MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn

DENGAN PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING KELAS IV

SD N.173527 HINALANG KEC. BALIGE T.P. 2018/2019

 

Soriana Hutapea

Guru SD Negeri No. 173527 Hinalang Balige

 

ABSTRAK

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan mutu pendidikan yang lebih modern agar siswa sebagai subjek dapat mengikuti perkembangan jaman. Pengaruh globalisasi dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang untuk meniru budaya barat dan cenderung meninggalkan kebudayaan bangsanya sendiri.  Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada awal semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 dalam pelajaran PKn materi mengenal Pemerintah Kabupaten, Kota Dan Provinsi sendiri , hasil belajar siswa masih rendah. Guru mengalami hambatan dalam menuntaskan hasil belajar siswa. Keadaan terlihat dari hasil rata-rata nilai evaluasi akhir. Hasil rata-rata nilai evaluasi akhir menunjukkan 71% siswa memperoleh nilai dibawah KKM 65. Rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut, apakah dengan model pembelajaran Cooperative Learning menggunakan media pembelajaran dalam bentuk skema dan peta konsep, aktivitas siswa dalam belajar meningkat serta dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada materi mengenal Pemerintah Kabupaten, Kota Dan Provinsi sendiri siswa kelas VI SD Negeri 173527 Hinalang Balige ? Tujuan Penelitian dengan menggunakan Cooperative Learning dapat meningkatkan aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan (PKn) dengan skema dan peta konsep siswa kelas VI SD Negeri 173527 Hinalang Balige T.P. 2018/2019. Pada siklus I secara klasikal rata-rata kelas memperoleh nilai 64 dengan persentase ketuntasan 54% atau 15 anak. Pada siklus II secara klasikal rata-rata kelas memperoleh nilai 88 dengan persentase ketuntasan 89% atau 25 siswa dengan nilai tertinggi 100 sebanyak 15 siswa dan nilai terendah 60 diperoleh 3 siswa.

Kata kunci: hasil belajar, cooperative learning

 

PENDAHULUAN

Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempenyaruhi tingkah laku organisme tersebut (Hintzman dalam Syah, 2007:65). Jadi dalam pandangan Hintzman perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.

Witting (dalam Syah, 2007:66) mengemukakan bahwa belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman (Caplin dalam Syah, 2007:65)

Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingklah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 2007:68).

Chaplin (Muhibbin,2008:90) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Selain itu, Chaplin mengartikan belajar sebagai proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.

Noor MS Bakry (2002:2) menerangkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha untuk menyiapkan peserta didik dalam mengembangkan kecintaan, kesetiaan, keberanian, untuk berkorban membela bangsa dan tanah air Indonesia.

Subhan Sofhian dan Asep Sahid Gatara (2011:6) berpendapat bahwa pendidikan kewarganegaraan dapat didefinisikan sebagai proses pendewasaan bagi warga negara dengan usaha sadar dan terencana melalui pengajaran sehingga terjadi perubahan pada warga negara tersebut dalam hal pengetahuan, sikap, dan perilaku yang bersifat kritis serta emansipatoris.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap, apresiasi, dan keterampilan. Menurut Gagne (Agus Suprijono, 2007: 5), hasil belajar berupa:

1.     Informasi Verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2.     Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

3.     Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

4.     Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak.

5.     Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian.

Effendi Zakaria (Isjoni, 2011:21), pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil. Ia memerlukan siswa bertukar pendapat, memberi tanya jawab serta mewujudkan dan membina proses penyelesaian kepada suatu masalah. Kajian eksperimental dan diskriptif yang dijalankan mendukung pendapat yang mengatakan pembelajaran kooperatif dapat memberikan hasil yang positif.

Djajadisastra (Isjoni,2011:26), pembelajaran kooperatif merupakan metode belajar kelompok atau lazim disebut dengan metode gotong-royong, merupakan suatu metode mengajar dimana murid-murid disusun dalam kelompok-kelompok pada waktu menerima pelajaran atau mengerjakan soal-soal dan tugas-tugas.

Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar- mengajar. Jadi media pembelajaran dapat dimanfaatkan sebagai proses komunikasi dengan siswa supaya belajar. Komunikasi dan siswa yang belajar (leaners) merupakan dua aspek yang pokok. Segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong proses-proses belajar dapat dikategorikan sebagai media (Andreas, 2002:3).

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Subhan Sofhian dan Asep Sahid (2011:6) berpendapat bahwa pendidikan kewarganegaraan dapat didefinisikan sebagai proses pendewasaan bagi warga negara dengan usaha sadar dan terencana melalui pengajaran sehingga terjadi perubahan pada warga negara tersebut dalam hal pengetahuan, sikap, dan perilaku yang bersifat kritis serta emansipatoris.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 173527 Hinalang Balige Kecamatan Balige Subyek penelitian adalah guru dan siswa Kelas IV SD Negeri 173527 Hinalang Balige dengan jumlah siswa terdiri dari 12 anak laki-laki dan 13 anak perempuan. PTK merupakan suatu proses yang dilakukan seorang guru untuk mengetahui dan mencari pemecahan masalah terhadap kondisi kelasnya. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Hasil Penelitian

Pada siklus I diperoleh rata-rata nilai 64 dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90, ketuntasan klasikal mencapai 54% atau sekitar 15 siswa yang tuntas dan 46% atau sekitar 13 siswa belum tuntas dalam pembelajaran, sehingga kualifikasi ketuntasannya kurang. Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu ketuntasan belajar sekurang-kurangnya mencapai 75%, maka berdasarkan data hasil belajar pada siklus I yang menunjukkan ketuntasan belajar belum tercapai

pada siklus II diperoleh ratarata nilai 88 dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 100, ketuntasan klasikal mencapai 89% atau sekitar 25 siswa yang tuntas dan 11% atau sekitar 3 siswa belum tuntas dalam pembelajaran, sehingga kualifikasi ketuntasannya sangat baik. Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu ketuntasan belajar sekurang- kurangnya mencapai 75%, maka berdasarkan data prestasi belajar pada siklus II yang menunjukkan ketuntasan belajar sudah tercapai. Maka penelitian berhenti pada siklus II.

Siklus I memperoleh persentase 67,7%, rata-rata skor 2,71 dengan jumlah 18,96 dan berkriteria baik. Dengan indikator ketuntasan sebagai berikut:

a.     Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran, skor 85, rata-rata skor 3,03 dengan komponen yang tampak: siswa siap menerima pembelajaran.

b.     Menanggapi apersepsi yang disampaikan oleh guru, skor 82, rata-rata skor 2,9 dengan komponen yang tampak: siswa menanggapi apersepsi yang disampaikan guru.

c.     Memperhatikan penjelasan dan informasi dari guru, skor 56, rata-rata skor 2 dengan komponen yang tampak: siswa kurang serius menanggapi penjelasan dan informasi dari guru.

d.     Keaktifan bertanya saat pembelajaran, skor 84, rata-rata skor 3 dengan komponen yang tampak: siswa aktif bertanya tentang pelajaran.

e.     Kerjasama antar siswa pada saat pembelajaran skema dan peta konsep skor 84, rata- rata skor 3 dengan komponen yang tampak: semua siswa aktif bekerjasama dengan temannya namun tidak serius.

f.      Keaktifan dalam memperbaiki jawaban dalam kelompok skor 85, rata-rata skor 3,03 dengan komponen yang tampak: siswa mendengarkan soal dan jawaban siswa lain tapi tidak mengoreksi.

g.     Keterlibatan siswa dalam kegiatan akhir dan evaluasi skor 56, rata-rata skor 2 dengan komponen yang tampak: hanya dapat mengerjakan beberapa soal yang benar. Dari data Aktivitas belajar siswa sudah dilaksanakan dengan baik tetapi masih perlu banyak berlatih untuk terlibat aktif dalam pelajaran.

Pada siklus I ada 13 siswa atau 46% belum memenuhi KKM dan 15 siswa atau 54% sudah memenuhi nilai KKM PKn 65

Pada siklus II memperoleh jumlah skor 22,54, rata-rata nilai 3,2 dengan persentase 80,6% dan berkriteria baik sekali. Dengan indikator ketuntasan sebagai berikut:

a)    Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran, skor 86, rata-rata skor 3,07 dengan komponen yang tampak: siswa siap menerima pembelajaran.

b)    Menanggapi apersepsi yang disampaikan oleh guru, skor 84, rata-rata skor 3 dengan komponen yang tampak: siswa menanggapi apersepsi yang disampaikan guru.

c)     Memperhatikan penjelasan dan informasi dari guru, skor 85, rata-rata skor 3,03 dengan komponen yang tampak: siswa menanggapi penjelasan dan informasi dari guru.

d)    Keaktifan bertanya saat pembelajaran, skor 86, rata-rata skor 3,07 dengan komponen yang tampak: siswa aktif bertanya tentang pelajaran.

e)    Kerjasama antar siswa pada saat pembelajaran skema dan peta konsep skor 103, rata- rata skor 3,7 dengan komponen yang tampak: semua siswa aktif bekerjasama dan serius.

f)     Keaktifan dalam memperbaiki jawaban dalam kelompok skor 102, rata-rata skor 3,6 dengan komponen yang tampak: siswa semangat dan bersungguh – sungguh mengoreksi hasil jawaban siswa lain.

g)    Keterlibatan siswa dalam kegiatan akhir dan evaluasi skor 86, rata-rata skor 3,07 dengan komponen yang tampak: dapat mengerjakan semua soal dengan benar dalam waktu lama

Pada siklus II diperoleh kesimpulan bahwa sebanyak 11% atau 3 siswa belum tuntas belajar dan 89% atau 25 siswa sudah memenuhi KKM PKn 65. Ketuntasan belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan 35% dibandingkan pada siklus I, yaitu dari perolehan persentase 54% pada siklus I meningkat menjadi 89% pada siklus II. Sedangkan ketidaktuntasan mengalami penurunan sebesar 35%, yaitu dari perolehan persentase 46% pada siklus I turun menjadi 11% pada siklus II. Maka ketuntasan belajar siswa pada siklus II termasuk dalam kualifikasi tinggi dan sudah berhasil mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan.

Pada siklus I secara klasikal rata-rata kelas memperoleh nilai 64 dengan persentase ketuntasan 54% atau 15 anak. Pada siklus II secara klasikal rata-rata kelas memperoleh nilai 88 dengan persentase ketuntasan 89% atau 25 siswa dengan nilai tertinggi 100 sebanyak 15 siswa dan nilai terendah 60 diperoleh 3 siswa.

Berdasarkan hasil pengolahan data aktivitas guru, aktivitas siswa, dan prestasi belajar siswa dari siklus I sampai siklus II dapat disimpulkan bahwa model cooperative learning menggunakan media bola berjalan dapat mencapai indikator keberhasilan sehingga penelitian ini dihentikan pada siklus II.

Kesimpulan

1.     Aktivitas guru melalui model cooperative learning menggunakan skema dan peta konsep pada siswa VI SD Negeri 173527 Hinalang Balige , menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada siklus I dari nilai kualitatif aktivitas guru menunjukkan jumlah skor 35, rata-rata skor 2,69, persentase 67% dengan kategori baik. Pada sikus II dengan jumlah skor 45, rata-rata skor 3,46, persentase 86% dengan kategori baik sekali. Dari data diatas menunjukkan mengalami peningkatan sebesar 19%.

2.     Prestasi belajar siswa melalui model cooperative learning menggunakan skema dan peta konsep pada siswa IV SD Negeri 173527 Hinalang Balige menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada siklus I dari nilai rata-rata kelas memperoleh nilai 64 dengan persentase ketuntasan 54% atau 15 anak mengalami peningkatan pada siklus II rata-rata kelas memperoleh nilai 88 dengan persentase ketuntasan 89% atau 25 siswa dengan nilai tertinggi 100 sebanyak 15 siswa dan nilai terendah 60 diperoleh 3 siswa. Dari data diatas menunjukkan prestasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 25%.

Saran

1.     Model pembelajaran cooperative learning menggunakan skema dan peta konsep dapat dijadikan bahan acuan dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran yang lain, menambah wawasan guru tentang teori belajar dan model-model pembelajaran yang inovatif juga melatih keterampilan proses dan keterampilan kooperatif kepada siswa agar siswa mampu menemukan sendiri fakta serta dapat memberikan pengalaman secara langsung.

2.     Bagi Siswa, model pembelajaran cooperative learning menggunakan skema dan peta konsep merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil dan aktivitas belajar bagi siswa, selain siswa dilatih untuk hidup bersosial juga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

3.     Bagi Sekolah, sebaiknya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi perpustakaan, bahan acuan kepala sekolah ketika melakukan monitoring kepada guru dan bahan penilaian masyarakat tentang prestasi sekolah. Selain untuk sumber bacaan bagi guru juga dapat digunakan sebagai motivator dalam penulisan karya ilmiah.

87

 

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Yrama Widya.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Standar Isi Pendidikan Kewarganegar juraan SD/MI. Jakarta: Depdiknas.

Bagoesnet.wordpress.com/2010/07/31/pengertian-audio-video

Djono, dkk. 2001. Bimbingan dan Konseling Belajar. Surakarta: FKIP-UNS

Drs.Daryanto. 2010. Media Pembelajaran.Yogyakarta: Gava Media Yogyakarta

Drs. H. Isjoni.2011. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Http://en.Wikipedia.Org/Wiki/Bloom%27s_Taxonomy

Iqbal Hasan. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta:PT. BumiAksara

Montarcih, Lily. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Surabaya: Universitas Negeri