MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

DENGAN TEKNIK INDEX CARD MATCH SISWA KELAS VI SEMESTER I SD NEGERI I KETILENG TODANAN BLORA

TAHUN 2019/2020

 

Siti Harilah

SD Negeri I Ketileng Todanan Blora

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui model active learning tipe index card match. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Ketileng Todanan Blora pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020. Subjek penelitian yakni siswa kelas VI yang terdiri dari 11 siswa. Objek penelitian adalah hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model active learning tipe index card match dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas VI SD Negeri Ketileng Todanan Blora dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini didukung dengan meningkatnya persentase hasil belajar siswa. Pada kondisi awal siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 2 siswa (18%), pada siklus I siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 5 siswa (45%), kemudian hasil belajar tersebut meningkat pada siklus II siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 10 siswa (91%).

Kata kunci: Hasil Belajar, Index Card Match, Siswa Sekolah Dasar

PENDAHULUAN

Beberapa diantara problematika pendidikan saat ini masih belum maksimal untuk dituntaskan dalam menemukan solusi penyelesaian permasalahannya. Salah satu masalah utama pada pendidikan Indonesia saat ini yaitu masih rendahnya hasil belajar siswa di sekolah. Membahas tentang hasil belajar, bahwa pembelajaran pada hakikatnya untuk meningkatkan kognitif, afektif dan psikomotorik yang dikembangkan melalui pengalaman belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2002:159). Belajar digunakan untuk mendongkrak perkembangan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlihatkan dengan adanya hasil. Hal ini juga diungkapkan oleh Maulana Asrofu (2016), belajar merupakan suatu proses belajar ditunjukkan dalam bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, ketrampilan, pemikiran dan kecakapan yang berguna untuk kehidupannya sekarang maupun di masa yang akan datang.

Dapat disimpulkan bahwa melalui pengalaman belajar akan memperoleh hasil belajar dengan ditunjukkannya peningkatan perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik. Berdasarkan pendapat tersebut, pembelajaran IPS memberikan hasil belajar berupa pengetahuan sosial yang dapat diaplikasikan pada kehidupan masyarakat dan kehidupan yang akan datang. Mengenal pembelajaran IPS, bahwa pendidikan IPS merupakan suatu mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Mema Rahmaningrum, 2016).

Kemudian adapun tujuan pembelajaran IPS yaitu untuk mempersiapkan para siswa sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), sikap dan nilai (attitude and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpatisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik (Sapriya, 2009: 194). Jadi muatan kajian yang ada pada mata pelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik khususnya di sekolah dasar. Selain itu pada kajian tersebut, bahwa mata pelajaran IPS diharapkan dapat bermanfaat khususnya pada kondisi sosial masyarakat di Indonesia saat ini.

Mata pelajaran IPS khusunya di era pendidikan sekarang, menurut UU No.23/2003, mata pelajaran tersebut masuk kedalam kurikulum KTSP dimana kurikulum tersebut merupakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang hingga sampai tahun 2016 sekarang, masih tetap diimplementasikan di tiap-tiap sekolah dasar di Indonesia (Sapriya, 2009:45). Melalui paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS merupakan sebuah pencapaian tujuan pengajaran dan tujuan pendidikan dengan diwujudkannya perubahan tingkat kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik pada peserta didik yang melaksanakan kegiatan belajar ilmu pengetahuan sosial. Berdasarkan obesrvasi dan wawancara pra penelitian pada tanggal 28-30 Juli 2016 yang dilakukan di kelas VI SD Negeri I Ketileng Todanan Blora, kegiatan proses belajar mengajar mengalami permasalahan, peneliti menemukan bahwa masih ada 9 siswa yang belum tuntas KKM pada pembelajaran IPS, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPS belum optimal.

Kemudian pada observasi selanjutnya, hasil belajar mata pelajaran IPS di kelas VI SD Negeri I Ketileng Todanan Blora pada semester genap tahun 2019/2020, jumlah terbanyak siswa yang tidak tuntas KKM yaitu pada mata pelajaran IPS berjumlah 9 siswa. Kemudian pada observasi selanjutnya, siswa banyak yang diam ketika guru sedang mengajukan pertanyaan terkait materi yang dijelaskan. Pada saat guru menjelaskan materi, sebagian siswa ada yang asyik sendiri dengan aktifitas yang mereka lakukan.

Berdasarkan observasi wawancara yang telah dilaksanakan bahwa siswa sulit utuk menerima dan merespon informasi yang disampaikan pada proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, isi materi hampir memuat hafalan, sehingga membuat siswa merasa jenuh dan bosan untuk menerima pesan pada materi pembelajaran IPS yang dijelaskan oleh guru.

Dalam hal ini, siswa banyak yang jenuh dan merasa bosan ketika guru sedang menyampaikan informasi pada saat membahas materi. Sofan Amri, dkk (2010:167) menyebutkan bahwa gaya penyajian yang digunakan guru dalam membahas materi pelajaran sangat berpengaruh terhadap perhatian siswa. Melalui permasalahan siswa tersebut, guru harus mampu membuat materi yang menarik untuk memikat rasa ingin tahu serta perhatian siswa.

Menurut Abdul Azis Wahab (2012:49) mengatakan mengajar IPS haruslah membantu dan mendorong siswa untuk berpikir karena untuk berpikir para siswa harus dihadapkan pada permasalahan yang dekat lingkungan dan kebutuhannya baik untuk sekarang maupun yang akan datang. Jadi seorang guru dalam mengajarkan materi pembelajaran IPS di SD harus mampu membantu siswa untuk berpikir, maksudnya seorang guru harus berupaya bagaimana membuat model materi pembelajaran IPS dapat mendorong siswa untuk berpikir. Kemudian beberapa siswa lain, susah menerima informasi pada saat proses pembelajaran berlangsung ketika pembelajarannya bersifat hafalan.

Menurut Syamsul Ma’arif (2011:26), Semua materi yang diajarkan perlu dirancang secara menarik dan memudahkan peserta didiknya. Maksud penjelasan tersebut, bahwa setiap mata pelajaran yang bersifat hafalan, guru harus mampu menyajikan materi pembelajaran semenarik mungkin agar dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa dan mempermudah siswa menerima informasi yang disampaikan oleh guru. Selain itu, guru diharapkan untuk mampu mengembangkan media dan strategi pembelajaran yang menarik serta bervariasi agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas atau PTK dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SD N 1 Ketileng Todanan Blora yang beralamat di dukuh Gendang, desa Ketileng, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan September 2019.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI semester I SD Negeri I Ketileng Todanan Blora dengan jumlah siswa sebanyak 11 siswa yag tediri dari 5 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan tes. Dalam peneltian ini, peneliti menggunakan observasi                                     untuk mengamati aktivitas siswa saat mengikuti pembelajaran IPS dengan menggunakan teknik index card match. Sedangkan tes, peneliti menggunakan tes obyektif sebagai tes akhir untuk mengetahui nilai atau hasil belajar siswa kelas VI semester I SD Negeri I Ketileng Todanan Blora.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kuantitatif, deskriptif kuantitatif untuk menganalisis hasil tes kognitif materi IPS. Nilai tes dicari reratanya, sehingga diketahui hasil peningkatan kognitif pada mata pembelajaran IPS. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

  1. Menghitung jumlah skor yang diperoleh dari lembar penilaian soal tes objektif hasil belajar siswa.
  2. Mengkonversi skor ke dalam pedoman penilaian berstandar 10. Untuk mengkonversi skor ke dalam pedoman penilaian berstandar 10 adalah dengan membandingkan skor yang diperoleh dengan skor maksimal lalu dikali
  3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada rumus berikut ini.

X skor yang diperoleh x10 skormaksimal

  1. Mencocokan skor hasil konversi yaitu dengan tabel pengkategorian berdasarkan pedoman penilaian berstandar 10. Selanjutnya Pemaparan pedoman penilaian dengan menggunakan standar 10 sebagai Setelah skor hasil konversi diperoleh, kemudian dicocokan dengan pedoman penilaian dalam standar 10 pada tabel di atas, sehingga dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa pada kategori sangat kurang, kurang, cukup, baik, atau sangat baik.
  2. Kemudian rumus untuk menghitung persentase keberhasilan pembelajaran adalah sebagai berikut.

Keterangan:

P   = Angka persentase

F   = Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM

N   = Banyaknya individu dalam subjek penelitian (dalam hal ini adalah jumlah siswa sebagai subjek penelitian yaitu siswa kelas VI SD Negeri I Ketileng Todanan Blora)

  1. Kemudian untuk analisis data observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru berdasarkan pedoman tabel penelitian dalam standar sepuluh.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pelaksanaan siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat, 20 Agustus 2019 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Indikator materi yang dipelajari adalah mengidentifikasi perkembangan jumlah dan nama provinsi serta ibukota yang ada di Indonesia. Pertemuan ke dua siklus 1 dilaksanakan pada Selasa, 27 Agustus 2019 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Indikator materi yang dipelajari adalah menunjukkan dan menjelaskan letak dan nama- nama provinsi pada peta di Indonesia.

Pertemuan ke tiga siklus 1 dilaksanakan pada Selasa, 3 September 2019 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Indikator materi pokok yang dipelajari adalah mengidentifikasi perkembangan perubaha laut teritorial Indonesia dan usaha-usaha dalam upaya melestarikan sumber daya alam laut di Indonesia. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ketiga adalah evaluasi dari siklus pertama.

Hasil yang dilakukan oleh peneliti, bahwa masih ada 6 siswa pada evaluasi siklus I yang belum dapat mencapai KKM. Faktor penyebab kurang tercapainya nilai yang diharapkan adalah sebagai berikut:

  1. Siswa masih banyak yang belum serius dan belum terbiasa dalam melaksanakan kegiatan index card
  2. Pada saat guru menginstruksikan kepada siswa untuk bertanya dan memberi kesimpulan, media kartu justru dijadikan bahan mainan oleh sebagian siswa, sehingga apa yang diinstruksikan oleh guru tidak didengar. Kemudian ada beberapa poin yang harus diganti dan ditambahkan dalam instruksi cara melakukan index card
  3. Kemudian pada saat mengerjakan soal evaluasi, masih ada beberapa siswa yang kurang serius mengerjakaanya masih banyak yang sibuk sendiri.
  4. Pada saat berdiskusi dengan guru mengenai soal evaluasi, siswa masih banyak yang susah untuk mengingat pertanyaan soal yang berkaitan dengan tanggal dan

Siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 5 siswa 45%), sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM ada 6 siswa (55%). Penelitian ini dapat dikatakan berhasil jika ada peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan taraf minimal yang telah ditentukan, yaitu 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran telah mencapai KKM sebesar 68. Dikarenakan masih ada 55% siswa yang nilainya belum mencapai pada kategori baik, maka perlu dilakukan tindakan lagi pada siklus II.

Kemudian pada siklus II Pelaksanaan siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 10 September 2019. Pembelajaran IPS selama 2 jam pelajaran, dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Indikator materi yang dipelajari adalah membandingkan ciri-ciri keadaan sosial negara tetangga dan memberi contoh sikap waspada terhadap keadaan masalah sosial di Indonesia dan negara tetangga. Pertemuan ke dua siklus II dilaksanakan pada Selasa, 17 September 2019 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Indikator materi yang dipelajari adalah menunjukkan dan menjelaskan letak dan nama-nama provinsi pada peta di Indonesia.

Siswa yang mendapat nilai diatas KKM ada 10 siswa (91%), sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM ada 1 siswa (9%). Penelitian ini dapat dikatakan berhasil jika ada peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan taraf minimal yang telah ditentukan, yaitu 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran telah mencapai KKM sebesar 68. Dari data tersebut, tampak adanya peningkatan hasil belajar siswa, sehingga penelitian ini dapat dikatakan berhasil dikarenakan ada peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan taraf minimal yang telah ditentukan yaitu 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan predikat baik dan mencapai kriteria keberhasil di atas 75%.

Pembahasan

Penelitian   ini bertujuan  untuk meningkatan hasil belajar IPS dengan teknik index card match di kelas VI semester I SD Negeri I Ketileng Todanan Blora. Pembelajaan yang dilaksanankan di kelas VI SD Negeri I Ketileng Todanan Blora dalam penelitian tindakan menggunakan model active learning tipe index card match ini difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa. Menurut Oemar Hamalik (2001:30) bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Dalam kajian tersebut bahwa hasil belajar merupakan sebuah efek dari belajar yang menunjukkan munculnya perubahan terhadap seseorang. Hal tersebut sesuai dengan penelitian menggunakan model active learning tipe index card match, untuk mengetahui efek dari belajar siswa (siswa menjadi tahu dan mengerti) digunakan tes evaluasi hasil belajar.

Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dapat dilihat dan diamati dari hasil tes evaluasi siklus I dan siklus II. Pengamatan hasil belajar dilakukan dengan menggunakan lembar tes evaluasi berupa pilihan ganda dalam menerapkan index card match pada pembelajaran IPS. Adapun hasil belajar siswa pada kondisi awal, akhir siklus I dan siklus II sebagai berikut.

  • Kondisi awal menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai di atas KKM dan berkategori baik ada 2 siswa (18%), sedangkan siswa yang belum mendapatkan nilai berkategori baik atau di bawah KKM ada 9 siswa (82%).
  • Hasil evaluasi akhir siklus I menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai berkategori baik ada 5 siswa (45%), sedangkan siswa yang belum mendapatkan nilai berkategori baik ada 6 siswa (55%).
  • Hasil evaluasi akhir siklus II menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai berkategori baik ada 10 siswa (91%), sedangkan siswa yang belum mendapat nilai berkategori baik ada 1 siswa (9%).

Pembelajaran ini dikatakan berhasil jika persentase jumlah siswa yang sudah tuntas atau mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dalam pembelajaran lebih dari 75% dari jumlah keseluruhan siswa. Pelaksanaan penelitian dangan model active learning tipe index card match juga dapat dilihat dari lembar obesrvasi aktivitas guru.

Sofan Amri, dkk (2010:167) menyebutkan bahwa gaya penyajian yang digunakan guru dalam membahas materi pelajaran sangat berpengaruh terhadap perhatian siswa, dalam kajian tersebut bagaimana pengaruh gaya penyajian guru yang mencakup aspek persiapan memulai pembelajaran, penyampaian isi materi,

kemampuan mengelola waktu, dalam membimbing siswa, menutup pembelajaran dalam menerapkan model pembelajaran active learning tipe index card match pada pembelajaran IPS.

Dari hasil penelitian siklus I dan II, dilihat bahwa observasi terhadap aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran active learning tipe index card match menunjukkan guru telah menerapkan pembelajaran sesuai dengan cakupan aspek yang tercantum pada lembar observasi aktivitas guru dengan persentase 100%. Selain itu, peningkatan hasil belajar tersebut didukung dengan adanya peningkatan keaktifan siswa dari siklus I ke siklus II pada pembelajaran IPS.

Aspek keaktifan siswa yang diamati yakni pada aspek kedisiplinan siswa yang meliputi sikap dalam mengikuti instruksi kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung, keberanian menyampaikan pendapat, pada aspek kedua yaitu keaktifan siswa di kelas yang meliputi kemampuan memimpin jalannya diskusi kegiatan kelompok, kemampuan berbicara dalam diskusi kegiatan kelompok, mengikuti secara aktif dalam kegiatan diskusi kelompok kemudian kerja sama antar anggota kelompok dan kemampuan dalam mencari pasangan kartu dengan siswa kelompok lainnya.

Dalam aspek kemampuan siswa melakukan index card match yang meliputi kemauan dalam mengkomunikasikan hasil kepada guru dan temannya, kemampuan memberi kesimpulan serta menjaga dan merapikan kembali ruangan kelas. Observasi terhadap keaktifan belajar IPS siswa mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat persentase dari semua aspek pada siklus I ke siklus II.

Dengan demikian, berdasarkan hasil evaluasi belajarar siswa dalam penelitian ini sudah tercapai sehingga penelitian berhenti sampai di siklus II. Pembelajaran IPS dengan menggunakan model active learning tipe index card match mendukung tercapainya hasil belajar siswa yang optimal. Hal ini selaras dengan tujuan pembelajaran IPS, dimana tujuannya untuk mengembangkan pengetahuan siswa dan keterampilan dasar yang akan digunakan dalam kehidupannya (Sapriya, 2009:43).

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas VI SD Negerti I Ketileng Todanan Blora dalam pembelajaran IPS dapat ditingkatkan dengan menggunakan model active learning tipe index card match.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model active learning tipe index card match dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri I Ketileng Todanan Blora. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model active learning tipe index card match dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas VI SD Negeri I Ketileng Todanan Blora dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini didukung dengan meningkatnya persentase hasil belajar siswa. Pada kondisi awal siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 2 siswa (18%), pada siklus I siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 5 siswa (45%), kemudian hasil belajar tersebut meningkat pada siklus II siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 10 siswa (91%).

Saran

Dari kesimpulan yang telah dijelaskan diatas, dapat diajukan beberapa saran yaitu bagi guru, sebaiknya guru lebih meningkatkan lagi dalam mempertegas serta membimbing siswa untuk aktif mengikuti instruksi dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Kemudian bagi siswa, sebaiknya siswa lebih antusias mendengar dan mengerjakan instruksi kegiatan pembelajaran yang dijelaskan oleh guru kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Maulana Asrofu. (2016). Peningkatan      Hasil Belajar IPS Dengan Menggunakan Model Savi Pada Siswa Kelas IV SDN Bakulan. (volume V, nomor 4). Diaksesdari http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pgsd/article/view/951/865. Pada tanggal 30 September 2019, jam 19.30.

Mema Rahmaningrum. (2016.). Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Strategi Pembelajaran Aktif Card Sort Siswa Kelas V. (Volume V,    nomor   9).        Diakses dari http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.ph p/pgsd/article/view/1361/1235. Pada tanggal 29 September, jam 20.00.

Sofan Amri, dkk. (2010). Proses Pembelajaran Kreatif Dan Inovatif Dalam Kelas. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Syamsul Ma’arif, dkk. (2011). Guru Profesional. Semarang: Need’s Press.

Abdul Azis Wahab. (2012). Metode dan Model- Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta.

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Oemar  Hamalik. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.