MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI BAHAN KIMIA

DALAM KEHIDUPAN DENGAN PENERAPAN MODEL

PROYEK BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII-A

SMP NEGERI 1 LINTONGNIHUTA TAHUN PEMBELAJARAN 2019/2020

 

Bintang Situmorang

SMP Negeri 1 Lintongnihuta

 

ABSTRAK

Masalah dalam penelitian ini adalah kurang berperan secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk menyelesaikan masalah dia atas perlu dilihat dari penyebab utama yang ada. Perlu strategi pembelajaran yang mampu meminimalisasi permasalahan di atas. Suatu strategi diharapkan mampu menggerakkan siswa untuk lebih aktif saat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan pemanfaatan model-model pembelajaran interaktif oleh guru mata pelajaran. Tujuan Penelitian ini adalah sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam kegiatan belajar materi Bahan kimia dalam di Kelas VIII-a SMP Negeri 1 Lintongnihuta ditunjukkan dengan meningkatnya prosentase siswa yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar diikuti dengan meningkatnya prestasi belajar pada akhir siklus pada semester ganjil TP. 2019/2020. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas Kelas VIII-a SMP Negeri 1 Lintongnihuta pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 32 orang. Kelas ini tergolong kelompok siswa berprestasi karena siswa yang didalamnya merupakan hasil seleksi akademik. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata hasil belajar siswa 72,33, dengan jumlah siswa tuntas sebanyak 18 orang dan belum tuntas sebanyak 14 orang. Setelah dilakukan penerapan Model Proyek based learning pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 80,08 dari perolehan nilai sebelumnya meningkat 7,75 nilai awal menjadi 80,08 pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 26 orang dan yang belum tuntas 6 orang. Pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat lagi, siswa yang tuntas 31 orang (97,00) sedangkan yang belum tuntas 1 orang (3,00%) dengan nilai rata-rata 86,95. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 6.87%. Hal ini berarti pembelajaran dengan penerapan model yang dipilih dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Model Proyek Based Learning, Hasil Belajar

 

PENDAHULUAN

Berbagai usaha pembaharuan guna peningkatan mutu pedidikan telah banyak dilakukan oleh pihak pemerintah dan sekolah. Penyempurnaan kurikulum selalu dilakukan secara berkala, pelatihan dan pendidikan untuk guru ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya. Segala upaya yang dilakukan pemerintah tersebut dalam rangka percepatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kualitas dan prestasi belajar siswa.

Materi Bahan kimia dalam kehidupan yang diajarkan sekolah khususnya di sekolah menengah pertama mempunyai tujuan diantaranya menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan siswa dan membentuk kepribadian siswa yang berpandu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh siswa adalah kemampuan bernalar, kemampuan memilih strategi yang cocok dengan permasalahan, juga kemampuan menerima mengemukakan suatu informasi secara cermat dan tepat.

Rendahnya hasil belajar siswa secara umum disebabkan karena rendahnya minat dan motivasi belajar, Selalain hal tersebut tingkat komplesitas materi pelajaran juga memiliki pengaruh terhadap capaian nilai siswa dalam belajarn namun strategi dan pemahaman guru sangat memberi andil bagi keberhasilan pembelajaran, seperti halnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam khususnya materi Bahan kimia dalam kehidupan pada kelas VIII-a SMP Negeri 1 Lintongnihuta pada semester ganjil, pengalaman pada siswa tahun sebelumnya hasil belajar siswa dalam materi tersebut masih relatif rendah yakni hanya 72% siswa yang dapat mencapai KKM yang sudah ditentukan. Pengamatan penulis terhadap akitifitas belajar siswa, tampak siswa kurang antosias dalam proses pembelajaran di dalam kelas saat kegiatan belajar berlangsung. Tentu saja jika kondisi ini dibiarkan akan berakibat kurang baik terhadap prestasi belajar siswa. Tampaknya hal ini juga terjadi pada semua mata pelajaran. Berangkat dari kondisi tersebut muncul gagasan sebuah strategi pembelajaran yang diharapkan dapat meminimalisasi permasalahan yang dimaksud. Namun dapat meningkatkan motivasi belajar yang pada ahirnya menumbuhkan prestasi belajar yang meningkat secara signifikan. Peningkatan hasil belajar siswa dapat di peroleh jika pada diri siswa terdapat keinginan yang tinggi untuk belajar yang di dukung cara mengajar guru dan sarana prasarana pendukung pembelajaran tersedia secara baik, maka untuk dapat menjawab permasalahan rendahnya hasil belajar siswa maka sebagai seorang guru berkeinginan untuk melakukan penelitian tindakan kelas

Berdasarkan uraian di atas, masalah utama yang mendesak untuk diselesaikan adalah membangun kesadaran belajar dan sikap aktif yang dimiliki siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hasil analisa terhadapap siswa diperoleh informasi hanya sekitar 68% siswa yang bersikap aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Sedangkan 32% siswa merasa kesulitan dalam belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Berdasarkan analisis penyebab terjadinya masalah yang dialami siswa karena pola pembelajaran yang monoton dan penguasaan strategi pembelajaran yang rendah dari guru mata pelajaran, berdasarkan analisis yang dilakukan penulis penyebab yang paling mungkin munculnya masalah tersebut.

LANDASAN TEORI

Sebagai materi pelajaran yang lebih menekankan pada aspek psikomotorik bukan hanya aspek kognitif semata. Untuk itu perlu digunakan model pembelajaran yang mampu menggali aspek non kognitif dan mendekatkan dalam kehidupan sehari-hari pada penyampaian materi pembelajaran di dalam kelas.

Proyek based learning (Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar)

Salah satu model yang diharapkan dapat memenuhi kriteria pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran Proyek based learning. Model Proyek based learning atau Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar adalah bentuk pembelajaran yang dilakukan siswa dalam meghasilkan suatu hasil karya. Dalam model Proyek based learning juga dapat melibatkan seluruh siswa untuk berperan sesuai dengan aturan main yang dirancang. Dalam pembelajaran perlu dimasukkan pesan-pesan hasil akan diharapakan oleh guru sampai kepada seluruh siswa.

Model ini menuntun Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar sering digunakan oleh guru mata pelajaran meningkatkan kreatifitas dan keterlibatan siswa dalam belajar untuk menanamkan karya kreatif dan inovatif. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapak oleh Muhibbinsyah (1995) sebagai berikut:

Dalam hal bagimana mengerjakan dan menanamkan nilai-nilai moral sosial yang terkandung dalam bidang studi kepada siswa , seorang guru diharapakn mampu mengaplikasikan pendekatan mengajar yang tepat. Diantara sekian pendekatan mengajar yang dipandang relevan dengan proses belajar mengajar penanaman nilai-nilai sosial, seperti di atas, adalah model mengajar Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar atau Proyek based learning.

Berangkat dari pemahaman di atas penulis ingin mengubah pandangan bahwa model Proyek based learning hanya cocok untuk mata pelajaran yang menanamkan pembiasaan berkarya dan berinovasi. Penulis melihat bahwa dengan model ini Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar dapat digunakan pada mata pelajaran materi Bahan kimia dalam kehidupan khususnya untuk materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Pengertian Belajar

Pengertian belajar pada umumnya sebagi kegiatan yang berupa menghafalkan bahan-bahan pelajaran yang diajarkan guru di sekolah atau mengerjakan pekerjaan rumah yang ditugaskan oleh guru. Pengertian belajar secara tradisional adalah kegiatan berguru atau kegiatan yang lebih menggantungkan pada apa yang disampaikan oleh guru.

Ada beberapa definisi tentang belajar salah satunya yang dikemukakan oleh Waridjan (1990) yang mengemukakan beberapa pengertian belajar sebagai berikut:

  1. Belajar adalah permodifikasi tingkah laku melalui pengalaman
  2. Belajar tertunjukkan oleh adanya perubahan tingkah laku sebgai hasil mengalami sesuatu
  3. Belajar adalah proses perolehan gaya-gaya atau pola-pola baru tingkah laku.
  4. Belajar mencakup perubahan tingkah laku yang relaitf permanen sebagai hasil penerapan kondisi-kondisi lingkungan.

Dari pengertian-pengertian belajar di atas, secara sederhana belajar dapat diartikan kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku. Meskipun demikian tidak semua perubahan tingkah laku dapat disebut sebagai kegiatan belajar. Masih menurut Waridjan (1990) ada beberapa syarat agar sebuah perubahan tingkah laku dapat disebut sebagi hasil kegiatan belajar. Sebuah perubahan tingkah laku dikatakan merupakan hasil kegiat belajar jika memenuhi syarat-syarat, pertama merupakan pencapaian suatu tujuan belajar, kedua merupakan buah dari proses kegiatan yang yang disadari, ketiga sebagai hasil latihan atau uji berfungsi efektif dalam kurun waktu tertentu, keempat sebagai tindak tanduk yang berfungsi positif bagi pengembangan tindak tanduk lainnya.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Pemahaman guru dalam prinsip kegiatan belajar mengajar sangatlah berpengaruh terhadap kualitas kegiatan belajar mengajar. Kegiatan mengajar tidak hanya sekedar penyampaian ilmu pengetahuan, atau transfer knowledge semata, tetapi juga merupakan aktifitas transfer value. Dalam kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi antar manusia dengan berbagai aspeknya yang cukup kompleks.

Dalam pembelajaran materi Bahan kimia dalam kehidupan guru tidak hanya sekedar penyampaian materi ajar, yang berupa konsep-konsep dan fakta-fakta semata. Guru harus mampu menggali nilai-nilai yang terkandung dalam-dalam pembelajaran materi Bahan kimia dalam kehidupan dan mampu menanamkannya kepada pribadi siswa.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Lintongnihuta, Kec. Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020. Berlangsung pada bulan September sampai dengan Nopember 2019.

Rancangan Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah Classroom Action Research adalah cyclic atau adanya langkah-langkah yang terukur dan terencana dalam sebuah siklus. Sehingga rancangan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus melalui fase-fase Planning (Perencanaan), Acting (Tindakan), Observing (Pengamatan), dan Reflecting (Refleksi) (Kemmis dan Mc Taggart, 1992), Menurut Arikunto (2008:16) mengemukakan secara garis besar terhadap empat tahap yang dilalui dalam melaksanakan penelitian tindak kelas, yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan Pengamatan dan refleksi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

Sebelum dilaksanakan siklus I dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pretest, Hasil tes ini dijadikan patokan dalam merancang pembelajaran oleh guru dengan penerapan model model dalam pembelajaran berikutnya diperoleh tingkat ketuntasan dari tes awal.

Nilai rata-rata hasil belajar siswa 72.73, dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 18 orang (64%) dan belum tuntas sebanyak 14 orang (44%)

Persen klasikal siswa yang tuntas 18 orang dan yang belum tuntas 14 orang. Dengan ini dapat diketahui Persen Klasikal Ketuntasan, yaitu:

PKK Tuntas. PKK Belum Tuntasini menunjukkan tingkat ketuntasan belajar secara klasikal masih belum maksimal maka selanjutnya dilakukan perbaikan dengan Penerapan model Proyek based learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pembelajaran.

Siklus I

Perencanaan

Selanjutnya setelah mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, peneliti merancang suatu alternatif pemecahan masalah bagi siswa. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

 Guru mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan membuat lembar observasi, guru mengamati proses pembelajaran:

  • Membuat Lembar Observasi, mengamati siswa selama proses pembelajaran melakukan peran masing masing sesuai dengan prosedur
  • Mempersiapkan berbagai alat dan bahan pendukung pelaksanaan pembelajaran
  • Merancang pembagian kelompok, siswa dibagi menjadi 5 kelompok
  • Menyusun alat evaluasi di akhir untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa

Pelaksanaan

Peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Kemudian mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pelajaran. Selanjutkan penyampaian tujuan pembelajaran sekaligus memberikan informasi tentang prosedur yang akan dilaksanakan sesuai dengan penerapan model main peran. Peneliti menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan alat dan bahan serta model pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Selanjutnya dibagikan LKS yang telah disusun oleh peneliti sesuai dengan materi dan model pembelajaran. Selanjutnya peneliti memanggil salah satu kelompok untuk melakukan presentasi atas hasil kerja kelompok masing-masing. Pada akhir pelajaran, peneliti dan siswa sama-sama menyimpulkan pelajaran. di akhir pertemuan siklus I, peneliti memberikan tes hasil belajar sebagai bahan evaluasi terhadap hasil belajar siswa

Nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 4,38 dari nilai awal rata-rata nilai 77,89 menjadi 82,27 pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 27 orang (84%) dan yang belum tuntas 5 orang (16%).

Siklus I di atas menunjukkan peningkatan nilai secara klasikal, dengan nilai rata-rata 80.08. Siswa yang tuntas sebanyak 26 orang, artinya Persentase Ketuntasan Klasikal (PKK) = serta siswa yang Belum Tuntas sebanyak 6 orang dengan PKK = . Ini menunjukkan adanya selisih persentase ketuntasan klasikal antara tes awal dengan tes siklus I sebesar 7.75%. Namun demikian tingkat ketuntasan belajar secara klasikal belum mencapai indikator yang diharapkan, untuk itu perlu dilakukan pembelajaran kembali dengan memperbaiki langkah-langkah yang dianggap belum efektif.

Pengamatan

Pada tahap ini, peneliti mendapatkan bantuan dari beberapa orang rekan guru untuk ikut serta mengamati peneliti selama melangsungkan proses belajar mengajar (PBM) dengan menerapkan model main peran. Berikut disajikan hasil pengamatan pada siklus I:

Siklus II

Perencanaan

Alternatif pemecahan masalah yang dirancang pada siklus II ini adalah sebagai berikut:

  1. Menyusun RPP dan menentukan soal-soal latihan yang akan diberikan kepada siswa pada saat pelajaran berlangsung
  2. Menyiapkan alat dan bahan pembelajaran
  3. Peneliti kembali membagi kelompok yang terdiri dari 5 orang siswa per kelompok
  4. Peneliti bersama-sama dengan siswa akan menyaksikan peragaan tentang materi pembelajaran motif dan prinsip ekonomi.

Pelaksanaan

Peneliti kembali melaksanakan pembelajaran dengan penerapan model yang direncanakan dengan harapan, akan diperoleh peningkatan hasil belajar siswa pada materi pelajaran.

Siswa yang tuntas 31 orang (97%) sedangkan yang belum tuntas 1 orang (3%) dengan nilai rata-rata 86,95. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 6.87%.

Dari data siklus II di atas terdapat peningkatan nilai secara klasikal , yaitu Nilai rata-rata belajar siswa 86,95. Siswa yang telah tuntas 31 orang dan yang belum tuntas 1 orang. Dengan demikian dapat diketahui Persentase Ketuntasan Klasikal:yang belum tuntas. Hal ini menunjukkan ada peningkatan hasil belajar siswa pada materi kemampuan mengembangkan menganalisis macam-macam motif dan prinsip ekonomi dengan penerapan model main peran.

Pengamatan

Pada tahap pengamatan siklus II ini masih tetap dengan bantuan guru dan rekan guru lainnya untuk mengamati peneliti dan siswa dalam proses belajar mengajar. Hasil pengamatan pada siklus II siswa parkan pada tabel di bawah ini:

Sesuai dengan tabel data observasi di atas maka hasil pengamatan aktivitas siswa pada saat kegiatan belajar mengajar adalah dengan kategori penilaian baik sekali. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa selama proses belajar mengajar berlangsung 91,66% aktivitas siswa sudah berjalan dengan baik sekali sesuai dengan yang diharapkan.

Refleksi

Berdasarkan hasil pelaksanaan dan observasi siklus II, dapat diketahui Persentase Ketuntasan Klasikal semakin meningkat hingga mencapai 87,50%. Peneliti sudah penerapan Model Proyek based learning pada materi pelajaran materi Bahan kimia dalam kehidupan , hal ini terlihat dari aktifnya siswa dalam kerjasama dalam kelompok

PEMBAHASAN

Pembelajaran dengan penerapan Model Proyek based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. secara khu sus dapat kita lihat dari kemampuan siswa pada saat menyelesaikan soal-soal pada pokok bahasan. Hal tersebut dapat diketahui dari kemampuan siswa menjawab berbagai pertanyaan yang diberikan oleh guru sebagai alat ukur pembelajaran

Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata hasil belajar siswa 72,33, dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 18 orang dan belum tuntas sebanyak 14 orang. Setelah dilakukan penerapan Model Proyek based learning pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 80,08 dari perolehan nilai meningkat 7,75 nilai awal menjadi 80,08 pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 26 orang dan yang belum tuntas 6 orang. Pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat lagi, siswa yang tuntas 31 orang (97,00) sedangkan yang belum tuntas 1 orang (3,00%) dengan nilai rata-rata 86,95. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 6.87%. Hal ini berarti pembelajaran dengan penerapan model yang dipilih dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Setelah dilakukan penerapan model Proyek based learning pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat pada siklus I menjadi 82,27 dari nilai sebelumnya 77,89, dengan jumlah siswa yang tuntas 26 orang dan yang belum tuntas 6 orang. Pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat lagi 86,41, siswa yang tuntas 31 orang (97) sedangkan yang belum tuntas 1 orang (3%) dengan nilai rata-rata 86,95 Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 687%.

Hal ini berarti pembelajaran dengan penerapan Model Proyek based learning pada materi Bahan kimia dalam kehidupan hasil pelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas Kelas VIII-a SMP Negeri 1 Lintongnihuta Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan T.P. 2019/2020.

PENUTUP

SIMPULAN

Setelah dilakukan penerapan model Proyek based learning pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat pada siklus I menjadi 82,27 dari nilai sebelumnya 77,89, dengan jumlah siswa yang tuntas 26 orang dan yang belum tuntas 6 orang. Pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat lagi 86,41, siswa yang tuntas 31 orang (97) sedangkan yang belum tuntas 1 orang (3%) dengan nilai rata-rata 86,95 Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 687%.

Penggunaan model Proyek based learning terhadap materi-materi pelajaran yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Model Proyek based learning dapat digunakan pada pelajaran-pelajaran yang meginspirasi siswa untuk melakukan peranan aktif dalam pembelajaran dalam kelas. Untuk meningkatkan partispasi belajar siswa penggunaan model Proyek based learning dapat sebagi model alternatif.

Hal ini berarti pembelajaran dengan penerapan Model Proyek based learning pada materi pelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa Bahan kimia dalam kehidupan siswa Kelas VIII-a SMP Negeri 1 Lintongnihuta Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan T.P. 2019/2020.

SARAN

Saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

Bagi peserta didik

  1. Hendaknya meningkatkan kesadaran untuk selalu brepartispasi aktif dalam setiap kegiatan belajar mengajar,
  2. Berusaha menyenangi pembelajaran materi Bahan kimia dalam kehidupan karena mengetahui pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak ,
  3. Hendaknya selalu melatih kekompakan antar siswa, kemampuan berkomunikasi dan saling menghargai.

Bagi guru

Guru hendaknya selalu berusaha menggunakan model atau Strategi pembelajaran yang mendekatkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa memamahami kegunaan pelajaran yang ia pelajari.

Bagi sekolah

Sekolah hendaknya selalu mendorong para guru yang berusaha mengguanakan strategi pembelajaran yang bersifat inovatif dan kreatif dengan memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur Dan Srategi. Bandung: Angkasa.

Aswan Zain, Syaiful Bahri Djamarah.2006.Strategi Belajar Mengajar: Jakarta: Rineka Cipta

Gafur, Abdul.2003. Mencoba Menerapkan Pembelajaran Kontekstual. Makalah.

Sardiman, A.M.1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali Tim Widyaiswara LPMP Jateng. 2008. Lesson Study: Semarang: LPMP Jateng

Usman, Moh Uzer.1990. Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.