MENINGKATKAN HASIL BELAJAR UNSUR INSTRINSIK NOVEL DENGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII-B DI SMP NEGERI 3 PARANGINAN T.P. 2019/2020

 

Jupri Situmorang

SMP Negeri 3 Paranginan

 

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah Sejauhmanakah peningkatan hasil belajar materi unsur instrinsik novel dengan penerapan model Problem Based Learning serta Bagaimanakah pengaruh Metode pengajaran Problem Based Learning terhadap motivasi belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia materi unsur instrinsik novel pada siswa Kelas VIII-b SMP Negeri 3 Paranginan Tahun Pelajaran 2019/2020.  Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui peningkatan hasil belajar pendidikan Bahasa Indonesia materi unsur instrinsik novel setelah diterapkannya metode pengajaran Problem Based Learning dan bagaimana pengaruh motivasi belajar pendidikan Bahasa Indonesia pada siswa Kelas VIII-b SMP Negeri 3 Paranginan Tahun Pelajaran 2019/2020.  Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VIII-b SMP Negeri 3 Paranginan yang berjumlah 32 orang siswa dengan rincian sebagai berikut Laki-laki 18 dan perampuan 14 orang, Pada materi unsur instrinsik novel pada semester ganjil bulan September sampai Nopember Tahun Pelajaran 2019/2020. Pada tes awal nilai rata-rata hasil belajar siswa 72.65 dengan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 15 orang (47.36%) dan siswa yang tuntas sebanyak 17 orang (52.63%). Pada siklus I, nilai rata-rata siswa 75.25 dengan jumlah siswa yang tuntas 24 orang 75% dan yang belum tuntas 8 orang 25% maka selisih nilai siswa pada siklus I dan tes awal adalah adalah 2.6 tergolong dalam kategori Pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat menjadi 85.55, siswa yang tuntas 30 orang (93.75) sedangkan yang belum tuntas 2 orang (6.26%) dengan nilai rata-rata 85,55 Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 10.3%.Selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada pelaksanaan pra siklus dengan siklus I adalah 2.6 dan selisih nilai rata-rata siswa pada siklus I dinadingkan dengan siklus II sebesar 10.3. Terjadi peningkatan tang signifikan. Hal ini berarti pembelajaran dengan penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi unsur instrinsik novel di Kelas VIII-b SMP Negeri 3 Paranginan Kec. Paranginan Kab. Humbang Hasundutan Tahun Pelajaran 2019/2020.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Problem Based Learning

 

PENDAHULUAN

Salah satunya komponen penting dalam proses pembelajaran adalah penerapan model pembelajaran oleh guru. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar akan dapat tercapai apabila segala komponen-komponen pendukung yang diperlukan dapat tersedia. Metode pembelajaran adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Dengan memanfaatkan model pembelajaran secara baik sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan pencapai tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik, salah satu indikator keberhasilan itu dapat dilihat dari pencapaian pembelajaran peserta didik mencapai KKM yang telah di tetapkan seperti halnya di SMP Negeri 3 Paranginan yakni nilai 73 dinyatakan tuntas. Maka untuk menyikapi dinamika pendidikan guru harus memiliki keinginan yang keras untuk menguasai model pembelajaran yang relevan dengan materi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat dengan signifikan.

Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan ‘mengetahui’-nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangkan panjang. Dan, itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita.

Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif. Belajar aktif dimaksud dalam hal ini dimana dalam proses pelaksanaan pembelajaran siswa harus aktif atau berkontribusi, Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud). Pembelajaran sedemikian dapat disebut pembelajaran kontekstual dimana siswa menjadi subjek pembelajaran bukan sekedar objek dimana pada prose belajar siswa dirancang untuk mengerjakan, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.

Setiap akan mengajar, guru harus membuat persiapan mengajar untuk mencapai tujuan mengajar, materi yang akan diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi yang digunakan. Karena itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan mengajar, secara khusus memilih dan menentukan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, cara memilih, menentukan dan menggunakan alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang alat-alat evaluasi. Supaya pembelajaran yang dipersiapkan relevan dengan perkembangan maka setiap tenaga pendidikan harus dapat menguasai penggunaan media elektronik dengan penguasaan IPTEK salah satunya pemakain ICT dalam pembelajaran pada semua tingkat pendidikan baik formal maupun non formal apalagi tingkat Sekolah menengah, haruslah berpusat pada kebutuhan perkembangan anak.

KAJIAN TEORITIS

PENGERTIAN HASIL BELAJAR

Hasil belajar merupakan umpan balik dari proses pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk penilaian Widodo Supriyono (1991:130) mengatakan “Hasil belajar yang dicapai seorang individu merupakan suatu hasil interaksi antara guru dengan anak didiknya faktor yang mempengaruhi (faktor internal) maupun dan luar diri (faktor eksternal) individu.

Dalam kaitan antara minat dan hasil belajar, peneliti ingin mengetahui apakah seiring kemajuan teknologi senantiasa berbanding lurus dengan kemajuan minat dan hasil siswa di sekolah dengan melakukan penelitian di kelas, tempat (lokasi) yang sama maka dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi perkembangan minat dan hasil belajar. Dalam proses pembelajaran keberhasikan guru dan siswa agar dapat meminimalisasi pemahaman dan salah persepsi mska penilaian pada aspek: kognitif, afektif dan Psikomotorik.

Menurut Munandar Faktor keadaan keluarga turut mempengaruhi keberhasilan belajar.: ”Pentingnya bagi orang tua anak untuk menyadari bahwa setiap anak memiliki bakat yang berbeda-beda. Tanggung jawab orang tua adalah mengenal potensi setiap anak dan menciptakan suasana didalam keluarga yang memupuk dan mendorong (memotivasi) perwujudan potensi kreatif”

Hasil Belajar

Pengertian Hasil Belajar Siswa, belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu: “hasil dan belajar”. Hasil merupakan akibat dari yang ditimbulkan karena berlangsungnya suatu proses kegiatan. Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pencapaian Hasil Belajar

Belajar merupakan komponen paling vital dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa proses belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Belajar menurut Morgan (1978:86) adalah ”Setiap perubahan yang relatif menetapkan dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman”.

Sebelum dibahas mengenai apa yang dimaksudkan hasil belajar ada baiknya lebih dahulu diketahui apa yang dimaksudkan dengan belajar. Pengertian belajar secara umum dapat diartikan sebagai berikut:

  • Suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang dihasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pengalaman, keterampilan dan nilai sikap, perubahan itu bersifat secara relatif, konsisten dan berkelas.
  • Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:
    1. Belajar adalah merupakan aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual maupun potensial
    2. Perubahan itu pada dasarnya diperoleh dari suatu kemampuan baru yang berlaku dalam waktu relatif lama
    3. Perubahan itu terjadi karena adanya suatu usaha yang dilakukan secara terus menerus (continiu). (Winkel 1987:36)

Dalam kamus istilah pendidikan dan umum (1987:37) ” hasil yang dimaksudkan dalam dunia pendidikan bukanlah hanya bersifat pengetahuan saja, akan tetapi lebih dari, yakni pengetahuan atau kognitif perbuatan (sikap, perilaku) dan psikomotorik yakni keterampilan atau karya yang dihasilkan”.

Defenisi tersebut menyatakan bahwa hasil belajaran adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa kuantitatif maupun kualitatif.

Memilih Model Pembelajaran Yang Baik

Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.

Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan dalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut Sardiman A. M. (2004: 165), guru yang kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar-mengajar. Mengelola di sini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, menvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

METODE PENGAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Apa pengertian dari Model Pembelajaran PBL

Model pembelajaran PBL atau Problem Based Learning merupakan suatu pembelajaran berlandaskan masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan yang penting, yang menjadikan mereka mahir dalam memecahkan masalah, serta memiliki strategi belajar sendiri dan kemampuan dalam berpartisipasi di dalam tim.

Model Pembelajaran PBL untuk Kurikulum 2013

Saat ini, implementasi kurikulum 2013 menekankan pada proses belajar yang membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS/High Order Thinking Skill), dan Model Pembelajaran PBL inilah salah satu model yang bisa diandalkan. Model pembeajaran PBL atau Problem Based Learning merupakan salah satu metode pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi (HOTS). Model pembelajaran ini akan sangat membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.

Ciri-ciri Model Pembelajaran PBL

Menurut Arends berbagai pengembangan model pembelajaran PBL memiliki ciri-ciri karakteristik sebagai berikut ini, let’s check this out!

·       Pengajuan pertanyaan atau masalah

·       Berfokus pada keterkaitan antar disiplin (tematik)

·       Penyelidikan autentik dalam Model Pembelajaran PBL

·       Menghasilkan produk dan memamerkannya

·       Model Pembelajaran PBL melatih Kolaborasi dan kerja sama

Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning PBL

Memulai model pembelajaran ini harus diawali dengan pembentukan kelompok-kelompok kecil yang menjalankan 7 langkah berikut:

·       Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas (Pemaparan Konsep dan Materi)

·       Merumuskan masalah

·       Menganalisis masalah

·       Menata gagasan secara sistematis 

·       Memformulasikan tujuan pembelajaran

·       Mencari informasi tambahan dari sumber lain

·       Mensintesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan.

·       Mempresentasikan/Memamerkan Hasil Laporan

Pengertian Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik novel

Pengertian Unsur Intrinsik adalah Unsur luar yang bepengaruh pada novel. Unsur-Unsur ekstrinsik adalah latar belakang pengarang, kondisi sosial budaya, dan tempat atau lokasi novel itu dikarang. Jadi dapat dikatakan bahwa Unsur Intrinsik Novel dan Unsur Ekstrinsik Novel saling berhubungan. Dalam Unsur-Unsur Ekstrinsik seperti yang ada diatas, akan dijelaskan dan dibahas seperti yang ada dibawah ini..

Unsur-Unsur Ekstrinsik

  • Latar Belakang pengarang. menyangkut asal daerah atau suku bangsa, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan ideologi pengarang.
  • Kondisi Sosial Budaya, misalnya novel yang dibuat pada zaman kolonial akan berbeda dengan novel pada zaman kemerdekaan, atau pada masa reformasi.
  • Tempat atau kondisi alam, misalnya novel yang dikarang oleh orang yang hidup didaerah pertanian, sedikit banyak berbeda dengan novel yang dikarang oleh orang yang terbiasa hidup didaerah gurun.

Unsur tersebut tidak hanya satu, namuan ada banyak. Ada beberapa sub bagian yang mempunyai porsi tersendiri.yakni Tema, Tokoh/Penokohan, Alur/Plot, Latar/Setting, Sudut Pandang/Point of View, Gaya Bahasa, Amanat.

Kerangka Konseptual

Hasil belajar siswa dapat dilihat dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang merupakan hasil proses belajar mengajar yang mereka alami. Dengan pemahaman yang benar tentang konsep pembelajaran Problem Based Learning, maka siswa diharapkan mampu memecahkan berbagai masalah dikehidupan sehari-hari.

Dengan Menerapkan penerapan model Problem Based Learning merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa melakukan percobaan sendiri, menyelidiki sendiri maka hasil belajar siswa meningkatkan dan hasil belajar yang diperoleh akan bertahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan anak.

 

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (Class action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai penelitia; (b) penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d) administrasi social eksperimental.

Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

Tempat melakukan penelitian dan memperoleh data yang diinginkan adalah pada Kelas VIII-b SMP Negeri 3 Paranginan, pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada materi unsur instrinsik novel semester ganjil September sampai dengan November Tahun Pembelajaran 2019/2020.

Subyek Subyek

Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VIII-b SMP Negeri 3 Paranginan yang berjumlah 32 orang siswa dengan rincian sebagai berikut Laki-laki 18 dan perampuan 14 orang, pada semester ganjil Pada materi unsur instrinsik novel Tahun Pelajaran 2019/2020.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Yang artinya adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3). Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.

Secara rinci telah dipersiapkan berupa prosedur pelaksanaan rancangan penelitian tindakan kelas untuk setiap siklus yang diuraikan sesuai dengan langkah-langkah yang rinci untuk dilaksanakan dalam penelitian ini dengan langkah, sebagai berikut:

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Kemampuan Awal Siswa

Pelaksanaan perencanaan tindakan siklus I dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pre test yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa serta untuk mengetahui gambaran kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada kegiatan diruang kelas dengan penerapan model Problem Based Learning di dalam kelas yang disajikan untuk mengetahui sudah sejauh mana tingkat pemahaman peserta didik tentang materi unsur instrinsik novel di Kelas VIII-b semester ganjil pada SMP Negeri 3 Paranginan Tahun Pelajaran 2019/2020.

Dari pelaksanan tidakan pada tes awal nilai rata-rata hasil belajar siswa 72.65 dengan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 15 orang (47.36%) dan siswa yang tuntas sebanyak 17 orang (52.63%).

Siklus I

Perencanaan

Selanjutnya setelah mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, peneliti merancang suatu alternatif pemecahan masalah bagi siswa. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

 Guru mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan materi pembelajaran Unsur instrinsik novel

(a) Membuat lembar observasi, guru mengamati proses pembelajaran

  • Membuat Lembar Observasi, teman mengamati siswa selama proses pembelajaran
  • Mempersiapkan berbagai alat dan bahan pembelajaran dengan memunculkan masalah yang berkaitan dengan materi unsur instrinsik novel
  • Merancang pembagian kelompok, siswa dibagi menjadi 5 kelompok untuk menyelesaikan masalah secara bersama-sama di dalam kelompok
  • Menyusun alat evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa di akhir pelajaran

Pelaksanaan

Peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Kemudian mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pelajaran. Selanjutkan penyampaian tujuan pembelajaran sekaligus memberikan informasi tentang prosedur yang akan dilaksanakan sesuai dengan penerapan model Problem Based Learning.

Nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 2.6 dari nilai tes awal awal 72.65 menjadi 75.25. Pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 24 orang 75% dan yang belum tuntas 8 orang 25%

Siklus I di atas menunjukkan peningkatan nilai secara klasikal, dengan nilai rata-rata 75.25. Siswa yang tuntas sebanyak 19 orang, artinya Persentase Ketuntasan Klasikal (PKK) = Serta siswa yang belum tuntas sebanyak 8 orang dengan PKK = . Ini menunjukkan adanya selisih persentase ketuntasan klasikal antara tes awal dengan tes siklus I sebesar 75%. Namun demikian tingkat Ketuntasan belajar secara klasikal belum mencapai nilai maksimal yang diharapkan, untuk itu perlu dilakukan pembelajaran kembali dengan memperbaiki langkah-langkah yang dianggap belum efektif pada siklus berikutnya.

Pengamatan

Dari tabel di atas dapat diketahui Persentase hasil pengamatan sebagai berikut:

dan kategori penilaian adalah cukup. Dengan demikian peneliti telah melakukan 70,83% dari keseluruhan indikator yang harus dilaksanakan dengan baik.

Refleksi

Berdasarkan hasil observasi terhadap siklus I, maka penulis dapat menyusun refleksi atas kegiatan yang berlangsung pada siklus I, sebagai berikut:

  1. Pada Siklus I, tingkat Persentase Ketuntasan Klasikal siswa masih dianggap rendah sehingga perlu dilakukan perbaikan dengan melaksanakan siklus berikutnya
  2. Pada siklus I, penulis belum mencapai indikator yang diinginkan dalam PBM
  3. Pada Siklus I, siswa yang aktif mengutarakan pendapatnya masih tergolong sedikit.

Siklus II

Perencanaan

Alternatif pemecahan masalah yang dirancang pada siklus II ini adalah sebagai berikut:

  1. Menyusun RPP dan menentukan soal-soal latihan yang akan diberikan kepada siswa pada saat pelajaran berlangsung
  2. Menyiapkan alat dan bahan pembelajaran
  3. Peneliti kembali membagi kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa per kelompok
  4. Peneliti bersama-sama dengan siswa akan menyaksikan peragaan langsung tentang materi pembelajaran.

Pelaksanaan

Peneliti kembali melaksanakan Problem Based Learning dengan harapan, akan diperoleh peningkatan hasil belajar siswa pada Unsur instrinsik novel. Tindakan dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Diketahui bahwa siswa yang tuntas 30 orang (93.75) sedangkan yang belum tuntas 2 orang (6.25%) dengan nilai rata-rata 85,55 Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 10.3%.

Pengamatan.

Pada tahap pengamatan siklus II ini masih tetap dengan bantuan guru dan rekan guru lainnya utnuk mengamati peneliti dan siswa dalam proses belajar mengajar. persentase hasil pengamatan sebagai berikut: dan kategori penilaian adalah baik. Dengan demikian peneliti sudah melakukan 89,58% dari seluruh indikator.

Refleksi

Berdasarkan hasil pelaksanaan dan observasi siklus II, dapat diketahui Persentase Ketuntasan Klasikal semakin meningkat hingga mencapai 87,50%. Peneliti sudah penerapan Problem Based Learning dengan baik Aktivitas siswa semakin meningkat, hal ini terlihat dari aktifnya siswa dalam kerjasama dalam kelompok

PEMBAHASAN

Pada tes awal nilai rata-rata hasil belajar siswa 72.65 dengan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 15 orang (47.36%) dan siswa yang tuntas sebanyak 17 orang (52.63%). Pada siklus I, nilai rata-rata siswa 75.25 dengan jumlah siswa yang tuntas 24 orang 75% dan yang belum tuntas 8 orang 25% maka selisih nilai siswa pada siklus I dan Siklus II adalah 10.3 tergolong dalam kategori meningkat secara signifikan.

Pada tes awal nilai rata-rata hasil belajar siswa 72.65 dengan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 15 orang (47.36%) dan siswa yang tuntas sebanyak 17 orang (52.63%). Pada siklus I, nilai rata-rata siswa 75.25 dengan jumlah siswa yang tuntas 24 orang 75% dan yang belum tuntas 8 orang 25% maka selisih nilai siswa pada siklus I dan tes awal adalah adalah 2.6 tergolong dalam kategori meningkat secara signifikan.

Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 2.6% dari nilai awal 72.65 menjadi 75.25%, pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 24 (orang dan yang belum tuntas 8 orang.

Pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat menjadi 85.55, siswa yang tuntas 30 orang (93.75) sedangkan yang belum tuntas 2 orang (6.26%) dengan nilai rata-rata 85,55 Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 10.3%.

Dapat disimpulkan bahwa peneliti telah menerapkan model Problem Based Learning dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari persentase siklus I, aktivitas siswa 79,16% dengan kategori penilaian baik, meningkat 12,50% pada siklus II menjadi 91,66% dengan kategori penilaian baik sekali. Peningkatan nilai rata-rata serta jumlah siswa yang tuntas mulai dari tes awal, siklus I dan siklus II. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata hasil belajar siswa dengan 77,89 jumlah siswa yang tuntas sebanyak 17 orang dan belum tuntas sebanyak 15 orang.

Hal ini berarti pembelajaran dengan penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi unsur instrinsik novel di Kelas VIII-b SMP Negeri 3 Paranginan Kec.Paranginan Kab. Humbang Hasundutan Tahun Pelajaran 2019/2020.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan

  1. Pada tes awal nilai rata-rata hasil belajar siswa 72.65 dengan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 15 orang (36%) dan siswa yang tuntas sebanyak 17 orang (52.63%).
  2. Pada siklus I, nilai rata-rata siswa 75.25 dengan jumlah siswa yang tuntas 24 orang 75% dan yang belum tuntas 8 orang 25% maka selisih nilai siswa pada siklus I dan tes awal adalah adalah 2.6 tergolong dalam kategori
  3. Pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat menjadi 85.55, siswa yang tuntas 30 orang (93.75) sedangkan yang belum tuntas 2 orang (6.26%) dengan nilai rata-rata 85,55 Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 10.3%.
  4. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada pelaksanaan pra siklus dengan siklus I adalah 2.6 dan selisih nilai rata-rata siswa pada siklus I dinadingkan dengan siklus II sebesar 10.3. Terjadi peningkatan tang signifikan. Hal ini berarti pembelajaran dengan penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi unsur instrinsik novel di Kelas VIII-b SMP Negeri 3 Paranginan Kec. Paranginan Kab. Humbang Hasundutan Tahun Pelajaran 2019/2020.

SARAN

Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

  1. Kepala sekolah hendaknya menghimbau dan memberikan kesempatan kepada guru untuk terus mengikuti perkembangan media dan metode pembelajaran sehingga proses belajar mengajar yang baik dapat dilaksanakan di dalam kelas.
  2. Hendaknya guru dapat menggunakan media dan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga pembelajaran menyenangkan dapat terwujud.
  3. Siswa diharapkan dapat membangun pola interaksi dan kerjasama, baik dengan sesama siswa, dengan guru, dan lingkungan demi terlaksananya proses belajar mengajar yang baik
  4. Dalam proses pembelajaran hendaknya harus diciptakan student centre yang berarti siswa menjadi pusat pembelajaran selama proses berjalan siswa memberikan kreatifitas dan peranan dalam pembelajaran, bukan sekedar pendengar yang baik
  5. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan jenis penelitian yang sama, hendaknya dapat memperbaiki tahapan-tahapan dalam metode ini serta mengkombinasikannya dengan metode pembelajaran yang lain sehingga dapat menghasilkan data penelitian yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.

Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.