Dapat memberikan masukan bagi guru tentang langkah-langkah yang tepat dalam menggunakan metode inkuiri.
b. Mengetahui kelemahan atau kelebihan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan pengelolaan kelas.
c. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
a. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah
b. Memperoleh hasil belajar siswa yang lebih baik dan memuaskan.
4. Bagi Pembaca
Sebagai bahan acuan dan alternatif dalam mengantisipasi kegagalan belajar khususnya berlatih mengungkapkan pendapat baik untuk diri sendiri, anak, ataupun peserta didik.
5. Bagi Peneliti
a. Meningkatkan wawasan penulis dalam menggunakan metode inkuiri melalui pendekatan kognitif.
b. Sebagai pengalaman dalam upaya meningkatkan kemampuan belajar siswa.
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran Matematika
Matematika adalah terjemahan dari Mathematic. Namun arti atau definisi yang tepat dari Matematika dapat diterapkan secara eksask (pasti) dan singkat. James dan Jarnes (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa Matematika adalah “Ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometriâ€.
John dan Rising (1972) mengatakan bahwa Matematika adalah pola pikir pola pengorganisasian pembuktian yang logis. Matematika adalah bahasa yang cemat, akurat, dan jelas, representasinya dengan simbol yang padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide (gagasan) dari pada mengenai bunyi.
Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasikan sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma-aksioma, sifat-sifat, atau teori-teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
Matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola atau ide. Dan matematika itu adalah suatu seni keindahannya terdapat pada keturunan dan keharmonisannya. Jadi menurut Johnson dan Rising jelas bahwa matematika adalah ilmu deduktif.
Biggs (1991) dalam pendahuluan Teaching for Leaning The View From Cognitif Psychology mendefinisikan belajar dalam tiga macam perumusan yaitu: rumusan kuantitatif, rumusan institusional, rumusan kualitatif.
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dan fakta sebanyak-banyaknya. Secara institusional (tujuan kelembagaan) belajar dipandang sebagai proses validasi (pengabsahan) terhadap penguasaan siswa atau materi yang telah dikuasai siswa. Secara kualitatif ialah proses memperoleh arti-arti dalam pemahaman-pemahaman secara manafsirkan dunia disekeliling siswa.
Kerangka Berpikir
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan (Suriasumantri, 1986). Kriteria pertama agar suatu pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis.
Kerangka berpikir yang digunakan peneliti antara lain memuat (1) Variabel-variavbel yang akan diteliti harus dijelaskan dan (2) diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan/hubungan antarvariabel yang diteliti dan ada teori yang mendasar.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Perbaikan Pembelajaran matematika kelas V Semester 1 dilaksanakan di SDN 2 Sarimulyo UPTD TK/SD Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora. Penulis memilih materi Matematika dengan Kompetensi Dasar Menggunakan Faktorisasi Prima untuk menentukan KPK dan FPB. Dalam merancang pembelajaran penulis dibantu oleh satu teman sejawat dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pra Siklus
Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilakukan dengan mengadakan proses pembelajaran sesuai dengan tahap-tahap yang tertera dalam rencana pembelajaran. Pada akhir pembelajaran siswa mengerjakan tes formatif dan dinilai kemudian hasilnya dimasukkan dalam daftar nilai dan kolom indikator keberhasilan. Rendahnya prestasi tersebut menunjukkan bahwa langkah pembelajaran pada Pra siklus belum efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa.
Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilakukan dengan mengadakan proses pembelajaran sesuai dengan tahap-tahap yang tertera dalam rencana pembelajaran. Pada kegiatan akhir pembelajaran, siswa mendapat ugas mengerjakan tes formatif yang hasilnya dalam daftar nilai dan kolom indikator keberhasilan. Ternyata kemampuan siswa dalam menggunakan faktorisasi prima untuk mencari KPK.
Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilakukan dengan mengadakan tindakan perbaikan pembelajaran sesuai dengan tahap-tahap yang tertera dalam rencana pembelajaran. Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini, diefektifkan penerapan metode demonstrasi dan latihan intensif yang lebih mengaktifkan pada kegiatan siswa. Di akhir pembelajaran siswa mengerjakan tes formatif dan memperoleh hasil yang sangat baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa langkah pembelajaran siklus II sangat efektif dan berhasil meningkatkan kemampuan siswa.
Pra Siklus nilai rata-rata hanya 73, siklus I mengalami peningkatan menjadi 87, dan siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 93. Ini menunjukkan hasil tes formatif yang maksimal. Demikian juga tingkat ketuntasan prestasi belajar dari Pra siklus hanya 42%, siklus I menjadi 75% dan siklus II 92%. Ini menunjukkan bahwa setelah diadakan perbaikan pembelajaran siswa semakin memahami materi yang disampaikan oleh guru. Ini terbukti adanya peningkatan nilai hasil tes formatif, serta ketunrasan belajar siswa pada setiap siklusnya.
Pembahasan
Pada Pra siklus peneliti mengambil langkah dalam pembelajaran matematika melalui metode ceramah, ternyata hasilnya kurang memuaskan dengan nilai rata-rata hasil tes formatifnya dan tingkat penguasaan materi pembelajaran di bawah kriteria ketuntasan minimal. Siswa banyak yang belum memahami konsep. Teori holistik yang merupakan teori kognitif belajar dan dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran bermakna (meaning instruction) dari Aussabel, memberi warna perlunya atau pentingnya materi pelajaran yang bermakna dalam proses belajar karena kebermaknaan akan menyebabkan peserta didik menjadi terkesan, sehingga pelajaran tersebut akan mempunyai masa ingatan (retention spam) yang lebih lama dibandingkan dengan pembelajaran yang bersifat hafalan.
Pada siklus I pembelajaran melalui penerapan metode demonstrasi dan latihan intensif dengan pemanfaatan media atau alat peraga pohon faktor dan cara menentukan KPK, ternyata sangat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran.
Bruner (1982) menyatakan pentingnya tekanan pada kemampuan peserta didik dalam berpikir intuitif dan analitik akan mencerdaskan peserta didik membuat prediksi dan terampil dalam menemukan pola (pattern) dan hubungan/keterkaitan (relations). Pembaharuan dalam proses belajar ini, dari proses drill & practice ke proses bermakna, dan dilanjutkan proses berpikir intuitif dan analitik, merupakan usaha luar biasa untuk meningkatkan mutu pembelajaran matematika.
Reaksi-reaksi positif untuk perubahan mempunyai dampak perkembangan kurikulum matematika sekolah yang dinamis.
Pada siklus II pembelajaran diefektifkan lagi melalui penerapan metode demonstrasi dan latihan intensif dengan memanfaatkan media atau alat peraga benda di sekitar, dan diulang untuk memantapkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan faktorisasi prima untuk menentukan KPK dan FPB, sehingga penguasaan materi benar-benar tuntas. Dengan menyampaikan bentuk, tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan penerapan metode demonstrasi dan latihan intensif disertai pemanfaatan media atau alat peraga benda di lingkungan sekitar, ditambah dengan tugas rumah, siswa berhasil meningkatkan prestasi belajar.
Teori Piaget dalam pembelajaran matematika adalah perlunya berakitan materi baru pelajaran Mateamtika dengan bahan pelajaran matematika yang telah diberikan, sehingga lebih memudahkan peserta didik dalam memahami materi baru. Ini berarti bahwa pengetahuan prasyarat dan pengetahuan baru perlu dirancang berurutan sebelum pembelajaran matematika dilaksanakan. Agar konsep yang diberikan dapat lebih dipahami, representasi dari asimilasi perlu diwujudkan dalam contoh, dan representasi dari akomodasi perlu diwujudkan dalam bukan contoh.
Hal lain yang dikembangkan Piaget adalah pengertian konversi (kelestarian, kelangengan). Seseorang anak yang teridentifikasi sudah dalam keadaan konversi tertentu, ia dalam keadaan siap untuk menerima materi pelajaran materima yang tekait. Penerapan konservasi ini antara lain menjelaskan pecahan beserta operasi-operasinya.
PENUTUP
Simpulan
Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru senantiasa berharap bahwa apa yang akan disampaikan kepada siswanya, dapat diterima dengan baik. Namun harapan tersebut tidak selamanya dapat terwujud. Tidak semua siswa bisa menguasai apa yang dipelajari. Hal ini disebabkan oleh adanya masalah-masalah yang dihadapi pada saat pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah tersebut sulit kiranya untuk bisa mencapai hasil yang maksimal. Dalam kondisi seperti ini maka perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas upaya yang cukup efektif untuk memcahkan permasalahan. Keefektifan suatu pembelajaran dapat dilihat pada setiap langkah pembelajaran yang selalu dievaluasi, sehingga guru dapat mengetahui apakah terjadi kegagaln ataupun keberhasilan. Keberhasilan pembelajaran dapat dijadikan acuan untuk dikembangkan dalam pembelajaran selanjutnya. Apabila hal ini dilakukan dengan sungguh-sungguh Insya Allah tujuan pembelajaran yang diharapkan akan tercapai.
Pernyataan tersebut tidak hanya sekedar teori belaka tetapi suatu kenyataan yang sudah penulis buktikan sewaktu menerima tugas dari pembuatan PTK untuk melakukan tindakan kelas di SDN 2 Sarimulyo Kecamatan Ngawen Blora sebagai tugas mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional. Rencana Pembelajaran yang penulis susun mengambil kompetensi dasar menggunakan faktorisasi prima untuk menentukan KPK dan FPB. Setelah dilaksanakan suatu proses pembelajaran dan penelitian tindakan kelas melalui tigas siklus terbukti bahwa pembelajaran melalui penerapan metode demonstrasi dan latihan intensih dapat:
1. Meningkatkan kemamuan siswa dalam membuat pohon faktor
2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menentukan KPK.
3. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan faktorisasi prima dan satu bilangan dua angka dengan membagi bilangan prima.
4. Meningkatkan kemampuan siswa melalui diskusi kelompok tentang KPK siswa dapat menentukan faktorisasi prima.
Saran
Berdasarkan pengalaman menerapkan metode demonstrasi dan latihan intensif, maka ada beberapa saran yang perlu di perhatikan yaitu:
1. Guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi di antaranya metode demonstrasi dan latihan intensif karena dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menentukan KPK dan FPB dan pohon faktor.
2. Guru sebaiknya membiasakan penggunaan alat peraga untuk membantu
3. Menyusun dan melaksanakan pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut.
4. Memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif dalam belajar.
5. Mengevaluasi pada setiap langkah yang dilaksanakan, agar dapat menentukan bentuk perbaikan atau pengembangan pembelajaran.
6. Memberikan penguatan/pujian kepada siswa yang berprestasi.
7. Memotivasi dan memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilannya.
8. Meningkatkan mutu pengelolaan pembelajaran di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga tercipta kegiatan pembelajaran yang aktif, inovatif, efektif, kreatif, efisien dan menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhammad. 2000. Guru dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algen Sindo.
Alwasilah Chaeda. 1997. Politik, Bahasa dan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Anita. 2005. Cooperatif Learning. Memprakttikkan Cooperatif Learning di Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.
Asmawi, dkk. 2005. Test dan Asesmen di SD. Jakarta: Uiversitas Terbuka.
Buchori, dkk.2004. Gemar Membaca Matematika 5. Semarang. Aneka Ilmu.
Depdikbud. 1994. Pengelolaan Sekolah Dasar. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD/TK.
Depdikbud. 1996. Petunjuk Peningkatan Mutu di Sekolah Dasar, Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD/TK.
Depdikbud. 1996. Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD/TK.
Depdikbud. 1996. Detaktik Metodik Umum. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD/TK.
Depdikbud. 1996. Pedoman Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD/TK.
Depdikbud. 1996. Struktur Kalimat Bahasa Indonesia.Semarang: Proyek Peningkatan Mutu Baca, Tulis, Hitung SD.
Depdikbud. 1996. Struktur Kata.Semarang: Proyek Peningkatan Mutu Baca, Tulis, Hitung SD. Depdiknas. 2006. Standar Isi. Jakarta.
Endang, Retno W. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: UNNES.
Hamalik, Umar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas Terbuka.
Seiler, Pam dan Tamera Bryant, 2002. The Values Book for Children, Jakarta. Gramedia.
Subarjo, dkk. 1990. Bahan Penataran Kurikulum SD 175 yang disempurnakan dengan pendekatan CBSA, Semarang: Tim Penatar Provinsi Dati I Jawa Tengah.
Suciati. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suminarsih. 2005. Model Pembelajaran. Semarang: Widya Iswara.
Wahyudin Dinn. 2004. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wardani, IGAK, dan Kuswaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Universitas Terbuka.
Â
Zaenal, Aqib. 2004. Karya Tulis Ilmiah Bagi Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Yrama Widya.