Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Penerapan Metode Explicit Intructions
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN
MELALUI PENERAPAN METODE EXPLICIT INTRUCTIONS
PADA SISWA KELAS VI SDN 1 KENTENGSARI KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Teguh Eko Darmanto
SDN 1 Kentengsari Kedungjati Kabupaten Grobogan
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi peran Indonesia dalam lingkungan Asia Tenggara melalui metode explicit indtructions pada siswa Kelas VI SDN 1 Kentengsari Kedungjati Kabupaten Grobogan semester II tahun pelajaran 2017/2018. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1 Kentengsari Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Sementer II Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 21 siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes. Sedangkan teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif dari setiap siklus. Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi peran Indonesia dalam lingkungan Asia Tenggara melalui metode explicit intructions adalah nilai kondisi awal rata-ratanya adalah 65, nilai prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada siklus I adalah 70, dan pada siklus II nilai rata-rata adalah 76 sedangkan nilai rata-rata pada siklus III adalah 84. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui metode explicit intructions dapat meningkatkan belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas VI SD Negeri 1 Kentengsari Kedungjati Kabupaten Grobogan semester II tahun pelajaran 2017/2018.
Kata kunci: hasil belajar, explicit intructions, PKn materi peran Indonesia dalam lingkungan Asia Tenggara.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan formal bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, sekaligus akan meningkatkan harkat dan martabat atau kepribadian manusia. Melalui pendidikan formal itulah diharapkan dapat tercapai peningkatan kehidupan manusia ke arah yang lebih baik. Pendidikan formal menekankan pendidikan akademik dan non akademik. Penentuan keberhasilan siswa diawali adanya nilai hasil belajar yang dilaksanakan setelah menyelesaikan satu atau lebih dari kompetensi dasar sebagai penentu keberhasilan proses pembelajaran.Sistem Pengelolaan pembelajaran harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan dan tanya jawab. Model pembelajaran yang langsung melibatkan guru dan siswa yaitu melalui model pengembangan explicit intruction. Model pembelajaran ini tepat dikembangakan pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.Secara mendasar bahwa , pembelajaran PKn berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku, norma kehidupan dan kebutuhannya. Pendidikan Kewrganegaraan berkenaan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya; memanfaatkan sumberdaya yang ada dipermukaan bumi; mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya, PKn mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks perilaku dan sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat dengan mentaati norma sosialnya.
Dengan pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial demikian luas, pengajaran PKn pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran PKn pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran PKn dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada tatanan perilaku dan sosial.Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik MI/SD. Pada jenjang pendidikan menengah, ruang lingkup kajian diperluas. Begitu juga pada jenjang pendidikan tinggi bobot dan keluasan materi dan kajian semakin dipertajam dengan berbagai pendekatan. Pendekatan interdisipliner atau multidisipliner dan pendekatan sistem menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan karena PKn pada jenjang pendidikan tinggi menjadi sarana melatih daya pikir dan daya nalar mahasiswa secara berkesinambungan. Model pembelajaran explicit intruction terhadap siswa akan berpengaruh sekali terhadap keberhasilan pendidikan. Model pembelajaran explicit intruction meskipun berpusat pada guru tetapi bukan suasana belajar bersifat otoriter. Dalam kenyataan dari pengamatan yang juga sebagai guru di kelas tersebut yang khususnya dilakukan dengan guru pengampu mata pelajaran PKn di kelas tersebut bahwa hasil belajar siswa masih sangat rendah.
Hal ini dapat dilihat melalui nilai hasil belajar PKn pada ulangan harian di kelas tersebut. Paling tidak, ada dua macam faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keberhasilan siswa dalam ulangan PKn tersebut. yaitu faktor eksternal dan factor internal. Yang termasuk faktor eksternal, diantaranya pengaruh pergaulan, keluarga, lingkungan dan fisik. Dari faktor internal, faktor-faktor yang berpengaruh diantaranya pendekatan pembelajaran, metode, media, atau sumber pembelajaran yang digunakan oleh guru. Guru memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat perkembangan dan pembentukan psikologi siswa. Pada umumnya, guru PKn cenderung menggunakan pendekatan pembelajaran yang konvensional, miskin inovasi sehingga kegiatan pembelajaran PKn berlangsung monoton dan membosankan. Para peserta tidak diajak untuk belajar PKn, bersosialisasi, berpengalaman, komunikasi, tetapi cenderung diajak belajar tentang pengetahuan. Artinya, apa yang disajikan oleh guru di kelas bukan bagaimana siswa menghafalkan, melainkan diajak untuk mempelajari teori tentang konsep dan penerapan. Akibatnya pelajaran PKn hanya sekadar melekat pada diri siswa sebagai sesuatu yang rasional dan kognitif belaka, belum menyatunya secara emosional dan afektif. Ini artinya, rendahnya kemampuan aspek psikomotor bisa menjadi hambatan serius bagi siswa untuk menjadi siswa yang cerdas, kritis, kreatif dan berbudaya.Jika kondisi pembelajaran semacam ini dibiarkan berlarut-larut,bukan tidak mungkin berdampak dikalangan siswa sekolah dasar akan terus berada pada tataran yang rendah. Para siswa akan terus menerus mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep PKn.
Dalam konteks demikian diperlukan pendekatan pembelajaran Pakem yang benar-benar inovatif dan kreatif sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Siswa tidak hanya diajak untuk belajar PKn secara rasional dan kognitif, tetapi juga diajak untuk belajar penerapan langsung. berlatih dalam konteks dan situasi yang sesungguhnya dalam suasana yang dialogis, interaktif, menarik dan menyenangkan yaitu dengan model pembelajaran explicit intruction. Dengan cara demikian, siswa tidak akan terpasang dalam suasana pembelajaran yang kaku, monoton, dan membosankan. Pembelajaran model explicit intruction menjadi sajian materi yang selalu dirindukan dan dinantikan oleh siswa. Dengan demikian maka peneliti mengangkat judul penelitian tindakan kelas sebagai berikut: Meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan Materi peran Indonesia dalam lingkungan Asia Tenggara Melalui penerapan metode explicit intruction pada siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1 Kentengsari Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.
Kajian Teori
Pengertian Hasil Belajar
Kemampuan intelektual sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar. Adapun prestasi dapat diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bbahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (2003:19) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seorang dalam usaha beljar sebagimana yang dinyatakan dalam raport. Prestasi belajar adalah yaitu kekuatan dorongan atau daya yang berasal dari dalam diri seseorang untuk membuat gairah dan nafsu belajar yang diusahakan agar hasilnya lebih baik dan menggembirakan (Sardiman,2002: 115). Kekuatan/kesiapan ini meliputi perkembangan intelektual, sensori motorik, kebutuhan dan berbagai kemampuan, serta cita-cita yang menyebabkan seseorang dapat menanggapi (merespon) sesuatu dari pada yang lain, untuk meningkatkan semangat belajar dan mencapai kesiapan ini ditempuh dengan cara dalam belajar PKn menggunakan metode diskusi kelompok yang dilakukan guru dalam pembelajaran. Semangat dapat dicapai siswa dengan baik karena berkat adanya bimbingan dalam pembelajaran (Zahara Idris dan Jamal, 2002:72).
Sedangkan menurut S. Nasution (2004:17) Pretasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yaitu kognitif, affektif dan sikomotor, sebaliknya dikatakan kurang jika seseorang belum mampu memenuhi ttarget ketiga aspek tersebut. Berdasrkan pengertian tersebut maka dapat dijelaskan bahwa prstasi belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.
Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar dan mencapai prestasi yang lebih baik pada mata pelajaran PKn merupakan usaha guru agar siswa memiliki dorongan/semangat dan keamanan untuk senang belajar PKn yang pada umumnya mata pelajaran yang menjenuhkan dan membosankan. Dengan memiliki dorongan dan semangat belajar inilah siswa dapat dipacu untuk meningkatkan prestasi belajarnya dalam mata pelajaran PKn yang semakin hari semakin meningkat.
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2005: 34) bahwa:
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggungjawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berdasarkan pendapat diatas jelas bagi kita bahwa PKn bertujuan mengembangkan potensi individu warga negara, dengan demikian maka seorang guru PKn haruslah menjadi guru yang berkualitas dan profesional, sebab jika guru tidak berkualitas tentu tujuan Pkn itu sendiri tidak tercapai. Secara garis besar mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3 dimensi yaitu:
a. Dimensi pengetahuan kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum dan moral.
b. Dimensi Keterampilan kewarganegaraan (Civics Skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa bernegara.
c. Dimensi nilai-nilai Kewarganegaraan (Civics Value) mencakup antara lain percaya diri, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur. (Depdiknas 2003: 4)
Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa bukan saja menerima pelajaran berupa pengetahuan, tetapi pada diri siswa juga haus berkembang sikap ,keterampilan dan nilai-nilai. Sesuai dengan Depdiknas (2005:33) yang menyatkan tujuan PKn untuk setiap jenjang pendidikan yaitu mengembangkan kecerdasan warga negara yang diwujudkan melalui pemahaman, keterampilan sosial dan intelektual, serta berprestasi dalam memecahkan masalah dilingkungannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka guru berupaya melalui kualitas pembelajaran yang dikelolanya, upaya ini bisa dicapai jika siswa mau belajar. Dalam belajar inilah guru berusaha mengarahkan dan membentuk sikap serta perilaku siswa sebagai mana yang dikehendaki dalam pembelajaran PKn.
Sedangkan Dwi Santoso (2004: 111) menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan untuk memberi bekal pengetahuan, dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan bela negera. Menurut pendapat Ali Fais (2003:3) menyebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan untuk mengarahkan pada pembentukan moral yang diharapkan diwujudkan dalam perilaku sehari hari.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan untuk mengarahkan pembentukan moral yang diwujudkan dalam perilaku sehari hari membekali pengetahuan serta kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendahuluan bela negara. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan ini para siswa diharapkan mampu mengembangkan potensinya baik sebagai pribadi, anggota masyarakat, bangsa dan negara, maupun sebagai anggota masyarakat dunia.
Metode Explicit Intruction
â€Metode explixit intruction mempunyai istilah lain yaitu direct intruction mastery teaching yaitu pembelajaran langsung , pengajaran aktif, yang semua istilah itu sering dikenal dengan pembelajaran langsung†Rahmad Widodo (2009:11). Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Langkah tersebut adalah: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan siswa, guru memberikan bimbingan kepada siswa dalam pembelajaran, guru mengecek atau mengontrol pemahaman dan memberikan umpan balik tentang sejauh mana meteri pelajaran dikuasai siswa, dan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan lanjutan.
Model pembelajaran explicit intruction atau pengajaran langsung dirancang dengan tujuan mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan yang prosedural dan pengetahuan deklaratif. Model ini memfokuskan pada satu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah (Indana , 2003 ;6). Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Metodologi Penelitian
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di kelas VI SD Negeri 1 Kentengsari Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan yang berjumlah siswa 21 anak. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2018 sampai Maret 2018 semester II tahun pelajaran 2017/2018.
Prosedur Penelitian
Tindakan yang akan dilakukkan dalam penelitian ini mencakup empat tahap yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam rancangan penelitian ini adalah teknik tes, observasi, dan dokumen, Data yang terkumpul diolah dengan teknik analisis deskriptif komparatif untuk memperoleh kesimpulan akhir dalam melaksanakan penelitian.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan survai awal. untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran PKn serta prestasi awal siswa dalam PKn. Kondisi awal ini menjadi acuan untuk menentukan tindakan apa saja yang akan dilakukan pada pembelajaran dalam siklus selanjutnya. Survai awal dilakukan untuk mengetahui prestasi siswa dalam pembelajara PKn dalam menentukan perbaikan selanjutnya. Nilai yang diperoleh siswa berkisar antara 50-80 dengan nilai rata-rata 65. Perolehan nilai rata-rata siswa tersebut jauh dari ketuntasan minimal hasil belajar 70 dan nilai rata rata mencapai 78.
Deskripsi Setiap Siklus I
Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu, (1) perencanaan , (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
Pelaksanaan tindakan I ini dilaksanakan 2 kali pertemuan. yakni pada hari Senin, 15-1-2018 dan 22-1-2018 di ruang kelas VI SDN 1 Kentengsari. Sesuai dengan RPP yang telah dibuat oleh peneliti sebagai guru yang bersangkutan, pelaksanaan pembelajaran PKn Melalui metode explicit intruction pada siklus ini dilakukan oleh guru kelas VI SDN 1 Kentengsari.
Nilai rata-rata siswa adalah 70. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus 1 dikatakan berhasil akan tetapi belum mencapai hasil yang maksimal. Peningkatan memang terjadi pada beberapa indikator yang telah ditentukan pada survey awal. Akan tetapi, nilai rata-rata PKn siswa belum melebihi dari batas minimal ketuntasan hasil belajar 78. Oleh karena itulah, siklus II sebagai perbaikan proses pembelajaran pada siklus I perlu dilaksanakan.
Deskripsi Siklus II
Pelaksanaan tindakan II ini direncanakan 2 kali pertemuan, yakni pada hari Senin, 5-2-2018 dan 12-2-2018 di ruang kelas VI SD Negeri 1 Kentengsari. Pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35 menit.
Pada pelaksanaan proses pembelajaran dengan metode explicit intruction tersebut guru membuka pelajaran PKn dengan berdoa kemudian guru melakukan presensi kepada siswa untuk mengetahui ada tidaknya siswa yang tidak masuk sekolah. Sebelum guru memulai pelajaran, guru terlebih dahulu menanyakan kabar atau keadaan siswa pada hari itu. Setelah itu, guru memberikan apersepsi dan menyegarkan kembali ingatan siswa mengenai penjelasan teori pada pertemuan yang lalu, yakni tentang langkah-langkah pembelajaran PKn.
Dalam pembelajaran guru menggunakan bantuan media elektronika tersebut dalam rangka untuk mempermudah dalam menyampaikan bahan ajar kepada siswa dan sekaligus membantu mereka dalam menyerap dan memahami materi yang disampaikan. Selanjutnya, guru mengelompokkan siswa secara heterogen sesuai dengan anggota kelompoknya pada siklus II.
Setelah semua kelompok terbentuk, guru memberikan pertanyaan individual kepada siswa berupa lembar kerja siswa yakni menceritakan pengalaman yang paling berkesan. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru menginformasikan dan mengingatkan siswa bahwa Melalui metode explicit intruction yang mereka lakukan tersebut akan dijadikan kompetisi antar kelompok, sehingga guru meminta setiap anggota kelompok agar mengerjakan tugas tersebut dengan serius dan sungguh-sungguh.
Untuk mengetahui hasil diskusi mereka, guru meminta beberapa kelompok untuk mewakilkan salah satu anggotanya dengan membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas, sedangkan bagi siswa yang tidak tampil diberi tugas untuk diminta untuk memberikan tanggapan, masukan, saran, maupun kritik terhadap hasil pekerjaan temannya. Selanjutnya. guru meminta semua siswa untuk memberikan tepuk tangan pada siswa yang telah tampil di depan. Setelah itu, guru bersama siswa menyimpulkan dan merefleksi hasil pembelajaran yang telah berlangsung. Pada akhir pembelajaran pertemuan pertama, guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Nilai rata-rata siswa adalah 76. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas tindakan pada siklus II berhasil akan tetapi belum mencapai hasil yang maksimal rata rata 78. Peningkatan prestasi memang terjadi pada beberapa indikator dibandingkan siklus sebelumnya. Nilai rata-rata kelas belum mencapai batas ketuntasan belajar minimal tersebut dan belum maksimal. Oleh karena itulah, siklus III sebagai perbaikan
Deskripsi Siklus III
Pelaksanaan tindakan III ini direncanakan pada hari Senin, 12-2-2018 dan 19-2-2018 di ruang kelas VI SD Negeri 1 Kentengsari. Pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35 menit. Sesuai RPP pada siklus III ini pembelajaran dilakukan oleh guru kelas.
Kegiatan obsevasi ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan kekurangan pada siklus I dan II sudah dapat teratasi atau belum. Pada pelaksanaan proses pembelajaran tersebut, guru membuka pelajaran PKn dengan berdoa kemudian guru melakukan presensi kepada siswa untuk mengetahui ada tidaknya siswa yang tidak masuk sekolah. Sebelum guru memulai pelajaran, menanyakan kabar dan keadaan siswa pada hari itu. Setelah itu, guru memberikan apersepsi dan menyegarkan kembali ingatan siswa mengenai penjelasan teori pada pertemuan yang lalu
Sebelumnya, guru bertanya jawab dengan siswa tentang pengetahuan awal mereka tentang mendeskripsikan peran Indonesia dalam lingkungan Asia Tenggara, untuk menarik perhatian dan membangkitkan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran, guru menampilkan rangkuman materi yang akan diajarkan oleh guru pada hari itu. Kemudian. guru membagikan rangkuman materi tersebut kepada masing-masing siswa dan memberikan penjelasan dari setiap keterangan yang ada secara perlahan-lahan. Guru pun memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas dan belum mereka pahami.
Setelah itu, guru menyediakan waktu dan memberikan kesempatan kepada siswa yang berkeinginan tampil membacakan hasil pekerjaannya Setelah beberapa siswa tampil di depan, guru memberikan penghargaan kepada siswa Selanjutnya, guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaan yang telah mereka buat dan sekaligus menginformasikan bahwa pada pertemuan berikutnya kompetisi dengan teman lainnya. Guru juga menginformasikan peningkatan hasi belajar masing-masing anggota kelompok dan sekaligus mengumumkan kelompok-kelompok yang berprestasi. Akhirnya, guru bersama siswa menyimpulkan dan merefleksi hasil pembelajaran yang telah berlangsung. Pada akhir pembelajaran pertemuan pertama tersebut, guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Proses belajar mengajar PKn dengan Melalui metode explicit intruction di kelas VI SD Negeri 1 Kentengsari berjalan dengan baik dan lancar. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I siklus II dan siklus III telah dapat diatasi.Guru berhasil memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib dan penuh semangat Guru sudah mampu mengatasi kesalahan yang dilakukan siswa selama proses belajar mengajar tanpa membuat siswa merasa direndahkan. Banyak siswa yang sudah mampu menjawab pertanyaan yang diberikan secara serius dan sungguh. Beberapa siswa yang pada awalnya bersikap egois dan mendominasi kelompok, akhirnya sedikit demi sedikit dapat menghilangkan sikap itu dan mereka menyadari arti pentingnya kerja sama dan kompak dalam sebuah kelompok. Secara keseluruhan. proses pembelajaran berjalan dengan baik dan lancar. Peningkatan indikator-indikator ini dapat dilihat dari nilai perolehan siswa dalam penilaian hasil yang dilakukan pada siklus I, siklus II, dan siklus III, sedangkan indikator peningkatan prestasi belajar yang telah diraih setiap anggota kelompok dan individual secara keseluruhan, prestasi belajar selalu mengalami peningkatan ditiap-tiap siklus dan mencapai melebihi KKM.
Dari hasil pengamatan peneliti pada tindakan siklus III dapat dikemukakan sebagai berikut. Bahwa prestasi nilai pembelajaran PKn mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari tercapainya sejumlah indikator yang telah ditetapkan, seperti meningkatnya keaktifan siswa dalam kegiatan apersepsi, kegiatan belajar mengajar, dan aktif dalam menjawab soal-soal. Di samping itu, kekurangan-kekurangan yang ditemui dalam siklus II telah dapat diatasi dengan baik oleh guru pada siklus III. Strategi yang diterapkan guru terbukti dapat meningkatkan keaktifan, partisipasi, minat serta perhatian siswa terhadap pembelajaran.
Adapun dari hasil PKn siswa pada siklus III, diketahui bahwa terjadi peningkatan prestasi nilai PKn siswa. Pada siklus ini, masing-masing skor siswa meningkat, semua siswa sudah mencapai batas minimal (65).
Nilai rata-rata siswa adalah 84. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus III dikatakan berhasil. Peningkatan prestasi terjadi pada beberapa indikator dibandingkan siklus sebelumnya. Nilai rata-rata kelas sudah mencapai batas ketuntasan minimal semua dan rata brata sudah mencapai indikator 78.. Dengan demikian, penelitian dipandang cukup untuk dilaksanakan dan selalu mengalami peningkatan setiap siklus. Sehingga Melalui metode explicit intruction dalam pembelajaran ini cukup baik digunakan dalam meningkatkan pestasi PKn.
Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian meningkatkan prestasi hasil PKn Materi peran Indonesia dalam lingkungan Asia Tenggara dengan Melalui metode explicit intruction dalam pembelajaran sebelum dan sesudah tindakan hasilnya dapat dibandingkan pada tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5 nilai PKn sebelum dan sesudah Tindakan
No |
Nilai |
Sebelum tindakan |
Siklus I |
Siklus II |
Siklus III |
1 |
90 |
– |
– |
3 |
11 |
2 |
80 |
4 |
6 |
8 |
7 |
3 |
70 |
7 |
9 |
8 |
3 |
4 |
60 |
7 |
5 |
2 |
– |
5 |
50 |
3 |
1 |
– |
– |
|
Jumlah |
21 |
21 |
21 |
21 |
|
Rata-rata nilai |
65 |
70 |
76 |
84 |
Dengan demikian bahwa nilai dari kondisi awal dengan Nilai sesudah tindakan setiap siklus mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada perolehan nilai rata-rata pada kondisi awal sebelum tindakan 65, siklus I 69 siklus II 75, dan siklus III 83.
Dengan demikian dilihat dari keberhasilan perolehan nilai rata-rata pada kondisi awal dibanding dengan setiap siklus selalu mengalami peningkatan secara signifikan, sehingga keberhasilan prestasi PKn belajar siswa dengan Melalui metode explicit intruction dalam pembelajaran dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang tepat.
PENUTUP
Simpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian peningkatan prestasi belajar melalui Melalui metode explicit intruction dalam belajar PKn materi peran Indonesia dalam lingkungan Asia Tenggara pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Kentengsari Kecamatan Kedungjati, semester II tahun Pelajaran 2017/2018. Hal ini ditandai hasil perolehan nilai rata-rata siswa dalam pembelajaran PKn yang selalu mengalami peningkatan dari sebelum tindakan dan setelah tindakan dalam tiap siklusnya. Hasil tersebut adalah sebagai berikut: Nilai rata-rata PKN sebelum tindakan adalah 65, kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata setelah tindakan adalah rata-rata nilai pada siklus I 70, siklus II 76, sedangkan siklus III 84. Dari hasil tersebut bahwa dengan adanya tindakan dalam pembelajaran dengan Melalui metode explicit intruction dapat meningkatkan prestasi belajar siswa..
Saran
Berkaitan dengan simpulan penelitian di atas, peneliti dapat mengajukan saran-saran sebagai berikut:
Bagi Siswa
Siswa hendaknya selalu memperhatikan penjelasan guru, mencoba menggunakan Melalui metode explicit intruction , menerapkan dan meramalkan suatu konsep PKn, dalam pembelajaran agar prestasinya meningkat serta dalam pembelajaran yang lain. Di samping itu, siswa hendaknya lebih banyak membaca buku dan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.
Bagi Guru
Pada dasarnya tugas guru adalah mengajar. Namun, dalam mengajar guru juga harus melakukan suatu perencanaan dan evaluasi terhadap tindakan apa saja yang akan ditempuh dalam mengajarkan suatu materi. Hal tersebut penting untuk dilakukan agar dalam pelaksanaannya, guru yang bersangkutan dapat memperkecil bahkan menghilangkan kemungkinan munculnya berbagai kelemahan dalam proses pembelajaran yang terjadi. Selain itu, guru harus mampu memilih metode dan media dan alat peraga yang kiranya sesuai untuk digunakan dalam mengajar agar dapat menarik minat siswa, serta tidak ketinggalan yaitu penggunaan alat peraga dan media. Guru hendaknya mau secara terus menerus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi serta dalam mengelola kelas, sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru hendaknya membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan, saran dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki kualitas dirinya.
Bagi Kepala Sekolah
Agar guru dapat meningkatkan profesionalisme maupun kualitas pembelajaran yang dilakukan melalui penelitian tindakan kelas ini, disarankan kepada kepala sekolah untuk: (a) mencukupi sarana dan prasarana pendukung pembelajaran; (b) memotivasi guru untuk senantiasa melakukan peningkatan kinerjanya dengan jalan melakukan pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran (misalnya dengan melakukan PTK sejenis ini); (c) mengirim guru ke beberapa forum ilmiah seperti seminar, lokakarya, workshop, diskusi ilmiah, penataran-penataran supaya wawasan guru bertambah luas dan mendalam intensifnya tentang pendidikan dan pengajaran yang menjadi tugas pokoknya.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Zainal. 2001. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, Surabaya: Insan Cendana
Depdikbud.1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka
Depdiknas. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas
————-, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar PPKn Kelas VI Sekolah Dasar.
Djanzah Ahmad.1993. Petunjuk Teknis Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud
Gino, 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja.
Hamalik, 1992. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Kemis & Taggart, 2006 ; Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara
Moelichatoen R,2003. Metode pengajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyani Sumantri.1994. Psikologi Perkembangan Siswa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Rahman, 1996. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.
Rusli, 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.
Rostiyah. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Slameto, 2003. Belajar Dan Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto. 2003. Penilaian Laporan PTK. Jakarta: Rineka Cipta
Sutarto Pancaputro.2002. Permainan Siswa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Syaiful Bahri Djamarah, 1998. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surakarta: Usaha Nasional
Ullman, 2007. Metode Penilaian. Bandung: Tarsito.