Meningkatkan Hasil Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Mendiskripsikan Hewan Dan Tumbuhan
MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENDISKRIPSIKAN HEWAN DAN TUMBUHAN
DI SEKITARNYA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF
SISWA KELAS I SEMESTER I SDN 4 SAMBONGREJO
KEC. SAMBONG KAB. BLORA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Yuni Astuti
SDN 4 Sambongrejo Kec. Sambong Kab. Blora
ABSTRAK
Pada penelitian ini, dengan adanya perencanaan yang matang akan menghasilkan sesuatu yang efektif, karena mampu meningkatkan kemampuan siswa dan ini bisa digeneralisasikan untuk semua tingkatan kelas di kelas I SDN 4 Sambongrejo. Penerapan metode Active Learning serta pemberian tugas dapat membantu seorang guru (peneliti) dalam upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran PKN secara tematik pada siswa kelas I SDN 4 Sambongrejo. Keberhasilan tersebut merupakan hasil kerjasama antara guru dan para siswa yang secara aktif dalam mengikuti pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga bisa memotivasi teman guru lain untuk dapat menerapkan metode belajar yang lain sesuai dengan meteri yang diajarkan. Hasil yang didapatkan oleh siswa mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Pada kondisi pra siklus, nilai rata-rata siswa sebesar 71,61 sedangkan tingkat ketuntasannya sebesar 58,06%. Pada kondisi siklus I, nilai rata-rata siswa sebesar 78,39 sedangkan tingkat ketuntasannya sebesar 77,42%. Pada kondisi siklus II, nilai rata-rata siswa sebesar 86,13 sedangkan tingkat ketuntasannya sebesar 90,32%.
Kata Kunci: Komunikatif, Hewan, Tumbuhan
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasil-an pembangunan disegala bidang. Hingga kini pendidikan masih diyakini sebagai wadah dalam pembentukan sumber daya manusia yang diinginkan. Melihat begitu pentingnya pendidikan dalam pembentukan sumber daya manusia, maka peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang wajib dilakukan secara berkesinambungan guna menjawab perubahan zaman. Masalah peningkatan mutu pendidikan tentulah sangat berhubungan dengan masalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang sementara ini dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan kita masih banyak yang mengandalkan cara-cara lama dalam penyampaian materinya. Di masa sekarang banyak orang mengukur keberhasilan suatu pendidikan hanya dilihat dari segi hasil. Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh dalam melaksanakannya dan mencakup berbagai aspek, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, sehingga dalam pengukuran tingkat keberhasilannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas yang telah dilakukan di sekolah-sekolah. Mengacu dari pendapat tersebut, maka pembelajaran yang aktif ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan siswa secara langsung, komprehensif baik fisik, mental maupun emosi. Hal semacam ini sering diabaikan oleh guru karena guru lebih mementingkan pada pencapaian tujuan dan target kurikulum. Salah satu upaya guru dalam menciptakan suasana kelas yang aktif, efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran yakni dengan menggunakan alat peraga. Hal ini dapat membantu guru dalam menggerakkan, menjelaskan gambaran ide dari suatu materi.
Hal ini selaras dengan permasalah-an yang sering muncul pada pendidikan sekolah dasar terutama pada kelas I sampai kelas 3. Dimana, untuk memudah-kan pemahaman siswa haruslah didukung dengan aplikasi kehidupan sehari-hari. Sementara itu, pembelajaran tematik pada prinsipnya mampu menjawab atas permasalahan tersebut. Perpaduan beberapa mata pelajaran yang diajarkan dalam satu waktu, akan memberikan wawasan kepada siswa. Di samping itu, pembelajaran akan lebih bervariatif baik dari segi materi, metode dan langkah guru dalam mengajar. Maka dari itu, pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti akan menggunakan pendekatan tematik dalam pembelajaran pada mata PKn di SDN 4 Sambongrejo kelas I semester II tahun pelajaran 2014/2015.
Identifikasi Masalah
1. PKn adalah pelajaran yang erat hubungannya dengan realita kehidupan sosial sehari-hari di masyarakat
2. Pembelajaran kurang bervariatif apabila dilakukan hanya dipakai pada satu mata pelajaran saja.
3. Guru kurang bisa berinovasi terhadap teknik pembelajaran
Analisis Masalah
1. Siswa merasa jenuh dengan suasana di kelas yang hanya bersikap pasif
2. Pembelajaran bersifat pasif
3. Kurangnya kombinasi mata pelajaran yang cocok dalam melaksanakan pembelajaran Active Learning.
Rumusan Masalah
1. Apakah melalui Active Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang memelihara lingkungan siswa SDN 4 Sambongrejo Kecamatan Sambong Pada Tahun Pelajaran 2014/2015 ?
2. Apakah melalui Active Learning dapat meningkatkan hasil belajar tentang memelihara lingkungan siswa di Kelas I Semester I SDN 4 Sambongrejo, Kecamatan Sambong Pada Tahun Pelajaran 2014/2015
Tujuan Penelitian
1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SDN 4 dalam mata pelajaran PKn
2. Untuk meningkatkan motivasi dan pengetahuan tentang metode mengajar yang tepat dan terarah.
3. Untuk menggunakan suatu media yang ada untuk digunakan dalam menunjang proses belajar dan mengajar.
4. Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran PKn di SDN 4 Sambongrejo
Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi atau masukan kepada pengajar (guru) dalam memberikan pelajaranpelajaran yang dinilai sulit dipahami oleh siswa dalam menerima pelajaran. Active Learning memberikan cara belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
1. Siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar PKn
2. Hasil belajar siswa meningkat pada materi pokok tumbuhan hijau.
3. Siswa lebih dapat mencintai alam sekitar
b. Bagi Guru
1. Menambah pengetahuan ten-tang pemanfaatan metode Active Learning sebagai metode pembelajaran.
2. Guru lebih termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang bermanfaat bagi perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran.
3. Guru lebih termotivasi untuk menerapkan strategi pembelajaran yang lebih bervariasi, sehingga materi pelajaran akan lebih menarik.
c. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
d. Bagi Peneliti
Memberikan sumbangan pe-ngalaman tentang penelitian tindakan kelas.
KAJIAN PUSTAKA
Strategi Pembelajaran Siswa Aktif Learning
Setiap hari jutaan anak dan ribuan orang dewasa berinteraksi dalam hubungan antara siswa dan guru. Namun, tidak diketahui apakah interaksi yang mereka lakukan berpengaruh terhadap proses belajar-mengajar. Tidak ada teori belajar atau praktik pendidikan yang mengetengahkan apakah yang sebenarnya terjadi ketika guru bertanya kepada siswanya di kelas. Apakah yang didengar siswa bila ia dipanggil? Apakah yang dipikirkannya, fantasinya dan yang diharapkannya? Kebiasaan seperti apa yang dilakukannya? Adakah pengaruh yang ditimbulkannya terhadap guru? Seringkali guru tidak mengerti jawaban siswa atau ia hanya menganggap jawaban tersebut adalah betul atau salah. Itulah sebabnya, memahami anak adalah hal yang sangat penting dalam proses belajar-mengajar. Dengan mempelajari strategi yang dipakai oleh siswa dalam mengikuti pelajaran, pertanyaan-pertanyaan di atas dapat terjawab.
Belajar dan Pembelajaran Bermakna
Belajar pada hakekatnya merupa–kan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.
Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek,dan konsep-konsep, kehidupan informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.
Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menje–laskan
Kerangka Berpikir
Siswa kelas I SD masih tergolong anak dalam masa berpola pikir kongkret dan holistik sehingga dalam belajar ia perlu menghadapi sesuatu yang nyata dan dapat dimanipulasi secara langsung.
Di sisi lain mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial adalah mata pelajaran yang mengandung konsep-konsep yang bersifat kongkrit. Maka dalam proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga benda langsung ini siswa akan dibawa untuk mempelajari PKn tentang memelihara lingkungan secara nyata yang digunakan sebagai alat peraga untuk menemukan konsep tentang dokumen dan koleksi pribadi. Guru dituntut kreativitas untuk menciptakan proses pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa dengan pengamatan langsung tidak hanya sekedar hapalan. Karena selama ini pembelajaran PKn lebih banyak mengunakan pendekatan eksipatoris. Serta guru dapat memilih cara dan metode yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan.
Berdasarkan latar belakang peneli–tian yang menghasilkan nilai pembelajaran PKn masih di bawah harapan guru dan berdasarkan identifikasi masalah, rumusan tujuan dan manfaat penelitian di atas maka peneliti melakukan perbaiakn pembelajaran pada siklus I dan II. Perbaikan pembela-jaran menggunakan alat peraga benda langsung diharapkan untuk menarik perha-tian siswa sehingga dapat menghasilkan nilai pembelajaran yangmeningkat.
PELAKSANAAAN PERBAIKAN PEMBE-LAJARAN
Pada penelitian ini dilakukan di SDN 4 Sambongrejo kecamatan Samnong kabupaten Blora. Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2014 dan pada tanggal 10 Oktober 2014.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN
Deskripsi Per Siklus
Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.
Pra Siklus
Tabel 1 Prestasi Belajar Pra Siklus
Nilai |
0 |
10 |
20 |
30 |
40 |
50 |
60 |
70 |
80 |
90 |
100 |
Banyak Siswa |
– |
– |
– |
|
2 |
2 |
6 |
3 |
14 |
4 |
– |
Jumlah Siswa |
Tuntas |
Belum Tuntas |
Rata-rata |
Tingkat Ketuntasan |
|||||||
23 |
15 |
8 |
73 |
65% |
Tabel 2. Nilai Tes Pra Siklus
No |
Hasil Angka |
Hasil Huruf |
Arti Lambang |
Jumlah Siswa |
Persen |
1. |
85-100 |
A |
Sangat baik |
2 |
9% |
2. |
75-84 |
B |
Baik |
13 |
57% |
3. |
65-74 |
C |
Cukup |
3 |
13% |
4. |
55-64 |
D |
Kurang |
3 |
13% |
5. |
< 54 |
E |
Sangat Kurang |
2 |
9% |
Jumlah |
23 |
100% |
Dari hasil tes Pra siklus, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat baik) adalah 2 siswa atau 9%, sedangkan yang mendapat nilai B (baik) 13 siswa atau (57%). Sedangkan yang mendapat nilai C (Cukup) 3 siswa atau (113) sedangkan yang mendapat nilai D (Kurang) 3 siswa atau (13%) sedangkan yang mendapat nilai E (Sangat kurang) 2 siswa atau (9%).
Siklus I
Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.
Tabel 3 Prestasi Belajar PKn Siklus I
Nilai |
0 |
10 |
20 |
30 |
40 |
50 |
60 |
70 |
80 |
90 |
100 |
Banyak Siswa |
– |
– |
– |
– |
– |
– |
1 |
2 |
13 |
7 |
– |
Jumlah Siswa |
Tuntas |
Belum Tuntas |
Rata-rata |
Tingkat Ketuntasan |
|||||||
23 |
20 |
3 |
81 |
87% |
Tabel 4. Hasil Belajar Siklus I
No |
Hasil Angka |
Hasil Huruf |
Arti Lambang |
Jumlah Siswa |
Persen |
1. |
85-100 |
A |
Sangat baik |
20 |
88% |
2. |
75-84 |
B |
Baik |
0 |
0% |
3. |
65-74 |
C |
Cukup |
2 |
8% |
4. |
55-64 |
D |
Kurang |
1 |
4% |
5. |
< 54 |
E |
Sangat Kurang |
0 |
0% |
Jumlah |
23 |
100% |
Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A 20 siswa atau 88% , sedangkan yang mendapat nilai B siswa 0 (0 %) sedangkan yang mendapat nilai C 2 siswa (8%) yang mendapat nilai D 1 siswa (4%) sedangkan yang mendapat nilai E 1 siswa atau 4%.
Siklus II
Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.
Tabel 5. Hasil Belajar Siklus II
No |
Hasil Angka |
Hasil Huruf |
Arti Lambang |
Jumlah Siswa |
Persen |
1. |
85-100 |
A |
Sangat baik |
20 |
88% |
2. |
75-84 |
B |
Baik |
3 |
12% |
3. |
65-74 |
C |
Cukup |
0 |
0% |
4. |
55-64 |
D |
Kurang |
0 |
0% |
5. |
< 54 |
E |
Sangat Kurang |
0 |
0% |
Jumlah |
23 |
100% |
Dari pelaksanaan tindakan siklus II dapat di ketahui bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A) adalah 20 siswa (88%). Sedangkan yang terbanyak yaitu yang mendapat nilai baik (B) adalah 3 siswa atau (12%) sedangkan yang mendapat nilai (C) adalah 0 siswa (0%) sedangkan yang mendapat nilai (D) adalah 0 siswa atau (0%) dan E tidak ada atau 0% sedangkan nilai rata-ratanya kelas adalah 90%.
Tabel 6 Prestasi Belajar Siklus II
Nilai |
0 |
10 |
20 |
30 |
40 |
50 |
60 |
70 |
80 |
90 |
100 |
Banyak Siswa |
– |
– |
– |
– |
– |
– |
0 |
0 |
16 |
3 |
4 |
Jumlah Siswa |
Tuntas |
Belum Tuntas |
Rata-rata |
Tingkat Ketuntasan |
|||||||
23 |
23 |
0 |
90 |
100% |
Pembahasan
Pada siklus I nampak adanya peningkatan prestasi pada siswa. Tetapi penguasaan siswa terhadap materi yang ada masih kurang. Hal ini disebabkan karena kurangnya aktivitas siswa dalam bertanya sehingga guru pun menganggap bahwa siswa sudah paham. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka akan dilakukan tindakan pada siklus II.
Pada siklus II, telah dilakukan penelitian dengan metode praktikum di depan kelas, dimana siswa diberi tugas untuk melakukan uji pengenalan annnggota tubuh. Berdasarkan pengamat-an yang dilakukan nampak aktivitas siswa dala berkelompok. Adanya kerjasama dan praktek secara langsung, maka nampak adanya peningkatan hasil belajar
Pada siklus II ini, siswa diminta untuk membentuk kelompok heterogen, dimana salah satu anggota yang mempunyai kemampuan lebih dari semua kelompok dikumpulkan, kemudian diberi penjelasan oleh guru. Setelah paham siswa yang sudah diberi penjelasan materi tersebut kembali ke kelompoknya masing-masing dan menjelaskan kepada teman dalam kelompoknya tersebut. Kemudian setiap kelompok dengan perwakilan siswa yang memiliki kemampuan tinggi menyajikan materi yang telah didiskusikan. Berdasarkan evaluasi, metode tersebut membuat peningkatan yang signifikan Dari sejumlah tindakan atau siklus pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini, tampak adanya hubungan antara pra siklus,siklusI,dan siklus II. Berdasarkan hubungan tersebut terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas I di SDN 4 Sambongrejo. Kecamatan Sambong.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian di kelas I SDN 4 Sambongrejo dapat ditarik kesimpul–an sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini dilakukan perenca–naan yang matang mulai dari menyiapkan tema, tujuan, dan media yang akan digunakan supaya dalam pelaksanaannya pun juga dapat berjalan dengan lancar sehingga melalui evaluasi yang dilakukan menunjukkan peningkatan belajar siswa dalam mata pelajaran PKn secara tematik hal ini terlihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa selalu meningkat aktivitas, pemahaman dan kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar juga mengalami peningkatan.
2. Pada penelitian ini, dengan adanya perencanaan yang matang akan menghasilkan sesuatu yang efektif, karena mampu meningkatkan kemam–puan siswa dan ini bisa digeneralisasi–kan untuk semua tingkatan kelas dari kelas I dan juga kelas lain di SDN 4 Sambongrejo.
3. Penerapan metode Active Learning serta pemberian tugas dapat membantu seorang guru (peneliti) dalam upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran PKn secara tematik pada siswa kelas I SDN 4 Sambongrejo Keberhasilan tersebut merupakan hasil kerjasama antara guru dan para siswa yang secara aktif dalam mengikuti pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga bisa memotivasi guru-guru lain untuk dapat menerapkan metode belajar yang lain.
4. Hasil yang didapatkan oleh siswa mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Pada kondisi pra siklus, nilai rata-rata siswa sebesar 71,61 sedangkan tingkat ketuntasannya sebesar 58,06%. Pada kondisi siklus I, nilai rata-rata siswa sebesar 78,39 sedangkan tingkat ketuntasannya sebesar 77,42%. Pada kondisi siklus II, nilai rata-rata siswa sebesar 86,13 sedangkan tingkat ketuntasannya sebesar 90,32%.
Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, saran yang dapat disampaikan untuk sesama guru adalah supaya lebih kreatif dan tidak monoton dalam memberikan metode belajar kepada siswanya. Kemudian kepada peneliti selanjutnya apabila ingin meneliti dengan mata pelajaran yang sama diharapkan memiliki variasi lain dalam melakukan penelitian, misalnya dalam materi yang berbeda, budaya yang berbeda, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2005. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zainal. (1994). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung. http://www.teknologipendidikan.net
Gagne, R.M (1985). The Conditions of Learning Theory of instruction (4th Edition). New York: Holt, Rinehart and Winston.
Hasibuan, J.J, Mudjiono (1988), Proses Belajar Mengajar. CV. Remaja Karya.Bandung.
Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Pustaka Mulia
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. UNS Press.