MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU

MEMBUAT PROGRAM REMEDIAL SEMESTER II

BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA

MELALUI PEMBINAAN GURU DENGAN METODE CLCK

DI SDN 1 SAMBONGREJO KEC. SAMBONG KAB. BLORA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Wurini Suci

SDN 1 Sambongrejo Kec. Sambong, Kab. Blora


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Penuntasan wajib belajar pendidikan dasar merupakan prioritas dalam program pembangunan pendidikan nasional dan juga merupakan bagian dari pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Kita menyadari bahwa bangsa Indonesia sedang berhadapan dengan era globalisasi ekonomi terbuka dan persaingan bebas serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi yang sangat pesat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hak dan kewajiban seluruh warga negara Indonesia. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimilikinya melalui pendidikan sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang potensial. Agar setiap warga negara dapat mengenyam pendidikan yang diharapkan, maka Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk meningkatkan pendidikan sepanjang hayat guna memperoleh pengetahuan, kemampuan dan keterampilan sesuai dengan potensi masing-masing individu. Hal ini juga berlaku bagi anak-anak berkebutuhan khusus, mereka juga memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan serta wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, karena anak-anak berkebutuhan khusus (penyandang cacat) merupakan warga negara Indonesia seperti warga negara Indonesia lainya yang normal. Meskipun mereka memiliki keterbatasan karena kelainannya, namum mereka masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan, hal ini merupakan aset bangsa yang perlu mendapatkan perhatian sepantasnya

Pelayanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi anak-anak berkebutuhan khusus sebagai anggota masyarakat, sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya, masyarakat dan lingkungan. Pelayanan pendidikan dan bekal pengetahuan serta keterampilan dapat mempersiapkan anak-anak berkebutuhan khusus dapat terjun kedunia kerja atau untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Agar anak-anak berkebutuhan khusus memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk bekal hidup dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi memerlukan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi mereka, sehingga mereka dapat berkembang secara optimal.

Untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus tersebut pemerintah dan masyarakat penyelenggara pendidikan telah mengupayakan pemerataan kesempatan belajar bagi anak-anak berkebutuhan khusus melalui sekolah luar biasa (SLB), sekolah terpadu dan sekolah menuju pendidikan inklusi. Moch. Sholeh (2004:IV) menyebutkan bahwa pemerintah dan masyarakat penyelenggara pendidikan telah banyak melakukan usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui penyusunan proses belajar mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik yang memiliki kelainan dengan system yang tersetruktur. Mudjito (2005:iv) menyebutkan bahwa dalam penuntasan wajib belajar pendidikan dasar bagi anak yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus diakomodasi melalui pendekatan “Pendidikan Inklusi” dengan berpedoman pada azas pemerataan serta peningkatan kepedulian terhadap anak-anak yang memerlukan pelayanan pendidikan.

Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan penuntasan wajib belajar bagi anak-anak berkebutuhan khusus telah di selenngarakan pendidikan inklusi di SDN 1 Sambongrejo Kecamatan Sambong Kabupaten Blora. Pendidikan Inklusi adalah kebersamaan untuk memperoleh pelayanan pendidikan dalam satu kelompok secara utuh bagi seluruh anak berkebutuhan khusus usia sekolah, mulai dari jenjang TK, SD, SLTP sampai dengan SMU. Yang menjadi permasalahan sekarang in i adalah pelayanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, khususnya anak berkesulitan belajar belum optimal, hal ini terbukti guru masih belum membuat program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar tersebut.

Upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membuat program remedial adalah melalui pembinaan guru. Menurut Hamzah (2011:169) mengemukakan bahwa pembinaan guru adalah serangkaian usaha bantuan kepada guru yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas sekolah, penilik sekolah, serta pembina lainnya bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.

Berdasarkan pemikiran di atas perlu segera dilakukan penelitian mengenai upaya meningkatakan kemampuan guru membuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika melalui pembinaan guru dengan metode CLCK (contoh, latih, coba, kembangkan) di sekolah SDN 1 Sambongrejo Kecamatan Sambong yang melaksanakan program inkuiri

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat dipilih dan disusun rumusan masalah yang akan di jadikan fokus penetelitian sebagai berikut:

1.   Apakah pembinaan guru dapat meningkatkan kemampuan dalam membuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika yang melaksanakan program inkuiri di SDN 1 Sambongrejo tahun pelajaran 2014/2015?

2. Apakaah melalui metode l (CLCK) pro-gram remedial dapat meningkatkan kemampuan anak yang berkesulitan belajar matematika yang melaksanakan program inkuiri di SDN 1 Sambongrejo pada tahun pelajaran 2014/2015?

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaati:

1. Bagi guru sebagai informasi tambahan pengetahuan tentang membuat program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di sekolah inklusi SDN 1 Sambongrejo.

2. Bagi peneliti sebagai suatu pengalaman yang berharga dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pembuatan program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di sekolah inklusi.

3. Bagi Sekolah sebagai referensi yang dapat dipelajari untuk pengayaan program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di SDN 1 Sambongrejo yang melaksanakan program inklusi.

4. Sebagai pengembangan keprofesien untuk memperoleh penilaian angka kridit jabataban fungsional guru .

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Pendidikan Inklusi

Melalui pendidikan inklusif, anak berkelainan dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak berkelainan (berkelainan) yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas. Oleh karena itu, anak berkelainan perlu diberi kesempatan dan peluang yang sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah (SD) terdekat. Sudah barang tentu SD terdekat tersebut perlu dipersiapkan segala sesuatunya. Pendidikan inklusi diharapkan dapat memecahkan salah satu persoalan dalam penanganan pendidikan bagi anak berkelainan selama ini. Tidak mungkin membangun SLB di tiap /desa sebab membutuhkan biaya yang sangat mahal dan waktu yang cukup lama. Inklusi sebenarnya ialah perubahan praktis yang bisa kita lakukan sehingga peserta didik dengan beragam latar belakang dan kemampuan bisa sukses. Perubahan ini tidak hanya menguntungkan anak yang sering kita sisihkan, seperti anak berkebutuhan khusus, tetapi semua anak dan orang tuanya, semua guru dan administrator sekolah, dan setiap anggota masyarakat yang bekerja dengan sekolah. Selama ini, istilah “inklusif” diartikan “mengikutsertakan anak berkelainan” di kelas “regular” bersama dengan anak-anak lainnya.

Nasichin (2001:21) menyebutkan pendidikan inklusi adalah pendidikan yang mengikutsertakan anak-anak yang berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak-anak sebayanya di sekolah umum, dan pada akhirnya mereka menjadi bagian dari masyarakat sekolah tersebut, sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif. “Inklusif” memang mengikutsertakan anak berkelainan seperti anak yang memiliki kesulitan melihat atau mendengar, yang tidak dapat berjalan atau lebih lamban dalam belajar. Namun, secara luas menurut Moch. Anak yang sedang sakit seihngga ketinggalan dalam belajar.

Pengertian Remedial

Karakteristik siswa dalam satu kelas sangat beragam, sehingga dalam belajar siswa ada sebagian, mengalami masalah. Masalah-masalah yang timbul dari kondisi sekolah menurut Majid (2008:235) antara lain: kurikulum kurang sesuai, guru kurang menguasai bahan pelajaran, metode mengajar kurang sesuai, alat-alat dan media pengajaran kurang sesuai. Akibat dari permasalahan tersebut ada beberapa anak yang prestSasinya kurang dari harapan atau tidak mencapai KKM.

Bagi siswa yang tidak mencapai KKM ini di indikasikan mengalami kesulitan belajar, sehingga perlu diberikan remedial. Remedial adalah perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan belajar (Mulyasa, 2009:113). Selanjutnya menurut Majid (2008:236 peserta didik yang mengalami kesulitan belajar) diberikan pengajaran perbaikan, yaitu bentuk pengajaran khusus yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang murid yang mengalami kesulitan belajar. Kekhususannya terletak pada murid yang dilayani, bahan pelajaran, metode atau media penyampaiannya. Karena kekhususannya itu maka dalam pemberian remedial diperlukan program yang terarah sesuai dengan keperluan peserta didik/siswa.

Pengertian Pembinaan Guru dengan Metode CLCK

Menurut Depdiknas (2002:152) pembinaan adalah cara membina dengan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sesuai dengan pengertian tersebut maka pembinaan guru adalah cara membina guru dengan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Selanjutnya Hamzah (2011:169) mengemukakan bahwa pembinaan guru adalah serangkaian usaha bantuan kepada guru yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas sekolah, penilik sekolah, serta pembina lainnya bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.

Pembinaan guru dalam penelitian ini adalah pembinaan guru yang dilakukan oleh pengawas sekolah dengan metode CLCK (contoh, latih, coba, kembangkan) dalam meningkatkan kemampuan guru menyusun program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika di sekolah inklusi SDN /MI . Menurut Depdiknas (2002:219) contoh berarti sesuatu yang disediakan untuk ditiru atau diikuti, dalam hal ini peneliti/ pengawas memberikan sebuah contoh program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika untuk dipelajari dan dipahami oleh guru yang dibina. Selanjutnya Depdiknas (2002:643) meyebutkan latih dengan padanan kata melatih yang berarti mengajar seseorang agar dapat melakukan sesuatu, peneliti melatih guru untuk menyusun program remedial. Depdiknas (2002:217) coba berarti silahkan, dengan padanan kata mencoba yang berarti mengerjakan sesuatu untuk mengetahui keadaannya, dalam kegiatan ini peneliti memberikan kesempatan kepada guru untuk mencoba menyusun program remedial sehingga mengetahui komponen-komponen yang harus ada dalam program tersebut. Kembangkan dari kata dasar kembang mendapat imbuhan -kan. Menurut Depdiknas (2002:538) kembang memiliki padanan kata berkembang yang berarti menjadi bertambah sempurna. Selanjutnya imbuhan –kan bermakna melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh kata dasar (Mulyono, 2003:17). Kembangkan berarti melakukan kegiatan untuk menyempurnakan sesuatu dalam hal ini adalah program remedial. Berdasar-kan beberapa pengertian tersebut maka Pembinaan guru dengan metode CLCK dapat diartikan membina guru dengan contoh, melatih, memberikan kesempatan untuk mencoba dan mengembangkan program remedial.

Kerangka Pikir

Penuntasan wajib belajar pendidikan dasar bagi anak yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus diakomodasi melalui pendekatan “Pendidikan Inklusi” dengan berpedoman pada azaz pemerataan serta peningkatan kepedulian terhadap anak-anak yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Agar anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapat pelayanan pendidikan inklusi dapat berkembang secara optimal, maka sekolah harus melaksanakan upaya-upaya yang masimal. Anak berkesulitan belajar matematika merupakan bagian dari anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapat pelayanan pendidikan melalui pendekatan pendidikan inklusi. Karena keterbatasan kemampuannya, anak-anak tersebut belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah, sehingga guru perlu melakukan tindakan-tindakan agar anak-anak yang mengalami kesulitan belajar matematika juga dapat menyelesaikan materi pelajarannya serta mencapai KKM. Salah satu tindakan guru adalah melakukan remedial teaching.

Keberhasilan dalam memberikan remedial teaching dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah program remedial yang baik. Hal ini pengawas selaku pembina berkewajiban membina guru dalam membuat program remedial menggunakan berbagai metode. Salah satu metode yang digunakan adalah metode CLCK dalam membina guru membuat program remedial bagi anak-anak kesulitan belajar matematika di sekolah Inklusi SDN 1 Sambongrejo

Hipotesis Tindakan

Pembinaan guru dapat meningkatakan kemampuan guru dalam membuat program remedial bagi anak inkuiri berkesulitan belajar matematika di SDN 1 Sambongrejo melalui metode (CLCK ).

METODE PENELITIAN TINDAKAN

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Re-search). Penelitan Tindakan Sekolah dikembangkan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Zainal (2009:12) PTK pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946, PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Selanjutnya Zainal (2009:13) menyebutkan penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu satu action reaserch yang dilakukan di kelas. Sedangkan Penelitian Tindakan Sekolah menurut Depdiknas (2008:11) adalah penelitian tindakan sebagai salah satu jenis penelitian kualitatif di bidang pendidikan yang dilaksanakan disekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran dan manajemen sekolah.

Setting

Penelitian ini dilaksanakan pada sekolah yang melaksanakan program inkuiri di SDN 1 Sambongrejo Kecamatan Sambong Kabupaten Blora tahun pelajaran 2014/2015. Adapun subjek penelitian adalah guru di SDN 1 Sambongrejo yang memberikan remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika berjumlah 8 orang guru kelas (kelas 1 s.d 6).

HASIL PENELITIAN

Pelaksanaan Evaluasi dan Refleksi Tindakan pada Siklus I

Evaluasi pelaksanaan tindakan sekolah pada siklus I ini adalah mengevaluasi program remedial hasil latihan dan pengembangan guru-guru yang menjadi subyek penelitian. Hasil penilan dengan 15 indikator penilian dari 6 orang guru kelas pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Kinerja Guru dalam menyusun Program Remedial Mata Pelajaran Matematika pada Siklus I

No

Indikator

Skor penilaian Guru Kelas

Jumlah

1

2

3

4

5

6

Skor

Rt-rt

1

Merumuskan tujuan

5

4

5

4

4

4

26

4.33

2

Menentukan metode

3

3

3

3

3

3

18

3.00

3

Menentukan langkah-langkah pembelajaran

3

3

3

3

3

3

18

3.00

4

Menentukan cara memotivasi

3

3

3

3

3

3

18

3.00

5

Bahan berpedoman pada karakteristik siswa

3

3

3

3

3

5

20

3.33

6

Bahan sesuai kesulitan siswa

4

4

4

4

4

5

25

4.17

7

Bahan tersesusun sesuai teraf kemampuan berpikir siswa

3

4

4

4

3

4

22

3.67

8

Pengaturan ruang kelas

4

4

4

4

4

4

24

4.00

9

Menentukan alokasi waktu

4

4

4

4

4

4

24

4.00

10

Menemukan cara siswa aktif

4

4

4

4

4

4

24

4.00

11

Menentukan pengembangan alat

4

1

4

4

4

4

21

3.50

12

Menentukan media

4

4

4

4

4

4

24

4.00

13

Menentukan sumber

4

4

4

4

4

4

24

4.00

14

Menentukan bentuk/prosedur penilaian

4

4

4

4

4

4

24

4.00

15

Membuat alat penilaian

4

4

4

4

4

4

24

4.00

Jumlah

56

53

57

56

55

59

56.00

Rata-Rata

3.73

3.53

3.80

3.73

3.67

3.93

22.40

3.73

Pelaksanaan Tindakan pertemuan Siklus II

Tabel 4.4 Hasil Penilaian Kinerja Guru dalam menyusun Program Remedial Mata Pelajaran Matematika pada Siklus II

No

Indikator

Skor penilaian Guru Kelas

Jumlah

1

2

3

4

5

6

Skor

Rt-rt

1

Merumuskan tujuan

5

5

5

4

5

4

28

4.,66

2

Menentukan metode

4

5

5

4

5

5

28

4,,66

3

Menentukan langkah-langkah pembelajaran

5

5

5

5

5

5

30

5.00

4

Menentukan cara memotivasi

5

5

5

5

5

30

5.00

5

Bahan berpedoman pada karakteristik siswa

5

5

5

5

4

5

29

4.83

6

Bahan sesuai kesulitan siswa

4

4

5

4

4

5

26

4.66

7

Bahan tersesusun sesuai teraf kemampuan berpikir siswa

5

4

4

4

5

4

26

4,66

8

Pengaturan ruang kelas

4

4

4

4

5

4

25

4.16

9

Menentukan alokasi waktu

4

4

4

4

4

5

25

4.16

10

Menemukan cara siswa aktif

4

4

4

5

4

4

25

4.16

11

Menentukan pengembangan alat

4

4

4

4

4

4

24

4.00

12

Menentukan media

4

4

4

4

4

4

24

4.00

13

Menentukan sumber

4

4

4

4

4

4

24

4.00

14

Menentukan bentuk/prosedur penilaian

4

4

4

4

4

4

24

4.00

15

Membuat alat penilaian

4

4

4

4

4

4

24

4.00

Jumlah

65

65

66

56

64

67

65.85

Rata-Rata

4,33

4,33

4,4

3,73

4,26

4,46

425,51

4,,39

Dengan menganalisis hasil evaluasi pada tindakan siklus II penyususnan program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika belum menunjukkan keberhasilan karena baru mencapai nilai rata-rata 4,39 mencapai kategori baik. Dari hasil penilaian dalam penyusunan program bahan remedial. Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut peneliti perlu mengadakan perbaikan-perbaikan dalam pembinaan kepala sekolah memberikan penekanan untuk penyusunan program remedial harus memperhatikan 15 indikator yang ada pada table.

Evaluasi dan Refleksi Tindakan pada Siklus III

Evaluasi pelaksanaan tindakan sekolah pada siklus III ini adalah mengevaluasi program remedial hasil latihan dan pengembangan guru-guru yang menjadi subyek penelitian. Hasil penilaian dengan 15 indikator penilaian Program remedial yang dibuat 6 orang guru kelas pada siklus III dapat di lihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5: Hasil Penilaian Kinerja Guru dalam Menyusun Program Remedial Mata Pelajaran Matematika pada Siklus III

No

Indikator

Skor penilaian Guru Kelas

Jumlah

1

2

3

4

5

6

Skor

Rt-rt

1

Merumuskan tujuan

5

5

5

5

5

5

30

5,00

2

Menentukan metode

4

4

4

5

5

5

27

4.50

3

Menentukan langkah-langkah pembelajaran

4

4

5

4

5

5

27

4.50

4

Menentukan cara memotivasi

5

4

4

5

5

4

27

4.50

5

Bahan berpedoman pada karakteristik siswa

4

4

4

5

5

5

27

4.50

6

Bahan sesuai kesulitan siswa

4

5

5

4

4

5

27

4.50

7

Bahan tersesusun sesuai teraf kemampuan berpikir siswa

5

5

5

4

4

4

27

4.50

8

Pengaturan ruang kelas

4

4

4

5

5

5

27

4.50

9

Menentukan alokasi waktu

4

4

5

4

5

5

27

4.50

10

Menemukan cara siswa aktif

5

4

5

5

4

4

27

4.50

11

Menentukan pengembangan alat

5

4

4

5

5

4

27

4.50

12

Menentukan media

4

5

5

4

4

5

27

4.50

13

Menentukan sumber

4

4

4

4

4

4

24

4.00

14

Menentukan bentuk/prosedur penilaian

5

5

4

4

4

5

27

4.50

15

Membuat alat penilaian

5

5

5

4

4

4

2

4.50

Jumlah

67

66

68

67

68

69

60.83

Rata-Rata

4.,46

4.,40

4.,53

4.,46

4.,53

4,60

26,98

4.,50

Dengan menganalisis hasil evaluasi pada tindakan siklus III Ipenyususnan program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika mencapai nilai rata-rata 4,50 dapat di golongkan kategori amat baik. Penelitian tindakan sekolah ini dapat dikatakan berhasil sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan pada bab III bahwa penelitian ini berhasil bila hasil evaluasi dari penyusunan program remedial minimal mendapat nilai baik. Karena keterbatasan waktu maka penelitian ini hanya dapat dilakukan sempai dua siklus.

PEMBAHASAN

SD Negeri 1 Sambongrejo adalah salah satu penyelenggara program pendidikan inklusi yang konskuensinya sekolah harus menerima semua siswa dalam kondisi apapun termasuk anak-anak yang berkesulitan belajar matematika. Karena kondisi anak berkesulitan belajar matematika selalu mengalami hambatan dalam menerima pelajaran dan nilainya belum mencapai KKM, maka mereka perlu di berikan remedial teaching. Agar dapat memberikan remedial secara optimal dan terarah, maka guru harus membuat program remedial. Penyusunan program remedial meliputi beberapa komponen antara lain:

1. Identitas Sekolah

2. Identitas Mata Pelajaran

3. Kelas dan Semester

4. Alokasi waktu yang diperlukan

5. Jumlah pertemuan

6. Standar Kompetensi

7. Kompetensi Dasar

8. Indikator

9. Tujuan pembelajaran

10. Metode pembelajaran

11. Materi Ajar

12. Kesulitan/hambatan siswa

13. Langkah-langkah pembelajaran (kegiatan awal, inti dan penutup)

14. Alat, Bahan dan Sumber Belajar

15. Penilian.

Untuk menyusun program remedial agar dapat membantu anak berkembang secara optimal, maka kita sebagai guru harus mngetahui kesulitan/hambatan-hambatan yang dialami siswa. Kesulitan bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika antara lain: kesulitan dalam operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Bagi anak-anak berkesulitan belajar banyak yang mengalami kesulitan dalam memahami tentang nilai tempat seperti nilai ratusan, puluhan dan satuan. Akibat tidak memahami nilai tempat ini anak berkesuitan belajar matematikan akan kesulitan dalam penjumlahan seperti menjumlahkan semua digit tanpa memperhatikan nilai tempat sehingga hasil akhir penjumlahan tdak sesuai dengan apa yang seharusnya. Selain kesulitan dalam penjumlahan maka siswa akan kesulitan pada oeparsi matematika yang lainnya. Agar anak dapat berkembang secara optimal, maka guru dalam membuat program remedial perlu mengetahui hambatan da kesulitan anak dalam memahami konsep matematika, carikan cara pemahaman yang paling mudah dan sederhana bertahap dari yang mudah sampai yang komplek sehingga anak betul-betul memahami konsep matematika secara keseluruhan.

Agar dapat menangani berbagai macam kesulitan dan hambatan yang dialami anak-anak guru juga perlu mendapatkan pembinaan yang intensif sehingga pelayanan yang diberikan pada anak-anak juga terarah sesuai dengan tujuan pendidikan pada umumnya. Pembinaan guru selalu muncul permasalahan bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan guru serta situasi dan kondisi lingkungan yang ada. Pembinaan Pembuatan program remedial bagi anak berkesulitan belajar matematika juga menimbulkan permasalahan-permasalahan disekolah karena guuru satu dengan guru yang lainya ada perbedaan persepsi tentang program remedial tersebut, untuk itu pengawas perlu melakukan pembinaan yang efektif dan efisien salah satunya dengan metode CLCK.

Pelaksanakan pembinaan dengan metode CLCK, pengawas memberikan contoh program remedia, menguraikan komponen-komponen program remedial dan memberikan contoh cara mengatasi kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika seperti dalam penjumlahan, pengurangan dan perkalian. Selain mendapatkan contoh program remedial guru-guru juga diberi kesempatan untuk latihan, mencoba dan mengembangkan penyusunan program remedial. Hasil penyusunan program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika yang dibuat guru diadakan evaluasi dan analisis untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan selanjut-nya. Perbandingan hasil penilaian program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika yang dibuat guru pada siklus I,siklus II dan siklus III dapat dilhat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Penilaian Program Remedial Siklus I , II dan III

No

Indikator

Rata-Rata Skor

Siklus I

Siklus II

Siklus III

1

Merumuskan tujuan

4.33

4.,66

5,00

2

Menentukan metode

3.00

4,,66

4.50

3

Menentukan langkah-langkah

3.00

5.00

4.50

4

Menentukan cara memotivasi

3.00

5.00

4.50

5

Bahan berpedoman pada karakteristik siswa

3.33

4.83

4.50

6

Bahan sesuai kesulitan siswa

4.17

4.66

4.50

7

Bahan tersesusun sesuai teraf kemampuan berpikir siswa

3.67

4,66

4.50

8

Pengaturan ruang kelas

4.00

4.16

4.00

9

Menentukan alokasi waktu

4.00

4.16

4.50

10

Menentukan cara siswa aktif

4.00

4.16

4.50

11

Menentukan pengembangan alat

3.50

4.00

4.50

12

Menentukan media

4.00

4.00

4.50

13

Menentukan sumber

4.00

4.00

4.00

14

Menentukan bentuk/prosedur penilaian

4.00

4.00

4.50

15

Membuat alat penilaian

4.00

4.00

4.50

Jumlah

56.00

65.85

67,50

Rata-Rata

3.73

4,,25

4.,50

Berdasarkan data tersebut pembinaan dengan metode Contoh Latih Coba dan Kembangkan (CLCK) dalam penyusunan Program Remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika yang telah dilakukan selama empat kali pertemuan dengan memberikan contoh program remedial dan latihan-latihan penyusunan program remedial serta mencoba dan mengembangkan penyusunan program remedial menunjukan hasil yang baik. Sesuai dengan hasil analisis evaluasi pada tindakan siklus I siklus, II dan siklus III penelitian ini dapat dikatakan berhasil. Keberhasilan dalam penelitian ini ditunjukan adanya peningkatan hasil penilaian pada program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika yang dibuat oleh 6 orang guru kelas pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 3,73 dan pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 4,25 dengan kategori baik dan siklus III memperoleh nilai rata-rata 4,50 dikatakan katagori amat baik karena nilai dibelakang koma 50 dibulatkan menjadi 1.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dan Analisis hasil pembinaan dengan metode Contoh Latih Coba dan Kembangkan (CLCK) dalam penyusunan Program Remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika dapat disimpulkan:

1. Metode CLCK dapat meningkatkan kemampuan guru dalam membuat program Remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika.pada tahun pelajaran 2014/2015

2. Berdasarkan penilaan penyusunan program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika yang dibuat oleh 6 orang guru memperoleh nilai rata-rata 3.73 kurang baik pada siklus I , nilai rata-rata 4,39 baik pada siklus II., dan nilai rara-rata 4,50 amat baik siklus III

Saran-saran

1. Bagi para guru yang siswanya belum mencapai KKM agar membuat program remedial dan mencarikan cara termudah dalam memahami materi pembelajaran khususnya bagi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar matematika.

2. Bagi Kepala Sekolah melalui supervisi dapat memberikan bimbingan kepada guru-guru untuk membuat program remedial dengan pendekatan CLCK serta pendekatan yang lainnya.

3. Bagi peneliti lanjutan, penelitian ini dapat diteliti dengan kajian yang lebih luas sehingga hasilnya akan lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Bandung: CV Yrama Widya.

Asrori, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wacana Prima.

Berit H. Johnsen dan Miriam D. Skjorten, 1935. Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar. Terjemahan oleh Susi Septaviana Rakhmawati, 2003. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Depdiknas, 2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka

Dirjen PMPTK, 2008a. Pedoman Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research)Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah SMA/SMK. Jakarta: Depdiknas, Ditjen PMPTK.

Dirjen PMPTK, 2008b. Petunjuk Teknis Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research)Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah SMA/SMK. Jakarta: Depdiknas, Ditjen PMPTK.

Purwanto, E. dan Suhairi H.N. 1996. Bimbingan Konseling Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud.

Ekodjatmiko, 2007. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.

Fish John & Evans Jennifer, 1995, Managing Special Education (codes, charters, and competition) , Buckingham, Open University Press.

Foreman, Phil. 2000, Integration And Inclusive In Action 2nd Edition, Australia: Nelson Thomson Learning, Victoria.

Uno, Hamzah B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajaryang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara

Harwell J. M., 1998, Complete Learning Disabilities handbook New Second Edition, California, USA: The Center for Applied Research in Education,.Majid, Abdul, 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moch Sholeh Y.A. Ichrom, 2004. Menjadikan Lingkungan Inklusif ramah terhadap pembelajaran (LIRP). Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Mulyasa, E. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyono, 2003. Morfologi Bahasa Indonesia, Modul IND A.06 Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjendikdasmen, Depdiknas

Nasichin, 2001. Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Paimin. Joula Ekaningsih, 1998. Agar Anak Pintar Matematika. Jakarta: Puspa Swara

Suharsimi A. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi A., 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Usman M.U. dan Lilis S. 2001. Upaya Optimalisasi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Usman M.U. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.