Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Dengan Example Non Example
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE PADA SISWA KELAS III
SD NEGERI 1 KARANGGONDANG KECAMATAN KARANGKOBAR SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Suharti
SDN 1 Karanggondang Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara
ABSTRAK
Hasil observasi pembelajaran IPS pada kelas III menunjukkan hasil yang memperihatinkan. Kemampuan berpikir kritis peserta didik dari 13 siswa yang berkategori baik hanya 2 anak atau 15,38% selebihnya masih dalam kategori cukup dan kurang. Ketuntasan belajar baru mencapai 23,08% dan nilai rata-rata 67,85, dengan KKM 75,00. Penyebab rendahnya kemampuan proses dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS antara lain: 1) pembelajaran masih berpusat pada guru, 2) Proses pembelajaran yang kurang menarik perhatian siswa, 3) Guru belum menerapkan model pembelajaran Example Non Example. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik adalah model pembelajaran Example Non Example. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPS siswa kelas III SD N 1 Karanggondang Kecamatan Karangkobar Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan model pembelajaran Example Non Example dilakukan observasi dengan lembar pengamatan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada siswa dalam proses pembelajaran melalui 2 siklus perbaikan pembelajaran. Hasil penelitian tindakan kelas didapatkan hasil penerapan model pembelajaran Example Non Example, dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dari 2 siswa atau 15,38% menjadi 10 siswa atau 76,92% dan dapat meningkatkan hasil belajar dari rata-rata 67,85 menjadi 79,62 dengan ketuntasan belajar dari 23,08% menjadi 84,62%. Dengan demikian penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example membawa peningkatan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 1 Karanggondang.
Kata kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, Hasil belajar, Model Pembelajaran Example Non Example
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara umum keberhasilan pembelajaran adalah meningkatnya proses dan hasil belajar siswa. Tetapi hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III SD Negeri 1 Karanggondang untuk beberapa kompetensi dasar umumnya menunjukkan nilai yang rendah. Hal ini dikarenakan standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas III cakupan meterinya sangat luas, sehingga siswa kurang menguasai meterinya, hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian sebagian besar masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan yaitu sebesar 75. Dari 13 siswa hanya 23,07% (3 siswa) yang sudah memenuhi KKM, sedangkan 66,93% (10 siswa), belum memenuhi KKM.
Rendahnya proses dan hasil belajar IPS di kelas III SD Negeri 1 Karanggondang, dimungkinkan juga karena guru belum menggunakan model pembelajaran inovativ serta dalam mendesain skenario pembelajaran yang belum disesuaikan dengan karakteristik materi maupun kondisi siswa sehingga memungkinkan siswa kurang aktif dan berpikir kritis. Adanya kecenderungan guru tetap menggunakan model pembelajaran konvensional yang bersifat satu arah, yang mengakibatkan pembelajaran tampak kering dan membosankan. Kegiatan pembelajaran masih didominasi guru. Siswa sebagai obyek bukan subyek bahkan guru cenderung membatasi partisipasi dan kreatifitas siswa selama proses pembelajaran. Kenyataan selama ini kegiatan belajar mengajar masih didominasi guru yaitu kegiatan satu arah dimana penuangan informasi dari guru ke siswa dan hanya dilaksanakan dan berlangsung di sekolah, sehingga hasil yang dicapai siswa hanya mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum, teori hanya pada tingkat ingatan.
Bertumpu pada kenyataan tersebut untuk merangsang dan meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa baik secara individual dan kelompok terhadap proses pembelajaran IPS maka masalah ini harus dicari pemecahannya dengan menggunakan model pembelajran inovatif yang sesuai dengan materi yang diajarkan, kiranya salah satu alternatif untuk pemecahan yaitu dengan menggunakan Model Pembelajaran Example Non Example.
Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Dengan merangsang kemampuan berpikir kritis siswa diharapkan siswa lebih mampu memecahkan masalahnya sendiri sehingga hasil belajar siswa pun menjadi lebih baik.
Oleh karena itu penulis mengambil judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar IPS dengan Model Pembelajaran Example Non Example pada siswa kelas III SD Negeri 1 Karanggondang Kecamatan Karangkobar Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018”
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1) Siswa kurang mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya dalam pembelajaran IPS karena pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). 2) Proses pembelajaran yang kurang menarik perhatian siswa sehingga mata pelajaran IPS menjadi membosankan. 3) Guru belum menerapkan Model Pembelajaran Example Non Example. 4) Hasil belajar IPS masih rendah jika dibandingkan dengan hasil belajar mata pelajaran lain.
Dengan adanya masalah yang cukup banyak, maka penelitian ini dibatasi pada: Hasil belajar dibatasi pada hasil belajar IPS Kelas III tentang materi jenis-jenis pekerjaan dan semangat kerja. Pembelajaran dibatasi pada Model Pembelajaran Example Non Example.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, maka perlu mempertegas permasalahan yang akan dikaji. Dalam hal ini perumusan permasalahan yang akan dikaji adalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah penerapan Model Pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD N 1 Karanggondang kecamatan Karangkobar semester 2 tahun pelajaran 2017/2018; 2) Bagaimanakah penerapan Model Pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan hasil belajar pembelajaran IPS siswa kelas III SD N 1 Karanggondang kecamatan Karangkobar semester 2 tahun pelajaran 2017/2018.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum untuk Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Tujuan Khusus 1) untuk Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajan IPS kelas III SD N 1 Karanggondang kecamatan Karangkobar semester 2 tahun pelajaran 2017/2018; 2) Meningkatkan hasil belajar pembelajaran Pendidikan IPS siswa kelas III SD N I Karanggondang kecamatan Karangkobar semester 2 tahun pelajaran 2017/2018.
LANDASAN TEORI
Kemampuan Berpikir Kritis
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, dapat diambil kesimpulan mengenai pengertian kemampuan berpikir kritis yaitu sebuah kemampuan yang dimiliki setiap orang untuk menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik untuk mengejar pengetahuan yang relevan tentang dunia dengan melibatkan evaluasi bukti. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan untuk menganalisis suatu permasalahan hingga pada tahap pencarian solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Orang-orang yang memiliki kemampuan berpikir kritis tidak hanya mengenal sebuah jawaban. Mereka akan mencoba mengembangkan kemungkinan-kemungkinan jawaban lain berdasarkan analisis dan informasi yang telah didapat dari suatu permasalahan. Berpikir kritis berarti melakukan proses penalaran terhadap suatu masalah sampai pada tahap kompleks tentang “mengapa” dan “bagaimana” proses pemecahannya
Secara garis besar, peneliti membagi ciri-ciri berpikir kritis tersebut ke dalam 6 pokok indikator. Pemilihan 6 ciri berpikir kritis ini didasarkan pada langkah-langkah pendekatan SAVI model pembelajaran berbasis masalah, sehingga dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengamati kemampuan berpikir kritis siswa. Ciri-ciri berpikir kritis tersebut antara lain: 1) Pandai mendeteksi permasalahan; 2) Suka mengumpulkan data untuk pembuktian faktual; 3) Mampu menginterpretasi gambar atau kartun; 4) Mampu membuat interpretasi pengertian, definisi, reasoning, dan isu kontroversi; 5) Mampu mendaftar segala akibat yang mungkin terjadi atau alternatif pemecahan terhadap masalah, ide, dan situasi; 6) Mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi.
Hasil Belajar
Hasil belajar menunjukan kemampuan siswa yang sebenarnya yang telah mengalami proses pengalihan ilmu pengetahuan dari seseorang yang dapat dikatakan dewasa atau memiliki pengetahuan kurang. Jadi dengan asanya hasil belajar, orang dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat menangkap, memahami, dan memiliki materi pelajaran tertentu. Atas dasar pendidik dapat menentukan strategi belajar mengajar yang lebih baik (Purwanto,2010:42)
Pendidikan IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai disiplin operasional yang efektif dan memperhatikan studi tentang manusia di masyarakat dalam situasi global saat ini dapat memainkan peran yang sangat penting. Namun demikian berdasarkan keberadaannya dalam mengajarkan ilmu sosial didominasi oleh proses belajar dengan menggunakan buku teks (Fajar, 2009: 32).
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPS adalah membina anak didik menjadi warga Negara yang baik yang memiliki pengetahuan keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta masyarakat dan Negara.
Model Pembelajaran Examples Non Examples
Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Examples and Non Examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari examples dan non-examples dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.
Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.
Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti: kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di tempat peneliti melaksanakan tugas mengajar yaitu SD N 1 Karanggondang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara. Penelitian dilakukan di ruang kelas siswa kelas 3. Mata Pelajaran yang dipilih dalam penelitian ini adalah Ilmu Pengetahuan Sosial sesuai dengan materi mengajar peneliti. Untuk mencapai perbaikan pembelajaran yang sesuai harapan, maka penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Februari sampai Mei 2018
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 1 Karanggondang berjumlah 13 siswa, terdiri dari 2 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki dengan karakteristik siswa memiliki potensi dan kompetensi yang heterogen. SD Negeri 1 Karanggondang adalah tempat peneliti melaksanakan tugas mengajar sehingga penelitian ini tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar karna dilaksanakan seperti jadawal mengajar biasanya.
Sumber Data
Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini yang digunakan adalah:
- Sumber data siswa meliputi: data tentang kemampuan berpikir kritis, data tentang hasil belajar pada mata pelajaran IPS dan data tentang penerapan Model Pembelajaran Example Non Example.
- Sumber data guru meliputi data keterampilan guru merencanakan perbaikan pembelajaran dan ketrampilan proses pembelajaran seperti interaksi pembelajaran, implementasi penerapan Model Pembelajaran Example Non Example.
- Sumber data kolabolator meliputi pengamatan penerapan Model Pembelajaran Example Non Example dan hasil refleksi bersama guru peneliti.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini teknik dan alat pengumpulan data menggunakan: Teknik Tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar, yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar mata pelajaran IPS lembar tes belajar yang terdiri dari 10 soal tes pilihan ganda, 10 soal isian singkat dan 5 soal uraian.
Teknik Pengamatan
Pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengamatan tentang kemampuan berpikir kritis, pengamatan tentang penerapan model pembelajaran Example Non Example dalam proses pembelajaran dan pengamatan perilaku peserta didik. Observasi kemampuan berpikir kritis dilakukan pada saat guru memberikan tindakan dengan mengisi lembar observasi. Observasi dilakukan oleh pengamat atau observer. Pengisiannya dilakukan dengan cara menuliskan cek list (√) sesuai dengan keadaan yang diamati pada lembar observasi.
Instrumen yang digunakan untuk pengamatan tentang penerapan model pembelajaran Example Non Example dilakukan saat proses pembelajaran yaitu Alat Penilaian Kemampuan Guru Mengajar (APKG 2) terdiri dari 3 (tiga) aspek, yaitu: 1) Pendahuluan, 2) Kegiatan Inti, 3) Penutup. Instrumen yang digunakan untuk pengamatan perilaku peserta didik berupa deskripsi pembelajaran penerapan model pembelajaran Example Non Example terdiri dari perilaku pada proses pendahuluan, proses kegiatan inti dan proses penutup.
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi pra siklus tentang kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar serta dokumen perangkat pembelajaran. Dokumen pra siklus yang digunakan untuk mengetahui kondisi awal hasil belajar mata pelajaran IPS mengambil daftar nilai dari nilai semester. Selain hal tersebut juga menggunakan dokumentasi foto kegiatan pembelajaran.
Analisis Data
Teknik analisis data dengan menggunakan deskripsi komparatif yaitu membandingkan pra siklus dan antar siklus, atau mencari nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, daya serap dan ketuntasan belajar. Teknik analisis data sebagai berikut:
Analisis Data Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar siswa hasilnya akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai pra siklus maupun antar siklus dengan indikator kinerja. Analisis deskriptif meliputi nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, nilai modus, rentang data dan ketuntasan belajar.
Analisis lembar pengamatan
Penggunaan teknik pengamatan pada penelitian ini adalah untuk mengambil data tentang kemampuan berpikir kritis siswa terhadap pembelajaran IPS yang dianalisa dengan 10 indikator dan penskoran. Apabila siswa memiliki kemampuan terhadap indikator maka diberi skor 1. Jumlah aspek pengamatan tiga aspek dengan 10 butir indikator, jika hasil pengamatan kemampuan berpikir kritis memenuhi 1-3 indikator maka masuk kategori kurang, 4-6 cukup, 7-10 baik.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas terdiri 2 siklus. Prosedur umum penelitian ini melalui tahapan planning, acting, observing, dan reflecting.
HASIL PENELITIAN
Pra Siklus
Pada awal pengamatan pra siklus peneliti masih menemui beberapa permasalahan di dalam kelas 3 siswa SD N 1 Karanggondang, seperti rendahnya ketrampilan proses siswa dalam hal ini kemampuan berpikir kritis.. siswa hanya menerima materi pelajaran secara pasif dan cenderung tidak mampu memecahkan masalahnya sendiri maupun mengembangkan pemahamnya. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar siswa yang relative rendah, hal ini karena metode pembelajar yang tidak menarik sehingga siswa kurang tertarik dengan materi IPS yang dianggap membosankan, berisi terlalu banyak konsep dan materinya yang luas.
Dalam proses belajar mengajar guru harus dapat menciptakan kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian diharapkan terjadi interaksi antara guru dan siswa yang pada umumnya akan merasa mendapat motivasi yang tinggi apabila guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses mengajar.
Berdasarkan data prasiklus terlihat jumlah siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis kurang ada 6 siswa atau 46,15%, kategori cukup ada 5 siswa atau 38,46%, dan selebihnya ada 2 siswa atau 15.38% dalam kategori baik. Secara umum kemampuan berpikir kritis siswa kelas III dalam proses pembelajar IPS di SD N 1 Karanggondang masih kurang atau rendah
Hasil tes belajar IPS kelas III semester 1 diperoleh hasil hanya 3 siswa (23,08%) dari 13 siswa yang berhasil mencapai nilai KKM 75,0 atau dinyatakan tuntas belajar, selebihnya masih di bawah nilai KKM. Nilai rata-rata kelas juga masih kurang dari harapan yaitu 68,85.
Siklus I
Data tentang kemampuan berpikir kritis diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus I, instrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 10 indikator. Dari data diperoleh data kemampuan berpikir kritis skor 1-3 masuk kategori kurang, kemampuan berpikir kritis skor 4-6 masuk kategori cukup, kemampuan berpikir kritis skor 7-10 masuk kategori baik. Berdasarkan data, terlihat pencapaian kemampuan berpikir kritis yang di harapkan belum tercapai. Dari 13 siswa yang menunjukan kemampuan berpikir kritis baik hanya 22 siswa (51,2%), selebihnya 14 siswa (32,6%) masih dalam kategori cukup dan 7 siswa (16,2%) dalam kategori kurang.
Dari data pada siklus I pencapaian kemampuan berpikir kritis skor tertinggi adalah 7, skor terendah adalah 3, nilai yang sering muncul adalah 7, dan rerata skor berpikir kritis siswa adalah 5,69. dari hasil tersebut menunjukan pencapaian kemampuan berpikir kritis masih belum maksimal dan tidak sesuai dengan harapan yaitu 75% siswa memiliki kemampuan berpikir kritis baik.
Setelah pembelajaran berlangsung 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis untuk mengukur hasil belajar. Jumlah soal sebanyak 10 soal pilihan ganda, 10 soal isian, 5 soal uraian. Hasil tes diperoleh data sebagai berikut Hasil distribusi frekuensi, nilai hasil belajar siswa mayoritas berada pada rentang nilai 71-80, selebihnya sebanyak 2 di rentang nilai 81-90, 4 siswa di rentang nilai 61-70, dan 1 siswa di rentang nilai 51-60. Hal ini menunjukan bahwa rerata siswa baru berada dinilai cukup batas bawah KKM kelas yang berarti pencapai hasil belajar masih kurang memuaskan. Hasil analisis tes hasil belajar IPS peroleh rerata 73,85, nilai tertinggi 82, nilai terendah 60, modus 70 dan ketuntasan belajar 53,85%.
Siklus II
Data tentang kemampuan berpikir kritis diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus II, instrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 10 indikator. Dari data diperoleh data kemampuan berpikir kritis skor 1-3 masuk katagori kurang, kemampuan berpikir kritis skor 4-6 masuk katagori cukup, kemampuan berpikir kritis skor 7-10 masuk kategori baik.
Berdasarkan data siklus II, kemampuan berpikir kritis diperoleh hasil sebagai berikut dari 13 siswa, 10 siswa (76,92%) telah memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik, 3 siswa (23,07%) dalam kategori cukup dan sisanya 0 siswa (0%) masih kurang. Hasil tersebut sudah sangat memuaskan karena telah mancapai indikator keberhasilan kemampuan proses.
Setelah pembelajaran berlangsung 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis untuk mengukur hasil belajar. Jumlah soal sebanyak 10 soal pilihan ganda, 10 soal isian, 5 soal uraian. Hasil tes belajar IPS diperoleh hasil sebagai berikut: skor tertinggi 90, skor terendah 60, rerata 79,62, modus skor 80. Ada 2 siswa (15.38%) yang mendapat skor dibawah ketuntasan belajar minimal 75 (KKM). Hasil analisis tes belajar IPS, diperoleh rerata 79.62, nilai tertinggi 90, nilai terendah 65, modus 76, dan ketuntasan belajar 84,62%.
Pembahasan
Pada pengamatan pra siklus diperoleh data kemampuan berpikir kritis baik hanya 15,38% atau 2 dari 13 siswa, kemampuan berpikir kritis cukup hanya 38,46% atau 5 dari143 siswa dan kemampuan berpikir kritis kurang ada 46,15% atau 6 dari 13 siswa. Jadi secara umum kemampuan berpikir kritis siswa masih dinyatakan kurang. Setelah dilakukan intervensi pada siklus I maka diperoleh data kemampuan berpikir kritis siswa meningkat yaitu kemampuan berpikir kritis kategori baik meningkat menjadi 53,85% atau 7 siswa dari 13 siswa, kemampuan berpikir kritis cukup menjadi 23,07% atau 3 siswa dari 13 siswa dan kemampuan berpikir kritis kurang menurun menjadi 23,07% atau 3 siswa dari 13 siswa. Sehingga pada siklus pertama diperoleh hasil kemampuan berpikir kritis siswa adalah 53,85% yang berkategori baik. Pencapaian kemampuan berpikir kritis pada siklus I ternyata belum memenuhi standar keberhasilan yang ditetapkan yaitu 75% siswa berkategori baik sehingga penelitian dilanjutnkan pada siklus II dengan perbaikan berupa pembentukan kelompok kecil.
Hasil pengamatan pada siklus II adalah sebagai berikut, kemampuan berpikir kritis baik sebanyak 76,92% atau 10 siswa dari 13 siswa, kemampuan berpikir kritis cukup sebanyak 23,07% atau 3 siswa dari 13 siswa, dan kemampuan berpikir kritis kategori kurang sudah tidak ada. Pada akhir siklus II disimpulkan pencapaian kemampuan berpikir kritis siswa pada kategori baik adalah 76,92% sehingga dinyatakan telah berhasil melampaui indikator keberhasilan kemampuan proses. Perbandingan hasil penelitian dari pra siklus sampai siklus II setelah dilakukan pengamatan pada saat pembelajaran diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No | Kemampuan berpikir kritis | Pra Siklus | Siklus I | Siklus II |
1 | Baik | 2 | 7 | 10 |
2 | Cukup | 5 | 3 | 3 |
3 | Kurang | 6 | 3 | 0 |
Dari tabel di atas menunjukan perubahan skor berpikir kritis siswa dari awal pra siklus hingga siklus II yang semakin membaik. Hingga pada siklus II telah mampu mencapai indikator keberhasilan dengan pencapaian 10 (76.92%) yang meraih kategori baik. Hasil tersebut menunjukan adanya pengaruh penerapan Model Pembelajaran Example Non Example pada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.
Model Pembelajaran Example Non Example yang di sajikan dalam diskusi kelompok juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, baik bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Pembelajaran diskusi kelompok dapat menumbuhkan motivasi dan hasil belajar yang maksimal pada siswa, karena memungkinkan untuk memberikan pengalaman-pengalaman sosial sebab mereka akan bertangging jawab pada diri sendiri dan anggota kelompoknya. Keberhasilan anggota kelompok merupakan tugas bersama.
Peningkatan kemampuan proses tersebut juga berdampak pada nilai hasil belajar siswa yang mengalami perbaikan. Data hasil belajar IPS yang peneliti dapatkan dari pra siklus, siklus I dan siklus II menunjukan adannya kenaikan pada masing-masing indikator pengukuran. Pada pra siklus rerata adalah 67,85 dengan ketuntasan belajar 23,08%. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Example Non Example menunjukan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I rerata menjadi 73,85 dan ketuntasan belajar sebanyak 53,85%. Sayangnya hasil tersebut masih belum mencapai indikator keberhasilan., dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I yaitu pembentukan kelompok kecil, hasil tes belajar pada siklus II mengalami peningkatan, rerata menjadi 79,62 dan ketuntasan belajar menjadi 84,62%. Perbandingan hasil tes belajar pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilakukan evaluasi pada akhir siklus dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2 Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, siklus I dan Siklus II
No | Hasil Belajar Agama Islam | Pra Siklus | Siklus I | Siklus II |
1 | Nilai Tertinggi | 80 | 82 | 90 |
2 | Nilai Terendah | 55 | 60 | 65 |
3 | Nilai Rata-rata | 67,85 | 73,85 | 79,62 |
4 | Ketuntasan Bealajar | 23,08% | 53,85% | 84,62% |
Tabel diatas menunjukan kenaikan nilai tiap indikator hasil belajar. Dari konsisi awal siswa hanya ada 23,08% yang tuntas belajar, selanjutnya mengalami perbaikan pada siklus II menjadi 84,62% yang dinyatakan lulus dari KKM (75). nilai rata-rata kelas juga meningkat dari kondisi awal pada pra siklus hanya 67,85 menjadi 79,62 pada siklus II.
Dari uraian di atas maka diperoleh hasil bahwa penerapan Model Pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dari 2 siswa atau 15,38% menjadi 10 siswa atau 76,92% dan dapat meningkatkan hasil belajar dari rata-rata 67,85 menjadi 79,62 dengan ketuntasan belajar dari 23,08% menjadi 84,62%.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Penerapan Model Pembelajaran Example Non Example, dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS siswa kelas III SD N 1 Karanggondang semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 dari pra siklus hanya 2 siswa atau 15,38% menjadi 10 siswa atau 76,92% pada akhir siklus II.
- Penerapan Model Pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas III SD N 1 Karanggondang semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 dari nilai rerata 67,85 dan ketuntasan belajar 23,08% pada pra siklus menjadi rerata 79,62 dan ketuntasan belajar 84,62% pada akhir siklus II.
Implikasi
Secara teoritis bahwa penerapan Model Pembelajaran Example Non Example dapat dikembangkan untuk mata pelajaran IPS, karena keunggulan-keunggulan antara lain: a) Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar, b) Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar, c) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Sekolah dapat lebih memberikan keleluasan pada guru untuk mengelola kegiatan pembelajaran pada: a) Perencanaan pembelajaran, b) Pelaksanaan pembelajaran, c) pelaksanaan penilaian /evaluasi.
Saran
- Saran Untuk Guru
Hendaknya dalam kegiatan pembelajaran IPS selain menggunakan metode ceramah sebaiknya guru juga dapat menggunakan metode pembelajaran lain yang sesuai dengan materi IPS, khususnya Model Pembelajaran Example Non Example terutama menyangkut materi yang membutuhkan metode ini agar dapat membuat siswa lebih antusias dan memahami konsep lebih mendalam.
- Saran untuk sekolah
Sekolah hendaknya menyediakan fasilitas terutama untuk siswa guna menunjang kegiatan pembelajaran agar siswa bisa memperoleh hasil belajar yang maksimal dan terwujud sekolah yang bermutu dan berkualitas dalam menghadapi kemajuan di dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,K.J. dan Amri,S.2011.Metode Pembelajaran IPS Terpadu.Jakarta: Prestasi Pustakarya
Amin,Z. & Eng.K.H 2003.Basic in Medical Education.Singapore: Word Seintific Publishing Co.Pte.Ltd.
Apriani,dkk.2010.Implementasi Model Pembelajaran Examplenon Examples.Sumedang: FKIP PGMI.IKIP PGRI SUMEDANG.
Armstrong,Thomas.2013. Kecerdasan multipel di Dalam Kelas.Jakarta: Indeks Arnie Fajar.2009.Portofolio dalam Pelajaran IPS.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Dalyono,M 2011.Psikologi pendidikan.Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono.2006.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: PT Rineke Cipta
Hamalik,Oemar.2007.Managemen Pemengembangan Kurikulum.Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Hamzah,dan Mohamad,Nurdin.2012.Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM.Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ibrahim,Muslimin.2000.Pembelajaran Koorperatif.Surabaya: University Press.
Ihsan,Fuad.2011.Dasar-Dasar Kependidikan Komponen MKDK.Jakarta: Rineka Cipta.
Jensen,Eric.2011.Brain Based Learning: Pembelajaran Berbasis Otak:Cara Baru dalam Pengajaran dan Pelatihan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muhhibin Syah.2010.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa.2012.Praktek Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ngalim,Purwanto.2007.Psikologi Pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Purwanto.2010.Evaluasi Hasil Belajar.Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Santrock John W.2011.Perkembangan Anak.Jakarta: Erlangga.
Sapriya,2011.Pendidikan IPS:Konsep dan Pembelajaran.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Slameto,2010.Belajar dan faktor yang mempengaruhinya.Jakarta: Rieneka Cipta.
Slavin,Robert E.2005.Cooperative Learning: Theory,research and practice.London: Allymand Bacon.
Sugiyanto,2009.Model-Model Pembelajaran Koorperatif.FKIP UNS.
Suyatna,Agus.2008.Model- Model Pembelajaran Paikem. Bandar Lampung: Universitas Lampung.emidial.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wijaya,Cece.2010.Pendidikan Remidial.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wina Sanjaya,2007.Strategi Pembelaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Media Group